Anda di halaman 1dari 4

BAB 9 PELAPORAN AUDIT KEUANGAN

1. Pelaporan Audit Keuangan


Pelaporan audit keuangan meliputi audit atas laporan keuangan dan atas hal-hal yang berkaitan
dengan keuangan.
a. Standar Pelaporan Pertama ( kepatuhan terhadap prinsip yang berlaku umum )
“Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum”
Pemberian pendapat wajar tanpa pengecualian oleh auditor sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum harus didasarkan pada pertimbangan auditor, apakah :
1) Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan memang berlaku secara umum.
2) Prinsip akuntansi yang dipilih adalah tepat untuk keadaan yang bersangkutan.
3) Laporan keuangan beserta catatan atas laporan keuangan memberikan informasi yang
memadai yang dapat mempengaruhi penggunaan, pemahaman, dan penafsirannya.
4) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhtisarkan
dengan semestinya, tidak terlalu rinci maupun terlalu ringkas.
5) Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yangmendasarinya dengan cara
menyajikan posisi keuangan, hasil usaha,dan arus kas dalam batas-batas yang rasional
dan praktis untuk dicapaidalam laporan keuangan.

b. Standar Pelaporan Kedua ( konsistensi penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum )
“Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara
konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode sekarang dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya”
Konsistensi merupakan konsep dalam akuntansi yang menuntut penerapan standar secara terus-
menerus dan tidak diubah-ubah, kecuali dengan alasan yang dapat dibenarkan. Penerapan
semestinya dari standar ini menuntut auditor untuk memahami hubungan antara konsistensi
dengan daya banding laporan keuangan. Perbandingan laporan keuangan antara beberapa periode
dapat dipengaruhi oleh :
1) Perubahan prinsip akuntansi.
2) Kesalahan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dalam periodesebelumnya.
3) Perubahan golongan atau reklasifikasi.
4) Ketidaktepatan estimasi tahun-tahun sebelumnya dengan peristiwadan kejadian dalam
tahun berjalan.

c. Standar Pelaporan Ketiga (pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan)


“Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan dalam laporan audit”
Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, meliputi
pengungkapan informasi yang memadai atas berbagai hal yang material. Hal-hal tersebut
meliputi bentuk, susunan, danisi laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan. Apabila
pengelola tidak mengungkapkan informasi yang semestinya diungkapkan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, maka auditor harus mengeluarkan pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar.
d. Standar Pelaporan Keempat (pengaitan nama auditor dengan laporan keuangan)
“Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu pernyataan bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam
semua hal dimana nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikulnya”
Standar ini bertujuan untuk mencegah terjadinya salah tafsir mengenai tingkat tanggung jawab
yang dipikul auditor ketika Namanya dikaitkan dengan laporan keuangan. Seorang auditor akan
dikaitkan namanya dengan laporan keuangan apabila ia mengijinkan namanya dicantumkan
dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi laporan keuangan tersebut.
Apabila auditor dikaitkan namanya dengan suatu laporan keuangan namun auditor tersebut
belum mengaudit atau menelaah laporan itu, maka auditor harus menerbitkan laporan keuangan
yang menyatakan bahwa ia tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan tersebut.
Disamping itu, pada setiap halaman laporan keuangan harus diberi tanda “tidak diaudit
(unaudited)”.
e. Standar Pelaporan Tambahan Pertama (pelaporan tentang kepatuhan terhadap SAP)
“Laporan audit harus menyatakan bahwa audit tersebut dilakukan sesuaidengan Standar
Akuntansi Pemerintahan”
Dalam hal ini auditor harus mengungkapkan standar yang tidak diikuti, alasan tidak dapat
diikutinya standar tersebut, dan dampaknya terhadap hasil audit. Dalam keadaan lain, laporan
audit tentang laporan keuangan dapat mengacu pada Standar Pemeriksaan Akuntan Publik-IAI
maupun pada SAP.
f. Standar Pelaporan Tambahan Kedua ( pelaporan tentang kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan pengendalian internal )
“Laporan audit atas laporan keuangan harus : (1) menjelaskan lingkup pengujian auditor atas
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan atas pengendalian internal serta
menyajikan hasil pengujiannya, atau (2) mengacu pada laporan keuangan terpisah yang berisi
informasi tersebut”.
Dalam menyajikan hasil pengujian tersebut, auditor harus melaporkan ketidakberesan, unsur
perbuatan melanggar melawan hukum,ketidakpatuhan lain yang material, dan kondisi
pengendalian internal yang perlu mendapat perhatian. Dalam beberapa keadaan, auditor harus
melaporkan secara langsung ketidakberesan dan unsur perbuatan melanggar hukum tersebut
kepada pihak di luar entitas atau organisasi yang diaudit seperti instansi kepolisian atau
kejaksaan.
g. Standar Pelaporan Tambahan Ketiga ( informasi istimewa dan rahasia )
“Apabila informasi tertentu dilarang untuk diungkapkan kepada umum,maka laporan audit
harus menyatakan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan persyaratan yang
menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut”
Auditor harus menyatakan sifat informasi yang tidak dilaporkan dan persyaratan yang
menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut. Auditor harus memperoleh jaminan bahwa
terdapat persyaratan yang sah untuk tidak melaporkan informasi tersebut, dan jika dianggap
perlu, dapat berkonsultasi dengan penasehat hukum.
h. Standar Pelaporan Tambahan Keempat ( distribusi laporan audit )
“Laporan tertulis audit diserahkan oleh organisasi atau lembaga audit kepada pejabat
berwenang di lingkungan pihak yang diaudit dan dilingkungan organisasi yang meminat atau
mengatur audit, termasuk organisasi luar pemberi dana, kecuali jika hukum melarangnya.
Laporan tersebut juga harus dikirim kepada pejabat lain yang mempunyai kewenangan hukum
atas pengawasan atau pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut terhadap
temuan dan rekomendasi audit dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima
laporan audit tersebut”
Apabila akuntan publik ditugasi untuk melakukan audit, maka organisasi yang ditugasi ini harus
memastikan bahwa laporan audit tersebut didistribusikan secara memadai. Jika akuntan publik
yang mendistribusikan laporan audit, maka dalam perjanjian penugasan, pejabat atau organisasi
yang menerima laporan audit tersebut harus ditunjuk.
2. Jenis-jenis Pendapat Auditor
a. Pendapat wajar tanpa Pengecualian
Pendapat ini diberikan auditor apabila audit telah dilakukan atau diselesaikan sesuai
dengan standar auditing, penyajian laporan keuangansesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum, dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan
bahasa penjelas.
b. Pendapat Wajar Dengan Pengecualian
Pendapat ini diberikan apabila :
1) Tidak ada bukti yang kompeten dan mencukupi atau adanya pembatasan lingkup
audit yang material tetapi tidak memengaruhilaporan keuangan secara
keseluruhan.
2) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan berdampak material tetapi tidak memegaruhi
laporan keuangan secara keseluruhan.Penyimpangan tersebut dapat berupa
pengungkapanyang tidak memadai maupun perubahan dalam prinsip akuntansi.
Auditor harus menjelaskan alasan pengecualian dalam satu paragraf terpisah
sebelum paragraf pendapat.
c. Pendapat Tidak Wajar
Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansiyang berlaku umum.
Auditor harus menjelaskan alasan yang mendukung dikeluarkannnya pendapat tidak
wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat tidak wajar diberikan
terhadap laporan keuangan.
d. PernyataanTidak Memberikan Pendapat
Hal ini dapat terjadi apabila :
1) Ada pembatasan yang sangat material terhadap lingkup audit, baik oleh klien
maupun karena kondisi tertentu.
2) Auditor tidak independen terhadap klien. Auditor tidak diperkenankan
mencantumkan paragraf lingkup audit apabila ia menyatakan untuk tidak
memberikan pendapat.
e. Pendapat Tidak Penuh
Pendapat ini sebenarnya bukan merupakan suatu jenis pendapat tersendiri. Pendapat tidak
penuh adalah pendapat atas unsur tertentu dalam laporan keuangan. Pendapat ini boleh
dinyatakan, jika uditor menyatakan tidak memberikan pendapat atau menyatakan
pendapat tidak wajar atas laporan keuangan secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai