Sebelum memulai mendapatkan izin bisnis eskpor impor di Indonesia, penting bagi
perusahaan lokal maupun asing untuk mendirikan perusahaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Setelah proses pembentukan perusahaan dan Izin Usaha
Tetap berhasil didapatkan, pengusaha bisa langsung mengajukan pendaftaran izin
ekspor impor.
Ada beberapa tahapan yang perlu pengusaha pahami dalam mendapatkan izin
ekspor impor di Indonesia. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan
oleh para pengusaha asing maupun lokal.
Terkait eksportir di bawah badan usaha, izin ekspor harus memiliki dokumen, di
antaranya adalah Eksportir Terdaftar (ET), Surat Persetujuan Ekspor (SPE), Laporan
Surveyor, Certificate of Origin, dan dokumen lainnya yang ditentukan oleh regulasi
yang berlaku untuk mampu mengekspor barang terbatas.
Kopi, karet, kayu besi, sapi atau kerbau, pupuk, emas, perak, dan produk mineral
hanya bisa diekspor setelah eksportir mendapatkan SPE. Untuk melengkapi
persyaratan dalam pemenuhan izin ekspor, berikut adalah daftar dokumen tambahan
yang perlu para pengusaha lampirkan.
Memperoleh lisensi impor di Indonesia adalah hal wajib agar pengusaha dapat
melakukan aktivitas impor barang untuk pasar Indonesia. Ada 3 jenis lisensi impor
yang dapat digunakan oleh pengusaha dan eksportir dalam aktivitas pasar Indonesia.
Pemilik izin impor satu ini juga berhak melakukan aktivitas perdagangan barang
dengan pihak ketiga di Indonesia. Permohonan untuk mendapatkan API-U
dapatmemakan waktu hingga 1 bulan.
API-P merupakan lisensi impor yang diberikan kepada perusahaan manufaktur untuk
melakukan kegiatan impor bahan baku. Tidak berhenti di situ, izin impor satu ini juga
dapat dimiliki oleh perusahaan importir yang bergerak dalam bidang produksi
komponen untuk bidang manufaktur Indonesia.
Proses pengajuan Angka Pengenal Impor Terbatas hanya dapat dilakukan atas
persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia (BKPM). Pemilik lisensi
ini bertanggung jawab akan pengenaan pajak penghasilan atas barang impor
sebesar 2,5%. Persentase pajak tersebut terkesan rendah jika dibandingkan dengan
tarif normal sebesar 7,5%.
Bisnis yang menambah kegiatan manufaktur memiliki kewajiban untuk merevisi izin
usaha yang aktif sebelumnya. Selanjutnya, pengusaha perlu lebih dulu mengajukan
permohonan Izin Usaha Industri (IUI) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP). penerbitan
izin menandai perubahan perusahaan dagang menjadi perusahaan manufaktur.
Perusahaan manufaktur berhak untuk melakukan pengajuan API-P. Namun dalam hal
ini, unit bisnis yang berubah juga perlu mematuhi regulasi yang berlaku. Dengan
kata lain, perusahaan tidak memiiki hak untuk melakukan penjualan barang impor
seperti sebelumnya. Barang impor hanya bisa digunaka untuk kebutuhan manufaktur
di Indonesia
Baca juga: Aplikasi IUI dan Izin Ekspansi Sekarang Terintegrasi dengan Sistem
OSS
Selain itu, OSS juga menghapus keperluan API, Nomor Identitas Kepabeanan (NIK),
dan TDP sebagai izin impor dasar. Online Single Submission (OSS) mengeluarkan
Nomor Induk Berusaha (NIB) kepada para unit bisnis yang terdaftar.NIB berlaku
sebagai identitas perusahaan dan tidak memiliki masa berlaku, selama usaha tetap
beroperasi.