Anda di halaman 1dari 209

2014

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


NOMOR / K / I-XIII.2 / / 2014

PEDOMAN MANAJEMEN
PEMERIKSAAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
2014

KEPUTUSAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: / K / I-XIII.2 / / 2014
TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN PEMERIKSAAN
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang

a.

bahwa

dalam

Peraturan
Tahun

rangka

memenuhi

ketentuan

Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1

2007

Pemeriksaan

tentang
Keuangan

penggunaan Standar
Negara

(SPKN),

Badan

Pemeriksa Keuangan perlu memiliki suatu Pedoman


Manajemen Pemeriksaan (PMP) yang dapat digunakan
sebagai

acuan

bagi

para

pemeriksa

dalam

melaksanakan tugas pemeriksaan;


b.

bahwa PMP yang telah ditetapkan berdasarkan Surat


Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/IXIII.2/2/2008

dianggap

tidak

sesuai

lagi

dengan

perkembangan organisasi dan Peraturan PerundangUndangan yang berlaku saat ini, dan oleh sebab itu
dipandang perlu menyempurnakan dan menetapkan
Pedoman

Manajemen

perkembangan saat ini.

Pemeriksaan

yang

sesuai

Mengingat

: 1. Peraturan
Tahun

Badan

Pemeriksa

Keuangan

Nomor

2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 4707);
2. Keputusan

Badan

Pemeriksa

Keuangan

Republik

Indonesia Nomor 09/K/I-XIII.2/7/2008 tentang Petunjuk


Pelaksanaan

Tata

Penyempurnaan

Cara

Pedoman

Penyusunan

Pemeriksaan

atau

dan

Non

Pemeriksaan;
3. Surat Keputusan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
Nomor

15/SK/K/1981

Penandatanganan

tentang

Surat-Surat

Pengaturan

Keputusan

Dalam

Lingkungan Badan Pemeriksa Keuangan;


4. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor
31/SK/I- VIII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang
Tata Cara Pembentukan
Naskah

Dinas

Peraturan,

Keputusan,

dan

Pada Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia;
5. Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/IVIII.3/7/2007 tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia;

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN

BADAN

PEMERIKSA

KEUANGAN

TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN PEMERIKSAAN.


PERTAMA

: Menetapkan dan memberlakukan Pedoman Manajemen


Pemeriksaan (PMP) dengan sistematika sebagai berikut:

KEDUA

BAB I

: PENDAHULUAN

BAB II

: PERENCANAAN PEMERIKSAAN

BAB III

: PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

BAB IV

: PELAPORAN PEMERIKSAAN

BAB V

: SUPLEMEN PMP

BAB VI

: PENUTUP

: Pedoman

Manajemen

Pemeriksaan

(PMP)

adalah

sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan


bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KETIGA

Perbaikan dan penjelasan lebih lanjut atas substansi PMP


akan diatur oleh Kepala Direktorat Utama Revbang

setelah

mendapat pertimbangan dari para Auditama Keuangan


Negara (AKN).
KEEMPAT

Dengan berlakunya Keputusan ini, maka Surat Keputusan


Badan Pemeriksa

Keuangan

Nomor

tanggal 19 Februari 2008 tentang


Pemeriksaan

Badan

Pemeriksa

1/K/I-XIII.2/2/2008

Panduan
Keuangan

Indonesia, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.


KELIMA

: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Manajemen
Republik

Ditetapkan di

: Jakarta

Pada tanggal

2014

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
WAKIL KETUA,

KETUA,

Hasan Bisri

Hadi Poernomo

Tambahan Keputusan ini disampaikan kepada:


1. Para anggota
2. Para Pejabat Eselon I sampai dengan IV.

Pedoman Manajemen Pemeriksaan


Daftar Isi

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan PMP
C. Lingkup
PMP
D. Kedudukan PMP
E. Hubungan PMP dengan PMPP
KON SE P

F. Sistem Pengendalian Mutu dan Penjaminan


Mutu
G. Organisasi Pemeriksaan
H. Siklus Pemeriksaan
I. Perbedaan dengan PMP 2008
J. Sistematika PMP
BAB II

PERENCANAAN PEMERIKSAAN
A. Lingkup
B. Pihak-pihak
Pemeriksaan

Terkait

dalam

Perencanaan

C. Mekanisme Perencanaan Pemeriksaan


D. Sistem Manajemen Mutu (SMM)

BAB III

PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
A. Lingkup
B. Pihak-pihak
Pemeriksaan

Terkait

dalam

Pelaksanaan

C. Mekanisme Pelaksanaan Pemeriksaan


D. Sistem Manajemen Mutu
BAB IV

PELAPORAN PEMERIKSAAN
A. Lingkup
B. Pihak-pihak
Pemeriksaan

Terkait

dalam

Pelaporan

C. Mekanisme Pelaporan Pemeriksaan


D. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester
(IHPS) E. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
F. Sistem Manajemen MKON SE
P

utu (SMM) BAB V

SUPLEMEN PMP

A. Pemeriksaan Interim
B. Pemeriksaan Tematik
C. Pemeriksaan On Call
D. Pemanfaatan KAP yang Bekerja Untuk Dan
Atas Nama BPK
E. Penggunaan Tenaga Ahli
F. Pendapat dan Konsultasi Hukum
BAB VI
PENUTUP
GLOSARIUM PMP

ii

Pedoman Manajemen Pemeriksaan


Daftar Tabel

DAFTAR TABEL

1.1. Perbedaan PMP 2008 dan PMP


Revisi

Halaman

2.1. SMM Perencanaan Pemeriksaan


3.1. SMM Pelaksanaan Pemeriksaan
4.1. SMM Pelaksanaan Pemeriksaan
5.1. SMM Perencanaan Pemeriksaan
Tematik
5.2. SMM Pelaksanaan Pemeriksaan
Tematik
5.3. SMM Pelaksanaan Pemeriksaan
Tematik

KON SE P

iii

Pedoman Manajemen Pemeriksaan


Daftar Gambar

DAFTAR GAMBAR
1.1.
Kedudukan PMP dalam Organisasi BPK
Halaman
1.2.

Keterkaitan PMP dan PMPP

2.1.

Bagan alur Perencanaan Pemeriksaan

3.1.

Bagan alur Pelaksanaan Pemeriksaan

4.1.

Bagan alur Pelaporan Pemeriksaan

KON SE P

Direktorat Litbang

Badan Pemeriksa Keuangan

iv

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab I

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

01 BPK sebagai lembaga pemeriksa yang bebas dan mandiri


memiliki peranan dan kedudukan yang strategis dalam
mengawal pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

Perkembangan
dan perubahan
peraturan
perundangundangan

negara. Peranan dan kedudukan tersebut merupakan suatu


mandat

yang

diamanatkan

dalam

UUD

1945

yang

diperkuat dengan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun


2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
02 Salah satu pelaksanaan UU Nomor 15 Tahun 2004 dan
Nomor 15 Tahun 2006,
BadanKON SE P

Pemeriksa Keuangan

SPKN sebagai
panduan

Republik Indonesia (BPK) telah menetapkan Standar


Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dalam Peraturan
BPK Nomor 1 Tahun 2007. SPKN tersebut merupakan
pengganti

Standar

Audit

Pemerintahan

ditetapkan BPK tahun 2005.

(SAP)

yang

SPKN memuat persyaratan

profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan,


dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional.
Pelaksanaan SPKN akan dapat mendukung peningkatan
mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
serta pengambilan keputusan Penyelenggara.

Direktorat Litbang

Badan Pemeriksa Keuangan

11

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab I

Direktorat Litbang

Badan Pemeriksa Keuangan

12

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab I

Direktorat Litbang

Badan Pemeriksa Keuangan

13

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab I

03 Untuk melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan SPKN,


BPK memerlukan suatu manajemen pemeriksaan yang

PMP 2008 perlu


disempurnakan

mendukung efektivitas pelaksanaan SPKN. BPK telah


menetapkan Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP)

Direktorat Litbang

Badan Pemeriksa Keuangan

14

Tahun 2008 yang mengacu pada SPKN tahun 2007 serta


peraturan perundang-undangan pada
ditetapkannya,
pemeriksa

PMP

berkembang

dalam

pemeriksaan yang

melaksanakan

saat

itu.

Sejak

menjadi

rujukan

setiap

kegiatan

memastikan bahwa prinsip-prinsip

standar pemeriksaan dapat dijalankan secara efektif.


04 Dengan

makin

berkembangnya

internal dan eksternal,

dinamika

lingkungan

BPK memandang perlu untuk

Alasan
penyempurnaan
PMP

melakukan penyempurnaan atas kedudukan dan substansi


PMP 2008 dalam mendukung proses pemeriksaan yang
lebih

efektif.

Setidaknya

ada

empat

alasan

yang

mendorong perlunya penyempurnaan PMP, yaitu aspek


pemenuhan

kewenangan

BPK,

aspek

pelembagaan

pengendalian mutu (Quality Control) dan pemerolehan


keyakinan mutu (Quality Assurance), aspek keselarasan
KON SE P

dengan bisnis proses BPK lainnya, serta aspek kesesuaian


dengan kaidah praktik internasional.

B.

Tujuan PMP

05 PMP

ini

digunakan sebagai

pelaksananya

dalam

acuan

bagi

menjalankan

BPK

dan

pemeriksaan

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang

PMP sebagai
pedoman
pengelolaan
pemeriksaan

meliputi tahap perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan


pemeriksaan, dan pelaporan pemeriksaan.
06 PMP

bertujuan

pemeriksaan

BPK

untuk
telah

memastikan
dirancang,

pengelolaan

diorganisasikan,

dilaksanakan dan dikendalikan secara efektif pada setiap


tahapan

pemeriksaan

dalam

menghasilkan

pemeriksaan yang sesuai dengan standar.

kualitas

PMP
meningkatkan
kualitas
pengelolaan dan
hasil pemeriksaan

C.

Lingkup PMP

07 PMP berisi prosedur pengelolaan pemeriksaan yang

Lingkup PMP

disertai dengan formulir, catatan, bentuk laporan yang


dihasilkan. Prosedur tersebut dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan, yang dilengkapi
dengan sistem manajemen mutu (QMS) dan dokumentasi
dalam setiap tahapannya. Lingkup bahasan PMP secara
rinci adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan Pemeriksaan
2. Pelaksanaan Pemeriksaan
3. Pelaporan Pemeriksaan
4. Suplemen PMP yang mengatur mengenai Pemeriksaan
Interim/Pendahuluan,

Pemeriksaan

Tematik,

Pemeriksaan On Call, Pemanfaatan KAP Yang Bekerja


KON SE P

Untuk Dan Atas Nama BPK, Penggunaan Tenaga Ahli,


serta Pendapat dan Konsultasi Hukum dalam Tahapan
Pemeriksaan.
08 Perbedaan lingkup PMP 2014 dengan PMP 2008 terletak
pada pemisahan proses utama pemeriksaan dengan
proses

penunjang

pemeriksaan.

Proses

penunjang

pemeriksaan diatur dalam suatu pedoman terpisah yang


disebut

dengan

Pemeriksaan

Pedoman

(PMPP).

PMPP

Manajemen

Penunjang

merupakan

pengaturan

pengelolaan pemeriksaan yang tidak selalu terkait langsung


dengan proses pemeriksaan yang menghasilkan LHP.
PMPP diperlukan untuk memberikan nilai tambah terhadap
pemeriksaan atau mengatur pengelolaan proses yang
terkait dengan kewenangan BPK lain.

PMPP tersebut

Perbedaan PMP
2014 dengan
PMP 2008

mencakup:
1. Perencanaan Strategis Pemeriksaan;
2. Evaluasi Pemeriksaan (ex post);
3. Pemantauan Laporan Hasil Pemeriksaan dengan Unsur
Pidana;
4. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan;
5. Penyusunan Pendapat BPK, Pertimbangan BPK, dan
Evaluasi

BPK

terhadap

hasil

pemeriksaan

yang

dilakukan oleh KAP berdasarkan ketentuan perundangundangan;


6. Pengelolaan Kerugian Negara/Daerah.

D. Kedudukan PMP
09 PMP sebagai pedoman pengelolaan pemeriksaan disusun
KON SE P

sebagai bentuk operasionalisasi dari prinsip-prinsip SPKN


dengan memperhatikan mandat, peraturan perundangundangan, standar internasional, dan praktik terbaik. PMP
digunakan dalam kerangka organisasi BPK sebagai acuan
penyusunan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
pemeriksaan. Keterkaitan PMP dengan mandat, peraturan
BPK, dan pedoman pemeriksaan lain yang ditetapkan BPK
dapat dilihat sebagai berikut.

PMP dan
peraturan
perundangundangan

Piramida
kedudukan PMP
dalam organisasi
BPK

Gambar 1.1
Kedudukan PMP dalam Organisasi BPK

SPKM

Kode
Etik

SPK
N
PMP
PMPP
Petunjuk Pelaksanaan

Pedoman
Non
Pemeriksaan

Prosedur
Petunjuk Teknis
Operasional
Standar / Instruksi
Kerja

E.

Hubungan PMP dengan PMPP

10 Pengaturan dalam PMP tidak dKOaN SE P


dipisahkan

pat

dengan pengaturan yang terdapat dalam

pemeriks
aan dapat

PMPP. Dalam pelaksanaannya, PMP (mulai dari tahap

juga

perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan) dapat menjadi

menjadi

masukan atau memberikan keluaran bagi pengaturan

dasar

PMPP.

untuk

Perencanaan pemeriksaan dalam PMP dapat dihubungkan

pengelola

dengan

an

Perencanaan

Strategis

Pemeriksaan.

Proses

pemeriksaan dapat menjadi objek evaluasi pemeriksaan


yang dilakukan oleh Direktorat EPP, Itama, dan Tim Peer
Review. Pelaporan hasil pemeriksaan dapat dikaitkan
dengan pengaturan pemantauan laporan hasil pemeriksaan
dengan unsur pidana dan tindak lanjut hasil pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan dapat dijadikan dasar penyusunan
Pendapat BPK dan Pertimbangan BPK. Selain itu, proses

Keterkaitan antara

PMP dan PMPP

kerugian negara dan daerah serta pengaturan evaluasi


pemeriksaan oleh KAP berdasarkan Undang-Undang.
11 Keterkaitan antara PMP dengan PMPP dapat dilihat pada
gambar berikut.

Keterkaitan antara
PMP dengan
PMPP

- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Pelaporan

KON SE P

F.

Sistem Pengendalian dan Penjaminan Mutu

12 PMP 2008 belum menerapkan secara lengkap dan


sistematis mengenai sistem manajemen mutu (SMM).
SMM baru dikembangkan dan diterapkan setelah PMP
2008 diterbitkan, yaitu dengan dikeluarkannya Sistem
Pemerolehan Keyakinan Mutu (SPKM) pada tahun 2009.
Pada PMP Revisi, pelembagaan SPKM yang terdiri dari
unsur pengendalian mutu (quality control) dan penjaminan

Perbedaan PMP
Revisi dengan
PMP 2008

mutu (quality assurance) menjadi bagian yang tidak


terpisahkan dalam proses pemeriksaan.
Pengendalian mutu dilakukan dengan tujuan memastikan
bahwa pemeriksaan telah dilakukan dengan mematuhi
standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan yang
berlaku dan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan
telah sesuai dengan kondisinya. Pengendalian mutu akan
menjamin bahwa seluruh tahapan audit dilaksanakan tepat
waktu,

secara

komprehensif,

terdokumentasi

secara

memadai, dilaksanakan dan direviu oleh pemeriksa yang


kompeten dan berdasarkan pada professional judgment
yang baik.
13 PFP secara berjenjang bertanggung jawab melaksanakan
pengendalian mutu mulai Ketua Tim, Pengendali Teknis
dan Pengendali Mutu pada saat tahap pemeriksaan
KON SE P

sebelum laporan pemeriksaan diterbitkan (ex ante) yang


memastikan pemeriksaan telah sesuai dengan standar
pemeriksaan dan ketentuan yang berlaku. Proses tersebut
dilakukan secara hot review oleh tim pemeriksaan yang
bersangkutan atau dilakukan oleh tim lain secara cross
review.
Ketua Tim bertanggungjawab melaksanakan pengendalian
secara intensif kepada Anggota Tim berdasarkan Program
Kerja Perorangan (PKP) sesuai dengan format yang telah
ditetapkan.

Pengendali

Teknis

bertanggungjawab

melaksanakan pengendalian teknis atas tim pemeriksa


berdasarkan dengan Program Pemeriksaan yang telah
ditetapkan sesuai format yang telah ditetapkan. Pengendali
Mutu bertanggungjawab melaksanakan pengendalian atas
tahapan pemeriksaan yang memastikan telah sesuai

Tanggung jawab
PFP

dengan SPKN sesuai dengan format yang telah ditetapkan.


14 Pejabat Struktural Pemeriksaan (PSP) secara berjenjang
bertanggung jawab melaksanakan penjaminan mutu yang

Tanggung jawab
PSP

melibatkan PSP pada saat tahap pemeriksaan sebelum


laporan

pemeriksaan

diterbitkan

(ex

ante)

yang

memastikan pengendalian mutu telah dilaksanakan oleh


PFP secara berjenjang telah sesuai dengan standar
pemeriksaan dan ketentuan yang berlaku. Proses tersebut
dilakukan menjadi dasar PTP menandatangani Surat
Keluar pada setiap Laporan Hasil Pemeriksaan BPK.

G.

Organisasi Pemeriksaan

15 Untuk

menyelenggarakan

pengelolaan

pemeriksaan,

diperlukan pengaturan organisasi pemeriksaan yang terdiri

Organisasi
pemeriksaan

dari Pemberi Tugas Pemeriksaan (PTP), Pejabat Struktural


ungsional Pemeriksaan
Pemeriksaan (PSP) dan Pejabat
KON SEFP
(PFP).
16 Pemberi Tugas Pemeriksaan (PTP) adalah Badan yang
terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota atau pejabat

Badan selaku
pemberi tugas

yang diberikan penugasan secara tertulis oleh Badan yang


bertanggung jawab memberikan arah dan penugasan
pemeriksaan kepada PSP dan PFP, serta menyerahkan
laporan hasil pemeriksaan dan surat keluar kepada
lembaga perwakilan dan entitas yang diperiksa.
17 Pejabat Struktural Pemeriksaan (PSP) adalah pejabat
pelaksana unit pemeriksa yang memperoleh kuasa dari
PTP untuk mengelola sumber daya pemeriksaan dan
menjamin mutu

pemeriksaan sesuai

dengan lingkup

wilayah kerja pemeriksaannya. PSP pada kantor pusat

Pejabat Struktural
Pemeriksaan

secara berjenjang dijabat oleh Auditor Utama Keuangan


Negara (Tortama), Kepala Auditorat dan Kepala Sub
Auditorat. PSP pada kantor perwakilan secara berjenjang
dijabat Kepala Perwakilan dan Kepala Sub Auditorat.
18 Pejabat Fungsional Pemeriksaan (PFP) adalah pelaksana
fungsional pemeriksaan yang memperoleh penugasan dari

Pejabat
Fungsional
Pemeriksaan

PTP yang bertanggung jawab melaksanakan kegiatan


fungsi pemeriksaan. PFP terdiri dari Pengendali Mutu,
Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim.
19 Pengendali

Mutu

berperan

menyetujui

dan

Pengendali Mutu

menandatangani Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan


menjamin mutu pelaksanaan pemeriksaan agar sesuai
dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN),
Pedoman Manajemen Pemeriksaan (PMP) dan Standar
M).
Pemerolehan Keyakinan Mutu (SP
K
KON

EP

20 Pengendali Teknis berperan mengendalikan, memantau

Pengendali Teknis

dan mengevaluasi teknis kegiatan pemeriksaan sesuai


lingkup tugas dan program pemeriksaan yang telah
ditetapkan, dengan mengacu kepada sistem, prosedur,
standar, dan peraturan perundangan yang berlaku, guna
memastikan kegiatan pemeriksaan berjalan dengan efektif
dan efisien. Pengendali teknis bertanggung jawab kepada
pengendali mutu.
21 Ketua

tim

merupakan

mengorganisasi,
pemeriksaan

pemimpin

mengarahkan
lapangan

serta

pemeriksaan
dan

yang

mengawasi

memastikan

hasil

pemeriksaan yang akurat, komprehensif dan tepat waktu.


Ketua Tim bertanggung jawab kepada pengendali teknis.

Ketua Tim

22 Anggota tim bertindak sebagai pelaksana pemeriksaan

Anggota tim

sesuai dengan tugas yang diberikan oleh ketua tim untuk


memperoleh hasil pemeriksaan yang akurat.
23 Penanggung Jawab pemeriksaan yang tercantum dalam
surat tugas adalah PFP yang berperan sebagai Pengendali

Penanggung
jawab

Mutu atau PSP yang ditunjuk. PSP dapat bertindak sebagai


pejabat

pelaksana

fungsional

pemeriksaan

setelah

mempertimbangkan ketersediaan PFP yang setingkat dan


memiliki

kompetensi

yang

dipersyaratkan

untuk

melaksanakan peran sebagai pejabat fungsional.


24 Pihak yang terkait dengan organisasi pemeriksaan dapat
mencakup pemeriksa di luar BPK yang Bekerja Untuk dan

Pihak yang terkait


dengan organisasi
pemeriksaan

Atas Nama BPK dan Pejabat Struktural di luar pemeriksaan


yang terkait langsung dalam proses pemeriksaan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.
KON SE P

H.

Siklus Pemeriksaan

25 Siklus

pemeriksaan

merupakan

serangkaian

kegiatan

pemeriksaan dari suatu tahap ke tahap lainnya dalam suatu

Siklus
pemeriksaan

pemeriksaan. Siklus pemeriksaan adalah sebagai berikut.


1. Perencanaan Pemeriksaan;
2. Pelaksanaaan Pemeriksaan; dan
3. Pelaporan Pemeriksaan.

I.

Perbedaan dengan PMP 2008

26 Beberapa perbedaan pokok antara PMP Tahun 2008 dan


PMP yang disempurnakan ini dapat dilihat pada tabel
berikut.

Perbedaan
dengan PMP
2008

No.

Perbedaan
1.

PMP 2008

PMP Revisi

Kedudukan

Kedudukan PMP

Kedudukan PMP disesuaikan dengan

PMP

hanya dilihat dalam

standar internasional

konteks internal
BPK.
2.

Substansi/

Memuat bagan alur,

Mengadopsi praktik terbaik dan standar

materi

jangka waktu

internasional;

pengerjaan

Menghilangkan bagan alur, jangka waktu


hanya untuk yang signifikan.

3.

Tahapan
proses yang

PMP memuat tahap:

pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan

1. RKP

dimuat dalam
PMP

PMP terdiri dari tahap perencanaan,


sedangkan tahap lainnya dimasukkan

2. Perencanaan
3. Pelaksanaan
4. Pelaporan

dalam PMPP yang berisi :


1. Perencanaan Strategis Pemeriksaan;
2. Evaluasi Pemeriksaan (ex-post);

KON SE P

5. Tindak Lanjut
6. Evaluasi

3. Pemantauan Laporan Hasil


Pemeriksaan dengan Unsur Pidana;
4. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan;
5. Penyusunan Pendapat BPK,
Pertimbangan BPK, dan Evaluasi BPK
terhadap hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh KAP berdasarkan
ketentuan perundang-undangan;
6. Pengelolaan Kerugian Negara/Daerah.

No.

Perbedaan
4.

PMP 2008

PMP Revisi

Sistematika

Penjelasan atas

Pemeriksaan Interim/Pendahuluan,

Penyajian

Pemeriksaan

Pemeriksaan Tematik, Pemeriksaan On

Pendahuluan dan

Call, Pemanfaatan KAP yang bekerja untuk

Pemeriksaan

dan atas nama BPK, Penggunaan Tenaga

Interim,

Ahli, serta Pendapat dan Konsultasi Hukum

Pemeriksaan

dikelompokkan dalam suplemen PMP.

Tematik,
Pemeriksaan On
Call, Pemanfaatan
Tenaga Ahli, serta
Pendapat dan
Konsultasi Hukum
melekat pada setiap
tahapan PMP.
5.

Dokumentasi

Belum dijelaskan

Memperjelas unsur dokumentasi yang

secara sistematis

diperlukan dalam tiap tahap.

KON SE P

pada setiap tahap.


6.

7.

Sistem

Belum dijelaskan

Memperjelas konsep pengendalian mutu

manajemen

secara rinci untuk

dan penjaminan mutu, dan sistem

mutu

masing-masing

pemerolehan keyakinan mutu serta serta

peran pada setiap

peran masing-masing pemeriksa dalam tiap

tahap.

tahapan.

Peran tim

Peran tim

Terdapat pemisahan peran yang jelas

pemeriksa

pemeriksa masih

antara pejabat strukturan dengan pejabat

mengacu pada

fungsional pemeriksa.

peraturan JFA.
8.

Keselarasan

Belum selaras

dengan

dengan peraturan

peraturan

terkini.

lainnya

Sudah selaras dengan peraturan terkini.

No.

Perbedaan
9.

Tujuan

PMP 2008

PMP Revisi

Sebagai panduan

Selain sebagai pedoman pemeriksaan,

dan

PMP juga meningkatkan kualitas

menyeragamkan

pengelolaan dan hasil pemeriksaan.

pengelolaan
pemeriksaan.

J.

Sistematika PMP

27 Sistematika PMP adalah sebagai berikut.

Sistematika PMP

1. Bab I Pendahuluan berisi uraian umum mengenai


latar belakang, maksud dan

tujuan, lingkup PMP,

kedudukan PMP, keterkaitan PMP dengan PMPP,


organisasi

pemeriksaan,

siklus

pemeriksaan,

perbedaan dengan PMP 2008, dan sistematika PMP.


2. Bab II Perencanaan PemeriksaKaON SE P
berisi

uraian

antara lain

mengenai

mekanisme

perencanaan pemeriksaan mulai dari pembentukan


tim

pemeriksaan

sampai

dengan

pengurusan

administrasi pemeriksaan, Sistem Manajemen Mutu


(SMM)

dan

dokumentasi

dalam

kegiatan

perencanaan pemeriksaan.
3. Bab III Pelaksanaan Pemeriksaan berisi uraian antara
lain mengenai mekanisme pelaksanaan pemeriksaan
mulai

dari

komunikasi

awal

sampai

dengan

pengakhiran pemeriksaan pemeriksaan di lapangan,


SMM

dan

dokumentasi

dalam

pelaksanaan

pemeriksaan.
4. Bab IV Pelaporan Pemeriksaan berisi uraian antara
lain mengenai mekaknisme pelaporan pemeriksaan
mulai dari penyusunan Konsep LHP sampai dengan

penerbitan

dan

penyerahan

LHP,

SMM

dan

dokumentasi dalam pelaporan pemeriksaan.


5. Bab V Suplemen PMP berisi uraian mengenai
Pemeriksaan

Interim/Pendahuluan,

Pemeriksaan

Tematik, Pemeriksaan On Call, Pemanfaatan KAP


Yang

Bekerja

Untuk

Dan

Penggunaan Tenaga Ahli,

Atas
serta

Nama

BPK,

Pendapat dan

Konsultasi Hukum dalam Tahapan Pemeriksaan.


6. Bab VI Penutup berisi uraian yang memuat harapan
PMP sebagai dokumen yang dinamis dan senantiasa
diperbaharui sesuai perkembangan yang ada.

KON SE P

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab II Perencanaan

BAB II
PERENCANAAN PEMERIKSAAN
A.

Lingkup

01 Perencanaan pemeriksaan merupakan awal dari proses


pemeriksaan setelah mempertimbangkan rencana strategis

Deskripsi
Perencanaan
Pemeriksaan

pemeriksaan sebagai dasar penentuan tujuan, lingkup, dan


sumber daya yang diperlukan dalam proses pemeriksaan.
Perencanaan pemeriksaan diperlukan agar pemeriksaan
dapat dilaksanakan secara efisien, efektif, dan sesuai
dengan standar pemeriksaan yang ditetapkan oleh BPK.
02 Proses perencanaan pemeriksaan disiapkan oleh PFP, PSP
dan

PTP

sesuai

dengan

tanggung

jawab

Pelaksana Kegiatan

dan

kewenangannya masing-masing.
KON SE P

03 Output

yang

dihasilkan

dari

proses

perencanaan

Output Kegiatan

pemeriksaan adalah program pemeriksaan dan Surat


Tugas.
04 Perencanaan pemeriksaan meliputi persiapan yang bersifat
teknis dan

dukungan

pemeriksaan.

Persiapan

teknis

mencakup pembentukan Tim Perencanaan Pemeriksaan


(TPP), pemahaman objek pemeriksaan, penyusunan paket
program

pemeriksaan,

penentuan

tim

pemeriksa,

persetujuan penugasan, dan penyusunan Program Kerja


Perorangan

(PKP).

Sedangkan

persiapan

dukungan

pemeriksaan meliputi penerbitan Surat Perintah Perjalanan


Dinas

(SPPD),

pencairan

biaya

pemeriksaan,

dan

pengurusan akomodasi serta transportasi ke lokasi dan


selama pemeriksaan.

Lingkup
Perencanaan
Pemeriksaan

B.

Pihak-pihak Terkait

05 Perencanaan pemeriksaan melibatkan PTP, PSP, PFP, dan

Pihak-pihak Terkait

Unit Kerja Manajemen Pemeriksaan.


06 PTP memiliki peran menandatangani Harapan Penugasan

Peran PTP

dan Surat Tugas Pemeriksaan.


07 PSP memiliki peran:

Peran PSP

1. Memastikan ketersediaan sumber daya pemeriksaan;


2. Mereviu usulan susunan tim pemeriksa terkait dengan
independensi dan persyaratan kompetensi termasuk
tenaga ahli untuk membantu kegiatan pemeriksaan;
3. Memastikan penyusunan program pemeriksaan oleh PFP
telah dilakukan sesuai prosedur.
KON SE P

08 PFP memiliki peran:

Peran PFP

1. Menyusun usulan tim pemeriksa;


2. Mengidentifikasi kebutuhan tenaga ahli;
3. Menyusun,
pemeriksaan

mereviu

dan

dengan

menyetujui

program

memperhatikan

petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk teknis pemeriksaan terkait


dan RKP;
4. Memastikan kesesuaian program pemeriksaan dengan
harapan penugasan.
09 Unit kerja manajemen pemeriksaan memiliki peran:

Peran Unit Kerja


Manjemen
Pemeriksaan

1. Menyelenggarakan data profil PFP dan tenaga ahli;


2. Menyelenggarakan
transportasi;

database

akomodasi

dan

3. Memutakhirkan data profil PFP terkait independensi,


persyaratan kompetensi serta kebenaran data lainnya
terkait dengan tugas-tugas pemeriksaan;
4. Menyelenggarakan persiapan administrasi pemeriksaan.
10 Biro Teknologi Informasi bertanggung jawab menyiapkan
infrastruktur serta sistem informasi yang dipergunakan

Peran Biro
Teknologi Informasi

dalam proses perencanaan pemeriksaan.

C. Mekanisme Perencanaan Pemeriksaan


1. Pembentukan Tim Perencanaan Pemeriksaan (TPP)
11

Pembentukan Tim Perencanaan Pemeriksaan (TPP)


merupakan

langkah

pemeriksaan.

awal

Sesuai

dalam

dengan

perencanaan

rencana

Pembentukan Tim
Perencanaan
Pemeriksaan

strategis

pemeriksaan, RKP, arahan Badan dan data PFP, PSP


menetapkan

TPP

secara
KON SE P

berjenjang

dengan

mendapatkan pertimbangan dari PFP.


12

Komposisi

TPP

terdiri

dari

PFP

dengan

mempertimbangkan pengalaman dan kompetensi yang

Komposisi Tim
Perencanaan
Pemeriksaan

relevan dengan entitas yang akan diperiksa.


13

Penugasan

TPP

dituangkan

dalam

bentuk

Surat

Perintah Perencanaan Pemeriksaan (SP3) atau Surat

Penyampaian
Konsep SP3/Surat
Tugas

Tugas oleh Tortama/Kalan. Pembentukan TPP segera


setelah penetapan RKP.
2. Penyusunan Paket Program Pemeriksaan
14

Paket

program

pemeriksaan

terdiri

dari

program

pemeriksaan dan surat tugas. Tahapan penyusunan


paket program pemeriksaan adalah sebagai berikut.

Paket Program
Pemeriksaan

a. Pemahaman Objek Pemeriksaan


15

Untuk memperoleh pemahaman objek pemeriksaan, Pemahaman Objek


PFP dapat melaksanakan perencanaan pemeriksaan
dengan desk audit atau field audit. PSP menerbitkan
SP3 sebagai dasar pelaksanaan desk audit dan PTP
menerbitkan Surat Tugas sebagai dasar pelaksanaan
field audit dalam perencanaan pemeriksaan. Desk
audit dalam tahap perencanaan merupakan kegiatan
pemahaman objek pemeriksaan secara pasif (satu
arah) menggunakan dokumen yang telah dimiliki
sebelumnya.

Sedangkan

field

audit

merupakan

kegiatan perencanaan pemeriksaan melalui pekerjaan


lapangan secara aktif (dua arah) dengan mendatangi
objek pemeriksaan. Bentuk field audit pada saat
perencanaan diantaranya berupa pemeriksaan interim
keuangan, pemeriksaan
dalam pemeriksaan
laporanKON SE P
pendahuluan

dalam

pemeriksaan

kinerja

dan

pemeriksaan investigatif (PDTT).


Dalam pemahaman objek pemeriksaan, TPP perlu
memahami entitas yang akan diperiksa terutama
menyangkut bisnis entitas, risiko entitas, sistem
pengendalian

intern

(SPI),

hasil

pemeriksaan

sebelumnya, tindak lanjut hasil pemeriksaan dan/atau


hasil pengawasan intern sebelumnya, perkembangan
entitas

yang

dapat

mempengaruhi

pemeriksaan

seperti organisasi dan peraturan perundangan yang


berlaku

bagi

pengelolaan

keuangan

lingkungan entitas yang akan diperiksa.

negara

di

Pemeriksaan

Pemahaman objek pemeriksaan akan menjadi bahan


untuk menyusun konsep program pemeriksaan.
16

TPP dapat meminta kepada Ditama Binbangkum


dan/atau instansi terkait lainnya mengenai informasi
terbaru tentang peraturan yang terkait pengelolaan

Peran Ditama
Binbangkum dalam
Perencanaan
Pemeriksaan

keuangan negara. Dari pemahaman entitas, TPP


harus menyimpulkan kompleksitas pemeriksaan yang
akan dijadikan sebagai dasar dalam menentukan
komposisi tim pemeriksa.
17

Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan sesuai


dengan jenis pemeriksaannya dilaporkan kepada PSP
secara berjenjang

oleh

PFP.

Dalam

hal

Laporan Hasil
Perencanaan
Pemeriksaan

jenis

pemeriksaannya memerlukan laporan tersendiri yang


menjadi bagian tidak terpisahkan dalam pemeriksaan,
seperti pada pemeriksaan in

KON

SE

terim dalam

pemeriksaan keuangan, pemeriksaan pendahuluan


dalam

pemeriksaan

pendahuluan

kinerja

dalam

terkait.

pemeriksaan

pemeriksaan

(PDTT), diatur lebih lanjut


lunak

atau

investigasi

dalam

perangkat

Informasi mengenai entitas dapat

juga diperoleh secara elektronik dari Pusat Data BPK,


Database Entitas Pemeriksaan
database

profil

risiko

(DEP)

entitas,

termasuk

Kertas

Kerja

Pemeriksaan (KKP) sebelumnya,


dan komunikasi dengan pemeriksa sebelumnya.
b. Penyusunan Program Pemeriksaan
18

Setelah menghasilkan laporan hasil perencanaan


pemeriksaan,

PFP

menyusun

konsep

program

pemeriksaan dengan memperhatikan sifat, luas, dan


jenis pemeriksaan yang akan dirancang dalam

Penyusunan
program
pemeriksaan oleh
Tim Perencanaan
Pemeriksaan

tahapan

pelaksanaan

pemeriksaan

dengan

memperhatikan harapan penugasan atau harapan


hasil pemeriksaan dari PTP. Proses penyusunan
program pemeriksaan dilaksanakan oleh PFP secara
berjenjang sesuai dengan tanggung jawabnya.
Program pemeriksaan sekurang-kurangnya meliputi
unsur, antara lain, dasar hukum pemeriksaan, standar
pemeriksaan,

tujuan

pemeriksaan,

entitas

yang

diperiksa, lingkup pemeriksaan, hasil pemahaman


Sistem

Pengendalian

Intern

pemeriksaan,

kriteria

yang

pemeriksaan,

metodologi

(SPI),
digunakan,

pemeriksaan,

sasaran
alasan
petunjuk

pemeriksaan, jangka waktu pemeriksaan, susunan


dan biaya pemeriksaan, kerangka Laporan Hasil
Pemeriksaan

(LHP),

waktu penyampaian, dan


persetujuan
program
serta
KON SE P

distribusi

LHP

pemeriksaan.

19

Pengendali Mutu mengevaluasi kesesuaian program


pemeriksaan dengan RKP dan mengevaluasi materi

Penyusunan
program
pemeriksaan

konsep program pemeriksaan yang meliputi, antara


lain,

tujuan,

sasaran,

metodologi

pemeriksaan,

petunjuk pemeriksaan, waktu penyampaian, dan


distribusi

LHP.

Sedangkan

PSP

mengevaluasi

Rencana Alokasi termasuk alokasi Sumber Daya


Manusia (SDM) dan biaya pemeriksaan.
20

Pengendali

Mutu

menyetujui

konsep

program

pemeriksaan paling lambat tiga hari kerja setelah


penyampaian konsep program pemeriksaan dari TPP
dan menyampaikan program pemeriksaan kepada

Lama Persetujuan

PSP secara berjenjang dengan tembusan kepada


PTP.
21

Unit kerja manajemen pemeriksaan pada tiap unit

Tugas Unit Kerja


Manajemen
organisasi pemeriksa menyelenggarakan administrasi Pemeriksaan terkait
data Profil
data profil pemeriksa yang berkenaan dengan
Pemeriksa

independensi, persyaratan kompetensi, dan data


lainnya yang dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan
PSP dalam mengusulkan PFP yang akan ditugaskan
dalam pemeriksaan.
c. Penentuan Tim Pemeriksa
22

Tortama/Kalan menetapkan perencanaan kebutuhan

Perencanaan
Kebutuhan
pemeriksa setiap tahun disertai peran dan alokasi Pemeriksa Tahunan

waktu pemeriksaan termasuk alokasi waktu untuk


pengembangan kompetensi bagi pemeriksa yang
Dalam merencanakan
disampaikan oleh PSP.
KON SE P

kebutuhan pemeriksa perlu dipertimbangkan ukuran


(jumlah satuan kerja dan anggaran) dan kompleksitas
(entitas baru, resiko tinggi penugasan), ketersediaan
PFP, keahlian khusus yang diperlukan, independensi
pemeriksa, waktu pelaksanaan pemeriksaan, rotasi
PFP

secara

berkelanjutan

dan

periodik,

serta

kesempatan untuk pelatihan. Perencanaan kebutuhan


pemeriksa tahunan tersebut menjadi acuan dalam
menyusun

komposisi

pemeriksaan.

tim

pemeriksa

di

setiap

23

Berdasarkan

perencanaan

kebutuhan

pemeriksa

tahunan tersebut, PSP menentukan komposisi tim


pemeriksa

dengan

mempertimbangkan

masukan

PFP. Penentuan komposisi tim pemeriksa dituangkan

Penentuan
Komposisi Tim
Pemeriksa

dalam bentuk konsep surat tugas. PFP yang terlibat


dalam TPP mendapat prioritas untuk ditugaskan
dalam pemeriksaan dimaksud. Penyusunan surat
tugas

dan

administrasinya

dilakukan

oleh

unit

manajemen pemeriksa.
24

PFP

memberikan

pertimbangan

mengenai

kompetensi kolektif terkait dengan entitas yang


diperiksa

kepada

PSP

dalam

menentukan

Kompetensi Tim
Pemeriksa

tim

pemeriksa, diantaranya latar belakang pendidikan dan


pengalaman, independensi, dan hasil evaluasi kinerja
pemeriksa dalam penugasan sebelumnya.
d. Persetujuan Penugasan
25

Proses persetujuan penugasan dilakukan secara


berjenjang oleh PSP untuk disetujui oleh PTP.
Persetujuan

penugasan

teKONrSE P

dilakukan

dengan menandatangani

tugas

setelah

PTP menyetujui
penugasan

sebut
surat

mempertimbangkan program pemeriksaan.


26

Program pemeriksaan dan surat tugas yang telah


disetujui

merupakan

pemeriksaan.

Surat

suatu
tugas

paket

ditembuskan

program

Paket Program
Pemeriksaan

kepada

pimpinan entitas dan intern BPK yang terkait.


Paket program pemeriksaan diunggah oleh unit kerja
manajemen pemeriksaan ke dalam sistem aplikasi
pemeriksaan.
27

Penugasan dapat dibatalkan oleh PTP berdasarkan


pertimbangan independensi, perubahan kebijakan
Badan, atau keadaan kahar (force majeur) dan
pertimbangan lain yang membuat pemeriksaan tidak

Pembatalan
Penugasan

dapat dilaksanakan secara memadai.


28

Persetujuan penugasan oleh PTP paling lambat lima

Lama Persetujuan

hari kerja setelah program pemeriksaan disetujui


dan/atau konsep surat dari Tortama diterima.
29

PFP yang telah tercantum dalam surat tugas yang

yang

telah disetujui PTP, tidak dapat melepaskan diri dari

diperi

penugasan pemeriksaan tersebut. PFP hanya dapat

ksa

melepaskan diri dari penugasan disebabkan oleh :

sehin

1) meninggal dunia;

gga

2) berhenti sebagai pegawai negeri sipil BPK;


3) sakit yang berdasarkan keterangan dokter bahwa
PFP tersebut tidak dapat menjalankan tugas
pemeriksaan;

PFP
tidak
dapat
menj
alank

4) terganggunya independensi PFP terhadap entitas


KON SE P

an
tugas
peme
riksa
an
secar
a
objek
tif.
Apabi
la
ada
gang
guan
indep
ende
nsi,
PFP
yang

bersangkutan

menyampaikan

alasan

secara

tertulis kepada Tortama/Kalan melalui usulan


berjenjang mulai dari PFP satu tingkat di atasnya.
Berdasarkan

pertimbangan

langsungnya

yang

Tortama/Kalan,

PTP

dari

atasan

disampaikan

melalui

dapat

membatalkan

penugasan kepada PFP tersebut. Keputusan


pembatalan penugasan disampaikan kepada yang
bersangkutan melalui Tortama/Kalan terkait. Unit

Kerja

Manajemen

mengadministrasikan
tersebut.

Pemeriksaan
keputusan

kemudian
pembatalan

Pelepasan
Penugasan

Apabila

terdapat

konsekuensi

pembatalan

keuangan

tersebut,

atas
PFP

mempertanggungjawabkannya kepada Biro Keuangan


atau Subbag Keuangan.
3. Penyusunan Program Kerja Perorangan
30

Berdasarkan paket program pemeriksaan yang telah

Penyusunan PKP

disetujui, ketua tim melakukan pembagian tugas kepada


masing-masing anggota tim atas langkah pemeriksaan
yang terdapat dalam program pemeriksaan. Para
anggota tim pemeriksa kemudian menyusun konsep
Program Kerja Perorangan (PKP) yang merupakan
penjabaran

dari

Program

Pemeriksaan

dan

mengajukannya kepada ketua tim untuk direviu. Setelah


memperhatikan arahan pengendali teknis, ketua tim
pemeriksa menyetujui konsep PKP. Persetujuan PKP
KON SE P

oleh ketua tim paling lambat dua hari kerja setelah paket
program pemeriksaan disetujui.
4. Pengurusan Dukungan Pemeriksaan
31

Pelaksanaan teknis pemeriksaan tidak akan berhasil


dengan

baik

tanpa

dukungan

penyelenggaraan

Pengurusan
Administratif
Pemeriksaan

administrasi pemeriksaan. Penyelenggaran administrasi


pemeriksaan ini, antara lain, meliputi:
32

a) Penerbitan Surat Perintah Perjalanan Dinas


(SPPD) dan Administrasi Keuangan
Berdasarkan tembusan surat tugas dan jadwal
pemeriksaan, Unit Kerja Manajemen Pemeriksaan
menyiapkan konsep Surat Perintah Perjalanan Dinas
(SPPD) untuk masing-masing PFP yang berisi,

Penerbitan SPPD
dan Administrasi
Keuangan

antara lain, nomor dan tanggal surat tugas dan


tanggal keberangkatan tim PFP yang bersangkutan.
SPPD ditandatangani oleh Tortama atau Kalan, dan
pejabat lainnya paling lambat dua hari kerja setelah
paket program pemeriksaan disetujui.
Berdasarkan tembusan surat tugas dan SPPD, Unit
Kerja Manajemen Pemeriksaan mengurus pencairan
biaya pemeriksaan dan mendistribusikan ke masingmasing PFP.
33

b) Pengurusan Akomodasi dan Transportasi


Untuk kemudahan pelaksanaan tugas, Unit Kerja
Manajemen
database

Pemeriksaan

akomodasi

menyelenggarakan

dan

transportasi

sebagai

sumber informasi dalam merancang akomodasi dan


transportasi yang dibutuhk

KON

SE

an selama

pemeriksaan. Dalam hal akomodasi dan transportasi


tidak memungkinkan untuk dibantu pengurusannya
oleh Unit Kerja Manajemen Pemeriksaan maka
PFP dapat merancang sendiri teknis perjalanan dan
akomodasi sesuai kondisi di lapangan. Apabila PFP
merancang sendiri teknis perjalanan dan akomodasi,
dua hari kerja setelah PFP berada di lapangan,
ketua tim pemeriksa menyampaikan kepada Unit
Kerja Manajemen Pemeriksaan mengenai tempat
penginapan, termasuk informasi tarifnya.

Pengurusan
Akomodasi dan
Transportasi

D. Sistem Manajemen Mutu (SMM)


34

1. Uraian Kegiatan

No.

Objek SMM

Pihak

Tanggung Jawab

Terkait

Pembentukan PSP

Mereviu dan menetapkan

TPP

TPP dengan pertimbangan

Dokumen SMM

Lembar Reviu

dari PFP
2

Penyusunan

Pengendali a. Mengarahkan penyusunan

Paket

Mutu

Lembar Reviu

program pemeriksaan.

Program
b. Menyetujui substansi konsep

Pemeriksaan

program pemeriksaan yang


disampaikan Pengendali
Teknis.
KON SE P

c. Mengevaluasi apakah
program pemeriksaan telah
dapat memenuhi tujuan,
harapan dan lingkup
pemeriksaan.
d. Mereviu kesesuaian program
pemeriksaan dengan
standar, PMP, dan kode etik.

Pengendali a. Mereviu kesesuaian konsep Lembar Reviu


Teknis

program pemeriksaan dengan


juklak dan juknis terkait
b. Mereviu ketepatan
metodologi pemeriksaan.

No.

Objek SMM

Pihak

Tanggung Jawab

Terkait
PSP

a. Mereviu kesesuaian proses


penyusunan program

Dokumen SMM

Checklist atau
Lembar Reviu

pemeriksaan dengan PMP.


b. Mengevaluasi kesesuaian
program pemeriksaan dengan
RKP dan Rencana Alokasi
termasuk Alokasi Sumber
Daya Manusia (SDM) dan
biaya pemeriksaan.
3

Penentuan

Pengendali

Mengarahkan susunan tim

Lembar

Tim

Mutu

pemeriksa sesuai kompetensi

disposisi/

Pemeriksa

yang dibutuhkan

PSP

KON SE P

Mereviu dan menyetujui

risalah rapat
Lembar reviu

susunan tim pemeriksa.


4

Persetujuan

PTP

Penugasan

Menyetujui usulan penugasan

Paket Program

yang diusulkan secara

Pemeriksaan

berjenjang oleh PSP


5

Penyusunan

Ketua Tim

PKP

Pengendali

a. Mereviu konsep PKP

Lembar reviu

b. Menyetujui PKP

PKP

Mengarahkan konsep PKP

Teknis

35

Lembar
disposisi

2. Alur Dokumentasi
Alur dokumentasi menggambarkan dokumen yang dihasilkan/dibutuhkan serta
perpindahannya dalam tahap perencanaan pemeriksaan.

Perencanaan Pemeriksaan
Jangka Waktu
Uraian

Badan/Anggota
Terkait

Tortama/Kalan

PFP
(TPP)

PSP

Data

Usulan

RKP

Dit. Binbangkum/
Subbag Hukum

Unit Kerja Manajemen


Pemeriksaan

Entitas
Terperiksa

Arahan
Rencan
a St
rategis

1. Pembentukan tim
perencanaan
pemeriksaan

Segera
setelah

SP3/ST

penerbitan RKP

Laporan Hasil
Perencanaan
Pemeriksaan
KKP

DEP
2. Penyusunan konsep
P2

Konsep P2

Segera setelah

penerbitan RKP

Lembar
Reviu

3. Persetujuan konsep
P2

4. Penentuan tim

pemeriksa

Segera setelah

Masukan
Tiga hari
setelah
perbaikan dari

Persetujua
n
penugasan

Tuga
s

P2
Surat
Tugas

P2
Surat

Tugas

PKP

Dua hari
6. Penyusunan
program kerja
perorangan

disetujui

Sistem

aplikasi
Pemeriksaan

setelah
paket

program

Usul Tim

Pemeriksa

Surat

Tim Persiapan

setelah
P2
disetujui

Masukan

Lembar
Reviu

P2

penerbitan RKP

Lima hari
5.

Konsep P2

Jadwal
Pemeriksaan

Jadwal
Pemeriksaan

Surat
Tiga Hari

KON SE P

Surat

Tugas

Tugas

sebelum

pemeriksaan
7. Pemberitahuan
pemeriksaaan
kepada pimpinan
entitas yang
diperiksa

P
h
as

lapangan
SPPD
Dua hari
kerja setelah

paket
program

8. Penerbitan SPPD dan


administrasi keuangan

9. Pengurusan
akomodasi dan
transportasi

disetujui

Akomodasi

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

BAB III
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
A.

Lingkup

01 Pelaksanaan pemeriksaan merupakan realisasi


rencana

pemeriksaan.

Pelaksanaan

atas

pemeriksaan

Deskripsi
Pelaksanaaan
Pemeriksaan

diperlukan agar pemeriksaan dapat dilaksanakan secara


efisien, efektif, dan sesuai dengan standar pemeriksaan
yang ditetapkan oleh BPK.
02 Proses pelaksanaan pemeriksaan dilakukan oleh PFP,

Pelaksana Kegiatan

PSP, dan PTP sesuai dengan tanggung jawab dan


kewenangannya masing-masing.
03 Output

yang

dihasilkan

dari

proses

pelaksanaan

pemeriksaan adalah Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP),


KON SE P

temuan pemeriksaan dan Laporan Akhir Pelaksanaan


Pemeriksaan Lapangan (LAPPL).

Output Kegiatan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab III Pelaksanaan

04 Pelaksanaan pemeriksaan dibagi ke dalam dua kegiatan,


yaitu

kegiatan

pemeriksaan

dan

pengakhiran

pemeriksaan. Kegiatan pemeriksaan adalah kegiatan


yang dilaksanakan ketika tim pemeriksa berada di
lapangan. Kegiatan pemeriksaan dimulai dari komunikasi
awal dan diakhiri dengan komunikasi akhir dengan
pejabat entitas yang diperiksa. Sedangkan kegiatan
pengakhiran pemeriksaan adalah kegiatan setelah tim
kembali

dari

lapangan.

Kegiatan

pengakhiran

pemeriksaan antara lain, melaporkan hasil pemeriksaan di


lapangan dan mempertanggungjawabkan administrasi
pemeriksaan.

Lingkup
Pelaksanaan
Pemeriksaan

B.

Pihak-pihak Terkait

05 Pelaksanaan pemeriksaan melibatkan PTP, PSP, PFP,

Pihak-pihak Terkait

Ditama Binbangkum/Subbag Hukum dan Unit Kerja


Manajemen Pemeriksaan.
06 PTP memiliki peran memantau jalannya pemeriksaan

Peran PTP

melalui sistem aplikasi pemeriksaan.


07 PSP

memiliki

peran

mengevaluasi

Laporan

Akhir

Peran PSP

Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan.


Peran PFP

08 PFP memiliki peran:


1. Melaksanakan program pemeriksaan sesuai dengan
standar pemeriksaan;
2. Mendokumentasikan

pelaksanaan

program

pemeriksaan dalam bentuk KKP;


KON SE P

3. Menyusun LAPPL.
09 Pengendali Mutu memiliki peran menjamin terpenuhinya
tujuan

dan

lingkup

pemeriksaan

serta

menjamin

Peran Pengendali
Mutu

kelancaran pelaksanaan pemeriksaan.


10 Pengendali Teknis memiliki peran:
1. Menjamin

terpenuhinya

Peran Pengendali
Teknis

pelaksanaan

program

pemeriksaan yang tertuang dalam KKP;


2. Menjamin kesesuaian penggunaan bahasa dalam
temuan pemeriksaan dengan ketentuan yang berlaku;
3. Menjamin

kebenaran

matematis

dalam

pemeriksaan untuk nilai-nilai yang material.

temuan

11 Ketua Tim memiliki peran:

Peran Ketua Tim

1. Menjamin terpenuhinya unsur-unsur temuan seperti


kondisi, kriteria, sebab, dan akibat sesuai dengan
standar;
2. Menjamin

kelengkapan

dan

kecukupan

bukti

pendukung;
3. Menjamin kebenaran matematis dan akurasi angka
dalam temuan pemeriksaan.
12 Anggota Tim memiliki peran:
1. Melaksanakan

Peran Anggota Tim

program

pemeriksaan

dan

mendokumentasikannya dalam KKP;


2. Menjamin kebenaran matematis dan akurasi angka
dalam KKP.
KON SE P

13 Unit kerja manajemen pemeriksaan memiliki peran antara


lain:
1. Memutakhirkan

hasil

pelaksanaan

Peran Unit Kerja


Manajemen
Pemeriksaan

pemeriksaan

lapangan berdasarkan Laporan Akhir Pelaksanaan


Pemeriksaan Lapangan ke dalam sistem aplikasi
pemeriksaan.
2. Melakukan

penyelesaian

pertanggungjawaban

administrasi keuangan Tim Pemeriksa dengan Biro


Keuangan.
14 Biro Teknologi Informasi bertanggungjawab menyiapkan
infrastruktur serta sistem informasi yang dipergunakan
dalam proses pelaksanaan pemeriksaan.

Peran Biro
Teknologi Informasi

C.

Mekanisme Pelaksanaan Pemeriksaan


1.

15

Pemberitahuan Pemeriksaan
Berdasarkan paket program pemeriksaan yang telah
disetujui, Ketua Tim menyusun jadwal pemeriksaan
yang memuat waktu tentatif yang dialokasikan untuk
melakukan
bersangkutan.

pemeriksaan

pada

Apabila

diperlukan,

entitas
Ketua

menyusun permintaan data/informasi awal

yang
Tim
terkait

pemeriksaan. Surat tugas, jadwal pemeriksaan dan


permintaan data/informasi awal disampaikan kepada
pimpinan

entitas

yang

diperiksa.

Pemberitahuan

pemeriksaan disampaikan paling lambat tiga hari kerja


sebelum PFP melaksanakan pemeriksaan lapangan.
Dalam hal PFP akan memanfaatkan data-data dan
informasi awal yang tersedia dalam pusat data BPK
KON SE P

melalui sistem e-Audit, maka Ketua Tim dapat


memperoleh data dan informasi tersebut setelah surat
tugas diterbitkan. Mekanisme pemanfaatan e-Audit
mengacu kepada perangkat lunak terkait.
2.

Komunikasi Awal

Pemberitahuan
Kepada Pimpinan
Entitas yang Diperiksa

16

Komunikasi awal dengan pimpinan entitas yang


diperiksa bertujuan untuk menjelaskan pemeriksaan
yang dilakukan, meliputi tujuan, lingkup, rencana
kegiatan dan waktu pemeriksaan, dan kebutuhan
dokumen yang diperiksa, serta menjelaskan komposisi
tim pemeriksa yang tercantum dalam surat tugas.
Komunikasi

tersebut

pertemuan awal

dilaksanakan

dengan

pimpinan

dalam
entitas

bentuk
yang

diperiksa. Komunikasi awal setidaknya dilakukan oleh

Komunikasi Awal
dengan Pimpinan
Entitas

Pengendali Teknis, Ketua Tim dan Anggota Tim.


Dalam

hal

Pengendali

Teknis

tidak

dapat

mendampingi karena alasan kedinasan lainnya, maka


komunikasi awal setidaknya dilakukan oleh Ketua Tim
dan Anggota Tim.
17

Pada saat pertemuan awal, PFP membuat notulen


yang

berisi

informasi

tentang

pertemuan

awal

termasuk pernyataan lisan dari pihak entitas jika

Notulen Pertemuan
Awal Komunikasi
Awal dengan
Pimpinan Entitas

menolak pemeriksaan yang akan dilakukan oleh PFP.


Notulen pertemuan awal tersebut ditandatangani oleh
PFP

dengan

peran

tertinggi

yang

menghadiri

pertemuan awal tersebut.


3.
18

Pelaksanaan Program Pemeriksaan dan Penyusunan


KKP
Pelaksanaan program pemeriksaan dilakukan oleh
KON SE P

PFP

sesuai

pembagian

tugas

dalam

PKP.

Pelaksanaan
program
pemeriksaan

Pelaksanaan program pemeriksaan ditujukan untuk


memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan
kompeten. Bukti pemeriksaan merupakan dokumen
pendukung yang dimuat dalam KKP.
19

Apabila terdapat program pemeriksaan yang tidak


dapat dilaksanakan karena pimpinan entitas menolak
untuk

diperiksa

dokumen/keterangan

atau
yang

tidak
diminta,

menyediakan
maka

PFP

membuat Berita Acara Penolakan Pemeriksaan atau


Penolakan

Pemberian

Pemeriksaan yang

Keterangan/Dokumen

ditandatangani oleh

pimpinan

entitas yang diperiksa dan Pengendali Mutu. Proses


penyusunan berita acara penolakan dilaksanakan

Berita Acara
Penolakan

setelah PFP mengkomunikasikan dampak hukum dan


dampak terhadap keseluruhan hasil pemeriksaan serta
telah

mendiskusikan

berbagai

langkah

prosedur

pemeriksaan alternatif kepada entitas yang diperiksa.


20

Apabila pimpinan entitas yang diperiksa tidak bersedia


menandatangani

Berita

Acara

Pemeriksaan/Pemberian

Penolakan

Surat Pernyataan
Penolakan
Pemeriksaan

Keterangan/Dokumen

Pemeriksaan, maka Pengendali Mutu menyampaikan


Surat Pernyataan Penolakan menandatangani Berita
Acara

Penolakan

Pemeriksaan/

Pemberian

Keterangan/Dokumen Pemeriksaan kepada pimpinan


entitas dimaksud untuk ditandatangani.
21

Apabila pimpinan entitas yang diperiksa tidak bersedia


menandatangani Surat Pernyataan Penolakan untuk
Acara
Penolakan
menandatangani
Berita
KON SE P

Pemeriksaan/Pemberian

Keterangan/Dokumen

Pemeriksaan, maka Pengendali Mutu menyatakan


penolakan tersebut dalam kertas kerjanya.

Dokumentasi
Penolakan
Entitas

22

Pengendali

Mutu

kemudian

melaporkan

adanya

penolakan dari entitas yang diperiksa kepada PTP


melalui PSP dengan melampirkan bukti Berita Acara
Penolakan

Pemeriksaan/Pemberian

Keterangan/Dokumen

Pemeriksaan

atau

Surat

Pernyataan Penolakan menandatangani Berita Acara


Penolakan

Pemeriksaan/

Keterangan/Dokumen

Pemeriksaan

Pemberian
atau

notulen

pertemuan awal. PTP melalui PSP kemudian meminta


pertimbangan

Ditama

Binbangkum

dan

pejabat

struktural terkait untuk diproses lebih lanjut sesuai

Proses Hukum
Penolakan
Pemeriksaan

peraturan

perundang-undangan.

Penyelesaian

penolakan pemeriksaan di BPK Perwakilan dapat


melibatkan Kepala Subbagian (Kasubbag) Hukum
sebelum

meminta

pertimbangan kepada

Ditama

Binbangkum.
23

Penolakan pemeriksaan atau penolakan pemberian


keterangan/dokumen oleh entitas merupakan salah
satu bentuk pembatasan lingkup pemeriksaan yang
dapat mempengaruhi opini atau simpulan dalam
laporan hasil pemeriksaan.

Pembatasan
pemeriksa

24

Dalam

hal

beberapa

langkah

pada

program

pemeriksaan tidak dapat dilaksanakan atau ketika


diperlukan

penambahan

karena kondisi
mengusulkan
pemeriksaan

di

atau

lapangan,

modifikasi
Ketua

perubahan
kepada

Pengendali

KON

Tim
SE

langkah
dapat
rogram

Mutu

melalui

Pengendali Teknis. Apabila persetujuan perubahan


program pemeriksaan dari Pengendali Mutu belum
diperoleh, Ketua Tim dapatmelaksanakan
pemeriksaan

sesuai dengan

usulan

langkah
perubahan

program pemeriksaan, tetapi

dengan

sepengetahuan

Teknis. Perubahan

Pengendali

program pemeriksaan beserta alasannya harus


didokumentasikan dalam KKP. Selain itu, apabila
PFP tidak dapat menerapkan standar yang berlaku,
maka PFP perlu mendokumentasikan hal tersebut
dalam kertas kerjanya beserta dengan alasan yang
mendasari dan
standar tersebut.

dampak dari

tidak

dipatuhinya

Perubahan P2

25

Dalam hal, PFP mengidentifikasi kebutuhan tenaga


ahli pada saat pelaksanaan pemeriksaan, PFP dapat
mengusulkan kebutuhan tersebut kepada PSP dengan

Kebutuhan tenaga
ahli pada saat
pelaksanaan
pemeriksaan

disertai alasannya.
26

Apabila terdapat kebutuhan untuk memperpanjang


waktu pemeriksaan dan/atau menambah pemeriksa,
Pengendali

Mutu

pemeriksaan

mengajukan

Penambahan Hari
Pemeriksaan

usul

perpanjangan waktu dan/atau penambahan pemeriksa


kepada PTP. Pengajuan usulan perpanjangan waktu
pemeriksaan dan jumlah pemeriksa dilakukan paling
lambat

lima

hari

kerja

sebelum

batas

waktu

pemeriksaan lapangan berakhir.


27

Perpanjangan waktu dan/atau penambahan pemeriksa


dapat diberikan dalam hal terdapat prosedur yang
diperlukan prosedur
tidak dapat dilaksanakan
ataKON SEuP
tambahan karena entitas tidak kooperatif atau terdapat
temuan/identifikasi unsur pidana yang perlu ditelusuri
lebih lanjut, atau satu atau lebih pemeriksa tidak dapat
melaksanakan pemeriksaan. Perpanjangan waktu atau
penambahan pemeriksa tidak dapat diberikan karena
ketidakcermatan

dalam

tahapan

pemahaman

penugasan, pemahaman entitas, atau penyusunan


program pemeriksaan.

Alasan
Perpanjangan
Waktu

28

Persetujuan

akhir

perpanjangan

waktu

dan/atau

penambahan pemeriksa merupakan kewenangan PTP


dengan memperhatikan biaya dan manfaat. Segala
konsekuensi penambahan biaya pemeriksaan yang
terjadi karena penambahan hari pemeriksaan atau
penambahan jumlah pemeriksa menjadi tanggung

Wewenang
Perpanjangan
Waktu

jawab PTP. Unit Kerja Manajemen Pemeriksaan


mengadministrasikan persetujuan perpanjangan waktu
dan/atau penambahan pemeriksa serta konsekuensi
biaya yang ditimbulkan.
29

KKP

merupakan

catatan-catatan

yang

diselenggarakan oleh pemeriksa tentang prosedur


pemeriksaan

yang

ditempuh,

pengujian

Kertas Kerja
Pemeriksaan

yang

dilakukan, informasi yang diperoleh, dan simpulan


yang

dibuat

sehubungan

dengan

penugasan

pemeriksaannya. KKP berfungsi untuk membuktikan


bahwa pemeriksa telah melaksanakan pemeriksaan
sesuai dengan

standar

pemeriksaan

dan

untuk

membantu pelaksanaan reviu oleh Pengendali Teknis


dan/atau Pengendali Mutu.
KKP dapat didokumentasikan dalam media kertas
KON SE P

dan/atau

media

elektronis

(eKKP).

eKKP

dapat

menggantikan KKP hasil print out atau fotokopi dengan


syarat bahwa sistem eKKP dapat mengakomodasi
proses reviu KKP secara elektronik yang dilakukan
berjenjang sebagai bagian dari kegiatan pengendalian
mutu. Selain itu sistem eKKP harus dapat menjamin
ketersediaan dan keamanan data dan informasi yang
disimpan dalam bentuk elektronik tersebut.
30

KKP disusun oleh Anggota Tim dan direviu secara

Penyusunan KKP

berjenjang oleh Ketua Tim, dan Pengendali Teknis


pada saat pelaksanaan pemeriksaan.
31

KKP disusun berdasarkan langkah pemeriksaan yang


direncanakan dalam program pemeriksaan dengan
mencantumkan referensi silang pada bagian yang

Indeksasi KKP

saling berhubungan untuk kemudahan proses reviu


oleh Pengendali Teknis atau pemahaman entitas oleh
pemeriksa yang akan datang. Tata cara penyusunan
dan indeksasi KKP diatur lebih lanjut pada petunjuk
pelaksanaan tentang KKP.
32

Berdasarkan

pemeriksaan

final,

PFP

menyusun

lembar sampul (coversheet) dan Hasil Pelaksanaan


Prosedur

Pemeriksaan

(HP3).

Coversheet

berisi

deskripsi hasil pemeriksaan secara umum beserta


dengan kesimpulan. Sedangkan HP3 merupakan
penjelasan lebih

lanjut

dari

PKP

yang

merinci

penjelasan atas masing-masing prosedur pemeriksaan


yang

dilakukan,

hasil

pemeriksaannya,

serta

kesimpulannya.
Coversheet dan HP3 merupakan lembar kontrol yang
KON SE P

digunakan oleh Pengendali Teknis untuk memastikan


bahwa

setiap

pemeriksaan

langkah-langkah

telah

dilaksanakan

dalam
serta

program
dilengkapi

dengan bukti dan analisis yang memadai dari Ketua


Tim dan Anggota Tim.
Format coversheet dan HP3 secara lebih lanjut
dijelaskan dalam perangkat lunak terkait.

Penyusunan lembar
sampul dan HP3

33

Apabila

terdapat

prosedur

yang

tidak

dapat

dilaksanakan oleh pemeriksa karena satu dan lain hal,


maka pemeriksa

perlu

mendapatkan

persetujuan

Ketua Tim dan Pengendali Teknis. Anggota Tim perlu


mendokumentasikan prosedur yang tidak dilaksanakan
tersebut dalam kertas kerjanya disertai dengan alasan
yang mendasari.

Dokumentasi
prosedur
pemeriksaan yang
tidak dapat
dilaksanakan

34

Pengendali

Teknis

menyeluruh,

wajib

membuat

mereviu
checklist

KKP
atas

secara
seluruh

Reviu KKP oleh


Pengendali Teknis

pelaksanaan langkah-langkah program pemeriksaan


dengan tata cara yang diatur pada Juklak Penyusunan
KKP. Sedangkan prosedur reviu KKP diatur lebih lanjut
dalam juklak SPKM.
4.
35

Penyusunan Temuan Pemeriksaan


Temuan pemeriksaan merupakan temuan atau indikasi
permasalahan yang diperoleh selama pemeriksaan.

Temuan
pemeriksaan

Pada dasarnya, temuan pemeriksaan terkait dengan:


a. Ketidakpatuhan

terhadap

perundang-undangan,

ketentuan

peraturan

penyimpangan,

dan

ketidakpatutan yang material untuk dilaporkan;


b. Kelemahan

sistem

pengendalian

intern

yang

KON SE P

material untuk dilaporkan;


c. Kegagalan suatu program yang diperiksa; dan
d. Ketidaksesuaian kondisi

dengan

kriteria

yang

ditetapkan.
36

Temuan pemeriksaan memuat unsur diantaranya


judul, kondisi, kriteria, akibat, sebab, dan komentar

Unsur Temuan
Pemeriksaan

instansi. Penjelasan lebih lanjut atas unsur temuan


pemeriksaan mengacu pada SPKN dan perangkat
lunak terkait.
Penyusunan temuan pemeriksaan dilakukan dengan
prosedur berikut.
37

a. Konsep temuan pemeriksaan disusun oleh Anggota


Tim sesuai dengan bagian yang ditetapkan di

Penyusunan
Konsep Temuan
Pemeriksaan oleh

dalam PKPnya dengan memperhatikan aspek


kualitatif dari sebuah temuan. Konsep temuan
pemeriksaan tersebut didokumentasikan sebagai
KKP Anggota Tim tersebut dan didokumentasikan
ke dalam sistem informasi pemeriksaan BPK.
Proses penyusunan temuan yang disiapkan oleh
Anggota Tim akan direviu oleh Ketua Tim.
Ketua tim mengidentifikasi temuan pemeriksaan
yang memuat informasi rahasia atau mengandung
unsur pidana, sesuai dengan peraturan perundangundangan

yang

terkait

dengan

keterbukaan

informasi publik dan peraturan BPK sebagai tindak


lanjut

dari

peraturan

perundangan

tersebut.

Penjelasan lebih lanjut atas informasi rahasia yang


dikecualikan

dari

publik

dapat

dilihat

pada

KON SE P

peraturan tentang keterbukaan informasi publik.


Pengendali Teknis mereviu temuan pemeriksaan
untuk

memastikan

memenuhi

temuan

unsur-unsur

pemeriksaan

judul,

kondisi,

telah

kriteria,

sebab dan akibat. Selain itu, Pengendali Teknis


mereviu kebenaran substansi dan akurasi angka
dalam temuan pemeriksaan.
Temuan pemeriksaan yang dinilai tidak layak
berdasarkan hasil reviu oleh Ketua Tim dan
Pengendali Teknis tetap didokumentasikan ke
dalam KKP.

Anggota Tim

38

b. Ketua

Tim

menyampaikan

konsep

temuan

pemeriksaan yang telah direviu secara berjenjang


kepada pimpinan entitas yang diperiksa untuk

Penyampaian
temuan
pemeriksaan untuk
ditanggapi

dimintakan tanggapan. Apabila pimpinan entitas


berhalangan,

pemberian

tanggapan

dapat

dikuasakan kepada bawahannya melalui surat


pelimpahan wewenang untuk menanggapi konsep
temuan pemeriksaan yang diberikan.
39

c. Setelah penyampaian temuan pemeriksaan, PFP


dapat menyelenggarakan diskusi dengan pimpinan
entitas

yang

diperiksa

sebagai

forum

untuk

menanggapi temuan pemeriksaan tersebut paling


lambat tiga hari kerja sebelum penyerahan temuan
pemeriksaan

kepada

pimpinan

entitas

yang

diperiksa. Diskusi dilaksanakan dengan tujuan


untuk mengklarifikasi permasalahan yang diungkap
dalam konsep temuan pemeriksaan.
Entitas

yang

diperiksa

dapat

menyampaikan

KON SE P

data/informasi terkait dengan permasalahan yang


diungkap dalam temuan pemeriksaan. Apabila
data/informasi

yang

disampaikan

oleh

entitas

membuktikan analisis dalam temuan pemeriksaan


salah dan hal tersebut diakui oleh PFP, maka
konsep temuan pemeriksaan dinyatakan batal.
Apabila data/informasi yang disampaikan oleh
entitas yang diperiksa tidak dapat membuktikan
kesalahan

analisis

dalam

konsep

temuan

pemeriksaan (tidak memiliki dasar yang kuat untuk


membatalkan temuan pemeriksaan), maka konsep
temuan pemeriksaan dinyatakan menjadi temuan
pemeriksaan final.

Diskusi temuan
pemeriksaan
dengan Pimpinan
Entitas

40

d. Konsep temuan pemeriksaan yang dianggap tidak


layak oleh Ketua Tim dan/atau Pengendali Teknis
dan

dinyatakan

batal

berdasarkan

Konsep Temuan
Pemeriksaan Tidak
Layak

diskusi

pembahasan dengan entitas yang diperiksa tetap


didokumentasikan dalam KKP.
41

e. Temuan pemeriksaan final yang telah memperoleh


komentar/tanggapan dari pimpinan entitas oleh

Himpunan Temuan
Pemeriksaan

Ketua Tim Pemeriksa dihimpun menjadi himpunan


temuan pemeriksaan.
42

f. Pembahasan

yang

terjadi

selama

diskusi

Risalah diskusi

didokumentasikan dalam risalah diskusi temuan


pemeriksaan. Risalah diskusi ini sekaligus sebagai
notulen pertemuan akhir apabila tidak ada diskusi
lebih lanjut.
KON SE P

43

Temuan pemeriksaan yang telah disampaikan kepada


entitas

diunggah

manajemen
Pemanfaatan

ke

dalam

pemeriksaan
sistem

sistem

oleh
informasi

informasi

Ketua

Pemanfaatan
sistem informasi
manajemen
pemeriksaan

Tim.

manajemen

pemeriksaan diatur lebih lanjut dalam pedoman terkait.


44

Dalam

hal

entitas

menindaklanjuti

temuan

pemeriksaan sebelum tim pemeriksa menyelesaikan


proses pelaporan pemeriksaan, temuan pemeriksaan

Temuan
pemeriksaan yang
ditindaklanjuti
sebelum tahap
pelaporan

tersebut tetap dimuat di dalam LHP beserta dengan


keterangan atas status penyelesaian tindak lanjutnya.
Temuan pemeriksaan dengan unsur pidana tetap akan
diproses sesuai dengan mekanisme yang berlaku.
45

Apabila terdapat indikasi kerugian negara/daerah dan


unsur pidana dalam temuan pemeriksaan, Ketua Tim

Indikasi kerugian
negara/daerah dan
unsur pidana dalam

menyampaikan kepada

Pengendali

Teknis

untuk

didiskusikan kelayakannya bersama Pengendali Mutu.

temuan
pemeriksaan

Pengendali Mutu menyampaikan kepada PSP atas


indikasi unsur pidana tersebut. Tortama/Kalan atau
Anggota terkait dapat meminta pendapat hukum
kepada Ditama Binbangkum/Subbag Hukum BPK
Perwakilan.
Pendapat hukum didokumentasikan di dalam KKP.
Mekanisme permintaan pendapat hukum atas temuan
pemeriksaan mengacu pada POS terkait.
PSP kemudian menyampaikannya kepada PTP terkait
untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.
Temuan Pemeriksaan berindikasi unsur pidana tidak
disampaikan kepada entitas.
46

Temuan pemeriksaan memilikiKON SE P

standar

penulisan dan sampul yang disesuaikan dengan jenis


pemeriksaan yang
diatur

dilakukan.

Standar

penulisan

secara khusus dalam petunjuk pelaksanaan

dan/atau petunjuk teknis pemeriksaan yang terkait,


sedangkan sampul temuan pemeriksaan
kepada

mengacu

juklak

pelaporan.
5.

Komunikasi
Akhir
Pemeriksaan)

(Penyampaian

Temuan

Standar Penulisan

47

Ketua

Tim

menyampaikan

temuan

pemeriksaan

kepada pimpinan entitas yang telah dilampiri komentar


(disesuaikan

konsistensinya)

setelah

Surat

Penyampaian temuan pemeriksaan ditandatangani


oleh Ketua Tim dan Pimpinan entitas.

Penyampaian
Temuan
Pemeriksaan

6.
48

Pengakhiran Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan


Pengakhiran

pelaksanaan

pemeriksaan

yang

merupakan pertanggungjawaban PFP kepada PSP

Pertanggungjawaban
PFP

melalui penyampaian Laporan Akhir Pelaksanaan


Pemeriksaan

Lapangan

(LAPPL).

Penyampaian

LAPPL ini menjadi awal dari proses pelaporan.


49

LAPPL

berisi

informasi

mengenai

waktu

LAPPL

keberangkatan, waktu kembali, akomodasi selama


melaksanakan
dihadapi

pemeriksaan,

selama

dan

kendala

melaksanakan

yang

pekerjaan

pemeriksaan.
LAPPL

disampaikan

oleh

Ketua

Tim

kepada

Pengendali Mutu melalui Pengendali Teknis paling


lambat dua hari kerja setelah pemeriksaan lapangan
berakhir.
disertai

Penyampaian

LAPPKON SE P

ini

dengan laporan perkembangan mingguan,

temuan pemeriksaan, nota penyampaian temuan


pemeriksaan,

penilaian

kinerja

tim,

dan

pertanggungjawaban keuangan.
Setelah

disampaikan

secara

berjenjang

kepada

Pengendali Mutu, LAPPL beserta lampirannya tersebut


disimpan sebagai bagian dari KKP.
50

PFP

menyampaikan

pertanggungjawaban

biaya

kepada Biro Keuangan atau Kasubbag Keuangan


paling lambat tiga hari kerja setelah pemeriksaan
lapangan

berakhir.

Pertanggungjawaban

tersebut

dilampiri dengan bukti pengeluaran untuk butir biaya


yang harus dipertanggungjawabkan (komponen at
cost) dan SPPD yang telah dibubuhi cap dan

Pertanggungjawaban keuangan

tandatangan entitas yang diperiksa.


7.
51

Penilaian Kinerja PFP


Berdasarkan hasil reviu KKP dan observasi terhadap
PFP, PFP secara berjenjang membuat penilaian
kinerja untuk PFP satu tingkat peran di bawahnya.
Aspek yang dinilai meliputi antara lain:
a. Sasaran kerja;
b. Kompetensi perilaku; dan
c. Kompetensi

teknis

PFP

selama

pelaksanaan

pemeriksaan.
Lembar penilaian kinerja bersifat rahasia dan dijadikan
sebagai acuan bagi penentuan tim dalam penugasan
pemeriksaan

berikutnya,

dan

acuan

dalam

memproses pengajuan pangkat bagi PFP serta


KON SE P

tindakan lainnya sebagaimana diatur dalam ketentuan


yang

berlaku.

disampaikan

Lembar
kepada

penilaian
Pengendali

kinerja

selain

Mutu

juga

disampaikan (sebagai tembusan) kepada PSP yang


membidangi entitas yang diperiksa, atasan langsung
anggota tim, dan Pengendali Teknis, serta Biro SDM
sebagai input bagi sistem aplikasi kepegawaian.
Penilaian

kinerja

tim

mengacu

mengenai penilaian kinerja pegawai.

pada

ketentuan

Penilaian kinerja
PFP

D. Sistem Manajemen Mutu (SMM)


52 1.

Uraian Kegiatan
No.

Objek SMM

Pihak

Tanggung Jawab

Dokumen

Terkait
1.

SMM

Komunikasi

Pengendali

Memastikan

Awal

Mutu

harapan, lingkup pemeriksaan,


jadwal

bahwa

waktu,

tujuan,

Checklist

kebutuhan

dokumen yang diperiksa dan


komposisi tim pemeriksa telah
dikomunikasikan pada entitas
saat pertemuan awal.
Pengendali

Memastikan

permintaan

Teknis

dokumen

awal

disampaikan

kepada

Checklist

telah
entitas

sebelum pertemuan awal.


KON SE P

Ketua Tim

Memastikan isi notulen sesuai

Checklist

dengan pertemuan awal.


2.

Pelaksanaan

Pengendali

Program

Mutu

a. Mengarahkan pemeriksaan
melalui laporan 2 mingguan

Pemeriksaan

yang disampaikan oleh

dan

Pengendali Teknis.

Lembar
Disposisi

Penyusunan
KKP
b. Memastikan bahwa

Checklist

Pelaksanaan Pemeriksaan
telah dilaksanakan sesuai
dengan standar yang terkait,
PMP dan kode etik;
c. Mereviu usulan
perpanjangan waktu

Lembar
Reviu

No.

Objek SMM

Pihak

Tanggung Jawab

Terkait

Dokumen
SMM

pemeriksaan dan/atau
penambahan pemeriksa
(apabila diperlukan);
d. Mereviu usulan perubahan
P2;
e. Mereviu usulan indikasi
kerugian negara/daerah dan

Lembar
Reviu
Lembar
Reviu

unsur pidana yang


disampaikan Pengendali
Teknis.
f. Mereviu usulan penggunaan
tenaga ahli dalam

Lembar
Reviu

pemeriksaan.
KON SE P

g. Memastikan bahwa tujuan,

Checklist

harapan dan lingkup


pemeriksaan telah
terpenuhi.
Pengendali
Teknis

a. Mengarahkan pemeriksaan

Lembar

melalui laporan mingguan

Disposisi

yang disampaikan oleh


Ketua Tim;
b. Mereviu bahwa prosedur
pemeriksaan yang tidak

Lembar
Reviu

dapat dilakukan telah


didukung oleh justifikasi dan
analisis yang memadai.
c. Mereviu kecukupan
prosedur.

Lembar
Reviu

No.

Objek SMM

Pihak

Tanggung Jawab

Terkait

Dokumen
SMM

d. Mereviu usulan penggunaan


tenaga ahli dalam
pemeriksaan terkait
kesesuaiannya dengan
tujuan dan lingkup
pemeriksaan.
e. Memastikan Ketua Tim telah

Checklist

melakukan reviu atas KKP.


Ketua Tim

a. Memastikan seluruh

Checklist

prosedur pemeriksaan
dalam program pemeriksaan
telah dilaksanakan;
b. Memastikan relevansi
KON SE P

Checklist

konsep temuan pemeriksaan


dengan bukti pendukung
pemeriksaan;
c. Memastikan program

Checklist

pemeriksaan telah dilakukan


sesuai juklak dan juknis
terkait.
d. Memastikan kebenaran

Checklist

matematis dan akurasi angka


dalam KKP.
e. Memastikan kecukupan bukti

Checklist

f. Mereviu keandalan bukti.

Lembar
Reviu

PSP

Mereviu usulan penggunaan

Lembar

tenaga ahli dengan

reviu

No.

Objek SMM

Pihak

Tanggung Jawab

Terkait

Dokumen
SMM

berdasarkan resource (dana)


yang tersedia.
4.

Penyusunan TP

Pengendali

a. Memastikan relevansi antar

Checklist

unsur-unsur temuan

Mutu

pemeriksaan;
b. Mereviu kesesuaian temuan
pemeriksaan (termasuk

Lembar
Reviu

usulan indikasi kerugian


negara/daerah dan unsur
pidana yang disampaikan
Pengendali Teknis) dengan
standar (a.l.. SPKN, SAP,
SAK, dsb);
c. Mereviu alasan dan analisis

Lembar

KON SE P

atas temuan pemeriksaan

Reviu

yang tidak layak/batal (yang


diusulkan oleh Ketua Tim dan
Pengendali Teknis);
d. Memastikan bahwa temuan
pemeriksaan tidak
layak/batal telah
didokumentasikan dan
didukung dengan alasan dan
analisis yang memadai
(yang diusulkan oleh Ketua
Tim dan Pengendali Teknis).

Checklist

No.

Objek SMM

Pihak

Tanggung Jawab

Terkait

Dokumen
SMM

e. Mereviu ketepatan temuan


pemeriksaan yang berpotensi

Lembar
Reviu

kerugian negara telah


didukung dengan alasan yang
memadai.
Pengendali
Teknis

a. Memastikan temuan

Checklist

pemeriksaan telah memenuhi


unsur-unsur judul, kondisi,
kriteria, sebab dan akibat;
b. Mereviu kebenaran substansi
dan akurasi angka dalam

Lembar
Reviu

temuan pemeriksaan
(termasuk usulan indikasi
kerugian negara/daerah dan
KON SE P

unsur pidana yang


disampaikan ketua tim);
c. Mereviu ketepatan atas
identifikasi informasi rahasia

Lembar
Reviu

yang diusulkan oleh Ketua


Tim.
d. Mereviu alasan dan analisis
atas temuan pemeriksaan
yang tidak layak/batal (yang
diusulkan oleh Ketua Tim);

Lembar
Reviu

No.

Objek SMM

Pihak

Tanggung Jawab

Terkait

Dokumen
SMM

e. Memastikan bahwa temuan

Checklist

pemeriksaan tidak
layak/batal telah
didokumentasikan dan
didukung dengan alasan dan
analisis yang memadai
(yang diusulkan oleh Ketua
Tim).
f. Mereviu ketepatan

Lembar

penggunaan bahasa dalam

Reviu

temuan pemeriksaan
dengan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan
benar.
KON SE P

g. Memastikan temuan

Lembar

pemeriksaan yang berindikasi Reviu


kerugian negara/daerah dan
unsur pidana telah memenuhi
kriteria berpotensi merugikan
negara/daerah atau memiliki
unsur pidana dan temuan
telah didukung dengan bukti
yang memadai.
Ketua Tim

a. Memastikan kebenaran

Checklist

matematis dan akurasi angka


dalam temuan pemeriksaan.
b. Memastikan

relevansi

konsep temuan pemeriksaan


dengan

bukti

pemeriksaan.

pendukung

Checklist

No.

Objek SMM

Pihak

Tanggung Jawab

Terkait

Dokumen
SMM

c. Memastikan seluruh temuan

Checklist

telah diinput ke dalam sistem


informasi.
5.

Penyusunan

Pengendali

Memastikan kebenaran dan

Lembar

Coversheet dan

Teknis

ketepatan informasi yang

Reviu

HP3

dimuat di coversheet.
Ketua Tim

a. Memastikan bahwa setiap

Checklist

langkah-langkah dalam
program pemeriksaan telah
dilengkapi dengan HP3.
b. Memastikan bahwa KKP

Checklist

telah dilengkapi coversheet


dan coversheet dapat
KON SE P

ditelusuri ke KKP yang


relevan.

6.

Komunikasi

Pengendali

Akhir

Teknis

a. Memastikan bahwa temuan

Checklist

pemeriksaan telah
dikomunikasikan dengan
entitas (Komunikasi Akhir).

Ketua Tim

b. Memastikan notulen sesuai

Checklist

dengan pembahasan temuan


pemeriksaan.
7.

Pengakhiran

Pengendali

Mengarahkan proses pelaporan

Lembar

Tahap

Mutu

berdasarkan LAPPL.

Disposisi

Pengendali

Mereviu LAPPL.

Lembar

Pelaksanaan
Pemeriksaan

Teknis

Reviu

No.

Objek SMM

Pihak

Tanggung Jawab

Terkait
Ketua Tim

Dokumen
SMM

Mereviu Kebenaran substansi

Lembar

LAPPL.

Reviu

Kasubaud

Memastikan

Checklist

MIA

pertanggungjawaban keuangan
ke Biro Keuangan/ Subbag
Keuangan tepat waktu.

PSP

a. Mengevaluasi pelaksanaan
pemeriksaan berdasarkan

Hasil
Evaluasi

LAPPL
b. Mereviu Hasil Evaluasi
pelaksanaan pemeriksaan
8.

Penilaian

Pengendali

Memastikan bahwa Pengendali

Kinerja PFP

Mutu

Teknis telah mengisi lembar

Lembar
Reviu
Checklist

KON SE P

penilaian kinerja Ketua Tim.


Pengendali

Memastikan bahwa Ketua Tim

Teknis

telah mengisi lembar penilaian


kinerja Anggota Tim.

53

2.

Alur Dokumentasi
Alur dokumentasi menggambarkan dokumen yang dihasilkan/dibutuhkan
serta perpindahannya dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan.

Checklist

Pelaporan
Pemeriksaan
Uraian
Ketua Tim

Anggota Tim

Pengendali
Teknis

Pengend
ali
Mut
u

Kaau
Tortama/Ka
Pemberi Tugas
d/Kasub aud lan
Manajemen

Unit Kerja

Entitas yang
Diperiksa

Pemeriksaan

Bahan
1. Penyusunan Konsep LHP

LHP TP

Konsep LHP

Risalah
Pembahas
an Konsep
LHP
dengan PT

2. Reviu Konsep
LHP

3.
Penyampaian
Konsep
LHP
Perolehan
Tanggapan
dari
Entitas
yang
Diperiksa

Konsep
LHP Hasil
Pembahas
an

Usulan
informasi
rahasia dan
unsur pidana

Reviu Unsur
TP, tujuan &
lingkup
pemeriksaan,
Pembahasaan

Konsep
LHP
Hasil
Reviu

Lembar
Reviu

Reviu
informasi

Reviu
Kesesuaian
dengan SPKN

Konsep
LHP
Hasil
Reviu

Checkli
st
kendali
mutu

Konsep
LHP
Surat
Pengant
ar
Surat
Pengantar
disusun PSP

4. Finalisasi Konsep
LHP

Reviu

Konsep LHP
Konsep LHP

Surat
Pengantar
ditandatangan
i oleh
Tortama/

Tanggapan

Kalan

Reviu

Konsep
LHP

Reviu

LHP
Surat
Pengantar

Kuesione
r
Pelaksana
an
Pemeriksa
an

KON SE P

rahasia dan
unsur pidana
Telaah
Tanggapan

Kuesione
r
Pelaksana
an
Pemeriksa
an

Konsep

Konsep
LHP

Lemba
r
Penjamina
n
Mutu

Konsep
LHP

Lemba
r
Penjamina
n
Mutu

Reviu

5. Persetujuan
Konsep LHP
dan Surat Keluar

Apabila
Dilakukan

Risalah
Pembahas
an Konsep
LHP
dengan
Pemberi
Tugas

Tanda
Tangan

Penomoran

Konsep LHP
Konsep

Konsep SK

LHP
Konsep LHP

Konsep
LHP

Konsep LHP

Konsep
SK

LH

LH

SK

SK

LH
P
SK

6. Penerbitan
dan
Penyerahan
LHP

Catatan: Jangka waktu penyusunan LHP disesuaikan dengan jangka waktu yang diatur di dalam P2

Konsep SK
disusun oleh
PSP

Paraf PSP
dan PFP pada
Konsep SK

BAST

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan

BAB IV
PELAPORAN
PEMERIKSAAN
A.
01

Lingkup
Pelaporan pemeriksaan merupakan proses penyusunan
laporan

berdasarkan

hasil

analisis

atas

temuan

Deskripsi
Pelaporan
Pemeriksaan

pemeriksaan yang diperoleh pada saat pelaksanaan


pemeriksaan di lapangan yang menghasilkan Laporan
Hasil Pemeriksaaan (LHP).
02

Proses pelaporan pemeriksaan disiapkan oleh PFP, PSP,


PTP, dan Dit. EPP sesuai dengan tanggung jawab dan

Pelaksana
Kegiatan

kewenangannya masing-masing.
03

Output

yang

dihasilkan

dari

proses

pelaporan

Output Kegiatan

pemeriksaan adalah LHP dan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan


KON SE P

Semester (IHPS).
04

LHP digunakan sebagai bahan utama penyusunan IHPS.


LHP dan IHPS disampaikan kepada lembaga perwakilan

Penyerahan LHP
dan IHPS

sebagai pemilik kepentingan utama untuk dipublikasikan


secara terbuka kepada publik kecuali diatur lain dalam
ketentuan. Selain itu, LHP juga disampaikan kepada
entitas yang diperiksa sebagai bahan pelaksanaan tindak
lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan dan pihak
terkait lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan.

B.
05

Pihak-pihak Terkait
Pelaporan pemeriksaan melibatkan PTP, PSP, PFP,
Ditama Binbangkum/Subbag Hukum, Biro Humas dan
Luar Negeri/Subbag Humas, Biro Umum/Subbag Umum,

Pihak-pihak Terkait

dan Unit Kerja Manajemen Pemeriksaan.


06

Badan

memiliki

peran

menandatangani

LHP.

Peran Badan

Kewenangan penanda tangan LHP dapat ditugaskan oleh


Badan kepada Penanggung Jawab Pemeriksaan yang
memiliki kompetensi untuk menandatangani laporan
tersebut. Badan juga memiliki peran menandatangani
Surat Keluar penyampaian LHP dan IHPS sesuai
ketentuan dalam Tata Kerja BPK.
07

PSP memiliki peran:

Peran PSP

1. Melakukan pemerolehan keyakinan mutu atas hasil


pemeriksaan

sesuai

tanggung

jawab

dan

kewenangannya masing-masing;
2. Menyusun dan menandatangani surat pengantar
penyampaian konsep LHP;
KON SE P

3. Menyusun surat keluar pemeriksaan;


4. Menyampaikan bahan IHPS.
08

PFP memiliki peran menyusun LHP dan bahan IHPS

Peran PFP

sesuai tanggung jawab dan kewenangannya masingmasing.


09

Pengendali Mutu memiliki peran:

Peran Pengendali
Mutu

1. Mereviu konsep LHP untuk menjamin kesesuaiannya


dengan SPKN dengan memperhatikan ketepatan
waktu penyelesaian LHP;
2. Menyampaikan pelaporan informasi rahasia, indikasi
kerugian

negara/daerah

dan/atau

unsur

kepada Anggota terkait melalui Tortama/Kalan;


3. Mereviu bahan IHPS.

pidana

10

Pengendali Teknis memiliki peran:

Peran Pengendali
Teknis

1. Mereviu konsep LHP;


2. Mereviu usulan pelaporan informasi rahasia, indikasi
kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana;
3. Menjamin terpenuhinya unsur-unsur temuan sesuai
SPKN;
4. Menjamin

terpenuhinya

tujuan

dan

lingkup

pemeriksaan;
5. Menjamin kesesuaian penggunaan bahasa dengan
ketentuan yang berlaku;
6. Memastikan kebenaran bahan IHPS.
11

Ketua Tim memiliki peran:

Peran Ketua Tim

1. Menyusun konsep LHP;


KON SE P

2. Mengusulkan pelaporan informasi rahasia, indikasi


kerugian negara/daerah dan/atau unsur pidana;
3. Menjamin validitas substansi, kebenaran matematis,
dan akurasi angka atas bahan penyusunan LHP;
4. Menyusun bahan IHPS.
12

Anggota

Tim

memiliki

peran

menyiapkan

bahan

penyusunan LHP dan bahan IHPS.


13

Dit. EPP memiliki peran menyusun IHPS.

14

Ditama Binbangkum/Subbag Hukum BPK Perwakilan


memiliki peran memberikan pendapat hukum atas TP
yang berindikasi unsur pidana dalam LHP apabila
diminta.

Peran Angggota
Tim

Peran Dit. EPP


Peran Ditama
Binbangkum/Subba
g Hukum

15

Biro Humas dan Luar Negeri/Subbag Humas BPK


Perwakilan memiliki peran memfasilitasi penyerahan LHP

Peran Biro Humas


dan Luar Negeri/
Subbag Humas

dan memuatnya dalam database Pusat Informasi dan


Komunikasi (PIK).
16

Biro Umum/Subbag Umum BPK Perwakilan memiliki


peran menggandakan dan menjilid LHP dan surat keluar

Peran Biro
Umum/Subbag
Umum

yang akan diserahkan kepada lembaga perwakilan dan


entitas yang diperiksa.
17

Unit Kerja Manajemen Pemeriksaan memiliki peran


menyiapkan administrasi kelengkapan penyerahan LHP
dan

memutakhirkan

informasi

LHP

dalam

Peran Unit Kerja


Manajemen
Pemeriksaan

sistem

informasi manajemen pemeriksaan.


18

Biro Teknologi Informasi bertanggungjawab menyiapkan


infrastruktur serta sistem informasi yang dipergunakan

Peran Biro
Teknologi Informasi

KON SE P

dalam proses pelaporan pemeriksaan.

C.

Mekanisme Pelaporan Pemeriksaan


1. Penyusunan Konsep LHP

19

Ketua Tim menyusun konsep LHP berdasarkan


temuan pemeriksaan dan informasi yang relevan yang

Bahan Penyusunan
Konsep LHP

telah disiapkan oleh Anggota Tim.


20

Dalam menyusun konsep LHP, Ketua Tim harus


menjamin validitas substansi, kebenaran matematis,
dan akurasi angka atas bahan penyusunan LHP yang
diterima dari Anggota Tim.

Peran Ketua Tim


dalam Penyusunan
Konsep LHP

2. Reviu Konsep LHP


21

Pengendali

Teknis

mereviu

konsep

LHP

yang

disampaikan oleh Ketua Tim untuk:


a. menjamin

terpenuhinya

unsur-unsur

Reviu Konsep LHP


oleh Pengendali
Teknis

temuan

pemeriksaan, yaitu kondisi, kriteria, akibat, sebab,


dan rekomendasi sesuai dengan SPKN;
b. menjamin

terpenuhinya

pemeriksaan

yang

tujuan

telah

dan

lingkup

dinyatakan

dalam

Program Pemeriksaan; dan


c. menjamin kesesuaian penggunaan bahasa dalam
LHP dengan ketentuan yang berlaku.
Pengendali Teknis juga mereviu usulan informasi
rahasia, indikasi kerugian negara/daerah dan/atau
unsur pidana dari Ketua Tim.
KON SE P

Pada saat melakukan reviu, Pengendali Teknis


mengisi

checklist

kendali

mutu

pelaporan

pemeriksaan.
22

Terhadap konsep LHP yang telah disusun Ketua Tim


dilakukan pembahasan dengan Pengendali Teknis
yang

menyangkut

kelengkapan,

Materi
Pembahasan

keakuratan,

objektivitas, meyakinkan, dan kejelasan atas temuan


dan rekomendasi dalam konsep LHP.
23

Dalam proses pembahasan konsep LHP, Pengendali


Teknis dapat menyatakan ketidaklayakan Temuan
Pemeriksaan.

Dalam

hal

Temuan

Pemeriksaan

dinyatakan tidak layak oleh Pengendali Teknis, alasan


ketidaklayakan

tersebut

telah

mempertimbangkan

keandalan, relevansi, dan kecukupan bukti yang

Ketidaklayakan
Temuan
Pemeriksaan
dalam Konsep LHP
oleh Pengendali
Teknis

diperoleh dalam pemeriksaan dan didokumentasikan


dalam KKP.
24

Apabila

diperlukan

pengembangan

prosedur

tambahan, Pengendali Teknis menyampaikan usulan

Pengembangan
Prosedur
Tambahan

pengembangan prosedur tambahan tersebut disertai


dengan alasan yang memadai untuk memenuhi tujuan,
lingkup,

dan

kriteria

pemeriksaan

yang

telah

ditetapkan kepada Pengendali Mutu.


25

Hasil pembahasan konsep LHP dimuat dalam risalah


pembahasan konsep LHP yang ditandatangani oleh

Dokumentasi
Pembahasan
Konsep LHP

Ketua Tim dan Pengendali Teknis. Proses usulan


pengembangan

prosedur

tambahan

tersebut

didokumentasikan dalam KKP.


26

Ketua

Tim

melakukan

perbaikan

konsep

LHP

KON SE P

berdasarkan

hasil

pembahasan

untuk

kemudian

Perbaikan Konsep
LHP Hasil
Pembahasan

menyampaikannya kepada Pengendali Teknis.


27

Pengendali Teknis menyampaikan konsep LHP yang


telah direviu kepada Pengendali Mutu.

28

Pengendali

Mutu

mereviu

Konsep

LHP

yang

disampaikan oleh Pengendali Teknis untuk menjamin


kesesuaiannya dengan SPKN dengan memperhatikan
ketepatan waktu penyelesaian LHP sesuai yang
ditetapkan dalam Program Pemeriksaan dan mereviu
usulan pelaporan informasi rahasia, indikasi kerugian
negara/daerah dan unsur pidana dari Pengendali
Teknis.

Penyampaian
Konsep LHP oleh
Pengendali Teknis
Reviu Konsep LHP
oleh Pengendali
Mutu

Pada saat melakukan reviu, Pengendali Mutu mengisi


checklist kendali mutu pelaporan pemeriksaan.
29

Dalam proses reviu konsep LHP, Pengendali Mutu


dapat

menyatakan

Pemeriksaan.

ketidaklayakan

Dalam

hal

Temuan

Temuan

Pemeriksaan

Ketidaklayakan TP
dalam Konsep LHP
oleh Pengendali
Mutu

dinyatakan tidak layak oleh Pengendali Mutu, alasan


ketidaklayakan

tersebut

telah

mempertimbangkan

keandalan, relevansi, dan kecukupan bukti yang


diperoleh dalam pemeriksaan dan didokumentasikan
dalam KKP.
30

Dalam

hal

Pengendali

Teknis

mengusulkan

pengembangan prosedur tambahan, Pengendali Mutu


menyampaikan pengembangan prosedur tambahan

Pengembangan
Prosedur
Tambahan dengan
Surat Tugas

tersebut kepada PTP melalui PSP untuk disetujui.


Persetujuan PTP dinyatakan dKON SE P

engan

dikeluarkannya Surat Tugas dalam hal pemeriksa


memerlukan pengujian di lapangan atau dokumen
persetujuan lainnya
pemeriksa

yang

menjalankan

menjadi
prosedur

dasar

tim

pemeriksaan

tambahan.
Dengan terbitnya Surat Tugas, maka Tim Pemeriksa
perlu mengkomunikasikan perpanjangan pemeriksaan
tersebut kepada pimpinan entitas pemeriksaan serta
mengikuti tahapan kegiatan yang diatur dalam bab
Pelaksanaan Pemeriksaan.
31

Apabila terdapat indikasi kerugian negara/daerah dan


unsur pidana dalam konsep LHP, Pengendali Mutu
melaporkannya

kepada

Anggota

terkait

melalui

Tortama/Kalan. Selanjutnya Anggota terkait/ Tortama/

Pelaporan dan
Permintaan
Pendapat Hukum
atas Indikasi
Kerugian
Negara/Daerah
dan Unsur Pidana

Kalan

dapat

Kaditama

meminta

pendapat

Binbangkum/Kasubbag

hukum
Hukum

kepada
BPK

Perwakilan. Pendapat hukum didokumentasikan dalam


KKP. Mekanisme permintaan pendapat hukum atas
hasil pemeriksaan mengacu pada POS terkait.
32

Pengendali Mutu menyampaikan konsep LHP yang


telah direviu kepada PSP.
3. Penyampaian Konsep LHP dan
Tanggapan dari Entitas yang Diperiksa

33

Perolehan

PSP menyusun dan menandatangani surat pengantar


konsep LHP untuk disampaikan kepada pimpinan
entitas yang

diperiksa. Format

Penyampaian
Konsep LHP oleh
Pengendali Mutu

Surat

Pengantar

Penyiapan dan
Penandatanganan
Surat Pengantar
Konsep LHP

Penyampaian Konsep LHP diatur lebih lanjut dalam


perangkat lunak terkait.
34

PSP menyampaikan secara KON SE P


konsep LHP kepada pimpinan
diperiksa

entitas

tertulis
yang

untuk memperoleh tanggapan. Tanggapan

Penyampaian
Konsep LHP
kepada Entitas
yang Diperiksa

entitas dimuat dalam formulir Rencana Aksi sebagai


bentuk rencana tindak lanjut entitas. Format Rencana
Aksi diatur lebih lanjut dalam
terkait.

perangkat

lunak

Tanggapan tersebut disampaikan oleh entitas

secara tertulis dalam waktu

yang

telah

ditentukan

oleh PSP dengan


mempertimbangkan waktu penerbitan LHP.
35

Pada saat penyampaian konsep LHP kepada pimpinan


entitas, disampaikan juga kuesioner untuk menilai
pelaksanaan pemeriksaan sebagai umpan balik atas
independensi, integritas, dan profesionalisme PFP.
Kuesioner yang telah diisi oleh entitas disampaikan
kepada Unit Kerja Manajemen Pemeriksaan di Kantor

Kuesioner
Penilaian
Pelaksanaaan
Pemeriksaan

Pusat

atau

BPK

Perwakilan.

Bentuk

kuesioner

penilaian pelaksanaan pemeriksaan oleh entitas yang


diperiksa diatur dalam perangkat lunak terkait.
36

Dalam hal tanggapan yang diperoleh dari entitas yang


diperiksa dianggap belum memadai atau memerlukan

Pembahasan
Perolehan
Tanggapan

penjelasan lebih lanjut, PFP dapat mengusulkan


pembahasan dengan entitas yang diperiksa kepada
PTP melalui PSP. PFP menyusun risalah pembahasan
tersebut.
4. Finalisasi Konsep LHP
37

Tanggapan atas Konsep LHP dan rencana aksi dari


entitas yang diperiksa ditelaah oleh Ketua Tim. Ketua

Ketidaksetujuan
Tanggapan

Tim memuat tanggapan dan rencana aksi tersebut


dalam Konsep

LHP.

Apabila

Ketua

Tim

tidak

sependapat dengan tanggapanKON SE P

entitas

yang

konsep

diperiksa,

ketidaksetujuan

Ketua
atas

Tim

menyusun

tanggapan

tersebut

dan

mengungkapkannya dalam LHP untuk direviu secara


berjenjang oleh Pengendali
Teknis dan Pengendali Mutu.
38

Apabila tidak ada tanggapan, LHP harus menyatakan


BPK telah menyampaikan konsep laporan hasil
pemeriksaan kepada (nama jabatan entitas yang
diperiksa) pada tanggal dd/mm/yyyy (diisi sesuai
dengan tanggal dalam Surat Penyampaian Konsep
LHP) namun BPK tidak memperoleh tanggapan dari
(nama jabatan entitas yang diperiksa) sampai dengan
waktu yang ditentukan.

Tidak Ada
Tanggapan

39

Ketua Tim menyampaikan Konsep LHP yang disertai


dengan tanggapan entitas yang diperiksa secara

Konsep LHP
setelah tanggapan
entitas

berjenjang kepada Pengendali Teknis dan Pengendali


Mutu.
Pengendali Mutu menyampaikan Konsep LHP tersebut
kepada PSP untuk dilakukan pemerolehan keyakinan
mutu.
40

PSP melakukan pemerolehan keyakinan mutu untuk


memastikan pengendalian mutu telah dilakukan secara

Pemerolehan
Keyakinan Mutu
oleh PSP

berjenjang oleh PFP sesuai dengan SPKM dan


tahapan dalam PMP dengan menggunaan checklist
pemerolehan keyakinan mutu.
41

Setelah melakukan pemerolehan keyakinan mutu atas


konsep LHP, PSP menyusun konsep surat keluar yang

Penyiapan Surat
Keluar

KON SE P

diparaf oleh PSP dan PFP sebagai pernyataan bahwa


konsep LHP telah mendapatkan pengendalian mutu
dan pemerolehan keyakinan mutu yang memadai.
5. Persetujuan Konsep LHP dan Surat Keluar
42

PSP

menyampaikan

dilampiri

dengan

Konsep

konsep

LHP

surat

kepada

keluar.

PTP

Apabila

diperlukan, PTP dapat melakukan pembahasan atas


Konsep

LHP

dengan

PFP

dan

PSP.

Penyampaian
Konsep LHP dan
Surat Keluar
kepada PTP

Hasil

pembahasan dituangkan dalam risalah pembahasan


konsep LHP yang disetujui oleh PTP.
43

Konsep LHP kemudian ditandatangani oleh PFP


(kecuali diatur lain) menjadi LHP Final. Berdasarkan
LHP Final tersebut, PTP menandatangani surat keluar.

Penandatanganan
Konsep LHP dan
Surat Keluar

6. Penerbitan dan Penyerahan LHP


44

LHP Final dan surat keluar yang telah ditandatangani


digunakan

sebagai

penggandaan

dan

dasar

untuk

penjilidan.

melakukan

Penggandaan

Penggandaan dan
Penjilidan LHP

dan

penjilidan dilakukan oleh Biro Umum/Subbag Umum


BPK Perwakilan berdasarkan permintaan dari PSP.
45

Unit

Kerja

Manajemen Pemeriksaan menyiapkan

administrasi kelengkapan LHP yang akan diserahkan,

Administrasi
Kelengkapan LHP

sebagai berikut.
a. Memberikan dan mencatat nomor dan tanggal LHP
dan Surat Keluar;
b. Menyiapkan dan mendokumentasikan tanda terima
penyampaian

LHP

sekurang-kurangnya

dan

Surat

Keluar

mencantumkan

yang

tanggal,

nama, tanda tangan penerima, dan stempel dinas.


KON SE P

Unit Kerja Manajemen Pemeriksaan mengunggah LHP


ke dalam sistem informasi manajemen pemeriksaan.
46

Penyerahan

LHP

dilakukan

oleh

PTP

kepada

Penyerahan LHP

pemangku kepentingan. PTP dapat menugaskan


pejabat yang kompeten untuk menyerahkan LHP.
47

Penyerahan

LHP

kepada

lembaga

perwakilan

dilaksanakan sesuai kesepakatan bersama antara


BPK

dan

masing-masing

lembaga

perwakilan.

Mekanisme penyerahan LHP difasilitasi oleh Biro


Humas

dan

Luar

Negeri/Subbag

Humas

BPK

Perwakilan dengan mengacu pada perangkat lunak


terkait.

Penyerahan LHP
kepada lembaga
Perwakilan

48

LHP yang memuat unsur pidana disampaikan kepada


Aparat Penegak Hukum dan pihak berwenang lainnya.

Penyerahan LHP
kepada Aparat
Penegak Hukum

Tata cara penyampaian LHP yang memuat unsur


pidana mengacu pada kesepakatan bersama BPK dan
Aparat Penegak Hukum terkait.
49

PSP menyampaikan LHP Final kepada Biro Humas


dan Luar Negeri/Subbagset Kalan BPK Perwakilan
untuk dimuat dalam database Pusat Informasi dan

Pemuatan LHP di
Website BPK dan
Penyampaian LHP
kepada Ditama
Revbangdiklat

Komunikasi (PIK). LHP juga disampaikan oleh PSP


kepada Kaditama Revbangdiklat (dhi. Direktorat EPP)
sebagai bahan penyusunan IHPS.

D.

Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS)

50

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006,


hasil pemeriksaan BPK meliputi hasil pemeriksaan atas

Hasil Pemeriksaan
BPK

KON SE P

laporan keuangan, hasil pemeriksaan kinerja, hasil


pemeriksaan

dengan

tujuan

tertentu,

dan

ikhtisar

pemeriksaan semester.
51

IHPS merupakan dokumen yang memuat rangkuman


hasil pemeriksaan, rangkuman hasil pemantauan tindak
lanjut hasil pemeriksaan, rangkuman perkembangan
penyelesaian kerugian negara/daerah dan rangkuman
tindak

lanjut

kasus

pidana

berdasarkan

hasil

pemeriksaan BPK oleh aparat penegak hukum, selama


satu semester yang

disampaikan kepada lembaga

perwakilan, presiden/gubernur/bupati/walikota selambatlambatnya 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya semester


yang bersangkutan.

Definisi IHPS

52

LHP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari IHPS.


IHPS disusun berdasarkan LHP Final yang diterima dari

Keterkaitan LHP
dengan IHPS

AKN. IHPS disusun dengan maksud untuk memberikan


informasi hasil pemeriksaan yang komprehensif selama
satu

semester

untuk

ditindaklanjuti

oleh

lembaga

perwakilan sesuai dengan kewenangannya.


53

Tahapan penyusunan IHPS meliputi antara lain:

Tahapan
Penyusunan IHPS

1. Penyiapan bahan IHPS oleh AKN


Bahan IHPS disampaikan oleh PSP dan disusun oleh
PFP berdasarkan permintaan dari Ditama Revbang
dan arahan Badan.
2. Validasi bahan IHPS oleh Direktorat EPP
Bahan IHPS disampaikan oleh AKN kepada Dit. EPP
untuk dilakukan validasi. Validasi bertujuan untuk
KON SE P

memastikan kebenaran nilai temuan dan kesesuaian


klasifikasi kelompok dan jenis temuan.
3. Pembahasan bahan IHPS
Pembahasan

bahan

mengklarifikasi hasil

IHPS
validasi

dilakukan
bahan

IHPS

untuk
oleh

Direktorat EPP dengan Auditorat/Perwakilan sehingga


diperoleh kesepakatan.
4. Persetujuan IHPS oleh Badan
IHPS yang telah disusun oleh Direktorat EPP dibahas
dalam sidang BPK untuk mendapat tanggapan,
koreksi, dan persetujuan.
Mekanisme lebih lanjut tentang penyusunan IHPS
mengacu pada perangkat lunak terkait.

E.
54

Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan


Tindak lanjut hasil pemeriksaan adalah kegiatan dan/atau
keputusan yang dilakukan oleh pimpinan entitas yang

Tindak Lanjut Hasil


Pemeriksaan

diperiksa dan/atau pihak lain yang kompeten untuk


melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan. Tindak
lanjut atas rekomendasi BPK wajib dilakukan oleh
pimpinan entitas yang diperiksa. Pimpinan entitas yang
diperiksa tersebut wajib memberikan jawaban atau
penjelasan kepada BPK tentang tindak lanjut atas
rekomendasi hasil pemeriksaan selambat-lambatnya 60
hari setelah laporan hasil pemeriksaan diterima.
55

BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut tersebut dan


melaporkan kepada lembaga perwakilan dalam IHPS.
Pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan adalah
kan secara sistematis
rangkaian kegiatan yang
dilaksanKONaSE P
oleh BPK untuk menentukan bahwa Pejabat telah
melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan dalam
tenggang waktu yang telah ditentukan oleh undangundang.
Substansi pengelolaan TLHP diatur tersendiri dalam
Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan (PMPP)
yang menyangkut tahapan: Administrasi Tindak Lanjut;
Analisis Tindak Lanjut; Pembahasan dengan Entitas yang
Diperiksa;

Pemeriksaan

Tindak Lanjut.

Tindak

Lanjut;

Persetujuan

Pemantauan tindak
lanjut hasil
pemeriksaan

F.

Sistem Manajemen Mutu (SMM)

56

1. Uraian Kegiatan

No.

Objek SMM

a.

Penyusunan

Pihak
Terkait
Ketua Tim

konsep LHP

Tanggung Jawab

Memastikan validitas

Dokumen
SMM
Lembar reviu

substansi, kebenaran
matematis, dan akurasi
angka atas bahan
penyusunan LHP.

b.

Reviu Konsep

Pengendali

Memastikan ketepatan

LHP

Mutu

waktu penyelesaian LHP

Checklist

sesuai yang ditetapkan


dalam P2.
PengendaliK Mereviu konsep LHP dan

ON SE P

usulan pelaporan informasi

Teknis

rahasia, indikasi kerugian

Lembar reviu

negara/daerah dan/atau
unsur pidana (apabila ada)
yang disampaikan oleh
Ketua Tim.
c.

Penyampaian

PSP

Memastikan tanggapan

Konsep LHP

diperoleh dari entitas sesuai

dan

dengan jangka waktu yang

Perolehan

telah ditentukan.

Tanggapan
dari Entitas
yang
Diperiksa

Checklist
Rencana
Aksi

No.

Objek SMM

d.

Finalisasi

Pihak

Tanggung Jawab

Terkait
Ketua Tim

Menelaah tanggapan dan

Dokumen
SMM
Lembar Reviu

rencana aksi.

Konsep LHP
Pengendali

Mereviu hasil telaah

Teknis

tanggapan dan rencana aksi

Lembar Reviu

dari Ketua Tim


Pengendali

Mereviu hasil telaah

Mutu

tanggapan dan rencana aksi

Lembar Reviu

dari Pengendali Teknis


PSP

Melakukan pemerolehan

Checklist

keyakinan mutu untuk


memastikan pengendalian
mutu telah dilakukan secara
berjenjang oleh PFP sesuai
KON SE P

dengan SPKM dan tahapan


dalam PMP

e.

Persetujuan

PTP

Mereviu dan

Konsep LHP

menandatangani Surat

dan Surat

Keluar.

n.a.

Keluar
f.

Penerbitan
dan

PSP

Memastikan ketepatan

Checklist

waktu penyerahan LHP.

Penyerahan
LHP

57

2. Alur Dokumentasi
Alur dokumentasi menggambarkan dokumen yang dihasilkan/dibutuhkan serta
perpindahannya dalam tahap pelaporan pemeriksaan.

Pelaporan
Pemeriksaan
Uraian
Ketua Tim

Anggota Tim

Pengendali
Teknis

Pengend
ali
Mut
u

Kaau
d/Kasub aud

Tortama/Ka
lan

Pemberi Tugas
Manajemen

Unit Kerja

Entitas yang
Diperiksa

Pemeriksaan

Bahan
1. Penyusunan Konsep LHP

LHP TP

Konsep LHP

Risalah
Pembahas
an Konsep
LHP
dengan
PT

2. Reviu Konsep
LHP

3.
Penyampaian
Konsep
LHP
Perolehan
Tanggapan
dari
Entitas
yang
Diperiksa

Konsep
LHP Hasil
Pembahas
an

Usulan
informasi
rahasia dan
unsur pidana

Reviu Unsur
TP, tujuan &
lingkup
pemeriksaan,
Pembahasaan

Konsep
LHP
Hasil
Reviu

Reviu
Kesesuaian
dengan SPKN

Konsep
LHP
Hasil
Reviu

Konsep
LHP
Surat
Pengant
ar

Lembar
Reviu

Checkli
st
kendali
mutu

Surat
Pengantar
disusun PSP

Kuesione
r
Pelaksana
an
Pemeriksa
an

Konsep
LHP
Surat
Pengantar

Surat
Pengantar
ditandatangan
i oleh
Tortama/

Kuesione
r
Pelaksana
an
Pemeriksa
an

Tanggapan

Reviu
informasi

KON SE P

Kalan

rahasia dan
unsur pidana

Telaah
Tanggapan

4. Finalisasi Konsep
LHP

Reviu

Konsep LHP
Konsep LHP

Reviu

Konsep
LHP

Reviu

Konsep
LHP

Lemba
r
Penjamina
n
Mutu

Reviu

Konsep
LHP

Lemba
r
Penjamina
n
Mutu

Konsep LHP
Konsep SK

Apabila
Dilakukan

Risalah
Pembahas
an Konsep
LHP
dengan
Pemberi
Tugas

Tanda
Tangan

Penomoran

Konsep

5. Persetujuan
Konsep LHP
dan Surat Keluar

LHP
Konsep
Konsep LHP

Konsep
LHP

Konsep LHP

SK

LH

LH

SK

SK

LH
P
SK

6. Penerbitan
dan
Penyerahan
LHP

Catatan: Jangka waktu penyusunan LHP disesuaikan dengan jangka waktu yang diatur di dalam P 2

Konsep SK
disusun oleh
PSP

Paraf PSP
dan PFP pada
Konsep SK

BAST

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab V Suplemen

BAB V
SUPLEMEN
PMP
A.

Pemeriksaan Interim/Pendahuluan
1. Pendahuluan

01

Pemeriksaan

interim

merupakan

bagian

dari

pemeriksaan keuangan yang dilakukan pada tahun

Definisi
Pemeriksaan
Interim

berjalan atau sebelum entitas menyerahkan laporan


keuangan kepada BPK. Pemeriksaan interim dapat
dilakukan pada tahun berjalan, yaitu pada semester II
setelah entitas menerbitkan laporan keuangan semester I
atau pada tahun anggaran berikutnya, namun sebelum
laporan keuangan diserahkan oleh entitas kepada BPK.
02

Tujuan pemeriksaan interim adalah untuk memberikan


KON SE P

kesimpulan

hasil

reviu

atas

efektivitas

sistem

Tujuan
Pemeriksaan
Interim

pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan


perundangan serta memperoleh data dan informasi untuk
pengembangan

perencanaan

pemeriksaan

laporan

keuangan.
03

Pemeriksaan pendahuluan adalah pemeriksaan lapangan


pada pemeriksaan kinerja dan Pemeriksaan Dengan

Definisi
Pemeriksaan
Pendahuluan

Tujuan Tertentu (PDTT) yang dilakukan dalam rangka


perencanaan pemeriksaan.
04

Tujuan pemeriksaan pendahuluan pada PDTT adalah


untuk memberikan penilaian atas efektivitas sistem
pengendalian intern dan penilaian risiko.
Tujuan pemeriksaan pendahuluan dalam pemeriksaan
kinerja adalah untuk memperoleh pemahaman entitas,

Tujuan
Pemeriksaan
Pendahuluan

mengidentifikasi
menentukan

masalah,

tujuan

dan

menentukan
lingkup

area

kunci,

pemeriksaan,

menentukan kriteria pemeriksaan, dan mengidentifikasi


jenis bukti dan prosedur pemeriksaan.
2. Pihak-Pihak Terkait dalam Pemeriksaan Interim atau
Pendahuluan
05

Pemeriksaan interim/pendahuluan melibatkan PTP, PSP,

Pihak-pihak Terkait

PFP, Unit Kerja Manajemen Pemeriksaan dan Biro TI.


Peran pihak-pihak yang terkait mengacu pada Bab II, III,
dan IV.
3. Manajemen Pemeriksaan Interim atau Pendahuluan
06

Mekanisme perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan


interim atau pendahuluan mengacu pada tahapan dalam
Bab II dan III.
KON SE P

07

Output pemeriksaan interim adalah LHP Interim dan


program pemeriksaan terinci. LHP Interim terdiri dari
ringkasan eksekutif, gambaran umum pemeriksaan dan
Hasil

Pemeriksaan

yang

berisi

temuan-temuan

kelemahan SPI dan ketidakpatuhan terhadap peraturan


perundang-undangan, penilaian risiko atas akun-akun
signifikan, serta penetapan tingkat materialitas dan hasil
perencanaan uji petik.
Berdasarkan LHP Interim, langkah-langkah pemeriksaan
dirancang

dan

disusun

dalam

suatu

program

pemeriksaan. Program pemeriksaan tersebut digunakan


untuk

melakukan

pemeriksaan terinci.

pengujian

substantif

dalam

Mekanisme
perencanaan dan
pelaksanaan
pemeriksaan
interim/
pendahuluan
Output
pemeriksaan
interim

08

Output pemeriksaan pendahuluan dalam PDTT adalah


program pemeriksaan yang akan digunakan dalam

Output
pemeriksaan
pendahuluan

melakukan pemeriksaan terinci.


Output pemeriksaan pendahuluan dalam pemeriksaan
kinerja adalah LHP Pendahuluan. LHP Pendahuluan
digunakan sebagai bahan keputusan untuk melakukan
pemeriksaan terinci. Apabila diputuskan untuk dilakukan
pemeriksaan

terinci,

pemeriksaan

dengan

PFP

menyusun

mengacu

pada

program
mekanisme

penyusunan paket program pemeriksaan dalam Bab II.


09

Output pemeriksaan interim/pendahuluan bersifat internal


dan tidak disampaikan kepada entitas pemeriksaan dan
lembaga perwakilan.

B.

Sifat output
pemeriksaan
pendahuluan/
interim

Pemeriksaan Tematik
KON SE P

1. Pendahuluan
10

Pemeriksaan Tematik

adalah

pemeriksaan di

luar

pemeriksaan keuangan dan dilakukan sesuai tema yang

Definisi
pemeriksaan
tematik

terdapat pada Kebijakan dan Strategi Pemeriksaan BPK


atas program pemerintah dalam suatu bidang yang
diselenggarakan oleh berbagai entitas pemeriksaan.
Pemeriksaan Tematik bersifat lintas AKN dan dapat
merupakan

jenis

pemeriksaan

kinerja

maupun

pemeriksaan dengan tujuan tertentu.


11

Pemeriksaan Tematik yang melibatkan beberapa AKN


dan/atau BPK Kantor Perwakilan dilakukan dengan
tujuan untuk mendapatkan kesimpulan pemeriksaan
yang komprehensif serta dalam rangka efisiensi sumber
daya pemeriksaan baik dari sisi biaya maupun pemeriksa

Tujuan
pemeriksaan
tematik

serta efektifitas proses pemeriksaan agar dihasilkan


pemeriksaan yang berkualitas.
12

Pemeriksaan Tematik memiliki dua skema yaitu:


(1) Skema Dekonsentrasi
Pemeriksaan tematik dengan skema dekonsentrasi
adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh:
a. AKN Koordinator terhadap entitas pemeriksaan
pusat

yang

mengeluarkan

kebijakan

pembangunan;
b. AKN Pelaksana terhadap entitas pemeriksaan
pusat yang terdapat di daerah sebagai instansi
vertikal pemerintah pusat.
Seluruh

kebijakan

teknis

terkait

pelaksanaan

pemeriksaan tematik dengan skema dekonsentrasi


KON SE P

berada pada AKN Koordinator. AKN Pelaksana


berperan sebagai pelaksana dari kebijakan teknis
tersebut.
(2) Skema Desentralisasi
Pemeriksaan tematik dengan skema desentralisasi
adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh:
a. AKN Koordinator terhadap pemeriksaan pusat
yang mengeluarkan kebijakan pembangunan;
b. AKN Pelaksana terhadap entitas pemeriksaan
daerah yang menjalankan kebijakan dari entitas
pemerintah pusat.
Masing-masing AKN dan/atau Kantor Perwakilan
yang berperan dalam pemeriksaan tematik dengan

Dua Skema
Pemeriksaan
Tematik

skema desentralisasi memiliki kewenangan seperti


yang dijelaskan pada Bab II, III, dan IV, kecuali dalam
hal penentuan tujuan dan harapan pemeriksaan.
2. Pihak-Pihak Terkait
13

Pemeriksaan Tematik melibatkan satu AKN sebagai AKN

Pihak-pihak Terkait

Koordinator dan satu atau lebih AKN lainnya sebagai


AKN Pelaksana.
14

AKN Koordinator

AKN Koordinator

AKN Koordinator adalah AKN Pusat yang memiliki


portofolio pemeriksaan terkait langsung dengan tema
pemeriksaan tematik atau dengan kata lain memiliki
tugas dan fungsi untuk melakukan pemeriksaan pada
entitas pusat yang menjadi perumus kebijakan program
pemerintah yang akan diperiksa.
KON SE P

15

Tugas AKN
Koordinator

AKN Koordinator bertugas untuk:


1. Membentuk tim persiapan pemeriksaan tematik untuk
menghasilkan P2;
2. Menyusun P2

Tim

Persiapan Pemeriksaan. P2

tersebut digunakan sebagai acuan bagi AKN terkait


lainnya;
3. Menyusun mekanisme komunikasi dan koordinasi
antar tim;
4. Mengkoordinasikan susunan tim pemeriksa;
5. Mengkonsolidasikan konsep LHP;
6. Melakukan

pengurusan

sesuai penganggarannya;

administrasi

pemeriksaan

16

AKN Pelaksana

Tugas AKN
Pelaksana

AKN Pelaksana dapat berupa AKN Pusat maupun Kantor


Perwakilan yang memiliki tugas dan fungsi untuk
melakukan pemeriksaan pada entitas yang menjalankan
kebijakan atas program pemerintah yang akan diperiksa
sesuai tema pemeriksaan tematik.
17

AKN Pelaksana bertugas untuk:


1.

Tugas AKN
Pelaksana

Mengusulkan PFP yang akan terlibat dalam tim


persiapan pemeriksaan dan tim pemeriksaan;

2.

Untuk pemeriksaan tematik skema desentralisasi,


turut serta dalam persiapan pemeriksaan;

3.

Untuk pemeriksaan tematik skema dekonsentrasi,


memberikan masukan atas program pemeriksaan
tematik.
KON SE P

18

Contoh

pemeriksaan

tematik

dengan

Skema

Desentralisasi adalah pemeriksaan Pajak di Bendahara


Pengeluaran.
1. AKN II sebagai AKN Koordinator.
AKN

II

memiliki

portofolio

untuk

melakukan

pemeriksaan pada Kementerian Keuangan yang


berperan sebagai penyusun kebijakan Pajak Pusat.
2. AKN I, III, IV, V, VI, VII sebagai AKN Pelaksana dan
dapat

dilibatkan

apabila

lingkup

pemeriksaan

termasuk pada Kementerian/Lembaga lainnya.


3. Kantor Perwakilan sebagai AKN Pelaksana
BPK Kantor Perwakilan yang memiliki portofolio untuk
melakukan pemeriksaan pada entitas pemerintah daerah.

Contoh
pemeriksaan
tematik dengan
skema
dekonsentrasi

19

Contoh

pemeriksaan

tematik

dengan

Skema

Desentralisasi adalah pemeriksaan dana BOS.

1. AKN VI sebagai AKN Koordinator.

n
melakukan

pemeriksaan pada Kementerian Pendidikan Nasional

yang berperan sebagai penyusun kebijakan dana

BOS untuk seluruh Indonesia.

AKN

VI

memiliki

portofolio

untuk

2. Kantor Perwakilan sebagai AKN Pelaksana

e
r
w
a
k
il
a
n
m
e
m
il
i
k
i
p
o
r
t
o
f
o
li
o

untuk

melakukan

pemeriksaan

pada

entitas

pemerintah daerah yang berperan sebagai pengguna


dana BOS.

Contoh
pemeriksaan
tematik dengan
skema
desentralisasi

3. Organisasi Pemeriksaan Tematik


20

Susunan organisasi pemeriksaan tematik terdiri dari


PTP, PFP, dan PSP dengan tug s dan tanggung jawab
a
KON

SE

Susunan organisasi
pemeriksaan
tematik

masing-masing seperti yang telah dijelaskan dalam Bab


I, II, III, dan IV PMP.
21

Dalam

susunan

organisasi

tim

pemeriksa

pada

pemeriksaan dengan skema dekonsentrasi, Pengendali


Mutu

pada

AKN

Koordinator

berperan

sebagai

Penanggung Jawab dan Pengendali Mutu pada AKN


Pelaksana berperan sebagai Wakil Penanggung Jawab
Pemeriksaan.
Sedangkan susunan organisasi tim pemeriksa pada
pemeriksaan dengan skema desentralisasi sama seperti
susunan organisasi tim pemeriksa pada pemeriksaan
pada umumnya.

Pengendali Mutu

22

Koordinasi dilakukan oleh AKN Pusat dan Kantor


Perwakilan baik koordinasi horizontal maupun koordinasi

Koordinasi AKN
Pusat dan
Perwakilan

vertikal oleh PFP maupun PSP yang terlibat.


23

Koordinasi Horizontal PFP antara AKN Koordinator dan


AKN Pelaksana berada pada tingkat Pengendali Mutu,
Pengendali

Teknis,

dan

Ketua

Tim

mengenai

Koordinasi
Horizontal PFP
antara AKN
Koordinator dan
AKN Pelaksana

pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sesuai


dengan perannya masing-masing dalam organisasi tim.
Koordinasi dilakukan dalam rangka:
1. Merumuskan konsep program pemeriksaan tematik;
2. Mendiskusikan teknik pemeriksaan lapangan yang
diperlukan;
3. Mendiskusikan indikasi temuan dan perlakuan yang
diperlukan agar terjadi keseragaman prosedur;
4. Merumuskan sistematika temu an dalam LHP;
KON SE P

5. Menyusun laporan gabungan;


6. Merumuskan rekomendasi pemeriksaan.
24

Koordinasi Horizontal PSP antar AKN Koordinator dan


AKN Pelaksana berada pada tingkat:
1. Kepala Subauditorat pada AKN Pusat yang bertindak
sebagai

AKN

Koordinator

dengan

Kepala

Subauditorat pada AKN Pusat lainnya dan/atau


Kepala Auditorat di Kantor Perwakilan yang bertindak
sebagai AKN Pelaksana;
2. Kepala Auditorat pada AKN Pusat yang bertindak
sebagai AKN Koordinator dengan Kepala Auditorat
pada AKN Pusat lainnya dan/atau
bertindak sebagai AKN Pelaksana.

Kalan yang

Koordinasi
Horizontal PSP
antar AKN
Koordinator dan
AKN Pelaksana

Koordinasi horizontal PSP dilakukan dalam rangka:


1. Pengelolaan sumber daya pemeriksaan.
2. Penjaminan mutu pemeriksaan sesuai dengan tim
yang berada dalam lingkup tanggung jawabnya.
3. Manajemen Pemeriksaan Tematik
a.
25

Perencanaan Pemeriksaan
Berdasarkan Kebijakan dan Strategi Pemeriksaan
BPK, AKN Koordinator menginisiasi pemeriksaan

Inisiasi
pemeriksaan
tematik

tematik dengan merencanakan pemeriksaan sesuai


dengan tahapan dalam PMP.
26

Rencana kebutuhan sumber daya yang digunakan


untuk pemeriksaan tematik didiskusikan satu tahun

Sumber daya
pemeriksaan
tematik

sebelumnya pada kegiatan Penyusunan RKP oleh


AKN Koordinator bersama dengan AKN Pelaksana.
KON SE P

Biaya pemeriksaan tematik dibebankan kepada


masing-masing AKN sesuai dengan sumber daya
yang

digunakan

untuk

keperluan

pemeriksaan

tersebut. Pengaturan terkait Penyusunan RKP


merujuk kepada PMPP.
27

Dalam perencanaan pemeriksaan tematik skema


dekonsentrasi, AKN Koordinator membentuk TPP
yang terdiri dari PFP yang berasal dari AKN
Koordinator.
Sedangkan pada perencanaan pemeriksaan tematik
dengan skema desentralisasi, AKN Koordinator
membentuk TPP yang terdiri dari PFP yang berasal
dari AKN Koordinator maupun PFP yang berasal
dari AKN Pelaksana.

TPP

28

PTP yang membawahi AKN Koordinator berperan

Peran PTP

menandatangani Harapan Penugasan dan Surat


Tugas Pemeriksaan Tematik.
29

PSP AKN Koordinator berkoordinasi dengan PSP


AKN

Pelaksana

dalam

hal

penyusunan

Koordinasi PSP

tim

pemeriksaan. PSP AKN Pelaksana memberikan


usulan tim pemeriksa kepada PSP AKN Koordinator.
30

Peran PFP pada AKN Koordinator dalam tahap


perencanaan pemeriksaan tematik tidak berbeda

Peran PFP pada


AKN Koordinator

dengan peran pada perencanaan pemeriksaan


umumnya seperti yang dijelaskan pada Bab II PMP.
Untuk

pemeriksaan

tematik

dengan

skema

desentralisasi, terdapat tambahan peran sebagai


berikut.
KON SE P

a. Memastikan keselarasan program pemeriksaan


AKN Koordinator dengan program pemeriksaan
AKN Pelaksana.
b. Memastikan

kesesuaian

seluruh

program

pemeriksaan dengan harapan penugasan.


31

Peran PFP pada AKN Pelaksana dalam tahap


perencanaan pemeriksaan tematik tidak berbeda
dengan peran pada perencanaan pemeriksaan
umumnya seperti yang dijelaskan pada Bab II PMP
dengan tambahan peran sebagai berikut.
a. Menyusun usulan tim pemeriksa dari AKN
Pelaksana.
b. Untuk

pemeriksaan

tematik

dengan

skema

Peran PFP pada


AKN Pelaksana

dekonsentrasi, PFP dapat memberikan masukan


atas konsep program pemeriksaan yang disusun
oleh AKN Koordinator.
32

Output perencanaan pemeriksaan tematik adalah


program pemeriksaan tematik.

33

Pengendalian dan pemastian mutu yang dilakukan


oleh tiap peran dalam perencanaan pemeriksaan

Output
perencanaan
pemeriksaan
tematik
Pengendalian dan
pemastian mutu

sama seperti yang telah dijelaskan pada Bab II PMP


dengan tambahan sebagai berikut.

No.

A.

Peran

Tanggung Jawab

Dokumen
SMM

Pemeriksaan Tematik Skema Dekonsentrasi


PSP AKN

Mereviu dan menyetujui susunan tim

Lembar

Koordinator

pemeriksa dari AKN Koordinator dan

disposisi

KON SE P

AKN Pelaksana.

B.

PSP AKN

Mereviu usulan tim pemeriksa AKN

Lembar

Pelaksana

Pelaksana

disposisi.

Pemeriksaan Tematik Skema Desentralisasi


PM sebagai

a. Mengarahkan penyusunan

Penanggung

program pemeriksaan.

Jawab pada
AKN Koordinator

b. Mengevaluasi apakah program


pemeriksaan telah dapat
memenuhi tujuan, harapan dan
lingkup pemeriksaan.

Lembar Reviu

b.
34

Pelaksanaan Pemeriksaan
AKN Koordinator dan AKN Pelaksana secara
bersamaan

melakukan

pemeriksaan

lapangan

Pelaksanaan
Pemeriksaan
Tematik

sesuai dengan tahapan dalam PMP.


35

Peran PTP, PFP, dan PSP pada AKN Koordinator


dan

Pelaksana

dalam

tahap

pelaksanaan

Peran PTP, PFP,


dan PSP

pemeriksaan tematik tidak berbeda dengan peran


pada pelaksanaan pemeriksaan umumnya seperti
yang dijelaskan pada Bab III PMP.
36

Selama

pemeriksaan

lapangan,

Ketua

Tim,

Pengendali Teknis, dan Pengendali Mutu antar AKN

Koordinasi dalam
tahap pelaksanaan
pemeriksaan

Koordinator dan Pelaksana saling berkoordinasi


sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam
hal pelaksanaan pemeriksaan.
KON SE P

37

Output

yang

dihasilkan

dari

pelaksanaan

Output

pemeriksaan adalah LAPPL, KKP, serta temuan


pemeriksaan tematik yang berasal dari temuan
pemeriksaan yang dihasilkan oleh tim yang berasal
dari AKN Koordinator maupun AKN Pelaksana.
38

Pengendalian dan pemastian mutu yang dilakukan


oleh tiap peran dalam pelaksanaan pemeriksaan

Sistem Manajemen
Mutu Pelaksanaan
Pemeriksaan

sama seperti yang telah dijelaskan pada Bab III


PMP.
c.
39

Pelaporan Pemeriksaan
Koordinasi dalam tahap pelaporan pemeriksaan
dilakukan terhadap konsep LHP. Pengendali Mutu,
Pengendali Teknis, dan Ketua Tim dari AKN

Koordinasi pada
tahap pelaporan
pemeriksaan
tematik

Koordinator dan AKN Pelaksana mendiskusikan


konsep LHP sesuai dengan batas tanggung jawab
dan kewenangannya.
1)
40

Pelaporan Pemeriksaan Tematik


Skema Dekonsentrasi

dengan

Pelaporan disusun oleh AKN Koordinator yang


menghasilkan LHP Pemeriksaan Tematik.

41

PSP

AKN

Koordinator

menyusun

dan

menandatangani surat pengantar konsep LHP


untuk disampaikan kepada pimpinan entitas

Proses penyusunan
LHP

Penyusunan dan
penandatanganan
surat pengantar
konsep LHP

yang diperiksa.
42

PSP AKN Koordinator menyampaikan secara


tertulis konsep LHP kepada pimpinan entitas

Penyampaian
konsep LHP

yang diperiksa untuk memperoleh tanggapan.


Tanggapan
formulir

entitas

Rencana

dKON SE Pimuat
Aksi

sebagai

dalam
bentuk

rencana tindak
lanjut entitas.
43

Dalam hal tanggapan yang diperoleh dari


entitas

yang

diperiksa

dianggap

belum

memadai atau memerlukan penjelasan lebih


lanjut,

PFP

AKN

Koordinator

dapat

mengusulkan pembahasan dengan entitas yang


diperiksa kepada

PTP

melalui

PSP

AKN

Koordinator. PFP

AKN

Koordinator (dapat

dibantu oleh PFP AKN Pelaksana) menyusun


risalah pembahasan tersebut.

Pembahasan
konsep LHP

44

Penyerahan LHP kepada Lembaga Perwakilan


dan Entitas Pemeriksaan dilakukan oleh AKN
Koordinator.
2)

45

Pelaporan Pemeriksaan Tematik


Skema Dekonsentrasi

dengan

Output pelaporan pemeriksaan tematik dengan


skema dekonsentrasi terdiri dari LHP Parsial

Proses penyusunan
LHP

dan LHP Gabungan. LHP parsial disusun oleh


masing-masing
Perwakilan

AKN

yang

dan/atau

terlibat.

Gabungan disusun

oleh

Kantor

Sedangkan
AKN

LHP

Koordinator

dibantu dengan AKN Pelaksana.


46

Proses

penyusunan

sampai

dengan

penyerahan LHP Parsial kepada entitas dan


lembaga

perwakilan

daKON

erah

menyusun

dan

SE

Proses penyusunan
LHP Parsial

dilakukan dengan
proses seperti dijelaskan pada Bab IV.
47

PSP

AKN

Koordinator

menandatangani surat pengantar konsep LHP


Gabungan untuk disampaikan kepada lembaga

Penyusunan dan
penandatanganan
surat pengantar
konsep LHP

perwakilan pusat.
48

Penyerahan LHP Gabungan kepada Lembaga


Perwakilan dan Entitas Pemeriksaan Pusat
dilakukan oleh AKN Koordinator.

Penyerahan LHP
Gabungan

49

Pengendalian dan pemastian mutu yang dilakukan oleh


tiap peran dalam pelaporan pemeriksaan sama seperti
yang telah dijelaskan pada Bab IV PMP dengan
tambahan sebagai berikut.

No.

Peran

A.

Tanggung Jawab

Dokumen SMM

Pemeriksaan Tematik Skema Dekonsentrasi


1.

PM
sebagai PJ

- Memastikan ketepatan waktu penyelesaian


LHP sesuai yang ditetapkan dalam P2.

Checklist

- Memastikan bahwa Konsep LHP terbebas


dari kesalahan penerapan standar.

Lembar Reviu

- Mereviu hasil telaah tanggapan dan


Lembar Reviu
rencana aksi dari Pengendali Mutu sebagai
WPJ.

No.
B.

Peran

- Menyetujui KonKON SE P sep


LHP dengan menandatangani
LHP.
Tanggung Jawab

Lembar Reviu

Dokumen SMM

Pemeriksaan Tematik Skema Desentralisasi

Pengaturan SMM untuk pemeriksaan tematik skema desentralisasi sama dengan


pengaturan SMM pada Bab IV.

C.

Pemeriksaan On Call
1. Pendahuluan

50

Pemeriksaan on call adalah penugasan pemeriksaan


tambahan yang dilakukan atas permintaan Badan atau
pemangku kepentingan BPK lainnya. Pemeriksaan on
call dapat merupakan pemeriksaan kinerja maupun
pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Definisi
Pemeriksaan On
Call

51

Permintaan pemeriksaan on call tidak selalu dapat

a.

dipenuhi oleh BPK, karena BPK memiliki prioritas tema

pemeriksaan

Kebijakan

Pemeriksaan BPK. Permintaan pemeriksaan on call

dapat dipenuhi sepanjang:

yang

tercantum

dalam

ri
k
s
a
a
n
t
e
r
s
e
b
u
t
d
i
n
il
a
i
s
a
n
g
a
t
p
e

nting dan mendesak untuk dilakukan karena dampak


hasil

pemeriksaan

terkait

langsung

dengan

Kebijakan
Pemeriksaan On
Call

kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia,


serta terhadap pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara;
b. Tema pemeriksaan masih sesuai dengan prioritas
pemeriksaan BPK

yang tercantum dalam Kebijakan

Pemeriksaan BPK.
c. BPK memiliki sumber daya (dalam hal anggaran dan
untuk
melaksanakan
personil)
yang
cukup
KON SE P

pemeriksaan tersebut.
d. Tidak berisiko terhadap independensi dan integritas
BPK.
52

Permintaan pemeriksaan on call yang dinilai dapat


dipenuhi oleh BPK dapat dilaksanakan pada tahun

Waktu Pemenuhan
Pemeriksaan On
Call

anggaran yang sedang berjalan atau pada tahun


anggaran berikutnya, bergantung dari urgensi dan
kepentingan pemeriksaan tersebut bagi rakyat Indonesia.
53

Permintaan pemeriksaan on call harus disampaikan


secara tertulis kepada BPK dengan disertai alasanalasan perlunya dilakukan pemeriksaan tersebut.

Tata Cara
Permintaan
Pemeriksaan On
Call

2. Pihak-Pihak Terkait Pemeriksaan On Call


54

Pihak-pihak seperti PFP dan PSP yang terlibat dalam


perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan

Peran PFP dan


PSP

on call memiliki peran yang sama dengan pihak-pihak


yang terlibat dalam pemeriksaan rutin seperti dijelaskan
dalam Bab I, II, III, dan IV.
55

Badan memiliki peran menyetujui maupun menolak


permintaan

pemeriksaan

mempertimbangkan
Persetujuan

on

masukan

atau

call

dengan

Tortama/Kalan

penolakan

atas

Peran Badan

terkait.

permintaan

pemeriksaan tersebut kemudian disampaikan secara


tertulis kepada pihak yang mengajukan permintaan
disertai

dengan

alasan-alasan

persetujuan

atau

penolakan.
56

Unit Kerja Manajemen Pemeriksaan memiliki peran


KON SE P

mencatat dan mengadministrasikan seluruh permintaan

Peran Unit Kerja


Manajemen
Pemeriksaan

pemeriksaan on call dalam sebuah database sebagai


bahan

referensi

permintaan

berikutnya

bagi

Tortama/Kalan untuk memberikan masukan kepada


Badan.
3. Mekanisme Pemeriksaan On Call
57

Penganggaran

perencanaan

pemeriksaan

on

call

Penganggaran

Dalam hal permintaan berasal dari Lembaga Perwakilan,

Konsultasi dengan
Lembaga
Perwakilan

dijelaskan pada POS Perencanaan Tahunan.


58

BPK melakukan konsultasi dengan Lembaga Perwakilan


sebelum

dilakukannya

pemeriksaan

on

call

untuk

menyesuaikan tujuan pemeriksaan dengan permintaan


pemangku kepentingan tersebut.

59

Prosedur perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan


pemeriksaan on call mengacu kepada Bab II, III, dan IV.

D.

Prosedur
pemeriksaan

Pemanfaatan KAP yang Bekerja Untuk Dan Atas Nama BPK


1. Pendahuluan

60

Pemeriksaan

untuk

dan

atas

nama

BPK

adalah

pemeriksaan yang dilakukan dengan memanfaatkan


Kantor

Akuntan

Publik

(KAP)

yang

memenuhi

Definisi
Pemeriksaan Untuk
dan Atas Nama
BPK

persyaratan yang ditentukan oleh BPK.


61

Pemanfaatan KAP yang bekerja untuk dan atas nama

Tujuan

BPK dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan peran


dan

kinerja

pelaksanaan

BPK,

meningkatkan

pemeriksaan

ketepatan

keuangan,

dan

waktu
untuk

meningkatkan efisensi belanja negara serta mendorong


terjadinya knowledge transfer antara BPK dengan KAP.
KON SE P

62

Pemanfaatan KAP untuk dan atas nama BPK dapat

Prakondisi

dilakukan jika AKN/Perwakilan tidak memiliki atau tidak


cukup memiliki pemeriksa yang memenuhi kompetensi
dan memenuhi kode etik serta standar umum dalam
SPKN.
63

AKN/Perwakilan menentukan prioritas objek yang akan


diperiksa oleh KAP untuk dan atas nama BPK dengan

Penentuan prioritas
objek pemeriksaan

mempertimbangkan:
1. Jenis pemeriksaan yang wajib dilakukan BPK;
2. Tingkat risiko, urgensi dan/atau dampak, baik jangka
pendek ataupun jangka panjang.
64

KAP yang bekerja untuk dan atas nama BPK wajib


terdaftar di BPK dan harus memenuhi persyaratan yang

Ketentuan KAP
yang dapat bekerja
untuk dan atas

ditetapkan
terdaftar

oleh
di

BPK.

BPK

Pengelolaan

diselenggarakan

database
oleh

Dit

KAP

nama BPK

EPP.

Pengelolaan database KAP dijelaskan lebih lanjut dalam


pedoman terkait.
65

Pelaksanaan Pengadaan KAP dilakukan oleh kantor


pusat mengacu pada ketentuan pengadaan barang dan

Pengadaan KAP
yang bekerja untuk
dan atas nama BPK

jasa yang berlaku.


66

Organisasi

tim

pemeriksa

mengacu

pada

Bab

I.

Komposisi tim pemeriksaan oleh KAP yang bekerja untuk


dan atas nama BPK terdiri dari pemeriksa BPK dan KAP.

Organisasi tim
pemeriksa melalui
pemantaatan KAP
yang bekerja untuk
dan atas nama BPK

Dalam komposisi tersebut peran Penanggung Jawab


(Pengendali Mutu) harus berasal dari BPK sedangkan
Pengendali Teknis dapat berasal dari BPK jika dianggap
tim memerlukan keahlian dari pemeriksa BPK.
KON SE P

2. Pihak-Pihak Terkait
67

Pemeriksaan melalui pemanfaatan KAP yang bekerja

Pihak-pihak terkait

untuk dan atas nama BPK melibatkan PSP, PFP, Dit.


EPP, Dit. PSMK, Biro Keuangan, Panitia Pengadaan
Barang dan Jasa (PPBJ) BPK, serta KAP.
68

PSP memiliki peran:


1.

Peran PSP

menentukan objek dan/atau entitas pemeriksaan


yang akan diperiksa oleh KAP yang bekerja untuk
dan atas nama BPK;

2.

mengusulkan pemanfaatan KAP sebagai bagian dari


RKP kepada Dit. PSMK dan Biro Keuangan;

3.

menyusun
Rencana

Kerangka
Anggaran

Acuan
dan

disampaikan ke PPBJ BPK;

Kerja

Biaya

(KAK)
(RAB)

dan
untuk

4.

Melaksanakan penjaminan mutu atas pekerjaan


KAP.

69

PFP memiliki peran untuk melaksanakan penugasan

Peran PFP

sesuai perannya dalam surat tugas pemeriksaan.


70

Direktorat EPP memiliki peran menyediakan data KAP


terdaftar di BPK dan melakukan pemantauan atas KAP

Peran Direktorat
EPP

yang terdaftar di BPK.


71

Direktorat PSMK memiliki peran melakukan pembahasan


dengan PSP dan Biro Keuangan terkait anggaran atau

Peran Direktorat
PSMK

biaya pemeriksaan KAP.


72

Biro

Keuangan

memiliki

peran

menetapkan

anggaran/biaya pemeriksaan atas pemanfaatan KAP.


73

PPBJ memiliki peran melaksanaKON SE Pkan proses


pengadaan

Peran Biro
Keuangan

Peran PPBJ

barang dan jasa sesuai ketentuan yang berlaku.


74

KAP memiliki peran melakukan pemeriksaan sesuai

Peran KAP

dengan standar dan pedoman pemeriksaan yang berlaku


di BPK.
3. Organisasi Tim Pemeriksa
75

Susunan organisasi pemeriksaan dengan memanfaatkan


KAP yang bekerja untuk dan atas nama BPK terdiri dari

Susunan
organisasi tim
pemeriksa

PTP, PFP, dan PSP dengan tugas dan tanggung jawab


masing-masing seperti yang telah dijelaskan dalam Bab I,
II, III, dan IV PMP.
76

Dalam susunan organisasi pemeriksaan KAP yang


bekerja untuk dan atas nama BPK, Penanggung Jawab
diperankan oleh Pengendali Mutu yang berasal dari BPK.

Penanggung Jawab

Jika BPK memandang pemeriksaan yang dilakukan oleh


tim pemeriksa KAP (Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan
Anggota Tim

diperankan oleh

auditor

KAP)

tidak

memadai, Pengendali Mutu BPK dapat menugaskan PFP


untuk mebantu tim pemeriksa KAP.
4. Mekanisme Pemeriksaan Untuk Dan Atas Nama BPK Oleh KAP
a. Perencanaan Pemeriksaan
77

Perencanaan pemeriksaan oleh KAP yang bekerja


untuk dan atas nama BPK secara umum mengikuti
ketentuan pada PMP, kecuali:

Mekanisme
perencanaan
pemeriksaan oleh
KAP

(a) Penyusunan surat tugas pemeriksaan dilakukan


oleh AKN/Perwakilan terkait;
(b) Program Pemeriksaan dapat disusun oleh KAP
dengan mendapatkan review dan persetujuan
dari penanggung jawab KONsSE P

ecara

berjenjang. Hasil review dapat memperluas,


menambah atau mengurangi
dalam

prosedur

program

pemeriksaan.
b. Pelaksanaan Pemeriksaan
78

Pelaksanaan pemeriksaan dan pengendalian mutu


dilakukan sesuai dengan Bab III dan pedoman
terkait.
c. Pelaporan Pemeriksaan

79

Konsep LHP dan KKP wajib diserahkan oleh Tim


Pemeriksa secara berjenjang kepada penanggung
jawab setelah pekerjaan lapangan diselesaikan, dan
dinyatakan diterima BPK.

Mekanisme
pelaksanaan
pemeriksaan oleh
KAP

80

Pelaporan pemeriksaan dan pengendalian mutu


dilakukan sesuai dengan Bab IV.
Dalam rangka penentuan opini hasil pemeriksaan,

Permintaan
Penjelasan dalam
hal Penentuan
Opini

BPK dapat meminta penjelasan kepada KAP untuk


dapat memberikan keyakinan yang memadai atas
konsep LHP.
81

BPK berwenang untuk menyatakan pendapat dan


menandatangai

Laporan

Auditor

Independen

Penandatanganan
LHP dan Surat
Keluar

beserta LHP atas pemeriksaan yang dilakukan oleh


KAP untuk dan atas nama BPK. Selanjutnya,
berdasarkan

LHP

Final

tersebut,

PTP

menandatangani surat keluar.


82

Jika terdapat implikasi hukum atas LHP tersebut,


Pemeriksa (KAP) dapat diminta sebagai saksi atau
KON SE P

keterangan ahli dalam proses peradilan.


83

Pemenuhan tanggung jawab KAP sebagai penyedia


jasa pemeriksaan dilakukan dengan menyerahkan
hasil pemeriksaan

termasuk

KKP

berdasarkan

Tanggung jawab
KAP terkait LHP
dalam hal terdapat
implikasi hukum

Tanggung jawab
KAP dalam hal
pemenuhan
kontrak kerja
dengan BPK

kontrak yang telah disepakati.


Sebelum serah terima KKP, penanggung jawab
pemeriksaan
lambatnya

mereviu
sepuluh

KKP
hari

tersebut
sejak

selambat-

surat

keluar

diterbitkan. Serah terima KKP dilengkapi dengan


BAST

yang

menyatakan

bahwa

kertas

kerja

pemeriksaan telah direviu.


d. Evaluasi atas Pemanfaatan KAP
84

Evaluasi terhadap pemeriksaan KAP yang bekerja


untuk dan atas nama BPK adalah proses penilaian

Evaluasi KAP atas


kinerja
pemeriksaan dan

atas aspek kinerja pemeriksaan serta kinerja KAP.

Eval
uasi
atas
kiner
ja
pem
eriks
aan
bert
ujua
n
untu
k
meli
hat
kese
suai
an
pela
ksan
aan
pem
eriks
aan
den
gan
stan
dar
sert
a
pera
ngka
t
luna

k lainnya yang ada di BPK serta kesesuaian

kinerja KAP

pelaksanaan pemeriksaan dengan tujuan dan atau


harapan

penugasan.

Sedangkan

evaluasi

atas

kinerja KAP dimaksudkan untuk melihat seberapa


jauh

tingkat kesesuaian pelaksanaan pekerjaan

dengan kontrak
yang telah disepakati.
85

Evaluasi kinerja pemeriksaan KAP yang bekerja


untuk dan atas nama BPK dilakukan pada semua
tahap

pemeriksaan

yang

dilakukan

oleh

AKN/Perwakilan yang menggunakan KAP tersebut


dengan membentuk tim evaluasi.
KON SE P

Hasil evaluasi kinerja pemeriksaan KAP dalam


bentuk laporan hasil evaluasi pemanfaatan KAP
disampaikan kepada Dit. EPP untuk menjadi bahan
pertimbangan bagi Dit. EPP dalam melakukan
evaluasi/reviu atas database KAP terdaftar di BPK.
Evaluasi kinerja KAP yang bekerja untuk dan atas
nama BPK dilakukan oleh Itama. Hasil evaluasi
disampaikan kepada Dit. EPP terkait sebagai bahan
pemutakhiran database dan referensi penggunaan
KAP.

Pihak yang
melakukan
evaluasi

E.

Penggunaan Tenaga Ahli


1. Pendahuluan

86

Tenaga Ahli adalah orang yang memiliki keahlian tertentu


yang diperlukan dalam suatu pemeriksaan sesuai dengan

Definisi Tenaga
Ahli

persyaratan dan kebutuhan BPK. Sesuai dengan kondisi


dan kebutuhan, tenaga ahli dapat digunakan dalam
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja maupun
pemeriksaan

dengan

tujuan

tertentu

seperti

yang

dinyatakan dalam Peraturan BPK No. 1 Tahun 2008


tentang Tenaga Ahli Pasal 6 huruf (c).
Tenaga

ahli

digunakan

untuk

membantu

kegiatan

pemeriksaan yang membutuhkan penilaian terhadap halhal

khusus

yang

membutuhkan

tenaga

profesional/keahlian dibidang tertentu.


KON SE P

87

Tenaga ahli dapat berasal dari dalam lingkungan BPK

Sumber Tenaga
Ahli

(internal) maupun dari luar lingkungan BPK (eksternal).


Tenaga ahli internal BPK berperan untuk memberikan
konsultasi atau pendapat yang bersifat tidak mengikat
atas proses
eksternal

pemeriksaan.

yang

ditunjuk

Sedangkan
BPK

harus

tenaga

ahli

memenuhi

persyaratan keahliannya sesuai dengan SPKN. Tenaga


ahli eksternal diposisikan di dalam Tim Pemeriksa dan
melakukan tahapan pemeriksaan sesuai dengan Bab II,
III, dan IV berdasarkan keahliannya.
88

Penentuan pemanfaatan tenaga ahli dapat dilakukan


pada tahap perencanaan pemeriksaan dan pelaksanaan
pemeriksaan.

Pemanfaatan
tenaga ahli pada
proses
pemeriksaan

89

Pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang


melaksanakan tugas pemeriksaan keuangan negara

Kewajiban Tenaga
Ahli

wajib:
a. melakukan pemeriksaan sesuai dengan Standar
Pemeriksaan;
b. mematuhi kode etik; dan
c. mematuhi

peraturan

perundang-undangan

yang

menjadi dasar penugasannya.


90

Pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar BPK wajib


menyampaikan seluruh hasil pekerjaannya kepada BPK

Kepemilikan Hasil
Pemeriksaan
Tenaga Ahli

untuk direviu dan sepenuhnya menjadi hak milik BPK.


2. Pihak-Pihak Terkait
91

Penggunaan tenaga ahli dari luar BPK melibatkan AKN,


n, dan Biro Keuangan.
Unit Kerja Manajemen
PemeriksaKON SaE P

92

PFP memiliki peran:

Peran PFP

a. Mengidentifikasi keahlian khusus dari tenaga ahli yang


diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan; dan
b. Menjelaskan hasil yang diharapkan dari tenaga ahli.
c. Mengevaluasi apakah prosedur yang dilaksanakan
oleh tenaga ahli akan memenuhi hasil yang diinginkan
oleh pemeriksa.
d. Mengevaluasi hasil prosedur yang dilaksanakan oleh
tenaga

ahli

dalam

Pihak-pihak terkait

kaitannya

dengan

prosedur

pemeriksaan yang telah direncanakan.


e. Memberikan feedback atas kinerja pekerjaan tenaga
ahli kepada Unit Kerja Manajemen Pemeriksaan.

93

Unit Kerja Manajemen Pemeriksaan memiliki peran


mengelola daftar tenaga ahli dan kompetensinya dalam

Peran Unit Kerja


Manajemen
Pemeriksaan

sebuah database sebagai bahan pertimbangan dalam


pemilihan tenaga ahli yang diperlukan.
94

Tenaga

ahli

internal

memiliki

peran

memberikan

konsultasi atau pendapat tertulis dalam bentuk laporan

Peran tenaga ahli


internal

hasil evaluasi.
95

Tenaga

ahli

eksternal

pemeriksaan sebagai

memiliki
anggota

peran
tim

melakukan

sesuai

dengan

Peran tenaga ahli


eksternal

tahapan pemeriksaan.
96

Biro Keuangan memiliki peran mengelola penggunaan


anggaran untuk pemanfaatan tenaga ahli.

Peran Biro
Keuangan

3. Mekanisme Penggunaan Tenaga Ahli


a.
97

Perencanaan Pemeriksaan

KON SE P

Dalam menyusun perencanaan pemeriksaan, tim


pemeriksa perlu mempertimbangkan kemungkinan
penggunaan

tenaga

ahli

dalam

Pertimbangan
Penggunaan
Tenaga Ahli

kegiatan

pemeriksaannya.
98

Untuk kebutuhan tenaga ahli eksternal yang sudah


diidentifikasikan

pada

saat

perencanaan

pemeriksaan, Tenaga Ahli eksternal menjadi bagian


dari Tim Pemeriksaan dan melaksanakan kegiatan
perencanaan pemeriksaan dengan menyusun PKP
sesuai dengan lingkup keahliannya.

Tenaga Ahli pada


tahap
perencanaan
pemeriksaan

b.
99

Pelaksanaan Pemeriksaan
Apabila tenaga ahli merupakan bagian dari tim
pemeriksaan

maka

prosedur

pelaksanaan

Mekanisme kerja
tenaga ahli

pemeriksaannya sesuai dengan bab III dalam PMP.


100

PFP yang mengidentifikasi kebutuhan tenaga ahli


pada

tahap

pelaksanaan

pemeriksaan

perlu

mengkomunikasikannya secara berjenjang kepada

Identifikasi
kebutuhan tenaga
ahli pada saat
pelaksanaan
pemeriksaan

PSP mengenai alasan dibutuhkannya keahlian


tertentu dalam pemeriksaan tersebut.
101

PSP menyetujui penggunaan tenaga ahli dengan


memperhatikan ketersediaan anggaran.

102

Tenaga

ahli

melakukan

tahapan

pelaksanaan

pemeriksaan berdasarkan keahlian dan kompetensi


KON SE P

khusunya sesuai dengan Bab III.


c.
103

Mekanisme kerja
tenaga ahli pada
tahap
pelaksanaan
pemeriksaan

Pelaporan Pemeriksaan
Mekanisme

pelaporan

pemeriksaan

dilakukan

sesuai dengan Bab IV.

F.

Persetujuan
penggunaan
tenaga ahli pada
saat pelaksanaan
pemeriksaan

Mekanisme kerja
tenaga ahli pada
tahap pelaporan
pemeriksaan

Pendapat dan Konsultasi Hukum


1. Pendahuluan

104

Pendapat hukum adalah pendapat yang disampaikan


secara tertulis atas permasalahan hukum terkait hasil
pemeriksaan yang mengandung unsur pidana.

Definisi Pendapat
Hukum

105

Konsultasi hukum adalah pendapat atau penjelasan


terkait

hukum

yang

tidak

terbatas

pada

bidang

Definisi Konsultasi
Hukum

pemeriksaan diberikan secara lisan dan/atau tertulis dan


bersifat tidak mengikat.
2. Pihak-Pihak Terkait
106

Proses

pemberian

pendapat

hukum

melibatkan

AKN/Perwakilan, dan Ditama Binbangkum.


107

AKN

I-VII

memiliki

peran

menyampaikan

temuan

Pihak-Pihak
Terkait dalam
Pendapat Hukum
Peran AKN I-VII

pemeriksaan yang mengandung unsur pidana kepada


Tortama Unit Pemeriksaan Investigatif.
108

Unit Pemeriksaan Investigatif memiliki peran:

Peran AKN VIII

a. Melakukan predikasi awal atas temuan pemeriksaan


yang mengandung unsur pidana yang diterima dari
KON SE P

AKN I-VII;
b. Menyampaikan hasil predikasi awal atas temuan
pemeriksaan yang mengandung unsur pidana kepada
Ditama Binbangkum untuk dimintakan pendapat
hukum.
109

Perwakilan

memiliki

peran

menyampaikan

temuan

Peran Perwakilan

pemeriksaan yang mengandung unsur pidana kepada


Tortama Unit Pemeriksaan Investigatif melalui Tortama
Keuangan Negara terkait.
110

Ditama
pendapat
berkaitan

Binbangkum
hukum
dengan

memiliki

atas

peran

permasalahan

memberikan
hukum

yang

pelaksanaan pemeriksaan yang

diminta oleh Unit Pemeriksaan Investigatif.

Peran Ditama
Binbangkum
dalam Pendapat
Hukum

111

Proses pemberian konsultasi hukum melibatkan PFP,


PSP, Ditama Binbangkum/Subbag Hukum.

112

PSP dan PFP berperan menyampaikan permintaan


konsultasi hukum kepada Ditama Binbangkum.

113

Ditama

Binbangkum/Subbag

Hukum

berperan

memberikan konsultasi hukum kepada PSP dan PFP.

Pihak-Pihak
Terkait dalam
Konsultasi Hukum
Peran PSP dan
PFP

Peran Ditama
Binbangkum
dalam Konsultasi
Hukum

3. Manajemen Pendapat dan Konsultasi Hukum


a.
114

Pendapat Hukum
Unit Pemeriksaan Investigatif melakukan predikasi

Predikasi Awal

awal atas hasil pemeriksaan yang mengandung


unsur pidana yang telah disampaikan oleh AKN I-VII.
Predikasi awal akan menentukan apakah dilakukan
permintaan pendapat hukumKO.N SE P
115

Hasil predikasi awal disampaikan oleh Tortama


Keuangan Negara VIII secara tertulis kepada

Penyampaian
Predikasi Awal

Kaditama Binbangkum disertai dokumen pendukung.


116

Dalam hal dokumen pendukung kurang memadai,


Ditama

Binbangkum

dapat

meminta

dokumen

Dokumen
Pendukung
Kurang Memadai

tambahan kepada Tortama Keuangan Negara VIII


dan/atau pemaparan oleh tim pemeriksa terkait
untuk keperluan analisis.
117

Dalam melakukan analisis, Ditama Binbangkum


dapat meminta pendapat ahli/narasumber atas hasil

Penggunaan
Ahli/Narasumber

pemeriksaan yang dimintakan pendapat hukumnya.


118

Direktorat Litbang

Kaditama Binbangkum menyampaikan pendapat

Badan Pemeriksa Keuangan

Penyampaian
Pendapat Hukum

200
200

hukum kepada Tortama Keuangan Negara VIII


secara tertulis.
119

Pendapat hukum harus didokumentasikan sebagai


bentuk

dukungan

pelaksanaan

pemeriksaan.

Tindaklanjut
Pendapat Hukum

Tortama Keuangan Negara VIII menyampaikannya


kepada Badan untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan
yang berlaku.
120

Mekanisme permintaan dan penyusunan pendapat


hukum atas

hasil

pemeriksaan secara

terinci

Mekanisme
Pendapat Hukum

mengacu pada perangkat lunak terkait.


b.
121

Konsultasi Hukum
Permintaan konsultasi hukum dapat dilakukan oleh
PSP dan PFP kepada Ditama Binbangkum/Subbag

Hal Yang Dapat


Dimintakan
Pendapat Hukum

Hukum yang terkait dengan pelaksanaan tugas


KON SE P

pemeriksaan maupun non-pemeriksaan.


Permintaan konsultasi hukum terkait pemeriksaan
dapat dilakukan pada semua tahapan pemeriksaan
(perencanaan, pelaksanaan, pelaporan).
122

Permintaan

konsultasi

hukum

dapat

dilakukan

Bentuk
Permintaan
Konsultasi Hukum

Ditama Binbangkum/Subbag Hukum menyampaikan

Penyampaian
Konsultasi Hukum

secara lisan dan/atau tertulis.


123

konsultasi hukum kepada PSP dan PFP secara lisan


dan/atau tertulis sesuai permintaan.
124

Mekanisme permintaan dan penyusunan konsultasi


hukum secara terinci mengacu pada perangkat lunak
terkait.

Mekanisme
Konsultasi Hukum

Pedoman Manajemen
Pemeriksaan
Bab IV Pelaporan

BAB VI
PENUTUP
01

PMP ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan


bagi BPK

dan

pemeriksaan

pelaksananya

pengelolaan

dalam

dan

menjalankan

tanggung

jawab

PMP sebagai
pedoman dalam
meningkatkan
kualitas
pemeriksaan

keuangan negara yang meliputi tahap perencanaan


pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, dan pelaporan
pemeriksaan yang dilengkapi dengan SMM dan alur
dokumentasi yang komprehensif dalam menghasilkan
kualitas pemeriksaan yang sesuai dengan standar.
02

Agar buku pedoman ini dapat dimanfaatkan sesuai


dengan tujuan dan fungsinya, maka pedoman ini perlu
senantiasa

dievaluasi,

dimutakhirkan

sesuai

disempurnakan,

dengan

perubahan

PMP sebagai
living document

atau
kondisi,

KON SE P

perkembangan ilmu

pengetahuan dan

teknologi

terapan di bidang pemeriksaan, serta perkembangan


peraturan perundang-undangan di bidang keuangan
negara.
03

PMP merupakan dokumen yang dapat berubah sesuai


dengan

perubahan

peraturan

perundang-undangan,

standar pemeriksaan dan/atau kondisi lain. Oleh karena


itu, Ditama
bertugas

Revbang

dhi.

melaksanakan

perkembangan

implementasi

Direktorat

Litbang

pemantauan
proses

atas

pemeriksaan,

termasuk menampung dan menyelesaikan masalah


yang timbul serta melakukan penyempurnaan yang
diperlukan
kebutuhan.

sesuai

dengan

perkembangan

dan

Tugas dan Fungsi


Ditama Revbang

Pedoman Manajemen Pemeriksaan


Glosarium

GLOSARIUM
A
AKN
Koordinator

Tortama

AKN

yang

ditunjuk

sebagai

koordinator

pemeriksaan lintas AKN sesuai dengan kebijakan dan

(Leader)

strategi (tema) pemeriksaan yang ditetapkan oleh Badan.

Akurat

Ketepatan bukti yang digunakan dalam pemeriksaan.

At cost

Pertanggungjawaban

pengeluaran

biaya

pelaksanaan

sesuai dengan biaya yang sesungguhnya berdasarkan bukti


pengeluaran yang ada.
B
Badan

Sebutan untuk BPK RI atau juga sebagai pemberi tugas


pemeriksaan. Badan terdiri dari Ketua, Wakil Ketua dan
Anggota BPK RI.
D
KON SE P

DEP

Database

Entitas

Pemeriksaan;

merupakan

kumpulan

data terkait entitas yang menjadi objek pemeriksaan yang


sebelumnya dikenal sebagai Dosir Induk Wilayah (DIW).
E
Entitas

1. Satuan yang berwujud; wujud.


2. Kesatuan unit.
H

Harapan

penugasan
Hasil
Pemeriksaan

Direktorat Litbang

Keinginan dari yang memberi tugas atau Badan terhadap


pelaksanaan tugas pemeriksaan.

Produk dari pelaksanaan tugas pemeriksaan yang terdiri dari


KKP LHP dan dokumen pemeriksaan lainnya.

Badan Pemeriksa Keuangan

2
0

I
Instansi

Perangkat dari Departemen atau Lembaga Pemerintah Non

Vertikal

Departemen yang mempunyai lingkungan kerja di wilayah


yang bersangkutan (PP No. 6 tahun 1998 tentang Koordinasi
Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah).

IHPS

Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semesteran; dokumen yang


disusun

yang

memuat

ringkasan

mengenai

hasil

pemeriksaan yang signifikan, hasil pemantauan pelaksanaan


tindak lanjut hasil pemeriksaan,
penyelesaian

pengenaan

dan hasil pemantauan

ganti kerugian negara/daerah

dalam satu semester.


K
Keadaan kahar

Keadaan di luar kemampuan atau kekuasaan manusia.

Kerugian

Berkurangnya kekayaan Negara/daerah yang disebabkan

Negara/Daerah

oleh

suatu

tindaKONkSE P

an

yang

melanggar

hukum/kelalaian
seseorang.
Ketua Tim

Personil pemeriksa yang bertindak sebagai koordinator


pemeriksaan di lapangan dan bertanggung jawab kepada
pengendali

teknis

atas

pelaksanaan

pemeriksaan

di

lapangan.
KKP

Kertas Kerja Pemeriksaan; catatan-catatan yang dibuat dan


data yang dikumpulkan oleh auditor secara sistematis pada
saat melaksakan tugas pemeriksaan mulai tahap persiapan
pemeriksaan

sampai

dengan

tahap

kesimpulan

pembuatan laporan.
Kompeten

Kemampuan yang cukup untuk melakukan tugas


yang diberikan.

akhir

M
Matematis

Hal-hal yang berkaitan dengan angka, seperti penghitungan


dan nilai.
O

Objek

Entitas/instansi/satuan kerja/kegiatan yang menjadi sasaran

Pemeriksaan
On Call

pemeriksaan.
:

Penugasan pemeriksaan tambahan yang dilakukan atas


permintaan Badan atau pihak lain.

Opini

Pendapat yang dikeluarkan pemeriksa terhadap laporan


keuangan entitas yang diperiksa.
P

Pejabat

Pelaksana

fungsional

pemeriksaan

yang

memperoleh

fungsional

penugasan dari PTP yang bertanggung jawab melaksanakan

pemeriksaan

kegiatan fungsi pem eriksaan.

Pejabat

KON SE P

Pejabat pelaksana unit pemeriksa yang memperoleh kuasa

struktural

dari PTP untuk mengelola sumber daya pemeriksaan dan

pemeriksaan

menjamin mutu pemeriksaan sesuai dengan lingkup wilayah


kerja pemeriksaannya.
P

Pemberi tugas

: Badan yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota atau

pemeriksaan

pejabat yang diberikan penugasan secara tertulis oleh Badan


yang bertanggung jawab memberikan arah dan penugasan
pemeriksaan kepada PSP dan PFP, serta menyerahkan
laporan hasil pemeriksaan dan surat keluar kepada lembaga
perwakilan dan entitas yang diperiksa.

Penanggung
Jawab

Direktorat Litbang

Personil

pemeriksa

yang

bertanggung

jawab

atas

pemeriksaan dan yang menandatangani LHP.

Badan Pemeriksa Keuangan

vii

P
Pengendali

mutu

Personil pemeriksa yang bertanggung jawab menyetujui


dan menandatangani Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan
menjamin mutu pelaksanaan pemeriksaan agar sesuai
dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN),
Pedoman Manajemen Pemeriksaan (PMP) dan Standar
Pemerolehan Keyakinan Mutu (SPKM).

Pengendali

Teknis

Supervisor,

yaitu

personil

pemeriksa

yang

bertugas

menjaga secara teknis hasil pemeriksaan yang dilakukan tim


pemeriksa dan bertanggung jawab kepada penanggung
jawab pemeriksaan.

Pemilik

Kepentingan

Seseorang/perwakilan yang memiliki hak untuk menentukan


masa depan entitas atau lembaga yang dimiliki.

(Stakeholders)
Perangkat

lunak

Petunjuk tertulis ya n g dapat berupa antara lain juklak,


KO

N SE P

juknis, POS, Pedoman yang dipergunakan sebagai dasar


dalam
menjalankan suatu proses dan/atau kegiatan

Pertemuan

awal

Komunikasi

sebelum

dilaksanakannya

pemeriksaan

di

lapangan antara pimpinan entitas yang diperiksa dengan tim


pemeriksa

Pertemuan

akhir

Komunikasi

antara

pimpinan

dengan

tim pemeriksa

entitas

setelah

yang

diperiksa

dilaksanakannya

pemeriksaan di lapangan yang biasanya diserahkan pula TP


dalam pertemuan ini.
PKP

Program Kerja Perorangan; merupakan

alokasi

kegiatan

pemeriksaan yang akan dilaksanakan berdasarkan Program


Pemeriksaan.

Direktorat Litbang

Badan Pemeriksa Keuangan

20
6

P
Prosedur

1. Tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas.


2. Langkah langkah yang secara pasti dalam memecahkan
suatu masalah.

Program

Langkah pemeriksaan di lapangan yang harus di laksanakan

Pemeriksaan,

oleh tim pemeriksa.


R

Rencana Aksi

Merupakan aksi yang akan dilaksanakan oleh entitas yang


diperiksa berdasarkan rekomendasi BPK yang termuat dalam
LHP.

RKP

Rencana Kerja Pemeriksaan; dokumen

yang

memuat

rencana pemeriksaan yang meliputi urutan pengelompokan


tema pemeriksaan, waktu, kebutuhan pemeriksa, anggaran,
dan infrastruktur lainnya.
KON SE P

S
SPKN

Standar

Pemeriksaan

pemeriksaan

yang

Keuangan

menjadi

acuan

Negara;
dalam

standar

pelaksanaan

pemeriksaan keuangan negara.


Standar

1. Ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan atau


ukuran baku.
2. Sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat
dipakai sebagai ukuran nilai (harga).

Surat keluar

Surat pengantar LHP yang akan disampaikan kepada


perwakilan, entitas yang diperiksa dan pihak lain yang
menerima LHP.

S
Surat Perintah
Perencanaan
Pemeriksaan

Surat perintah yang dikeluarkan untuk membentuk tim


persiapan pemeriksaan yang
untuk

kebutuhan

bertugas

menyusun

P2

intern dalam rangka mempersiapkan

program pemeriksaan.
Surat tugas

Surat penugasan kepada

pemeriksa untuk melakukan

kegiatan pemeriksaan pada suatu entitas dan dalam waktu


tertentu.
T
Temuan

pemeriksaan
Tim Pemeriksa

Indikasi permasalahan yang ditemui di dalam pemeriksaan


di lapangan.

Terdiri dari penanggung jawab, pengendali teknis, ketua tim


dan anggota tim.

KON SE P

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA
Jalan Gatot Subroto No. 31
Jakarta Pusat 10210
Telp. (021)
5705372

www.bpk.go.id

Anda mungkin juga menyukai