Anda di halaman 1dari 23

TUGAS SEMINAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

PELAPORAN PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

Disusun Oleh:
Ade Hendra Vaskah Tarigan

( 02 )

Ardian Galuh Setyawan

( 07 )

Gayuh Ardhi Rumpoko

( 08 )

Rosaria Endah Meitasari

( 23 )

Kelas IX-C
Program Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
2015

I.

Ketentuan terkait Pelaporan Hasil Pemeriksaan Berdasarkan Standar Pemeriksaan


Keuangan Negara
Standar Pemeriksaan memberlakukan setiap standar pelaporan audit keuangan dan Pernyataan
Standar Audit (PSA) yang ditetapkan oleh IAI, kecuali ditentukan lain.
A Hubungan dengan Standar Profesional Akuntan Publik yang Ditetapkan oleh IAI
Untuk pemeriksaan keuangan, Standar Pemeriksaan memberlakukan empat standar
pelaporan SPAP yang ditetapkan IAI berikut ini:
1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau prinsip akuntansi yang lain yang berlaku
secara komprehensif.
2. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan audit.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada,
dan tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor.
Prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk sektor pemerintahan adalah Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP).

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaporan tambahan berikut ini:


Pernyataan kepatuhan terhadap Standar Pemeriksaan.
Pelaporan tentang kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelaporan tentang pengendalian intern.
Pelaporan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab.
Pelaporan informasi rahasia.
Penerbitan dan pendistribusian laporan hasil pemeriksaan.

B Pernyataan Kepatuhan terhadap Standar Pemeriksaan


Pernyataan standar pelaporan tambahan pertama adalah: Laporan hasil pemeriksaan
harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan.
Pernyataan standar ini mengacu kepada standar pemeriksaan yang berlaku, yang harus
diikuti oleh pemeriksa selama melakukan pemeriksaan. Jika pemeriksa tidak dapat mengikuti
Standar Pemeriksaan, pemeriksa dilarang untuk menyatakan demikian. Dalam situasi
demikian, pemeriksa harus mengungkapkan alasan tidak dapat diikutinya standar pemeriksaan
tersebut dan dampaknya terhadap hasil pemeriksaan.
Standar Pemeriksaan memberlakukan Standar Audit yang ditetapkan oleh IAI dengan
beberapa penyesuaian. Pernyataan standar yang tercantum dalam Standar Pemeriksaan
merupakan tambahan. Apabila suatu pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan Standar
Pemeriksaan maka pemeriksaan tersebut dengan sendirinya telah memenuhi Standar Audit
yang ditetapkan oleh IAI.

Suatu entitas yang diperiksa berdasarkan Standar Pemeriksaan mungkin juga


membutuhkan pemeriksa untuk menerbitkan laporan pemeriksaan keuangan untuk tujuan lain,
misalnya, entitas yang diperiksa membutuhkan laporan keuangan yang telah diperiksa untuk
menerbitkan obligasi atau untuk tujuan lainnya. Standar pemeriksaan ini tidak melarang
pemeriksa untuk menerbitkan laporan lain yang terpisah.
C Pelaporan tentang Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan
Pernyataan standar pelaporan tambahan kedua adalah : Laporan hasil pemeriksaan atas
laporan keuangan harus mengungkapkan bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan
material terhadap penyajian laporan keuangan.
Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang ditemukan dalam
pemeriksaan keuangan, dimuat dalam laporan atas kepatuhan. Apabila pemeriksa tidak
menemukan ketidakpatuhan dalam pengujian kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan, pemeriksa tidak menerbitkan laporan atas kepatuhan.
Apabila pemeriksa menerbitkan laporan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan, laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus memuat suatu
paragraf yang merujuk kepada laporan tersebut.
Laporan atas kepatuhan mengungkapkan: (1) ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan termasuk pengungkapan atas penyimpangan administrasi, pelanggaran
atas perikatan perdata, maupun penyimpangan yang mengandung unsur tindak pidana, dan (2)
ketidakpatutan yang signifikan.
1

Pelaporan Mengenai Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundangundangan dan Ketidakpatutan


Standar Pemeriksaan mengharuskan pemeriksa untuk mempertimbangkan dampak
kecurangan dan/atau penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan
terhadap laporan hasil pemeriksaan serta meyakinkan bahwa hal tersebut telah
diinformasikan kepada lembaga/badan yang memiliki fungsi pengawasan terhadap
manajemen/pemerintah seperti DPR/DPRD, dewan komisaris, komite audit, dewan
pengawas.
Dalam melaporkan kecurangan atau penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan atau ketidakpatutan, pemeriksa harus menempatkan temuan tersebut
secara lugas dan jelas dalam perspektif yang wajar. Untuk memberikan dasar bagi
pengguna laporan hasil pemeriksaan dalam mempertimbangkan kejadian dan konsekuensi
atas kondisi tersebut, hal-hal yang diidentifikasi harus dihubungkan dengan hasil
pemeriksaan secara keseluruhan, dan jika memungkinkan, perlu dinyatakan dalam nilai
satuan mata uang.
Sejauh memungkinkan, dalam menyajikan temuan mengenai kecurangan,
penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, serta ketidakpatutan,
pemeriksa harus mengembangkan unsur- unsur kondisi, kriteria, akibat dan sebab. Dalam
mengembangkan temuan tersebut, pemeriksa agar menggunakan patokan seperti dalam
mengembangkan temuan mengenai kelemahan pengendalian intern.

Pelaporan Langsung tentang Kecurangan dan atau Penyimpangan dari Ketentuan


Peraturan Perundang-undangan
Standar Pemeriksaan mengharuskan pemeriksa untuk melaporkan kecurangan dan
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan kepada pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BPK.
2

Dalam hal pemeriksa menyimpulkan bahwa ketidakpatuhan atau penyimpangan dari


ketentuan peraturan perundang-undangan telah terjadi atau kemungkinan telah terjadi,
maka BPK harus menanyakan kepada pihak yang berwenang tersebut dan atau kepada
penasehat hukum apakah laporan mengenai adanya informasi tertentu tentang
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan tersebut akan mengganggu
suatu proses penyidikan atau proses peradilan. Apabila laporan hasil pemeriksaan akan
mengganggu proses penyidikan atau peradilan tersebut, BPK harus membatasi laporannya,
misalnya pada hal-hal yang telah diketahui oleh umum (masyarakat).
D Pelaporan tentang Pengendalian Intern
Pernyataan standar pelaporan tambahan ketiga adalah: Laporan atas pengendalian intern
harus mengungkapkan kelemahan dalam pengendalian intern atas pelaporan keuangan yang
dianggap sebagai kondisi yang dapat dilaporkan.
Pemeriksa
harus
melaporkan
kelemahan
pengendalian
intern
atas
pelaporan keuangan yang dianggap sebagai kondisi yang dapat dilaporkan.
Beberapa contoh kondisi yang dapat dilaporkan seperti yang dirumuskan
dalam SPAP adalah sebagai berikut:
1. Tidak ada pemisahan tugas yang memadai sesuai dengan tujuan pengendalian yang layak.
2. Tidak ada reviu dan persetujuan yang memadai untuk transaksi, pencatatan akuntansi atau
output dari suatu sistem.
3. Tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan aktiva.
4. Bukti kelalaian yang mengakibatkan kerugian, kerusakan atau penggelapan aktiva.
5. Bukti bahwa suatu sistem gagal menghasilkan output yang lengkap dan cermat sesuai
dengan tujuan pengendalian yang ditentukan oleh entitas yang diperiksa, karena kesalahan
penerapan prosedur pengendalian.
6. Bukti adanya kesengajaan mengabaikan pengendalian intern oleh orang-orang yang
mempunyai wewenang, sehingga menyebabkan kegagalan tujuan menyeluruh sistem
tersebut.
7. Bukti kegagalan untuk menjalankan tugas yang menjadi bagian dari pengendalian intern,
seperti tidak dibuatnya rekonsiliasi atau pembuatan rekonsiliasi tidak tepat waktu.
8. Kelemahan dalam lingkungan pengendalian, seperti tidak adanya tingkat kesadaran yang
memadai tentang pengendalian dalam organisasi tersebut.
9. Kelemahan yang signifikan dalam disain atau pelaksanaan pengendalian intern yang dapat
mengakibatkan pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan yang berdampak
langsung dan material atas laporan keuangan.
10. Kegagalan untuk melakukan tindak lanjut dan membentuk sistem informasi pemantauan
tindak lanjut untuk secara sistematis dan tepat waktu memperbaiki kekurangan
kekurangan dalam pengendalian intern yang sebelumnya telah diketahui.
Dalam melaporkan kelemahan pengendalian intern atas pelaporan keuangan, pemeriksa
harus mengidentifikasi kondisi yang dapat dilaporkan yang secara sendiri-sendiri atau secara
kumulatif merupakan kelemahan yang material. Pemeriksa harus menempatkan temuan
tersebut dalam perspektif yang wajar. Untuk memberikan dasar bagi pengguna laporan hasil
pemeriksaan dalam mempertimbangkan kejadian dan konsekuensi kondisi tersebut, hal-hal
yang diidentifikasi harus dihubungkan dengan hasil pemeriksaan secara keseluruhan.
Sejauh memungkinkan, dalam menyajikan temuan mengenai kelemahan pengendalian
intern atas pelaporan keuangan, pemeriksa harus mengembangkan unsur-unsur kondisi,
kriteria, akibat, dan sebab untuk membantu manajemen entitas yang diperiksa atau pihak
berwenang dalam memahami perlunya mengambil tindakan perbaikan. Apabila pemeriksa
dapat mengembangkan secara memadai temuan-temuan tersebut, pemeriksaan harus membuat
3

rekomendasi guna tindakan perbaikan. Berikut ini adalah pedoman dalam melaporkan unsurunsur temuan:
1. Kondisi; memberikan bukti mengenai hal-hal yang ditemukan pemeriksa di lapangan.
Pelaporan lingkup atau kedalaman dari kondisi dapat membantu pengguna laporan dalam
memperoleh perspektif yang wajar.
2. Kriteria; memberikan informasi yang dapat digunakan oleh pengguna laporan hasil
pemeriksaan untuk menentukan keadaan seperti apa yang diharapkan. Kriteria akan
mudah dipahami apabila dinyatakan secara wajar, eksplisit, dan lengkap, dan sumber dari
kriteria dinyatakan dalam laporan hasil pemeriksaan.
3. Akibat; memberikan hubungan yang jelas dan logis untuk menjelaskan pengaruh dari
perbedaan antara apa yang ditemukan pemeriksa (kondisi) dan apa yang seharusnya
(kriteria). Akibat lebih mudah dipahami bila dinyatakan secara jelas, terinci, dan apabila
memungkinkan, dinyatakan dalam angka. Signifikansi dari akibat yang dilaporkan
ditunjukkan oleh bukti yang meyakinkan.
4. Sebab; memberikan bukti yang meyakinkan mengenai faktor yang menjadi sumber
perbedaan antara kondisi dan kriteria. Dalam melaporkan sebab, pemeriksa harus
mempertimbangkan apakah bukti yang ada dapat memberikan argumen yang meyakinkan
dan masuk akal bahwa sebab yang diungkapkan merupakan faktor utama terjadinya
perbedaan. Pemeriksa juga perlu mempertimbangkan apakah sebab yang diungkapkan
dapat menjadi dasar pemberian rekomendasi. Dalam situasi temuan terkait dengan
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dimana tidak dapat
ditetapkan dengan logis penyebab temuan tersebut, pemeriksa tidak diharuskan untuk
mengungkapkan unsur sebab ini.
Apabila pemeriksa mendeteksi adanya kelemahan dalam pengendalian intern atas
pelaporan keuangan yang merupakan kondisi yang dapat dilaporkan, pemeriksa harus
mengkomunikasikan secara tertulis kelemahan tersebut kepada entitas yang diperiksa melalui
laporan tentang pengendalian intern.
E Pelaporan Tanggapan dari Pejabat yang Bertanggung Jawab
Pernyataan standar pelaporan tambahan keempat adalah: Laporan hasil pemeriksaan yang
memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari
pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan
dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan.
Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan hasil pemeriksaan telah
dibuat secara wajar, lengkap dan obyektif adalah dengan mendapatkan reviu dan tanggapan
dari pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat
dari pejabat yang bertanggung jawab tidak hanya mencakup kelemahan dalam pengendalian
intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang- undangan, atau
ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang
direncanakan. Pemeriksa harus memuat komentar pejabat tersebut dalam laporan hasil
pemeriksaannya.
Pemeriksa harus meminta pejabat yang bertanggung jawab untuk memberikan tanggapan
tertulis terhadap temuan, simpulan dan rekomendasi, termasuk tindakan perbaikan yang
direncanakan oleh manajemen entitas yang diperiksa.
Tanggapan yang diperoleh harus dievaluasi secara seimbang dan obyektif. Tanggapan
yang berupa suatu janji atau rencana untuk tindakan perbaikan tidak boleh diterima sebagai
alasan untuk menghilangkan temuan yang signifikan atau rekomendasi yang berkaitan.
Apabila tanggapan dari entitas yang diperiksa bertentangan dengan temuan, simpulan atau
rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan dan menurut pemeriksa, tanggapan tersebut
4

tidak benar atau apabila rencana tindakan perbaikannya tidak sesuai dengan rekomendasi,
maka pemeriksa harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan dan rencana tindakan
perbaikan tersebut beserta alasannya. Ketidaksetujuan tersebut harus disampaikan secara
seimbang dan obyektif. Sebaliknya, pemeriksa harus memperbaiki laporannya apabila
pemeriksa berpendapat bahwa tanggapan tersebut benar.
F

Pelaporan Informasi Rahasia


Pernyataan standar pelaporan tambahan kelima adalah: Informasi rahasia yang dilarang
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk diungkapkan kepada umum tidak
diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus
mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut.
Informasi tertentu dapat dilarang untuk diungkapkan kepada umum oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan. Informasi tersebut mungkin hanya dapat diberikan kepada
pihak yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan mempunyai kewenangan
untuk mengetahuinya. Situasi lain yang berkaitan dengan keamanan publik dapat juga
mengakibatkan informasi tersebut dilarang untuk diungkapkan dalam laporan hasil
pemeriksaan. Sebagai contoh, informasi rinci tentang pengamanan komputer untuk suatu
program dapat dikeluarkan dari pelaporan publik guna mencegah penyalahgunaan informasi
tersebut. Dalam situasi tersebut, BPK dapat menerbitkan satu laporan resmi yang berisi
informasi di atas dan mendistribusikannya kepada pihak yang berhak menerimanya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila memungkinkan, BPK
dapat berkonsultasi dengan konsultan hukum mengenai ketentuan, permintaan atau keadaan
yang menyebabkan tidak diungkapkannya informasi tertentu dalam laporan hasil pemeriksaan.
Pertimbangan Pemeriksa mengenai tidak diungkapkannya informasi tertentu tersebut
harus mengacu kepada kepentingan publik. Jika situasi mengharuskan penghilangan informasi
tertentu, pemeriksa harus mempertimbangkan apakah penghilangan tersebut dapat
mengganggu hasil pemeriksaan atau melanggar hukum. Jika pemeriksa memutuskan untuk
menghilangkan informasi tertentu, pemeriksa harus menyatakan sifat informasi yang
dihilangkan dan alasan penghilangan tersebut.

G Penerbitan dan Pendistribusian Laporan Hasil Pemeriksaan


Pernyataan standar pelaporan tambahan keenam adalah: Laporan hasil pemeriksaan
diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak yang mempunyai
kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung jawab untuk
melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk
menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Laporan hasil pemeriksaan harus didistribusikan tepat waktu kepada pihak yang
berkepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun, dalam hal
yang diperiksa merupakan rahasia negara maka untuk tujuan keamanan atau dilarang
disampaikan kepada pihak-pihak tertentu atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, pemeriksa dapat membatasi pendistribusian laporan hasil pemeriksaan tersebut.
Apabila akuntan publik atau pihak lain yang ditugasi untuk melakukan pemeriksaan
berdasarkan Standar Pemeriksaan, akuntan publik atau pihak lain tersebut harus memastikan
bahwa laporan hasil pemeriksaan didistribusikan secara memadai. Jika akuntan publik tersebut
ditugasi untuk mendistribusikan laporan hasil pemeriksaannya, maka perikatan/penugasan
tersebut harus menyebutkan pihak yang harus menerima laporan hasil pemeriksaan tersebut.
Apabila suatu pemeriksaan dihentikan sebelum berakhir, namun pemeriksa tidak
mengeluarkan laporan hasil pemeriksaan, maka pemeriksa harus membuat catatan yang
5

mengikhtisarkan hasil pekerjaannya sampai tanggal penghentian dan menjelaskan alasan


penghentian pemeriksaan. Pemeriksa juga harus mengkomunikasikan secara tertulis alasan
penghentian pemeriksaan tersebut kepada manajemen entitas yang diperiksa, entitas yang
meminta pemeriksaan tersebut, atau pejabat lain yang berwenang.
II.

Ketentuan terkait Pelaporan Hasil Pemeriksaan Berdasarkan Panduan Manajemen


Pemeriksaan
A. Lingkup
Pelaporan pemeriksaan merupakan tahap setelah tim pemeriksa menyelesaikan
pemeriksaan di lapangan. Tahap pelaporan dimulai setelah adanya Temuan Pemeriksaan (TP)
sebagai kumpulan indikasi permasalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan di lapangan dan
diakhiri setelah penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) kepada lembaga perwakilan
dan pemilik kepentingan lain.
Pada tahap pelaporan, TP beserta dokumentasi pemeriksaan lainnya diolah menjadi LHP
melalui proses pembahasan untuk menghasilkan laporan yang sesuai dengan SPKN dan
bermanfaat bagi pihak yang memiliki kepentingan terhadap LHP.
B. Pihak-Pihak Terkait dalam Pelaporan Pemeriksaan
Pelaporan pemeriksaan melibatkan Badan atau pemberi tugas, Auditor Utama (Tortama),
Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara
(Ditama Binbangkum), Kepala Perwakilan (Kalan), dan tim pemeriksa. Tim pemeriksa terdiri
dari penanggung jawab, pengendali teknis, ketua tim, dan anggota tim.
Adapun peran masing-masing pihak terkait dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Badan atau pemberi tugas memiliki peran, antara lain, menyetujui LHP dan
menandatangani surat keluar. Badan dapat memberikan atau mendelegasikan peran
tersebut kepada pejabat yang menerima atau mendapat kuasa secara tertulis. Pemberian
atau pendelegasian dimaksud tidak menghilangkan peran Badan untuk melakukan fungsi
sistem pengendalian mutu.
2. Tortama mempunyai peran memberikan masukan perbaikan konsep LHP dan surat keluar.
3. Ditama Binbangkum mempunyai peran untuk memberikan pertimbangan terkait adanya
unsur TP yang mengarah kepada indikasi Tindak Pidana Korupsi (TPK) dalam LHP.
4. Kalan mempunyai peran, antara lain, menyetujui LHP dan menandatangani surat keluar
berdasarkan pemberian dan pendelegasian kuasa secara tertulis dari Badan.
5. Penanggung jawab mempunyai peran, antara lain, untuk menjamin kesesuaian LHP
dengan SPKN dan menandatangani LHP. Apabila terdapat wakil penanggung jawab dalam
tim pemeriksaan, maka penanggung jawab membagi tugas dan perannya kepada wakil
penanggung jawab sesuai kesepakatan bersama antara penanggung jawab dan wakil
penanggung jawab.
6. Pengendali teknis mempunyai peran, antara lain:
a. Menjamin terpenuhinya unsur-unsur temuan seperti kondisi, kriteria, sebab, akibat,
dan rekomendasi dalam konsep LHP;
b. Menjamin terpenuhinya tujuan dan lingkup pemeriksaan;
c. Menjamin kebenaran pembahasaan.
7. Ketua tim mempunyai peran antara lain menjamin substansi, kebenaran matematis, dan
akurasi angka dalam konsep LHP. Apabila terdapat ketua subtim dalam tim pemeriksaan
maka peran ketua subtim sama dengan ketua tim namun terbatas pada subtim yang
dibawahi.
6

C. Mekanisme Pelaporan Hasil Pemeriksaan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pelaporan hasil pemeriksan meliputi enam tahap:


Penyusunan konsep LHP;
Penganalisisan dan pereviuan konsep LHP oleh pengendali teknis;
Penganalisisan dan pereviuan konsep LHP oleh penanggung jawab;
Perolehan tanggapan atas konsep LHP dari pimpinan entitas yang diperiksa;
Pembahasan konsep LHP dengan pemberi tugas;
Penerbitan dan penyampaian LHP.

1. Penyusunan Konsep LHP


Setelah berakhirnya pelaksanaan pemeriksaan di lapangan, tim pemeriksa melakukan
diskusi dengan pengendali teknis untuk membahas kelayakan indikasi temuan yang
terdapat dalam TP untuk menyusun konsep LHP. Pengendali teknis mereviu TP dan daftar
TP yang tidak layak atau batal. TP yang tidak layak atau batal dimungkinkan dimuat di
dalam konsep LHP apabila dianggap relevan dan didukung dengan bukti yang cukup. LHP
Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja dan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu
(PDTT) mempunyai bentuk dan format yang berbeda.
Diskusi dapat dihadiri oleh pejabat struktural dan pemeriksa lain. Hasil diskusi
dimuat dalam risalah diskusi penyusunan konsep LHP. Topik diskusi, antara lain, sebagai
berikut:
a. Keandalan temuan yang diungkapkan oleh tim pemeriksa berdasarkan bukti yang
diperoleh;
b.Kesesuaian kriteria yang digunakan;
c. Kesesuaian rekomendasi yang diusulkan dengan pokok temuan dan penyebab dari
temuan tersebut; dan
d.Kelayakan temuan yang tidak dimuat di TP untuk dimuat dalam konsep LHP.
Berdasarkan hasil diskusi TP, tim pemeriksa melakukan perbaikan TP dan merancang
rekomendasi. Rekomendasi merupakan keinginan adanya tindakan perbaikan oleh entitas
yang diperiksa atas temuan yang dimuat di dalam hasil pemeriksaan. Dasar pemberian
rekomendasi biasanya berasal dari penyebab yang diungkapkan di dalam temuan, tetapi
tidak semua temuan dapat mengungkapkan adanya penyebab. TP disertai rekomendasi
kemudian menjadi konsep LHP. Ketua tim menyerahkan konsep LHP dan risalah diskusi
kepada pengendali teknis.
Konsep LHP bersifat rahasia sehingga perlu diberikan tanda bayang (watermark)
RAHASIA. Dengan demikian, konsep LHP harus dijaga kerahasiaannya.
7

2. Penganalisisan dan Pereviuan Konsep LHP oleh Pengendali Teknis


Konsep LHP yang telah disampaikan oleh ketua tim dianalisis dan direviu oleh
pengendali teknis. Penganalisisan oleh pengendali teknis dilakukan untuk membandingkan
konsep LHP dengan risalah diskusi dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Terpenuhinya unsur-unsur temuan seperti kondisi, kriteria, akibat, sebab, dan
rekomendasi sesuai dengan SPKN;
b. Terpenuhinya tujuan dan lingkup pemeriksaan yang telah diungkapkan dalam P2; dan
c. Terpenuhinya kebenaran pembahasaan.
Pengendali teknis menyampaikan konsep LHP yang telah dianalisis dan direviu
kepada penanggung jawab.
3. Penganalisisan dan Pereviuan Konsep LHP oleh Penanggung Jawab
Konsep LHP yang disampaikan oleh pengendali teknis dianalisis dan direviu
kesesuaiannya dengan SPKN oleh penanggung jawab. Penanggung jawab
mengidentifikasi unsur LHP yang merupakan informasi rahasia dan indikasi Tindak
Pidana Korupsi (TPK).
Sesuai dengan SPKN dan ketentuan yang berlaku, informasi rahasia tidak dapat
diungkapkan dalam LHP. Namun, LHP harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak
dilaporkan tersebut dan ketentuan perundang-undangan yang menyebabkan tidak
dilaporkannya informasi tersebut.
Penanggung jawab menyampaikan konsep LHP yang telah dianalisis dan direviu
kepada Tortama/Kalan, termasuk informasi rahasia dan indikasi TPK.
4. Perolehan Tanggapan atas Konsep LHP dari Pimpinan Entitas yang Diperiksa
Tortama/Kalan menyampaikan secara tertulis konsep LHP dan informasi rahasia
kepada pimpinan entitas yang diperiksa untuk memperoleh tanggapan dan melampirkan
formulir Rencana Aksi sebagai bentuk rencana tindak lanjut.
Tanggapan terhadap konsep LHP tersebut meliputi kesanggupan entitas yang
diperiksa menindaklanjuti rekomendasi yang diusulkan di dalam konsep LHP dan
informasi rahasia. Tanggapan tersebut dapat diterima secara tertulis dalam waktu yang
telah ditentukan oleh Tortama/Kalan dengan mempertimbangkan waktu penerbitan LHP.
Apabila diperlukan, perolehan tanggapan tersebut dilakukan melalui suatu pembahasan
yang memperoleh persetujuan dari pemberi tugas.
5. Pembahasan Konsep LHP dengan Pemberi Tugas
Penanggung jawab mempertimbangkan tanggapan atas konsep LHP dari pimpinan
entitas yang diperiksa sebelum menyampaikan konsep LHP tersebut kepada pemberi tugas
melalui Tortama/Kalan. Penanggung jawab juga menyampaikan konsep surat keluar
dilampiri dengan konsep LHP, informasi rahasia, dan indikasi TPK kepada pemberi tugas.
Berdasarkan konsep surat keluar, konsep LHP, informasi rahasia dan indikasi TPK,
dilakukan pembahasan dengan pemberi tugas. Materi pembahasan dengan pemberi tugas,
antara lain, mengenai opini/simpulan pemeriksaan serta rencana aksi dari entitas yang
diperiksa untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan, informasi rahasia dan indikasi TPK,
serta masalah-masalah pokok lainnya yang dianggap perlu didiskusikan. Berdasarkan hasil
pembahasan dengan pemberi tugas, penanggung jawab melakukan revisi konsep LHP
sesuai hasil pembahasan. LHP kemudian ditandatangani oleh penanggung jawab setelah
8

pembahasan dengan pemberi tugas. Berdasarkan LHP tersebut, pemberi tugas


menandatangani surat keluar.
6. Penerbitan dan Penyampaian LHP
Konsep LHP yang telah disetujui pemberi tugas menjadi LHP dapat diterbitkan dan
disampaikan kepada pemilik kepentingan dalam waktu yang telah ditentukan dalam
Program Pemeriksaan (P2).
LHP mempunyai standar penulisan dan sampul. Standar penulisan LHP, disesuaikan
dengan jenis pemeriksaan yang dilakukan, dan diatur secara khusus dalam petunjuk
pelaksanaan dan/atau petunjuk teknis pemeriksaan yang terkait. Sampul LHP memuat
lambang dan identitas BPK, nama LHP, nomor dan tanggal laporan, alamat BPK di
sampul belakang, dan nama laporan secara singkat dan tahun laporan di sampul samping
dengan warna dasar biru.
Tata cara penyampaian LHP, antara lain sebagai berikut.
a. Memberikan nomor dan tanggal LHP oleh Sub Auditorat Manajemen Intern AKN
(Subaud MIA)/Sub Bagian Sekretariat Kepala Perwakilan (Subagset Kalan);
b.Menyusun surat keluar LHP kepada para pihak yang akan menerima LHP secara
resmi dari BPK, yaitu (a) Lembaga Perwakilan: DPR dan DPD atau DPRD, (b)
Entitas yang diperiksa, dan (c) Pihak lain yang berhak menerima LHP berdasarkan
peraturan perundang-undangan dan/atau yang diatur dalam P2;
c. Menyampaikan LHP disertai surat keluar kepada Lembaga Perwakilan dan pimpinan
entitas. Penyampaian LHP kepada lembaga perwakilan dilaksanakan sesuai
kesepakatan bersama antara BPK dan masing-masing lembaga perwakilan, yaitu
DPR, DPD, dan DPRD. Penyampaian LHP kepada pimpinan entitas harus
memperoleh tanda terima LHP yang sekurangkurangnya mencantumkan tanggal,
nama dan tanda tangan penerima dan stempel dinas;
d.Mencatat nomor dan tanggal LHP, nomor dan tanggal surat keluar, dan bukti tanda
terima LHP ke dalam buku monitoring LHP dan tindak lanjut;
e. LHP yang telah disampaikan kepada Lembaga Perwakilan, dapat dipublikasikan
antara lain melalui website BPK. LHP yang dapat dipublikasikan tersebut adalah
LHP yang disampaikan oleh pemberi tugas. Tata cara publikasi LHP diatur dalam
pedoman publikasi LHP; dan
f. Unsur LHP yang memuat indikasi TPK disampaikan kepada pihak yang berwenang
dhi. Kepolisian, Kejaksaan, KPK dan pihak berwenang lainnya setelah mendapat
masukan dari Ditama Binbangkum. Pejabat yang menerima atau mendapat kuasa dari
pemberi tugas dapat melibatkan Kasubag Hukum dan Humas sebelum
menyampaikan indikasi TPK kepada pemberi tugas. Tata cara penyampaian indikasi
TPK mengacu pada kesepakatan bersama BPK dan Kejaksaan Agung RI dan
kesepakan bersama BPK dan KPK.
D. Implikasi Hukum Terkait LHP
Penerbitan LHP dapat mempunyai konsekuensi hukum baik terhadap pemeriksa maupun
pihak yang diperiksa. Konsekuensi hukum ini dapat berupa tuntutan/gugatan hukum atas LHP
dan konsekuensi hukum lainnya. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, kepada tim
pemeriksa diberikan perlindungan hukum dan jaminan keamanan. Apabila ada implikasi
hukum terhadap hasil pemeriksaan, Badan atau pemberi tugas dapat menugaskan pemeriksa
dan Ditama Binbangkum untuk membantu penyelesaian proses hukumnya. Pemeriksa dapat
membantu proses hukum, antara lain, dalam hal sebagai ahli dalam pemberian keterangan ahli.
Tata cara perbantuan penegakan hukum dan pemberian keterangan ahli merujuk kepada
pedoman terkait.
9

E. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester


Sesuai dengan UU Nomor 15 Tahun 2004, BPK menyampaikan ikhtisar hasil pemeriksaan
semester kepada lembaga perwakilan dan presiden/gubernur/bupati/walikota selambatlambatnya tiga bulan setelah semester berakhir.
Ikhtisar hasil pemeriksaan semester memuat informasi secara menyeluruh tentang hasil
pemeriksaan dan ringkasan hasil pemantauan pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan
dalam satu semester. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester disusun oleh Ditama Revbang dhi.
Dit. EPP berdasarkan LHP yang telah diterbitkan dan Sumbangan Hasil Pemeriksaan yang
diterima dari Tortama. Mekanisme dan penyusunan ikhtisar hasil pemeriksaan semester diatur
dalam pedoman penyusunan ikhtisar hasil pemeriksaan semester.
F. Jadwal Pelaporan Pemeriksaan
Jadwal pelaporan pemeriksaan disesuaikan dengan jangka waktu yang diatur di dalam P2,
dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Jadwal pelaporan Hasil Pemeriksaan dapat
dilihat pada tabel berikut.

10

G. Bagan Alur Kegiatan Pelaporan Pemeriksaan


Bagan alur kegiatan pelaporan pemeriksaan adalah sebagai berikut.

III.

Teknis Pelaporan Hasil Pemeriksaan


Hasil pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa dituangkan secara tertulis ke
dalam suatu bentuk laporan yang disebut dengan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). LHP
merupakan bukti penyelesaian penugasan bagi pemeriksa yang dibuat dan disampaikan kepada
Pemberi Tugas, yakni Badan.
Laporan tertulis berfungsi untuk:
a. Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pejabat pemerintah, yang berwenang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Membuat hasil pemeriksaan terhindar kesalah pahaman;
c. Membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi terkait dan
d. Memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan perbaikan yang semestinya
telah dilakukan.
A. Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan
Konsep laporan hasil pemeriksaan disusun oleh ketua tim pemeriksa dan disupervisi oleh
pengendali teknis.
1. Jenis laporan hasil pemeriksaan
Jenis Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan atas Laporan Keuangan terdiri atas :
a. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan;
b. Laporan atas Kepatuhan;
11

c. Laporan atas Pengendalian Intern.


Pemeriksa dapat menyampaikan laporan tambahan sesuai dengan kebutuhan. Sebagai
contoh, pemeriksa dapat menyampaikan hasil analisa transparansi fiskal pada pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara
Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan merupakan
Laporan ini mengungkapkan:

laporan utama.

a.

Opini Badan Pemeriksa Keuangan yang mengungkapkan kewajaran atas Laporan


Keuangan memuat:
1) judul Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan,
2) dasar pemeriksaan,
3) tanggung jawab pemeriksa kecuali untuk opini tidak dapat menyatakan
pendapat,
4) tanggung jawab penyusunan Laporan Keuangan,
5) standar pemeriksaan dan keyakinan pemeriksa untuk memberikan pendapat,
kecuali opini tidak dapat menyatakan pendapat,
6) alasan opini pengecualian/tidak menyatakan pendapat/tidak wajar (termasuk
kelemahan SPI dan/atau temuan kepatuhan yang terkait secara material terhadap
kewajaran penyajian Laporan Keuangan jika ada,
7) paragraf rujukan tentang penerbitan laporan atas kepatuhan dan laporan atas
pengendalian intern jika ada
8) opini,
9) tempat dan tanggal penanda-tanganan laporan hasil pemeriksaan,
10) tanda tangan, nama penandatangan, dan nomor register akuntan.

b.

Laporan Keuangan yang terdiri atas Neraca, Laba/Rugi, LRA, Laporan Arus Kas
serta Catatan atas Laporan Keuangan.

c.

Gambaran Umum Pemeriksaan yang memuat tentang:


1) dasar hukum pemeriksaan,
2) tujuan pemeriksaan,
3) sasaran pemeriksaan,
4) standar pemeriksaan,
5) metode pemeriksaan,
6) waktu pemeriksaan,
7) obyek pemeriksaan,
8) batasan pemeriksaan.
Apabila laporan tentang kepatuhan dan atau laporan atas pengendalian intern
diterbitkan, maka laporan hasil pemeriksaan yang memuat opini harus menjelaskan bahwa
pemeriksa juga menerbitkan laporan-laporan tersebut.

2. Jenis Opini
Opini terhadap kewajaran atas Laporan Keuangan yang dapat diberikan adalah salah
satu di antara empat opini sebagai berikut:

12

a. Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)


Opini Wajar Tanpa Pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan
secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan Standar Akuntansi.
b. Wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Opini Wajar Dengan Pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan
disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai Standar Akuntansi,
kecuali dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Hal-hal yang
dikecualikan dinyatakan dalam laporan hasil pemeriksaan yang memuat opini
tersebut.
c. Tidak Wajar (adverse opinion)
Opini Tidak Wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara
wajar posisi keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi.
d. Menolak Memberikan Pendapat atau Tidak Dapat Menyatakan Pendapat (disclaimer
opinion)
Opini Tidak Dapat Menyatakan Pendapat menyatakan bahwa laporan keuangan
tidak dapat diyakini wajar atau tidak dalam semua hal yang material sesuai dengan
Standar Akuntansi. Ketidakyakinan tersebut disebabkan oleh pembatasan lingkup
pemeriksaan dan hal tersebut harus diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan
yang memuat opini tersebut.
3. Dasar Penetapan Opini
Dasar penetapan opini atas Laporan Keuangan dilakukan dengan mempertimbangkan
(1) Pasal 16 UU No. 15 Tahun 2004 dan (2) Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan
pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Berdasarkan Penjelasan Pasal 16 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2004, opini merupakan
pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan
dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria:
a.
b.
c.
d.

kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan,


kecukupan pengungkapan (adequate disclosure),
kepatuhan perundang-undangan, dan
efektivitas sistem pengendalian intern.
Di samping itu, di dalam penetapan opini pemeriksa, pemeriksa mempertimbangkan
SPKN, ketidaksesuaian dan ketidakcukupan pengungkapan laporan keuangan dikaitkan
dengan tingkat materialitas yang telah ditetapkan, tanggapan pemerintah pusat atas hasil
pemeriksaan, dan surat representasi.
Dalam proses penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan, pemeriksa yang
melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan harus mempertimbangkan dampak hasil
pemeriksaannya tersebut.

4. Pelaporan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan


Pelaporan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan didasarkan pada
standar pemeriksaan, pemeriksa dalam melakukan pengujian kepatuhan terhadap
peraturan perundangan-undangan yang berlaku harus melaksanakan hal-hal berikut ini:
13

a. Merancang pemeriksaan untuk dapat memberikan keyakinan memadai guna


mendeteksi ketidakberesan yang material bagi laporan keuangan.
b. Merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan memadai guna mendeteksi
kesalahan/ kekeliruan yang material dalam laporan keuangan sebagai akibat langsung
dari adanya unsur perbuatan melanggar/melawan hukum yang material.
c. Waspada terhadap kemungkinan telah terjadinya unsur perbuatan melawan hukum
secara tidak langsung. Jika informasi khusus yang telah diterima oleh auditor
memberikan bukti tentang adanya kemungkinan unsur perbuatan melanggar/melawan
hukum yang secara tidak langsung berdampak material terhadap laporan keuangan,
maka auditor harus menerapkan prosedur audit yang secara khusus ditujukan untuk
memastikan apakah suatu unsur perbuatan melanggar/melawan hukum telah terjadi.
Dalam hal ditemukan atau diduga ada unsur pelanggaran hukum, pemeriksa
mengungkapkan unsur atau dugaan pelanggaran hukum tersebut dalam laporan hasil
pemeriksaan terkait dengan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Apabila tim pemeriksa tidak memiliki keyakinan yang memadai maka penanggung
jawab dapat berkonsultasi dengan tim konsulen hukum sebelum mengungkapkan unsur
pelanggaran hukum dalam laporan hasil pemeriksaan.
Pengungkapan ketidakpatuhan yang perlu dilaporkan dilakukan sebagai berikut:
a. Apabila ketidakpatuhan tersebut secara material berpengaruh pada kewajaran laporan
keuangan, pemeriksa mengungkapkan uraian singkat ketidakpatuhan tersebut dalam
laporan hasil pemeriksaan yang memuat opini atas kewajaran laporan keuangan
sebagai alasan pemberian opini.
b. Pengungkapan semua temuan terkait ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang ditemukan selama pemeriksaan secara terinci dilaporkan dalam
Laporan atas Kepatuhan dalam kerangka pemeriksaan laporan keuangan.
Laporan hasil pemeriksaan tentang kepatuhan dapat mengungkapkan: (1)
Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk
pengungkapan atas penyimpangan administrasi, pelanggaran atas perikatan perdata,
maupun penyimpangan yang mengandung unsur tindak pidana serta (2) Ketidakpatuhan
yang signifikan.
Laporan atas Kepatuhan dalam Kerangka Pemeriksaan laporan keuangan merupakan
laporan tambahan yang sifatnya opsional yang berarti diterbitkan jika dan hanya jika
ditemukan ketidakpatuhan selama melakukan pemeriksaan keuangan. Laporan ini
memuat:
a. Resume, yang memuat:
1) judul Resume,
2) dasar pemeriksaan,
3) standar pemeriksaan serta kewajiban pelaporan atas ketidakpatuhan yang
ditemukan,
4) Paragraf tentang rujukan LHP yang memuat opini dan LHP atas efektifitas SPI,
5) Pokok-pokok temuan ketidakpatuhan,
6) Rekomendasi yang diberikan,
7) tempat dan tanggal penandatanganan laporan hasil pemeriksaan, dan
8) tanda tangan, nama penandatangan, dan nomor register akuntan.

14

b. Temuan Pemeriksaan yang memaparkan semua temuan-temuan ketidakpatuhan yang


memuat:
1) Kondisi yang perlu dijelaskan;
2) Kriteria dan atau kondisi yang seharusnya terjadi;
3) Sebab (alasan) terjadinya varian/perbedaan antara kondisi dan kriteria;
4) Akibat (dampak) yang akan terjadi karena adanya varian/perbedaan antara
kondisi dan kriteria.
5. Pelaporan Sistem Pengendalian Intern
Pelaporan Sistem Pengendalian Intern meliputi efektivitas sistem pengendalian intern
terkait laporan keuangan. Pengungkapan temuan pengendalian intern yang perlu
dilaporkan dilakukan sebagai berikut:
a. Apabila temuan pengendalian intern tersebut secara material berpengaruh pada
kewajaran laporan keuangan, pemeriksa mengungkapkan uraian singkat temuan
tersebut dalam laporan hasil pemeriksaan yang memuat opini atas kewajaran laporan
keuangan sebagai alasan pemberian opini.
b. Pengungkapan semua temuan pengendalian intern secara terinci dilaporkan dalam
Laporan atas Pengendalian Intern dalam Kerangka Pemeriksaan laporan keuangan.
Laporan atas Pengendalian Intern dalam Kerangka Pemeriksaan laporan keuangan ini
bersifat opsional yang berarti diterbitkan jika dan hanya jika ditemukan kelemahankelemahan pengendalian intern selama pelaksanaan pemeriksaan.
Laporan ini memuat:
a. Resume yang memuat:
1) judul Resume,
2) dasar pemeriksaan,
3) standar pemeriksaan serta kewajiban pelaporan atas ketidakpatuhan yang
ditemukan,
4) Paragraf tentang rujukan LHP yang memuat opini dan LHP kepatuhan,
5) Pokok-pokok temuan ketidakpatuhan,
6) Rekomendasi yang diberikan,
7) tempat dan tanggal penandatanganan laporan hasil pemeriksaan, dan
8) tanda tangan, nama penandatangan, dan nomor register akuntan.
b. Gambaran Umum Sistem Pengendalian Intern dalam Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan.
c. Temuan Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern dengan mengungkapkan:
1) Kondisi yang perlu dijelaskan;
2) Kriteria dan atau kondisi yang seharusnya terjadi;
3) Sebab (alasan) terjadinya varian/perbedaan antara kondisi dan kriteria;
4) Akibat (dampak) yang akan terjadi karena adanya varian/perbedaan antara
kondisi dan kriteria.
6. Penandatangan Laporan Hasil Pemeriksaan
Pada dasarnya, penanda tangan laporan hasil pemeriksaan adalah Badan, dengan
memperhatikan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Namun, dalam pelaksanaannya
dan sesuai dengan pelimpahan tugas, maka laporan hasil pemeriksaan atas Laporan
15

Keuangan ditandatangani oleh penanggung jawab pemeriksaan yang ditetapkan dalam


surat tugas.
Kriteria atau kualifikasi penanggung jawab pemeriksaan atas Laporan Keuangan
telah diatur dalam kebutuhan tim pemeriksaan atas Laporan Keuangan.
Apabila Badan Pemeriksa Keuangan menunjuk kantor akuntan publik untuk
melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan untuk dan atas nama BPK maka
penandatangan laporan hasil pemeriksaan adalah rekan yang menjadi penanggung jawab
pemeriksaan tersebut.
Penandatanganan laporan tersebut harus melalui kendali mutu (quality control) secara
berjenjang dari tingkat pemeriksa, ketua tim pemeriksa dan pengendali teknis yang
tertuang dalam kertas kerja pemeriksaan serta memenuhi proses keyakinan mutu (quality
assurance).
B. Penyampaian Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan Kepada Pejabat Entitas Yang
Berwenang
Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang telah disetujui penanggung jawab harus
disampaikan kepada pimpinan entitas sebelum batas akhir waktu penyampaian Laporan
keuangan yang telah diperiksa sesuai ketentuan yang berlaku bagi entitas.
Penyampaian konsep LHP tersebut harus mempertimbangkan waktu bagi entitas untuk
melakukan pemahaman dan pembahasan bersama dengan BPK dan proses penyelesaian LHP
secara keseluruhan sebelum batas akhir waktu penyampaian Laporan keuangan yang telah
diperiksa sesuai ketentuan yang berlaku bagi entitas.
Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan yang disampaikan telah berisi opini hasil pemeriksaan
dan saran-saran untuk temuan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
efektivitas pengendalian intern.
C. Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan Dengan Pejabat Entitas Yang
Berwenang
Konsep LHP yang telah disetujui penanggung jawab dibahas bersama dengan pimpinan
entitas yang diperiksa.
Pembahasan konsep LHP dengan pejabat entitas yang diperiksa diselenggarakan oleh
penanggung jawab dan dilakukan untuk (a) membicarakan kesimpulan hasil pemeriksaan
secara keseluruhan, dan (b) Kemungkinan tindak lanjut yang akan dilakukan.
Pembahasan konsep LHP dilakukan di kantor Badan Pemeriksa Keuangan atau di kantor
pusat entitas yang diperiksa.
Seluruh hasil pembahasan didokumentasikan dalam Risalah Pembahasan yang disimpan di
dalam KKP.

16

D. Perolehan Surat Representasi


Sesuai SPAP SA Seksi 333 [PSA No.17] Representasi Manajemen, pemeriksa harus
memperoleh surat representasi yang dilampiri dengan laporan keuangan yang akan
disampaikan menteri/pimpinan lembaga kepada DPR-RI dari Kepala Negara. Surat
representasi tersebut menggambarkan representasi resmi dan tertulis dari pemerintah pusat atas
berbagai keterangan, data, informasi dan laporan keuangan yang disampaikan selama proses
pemeriksaan berlangsung. Surat tersebut merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah pusat.
Jika terjadi perubahan substansi isi surat representasi yang dilakukan oleh menteri/pimpinan
lembaga maka pemeriksa harus mempertimbangkan apakah perubahan tersebut akan
berdampak material terhadap pertanggungjawaban pembuatan laporan keuangan. Hal tersebut
akan mempengaruhi opini.
Apabila surat representasi dan lampirannya tidak diperoleh sampai dengan penerbitan
laporan hasil pemeriksaan, ketua tim pemeriksa dan pengendali teknis menyampaikan laporan
hasil pemeriksaan dengan opini tidak dapat menyatakan pendapat kepada penanggung jawab
untuk disetujui. Surat tersebut harus ditandatangani menteri/pimpinan lembaga dan diberi
tanggal yang sama dengan tanggal pembahasan konsep LHP atau tanggal LHP.
E. Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan
Berdasarkan hasil pembahasan atas konsep LHP tersebut, tim pemeriksa menyusun
konsep akhir LHP. Konsep akhir tersebut disupervisi oleh pengendali teknis dan ditandatangani
oleh penandatangan LHP.
Penanggung Jawab Pemeriksaan bersama dengan pengendali teknis, dan ketua tim
membahas konsep akhir LHP laporan keuangan.
Selanjutnya konsep akhir LHP tersebut dibahas bersama penanggung jawab dan Anggota
Badan untuk mendapatkan arahan dan persetujuan. Setelah mendapatkan persetujuan, LHP atas
laporan keuangan ditandatangani oleh Badan/kuasanya yang memenuhi syarat.
Laporan hasil pemeriksaan laporan keuangan diberi tanggal sesuai dengan tanggal akhir
pekerjaan lapangan atau tanggal pembahasan konsep LHP dengan pejabat entitas yang
berwenang atau sama dengan tanggal surat representasi.
Penandatangan Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan adalah Badan, dengan
memperhatikan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Namun, dalam pelaksanaannya dan
sesuai dengan pelimpahan tugas, maka laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan
ditandatangani oleh penanggung jawab pemeriksaan yang ditetapkan dalam surat tugas.
Kriteria atau kualifikasi penanggung jawab pemeriksaan atas Laporan Keuangan telah diatur
dalam kebutuhan tim pemeriksaan.
Apabila Badan Pemeriksa Keuangan menunjuk kantor akuntan publik untuk melakukan
pemeriksaan atas Laporan Keuangan untuk dan atas nama BPK maka penandatangan laporan
hasil pemeriksaan adalah rekan yang menjadi penanggung jawab pemeriksaan tersebut.
Penandatanganan laporan tersebut harus melalui kendali mutu (quality controll) secara
berjenjang dari tingkat pemeriksa, ketua tim pemeriksa dan pengendali teknis yang tertuang
dalam kertas kerja pemeriksaan serta memenuhi proses keyakinan mutu (quality assurance).
17

LHP yang telah ditandatangani tersebut disampaikan kepada (1) Pemilik atau wakil
pemilik/stakeholders, dan (2) Pimpinan/pengurus entitas terperiksa.

Pemilik/
Stakeho
lders

Terperiksa

LKPP/LKKL

LKPD

BI

DPR-RI
dan
DPD-RI
melalui
Pimpinan
DPR-RI
Pemerintah
Pusat yang
ditujukan
kepada
Kepala
Negara

DPRD
melalui
Pimpinan
DPRD

DPRRI

Pemerintah
Daerah
yang
ditujukan
kepada
Gubernur/
Bupati/W
alikota

Gubern
ur
BI,

BUMN/D
dan
entitas
lainny
a
Pemegang
Saham

Direksi

Laporan tersebut disampaikan pula kepada: (a) Anggota/Pembina Keuangan Negara, (b)
Auditor Utama Keuangan Negara, (c) Inspektur Utama, dan (d) Kepala Biro Pengolahan Data
Elektronik (soft copy) untuk dimuat dalam website Badan Pemeriksa Keuangan.
Jadwal Penyelesaian Pemeriksaan dan Laporan Hasil Pemeriksaan
a. Badan Pemeriksa Keuangan menerima seluruh LKKL 2 (dua) bulan setelah tahun
anggaran berakhir (akhir Februari tahun berikutnya) dan LKPP tiga bulan setelah tahun
anggaran berakhir (akhir Maret tahun berikutnya).
b. Badan Pemeriksa Keuangan segera melakukan pemeriksaan keuangan setelah laporan
(LKPP dan LKKL) tersebut diterima dengan batas waktu penyelesaian LHP sebagai
berikut
1) Pemeriksaan Interim atas LKPP selama 3 bulan (Januari s.d. Maret tahun berikutnya).
Sedangkan Pemeriksaan Interim atas LKKL selama 2 bulan (Januari s.d. Februari
tahun berikutnya)
2) Pemeriksaan LKKL selama 1 (satu) bulan (Maret tahun berikutnya)
3) TP seluruh LKKL paling lambat diterima pada awal minggu ke-4 Maret tahun
berikutnya
4) Pembahasan Konsep LHP LKKL dengan pejabat entitas yang diperiksa paling lambat
1 (satu) minggu setelah TP seluruh LKKL diterima (paling lambat minggu pertama
April tahun berikutnya).
5) LHP atas seluruh pemeriksaan LKKL harus selesai disusun paling lambat 1 (satu)
minggu sebelum dilakukannya konsolidasi atas seluruh LHP LKKL (paling lambat
minggu pertama April tahun berikutnya).
6) Pemeriksaan LKPP dilaksanakan selama 1 (satu) bulan (April tahun berikutnya)
7) Temuan Pemeriksaan atas LKPP (sebelum Konsolidasian) harus selesai disusun
paling lambat 1 (satu) minggu sebelum dilakukannya konsolidasi atas seluruh LHP
LKKL (paling lambat minggu ke-4 April tahun berikutnya).
18

8) Pembahasan Temuan Pemeriksaan / rekonsiliasi tripartit paling lambat 1 (satu)


minggu sebelum dilakukannya konsolidasi atas seluruh LHP LKKL (paling lambat
minggu ke-4 April tahun berikutnya).
9) Konsolidasian atas seluruh LHP LKKL dan Konsep LHP LKPP melalui konsinyering
harus selesai disusun paling lambat minngu ke-1 Mei tahun berikutnya).
10) Penyusunan konsep LHP LKPP konsolidasian dan pos non konsolidasian beserta
tanggapan dilakukan paling lambat minggu ke-2 Mei tahun berikutnya.
11) Finalisasi dan pencetakan LHP LKPP dan LHP LKKL harus selesai sebelum LHP
atas LKPP dan LHP LKKL diserahkan ke DPR dan DPD (minggu ke-4 Mei tahun
berikutnya)
12) LHP atas LKPP Konsolidasian dan LKKL diserahkan kepada DPR dan DPD paling
lambat 2 (dua) bulan setelah LKPP diterima dan 3 bulan setelah LKKL diterima
(minggu ke-4 Mei tahun berikutnya).

19

Lampiran I

20

Lampiran II

21

22

Anda mungkin juga menyukai