CAPAIAN PEMBELAJARAN
• Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan :
1. Pengertian Bentuk Usaha Tetap (BUT)
2. Jenis BUT
3. Tipe-Tipe BUT
4. Contoh BUT
5. Tarif Pajak BUT
6. Pelunasan Pajak BUT
7. Jenis WP BUT
8. Ketentuan Pessetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dari BUT
9. Perbedaan Perlakuan Perpajakan BUT dengan WPDN
10. Non BUT dan PPh Non Residen
11. Perbedaan Perlakuan Perpajakan Antara WPDN dengan WPLN atau BUT
12. Kriteria BUT yang Menjadi Subjek Pajak
13. Objek PPh BUT
14. Cara Menghitung PKP BUT
15. Biaya-Biaya Pengurang PKP BUT
16. Bila BUT Rugi
17. Bentul Lain Setara BUT
18. Ketentuan Pengenaan Tarif BUT
19. Contoh Perhitungan PPh BUT
MATERI
JENIS BUT
Berbagai jenis BUT di Indonesi, sebagai berikut:
1. Kantor Cabang
Kantor cabang bentuk usaha tetap adalah jenis BUT yang didirikan oleh perusahaan asing di
Indonesia, untuk memperluas aktivitas operasionalnya. Kantor cabang ini berfungsi sebagai
perwakilan perusahaan di Indonesia dan biasanya memiliki struktur manajemen
sendiri. Penghasilan yang diperoleh melalui kegiatan kantor cabang tersebut akan dikenakan
pajak sesuai dengan peraturan berlaku.
2. Bangunan Perusahaan
Keberadaan bangunan komersial juga dapat menjadi bukti fisik dari bentuk usaha tetap
perusahaan asing di Indonesia. Bangunan perusahaan ini tergolong penghasilan yang harus
dimasukkan ke dalam perpajakan. Misalnya, terdapat pendirian gedung kantor BEO
Company sebagai anak perusahaan asing dari suatu bisnis otomotif. Maka, semua
penghasilan dari kegiatan tersebut termasuk ke dalam kategori yang harus dikenakan pajak.
3. Bangunan Pabrik
Beberapa perusahaan asing yang bergerak di bidang manufaktur kerap mendirikan pabrik di
Indonesia untuk menunjang kegiatan bisnisnya. Keberadaan pabrik tersebut juga termasuk ke
dalam bentuk usaha tetap. Pendirian pabrik di Indonesia menandakan bahwa perusahaan
tersebut, memiliki kegiatan bisnis yang permanen dan menghasilkan pendapatan. Oleh karena
itu, pendapatan dari pabrik tersebut harus dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Aktivitas Manajemen
Salah satu jenis lainnya dari bentuk usaha tetap adalah aktivitas manajemen. Aktivitas
manajemen ini mencakup pengelolaan sumber daya manusia dan komoditas bisnis yang
dilakukan oleh perusahaan. Keberadaan aktivitas manajemen tersebut menunjukkan adanya
kegiatan usaha yang aktif di Indonesia. Oleh karena itu, semua aktivitas manajemen dalam
kegiatan usaha asing di Indonesia termasuk ke kategori BUT, dan harus dikenakan pajak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
TIPE-TIPE BUT
JENIS WP BUT
Dari penjelasan apa itu BUT tersebut, maka yang merupakan jenis wajib pajak BUT adalah
orang pribadi maupun wajib pajak badan. PMK No. 35/2019 menjelaskan pengertian dari orang
pribadi atau badan asing sebagai subjek pajak luar negeri adalah sebagai berikut:
1. Orang pribadi asing adalah warga yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau orang
pribadi yang berada di Indonesia selama 183 hari atau 12 bulan untuk menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan di Indonesia
2. Badan asing adalah badan yang tidak didirikan di Indonesia dan tidak berkedudukan di
Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
2. Pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang
dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
Pemberian jasa merupakan BUT sepanjang memenuhi kriteria sebagai berikut:
✓ Pegawai atau orang lain tersebut dipekerjakan oleh orang pribadi asing atau badan asing
atau subkontraktor dari orang pribadi asing atau badan asing tersebut.
✓ Pemberian jasa dilakukan di Indonesia; dan
✓ Pemberian jasa dilakukan kepada pihak di Indonesia atau di luar Indonesia.
4. Agen atau pegawai asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia.
Agen atau pegawai yang disebutkan di atas merupakan BUT sepanjang mereka menerima
premi asuransi di Indonesia. Begitu juga jika pihak yang menanggung risiko di Indonesia
menerima premi asuransi di Indonesia. Atau menanggung risiko di Indonesia dimana pihak
tertanggung bertempat tinggal, bertempat kedudukan, atau berada di Indonesia. Ketentuan
tersebut tidak berlaku untuk reasuransi.
2. Selain pajak atas pendapatan bruto, BUT yang dikenai PPh Pasal 26 juga terkena
kebijakan tarif pajak dari laba bersih, yakni 20% dari jenis penghasilan sebagai
berikut:
✓ Pendapatan dari penjualan aset di Indonesia
✓ Premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung ataupun melalui pialang
kepada perusahaan asuransi di luar negeri
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Jelaskan Pengertian Bentuk Usaha Tetap (BUT)
2. Jelaskan Jenis BUT
3. Jelaskan Tipe-Tipe BUT
4. Jelaskan Contoh BUT
5. Jelaskan Tarif Pajak BUT
6. Jerlaskan Pelunasan Pajak BUT
7. Jelaskan Jenis WP BUT
8. Jelaskan Ketentuan Pessetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dari BUT
9. Jelaskan Perbedaan Perlakuan Perpajakan BUT dengan WPDN
10. Jelaskan Non BUT dan PPh Non Residen
11. Jelaskan Perbedaan Perlakuan Perpajakan Antara WPDN dengan WPLN atau BUT
12. Jelaskan Kriteria BUT yang Menjadi Subjek Pajak
13. Jelaskan Objek PPh BUT
14. Jelaskan Cara Menghitung PKP BUT
15. Jelaskan Biaya-Biaya Pengurang PKP BUT
16. Jelaskan Bila BUT Rugi
17. Jelaskan Bentul Lain Setara BUT
18. Jelaskan Ketentuan Pengenaan Tarif BUT
19. Jelaskan Contoh Perhitungan PPh BUT
REFERENSI :