Anda di halaman 1dari 35

PEMILIHAN

BENTUK USAHA
.

1
Agend
a
01 Pendahulua
n
02 Pertimbangan Pemilihan
BentukUsaha
03 Bentuk Badan
Usaha
04 Contoh
Kasus
05 Kesimpula
n
06 Sara
n 2
1.
Pendahuluan
Pengertian badan usaha menurut Undang-Undang Ketentuan Umum Pajak
Indonesia adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,
Badan Usaha Milik Negara atau Milik Daerah, firma, kongsi, organisasi
sosial politik
atau organisasi lainnya, lembaga badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk badan usaha tetap.
Memilih bentuk usaha yang tepat merupakan hal pertama yang harus diperhatikan
oleh investor atau pengusaha untuk dapat memberikan kontribusi profit yang besar
dengan beban pajak yang paling kecil.

3
2. Pertimbangan Pemilihan Bentuk
Usaha
 Bagaimana hubungan antara tarif pajak penghasilan orang pribadi dan tarif
pajak penghasilan wajib pajak badan, termasuk ketentuan khusus yang men
gatur hal itu.
 Pengenaan pajak penghasilan secara berganda, baik atas laba usaha,
maupun penghasilan dari pembagian keuntungan (dividen) kepada para
pemegang saham.
 Kesempatan untuk menunda pembayaran pajak pada tarif pajak
penghasilan lebih kecil/besar apabila dibandingkan dengan kesempatan yang
terdapat pada tarif pajak penghasilan dari akumulasi pengahasilan
perusahaan.

 Adanya ketentuan mengenai kerugian hasil usaha neto (kompensasi kerugi


an) dan kredit investasi yang berlaku bagi bentuk usaha tertentu.

4
Continue
Pertimbangan Pemilihan Bentuk
Usaha
 Kemungkinan pengajuan perlakukan khusus terhadap pajak atas akumulasi
laba, pajak atas penghasilan personal, holding company, dll.
 Liberalisasi ketentuan yang mengatur fringe benefit dan atau payment in
kind.

3. Bentuk-Bentuk Badan Usaha


a. BUMN
UU No. 19 Tahun 2002: BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung.

5
b. KOPERASI
Koperasi adalah badan usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh anggotanya
untuk memenuhi kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial dan budaya.
c. SWASTA
Swasta adalah badan usaha yang kepemilikannya sepenuhnya berada
ditangan individu atau swasta. Terbagi menjadi Perseorangan, CV, Firma, PT,
dan Yayasan.
Bentuk usaha swasta terbagi menjadi lima :
 Perseorangan
 CV (persekutuan komanditer )
 Firma
 Perseroan Terbatas
 Yayasan

6
PERORANGAN
Merupakan badan usaha dimana seluruh modalnya dimiliki oleh satu orang, dan
konsekuensi tanggung jawabnya dibebankan kepada orang tersebut.
Ciri – ciri :
 Dimiliki oleh perorangan.
 Pengelolaan terbatas atau sederhana
 Modal tidak terlalu besar.
 Kelangsungan hidup usaha bergantung pada pemilik perusahaan.
Kelebihan Kekurangan
: Dapat mudah dimulai.  Karena perorangan dan biaya modal
 Biaya tergolong rendah.  sedikit, jadi kemampuan perusahaan ter
 Bebas dalam mengelola perusahaan batas.
.  Tenaga kerja dan manajemen terbatas.
 Kebutuhan modal yang dapat dipenuhi
oleh pemilik kecil

7
Ketentuan Perpajakan Terkait Orang Pribadi

 Menggunakan nomor pokok wajib pajak (NPWP) orang pribadi, yaitu pemilik yang
sebenarnya dari usaha tersebut untuk keperluan perpajakan.

 Pengusaha wajib menjalankan pembukuan dalam menjalankan kegiatan


usahanya namun dalam hal peredaran usaha pengusaha dalam satu tahun pajak
tidak melebihi Rp4,8 miliar, pengusaha boleh tidak melakukan pembukuan, namun
wajib membuat pencatatan. Dalam menghitung penghasilan neto untuk keperluan
perpajakan, pengusaha menggunakan norma. Ketentuan mengenai pembukuan
diatur dalam Pasal 28 UU KUP, ketentuan mengenai norma penghitungan
penghasilan neto diatur dalam Pasal 14 UU PPh dan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak nomor PER-17/PJ/2015.

8
Ketentuan Perpajakan Terkait Orang Pribadi

 Selain boleh dikurangkan dengan biaya-biaya yang dapat dikurangkan


sesuai ketentuan UU PPh, pengusaha juga boleh mengurangkan
penghasilan neton ya dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang
dihitung berdasarkan keadaan/status perkawinan Wajib Pajak dan jumlah
tanggungannya. Ketentu an mengenai biaya yang dapat dikurangkan diatur
dalam Pasal 6 UU PPh, ketentuan mengenai PTKP diatur dalam Pasal 7 UU
PPh.
 Dalam penghitungan pajak terutang, berlaku tarif pajak progresif, yaitu tarif
pajak yang semakin meningkat seiring besarnya penghasilan kena pajak.
Ketentuan mengenai tarif pajak diatur dalam Pasal 17 UU PPh.
Batasan Penghasilan kena Pajak % Tarif PPh Progresif
s.d 50 Juta 5%
Lebih 50 juta s.d 250 juta 15 %
Lebih 250 Juta s.d 500 Juta 25 %
Lebih 500 Juta 30 %

9
Ketentuan Perpajakan Terkait Orang Pribadi

 Apabila usaha yang dilakukan memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam


Peraturan Pemerintah nomor 23/2018, bagi pengusaha yang dalam satu tahun
pajak peredaran usahanya tidak lebih dari Rp4,8 miliar, pengusaha
wajib menghitung pajaknya secara final dengan tariff 0.5 % dari peredaran
usaha setiap bulannya.
CV (Commanditaire Vennotshcap) atau Persekutuan
Komanditer
CV merupakan perusahaan persekutuan yang didirikan berdasarkan saling
percaya. CV sendiri merupakan bentuk usaha yang dipilih para pengusaha yang
ingin mempunyai kegiatan usaha dengan modal minim. Dalam CV, ada beberapa
sekutu yang secara penuh bertanggung jawab atas sekutu lainnya, kemudian ada
salah satu yang menjadi pemberi modal. Dan, tanggung jawab sekutu komanditer
hanya terbatas pada sejumlah modal yang diberikan.

11
Ciri-Ciri CV
 Didirikan minimal 2 orang, dimana satu orang bertindak sebagai Persero Aktif, dan
satunya lagi sebagai persero pasif.
 Persero aktif akan bertindak mengurus perseroan. Sehingga ia akan bertanggung
jawab penuh atas segala resiko.
 Persero pasif hanya bertindak sebagai sleeping partner. Dimana dia
hanya bertanggung jawab sebesar modal yang ia setorkan ke dalam
perseroan.
Kelebihan :
 Sudah dikenal masyarakat, sehingga memudahkan perusahaan ikut
dalam
berbagai kegiatan.
 Mudah memperoleh modal karena pihak perbankan mempercayainya.
 Lebih mudah berkembang karena dipegang orang yang ahli dan
dipercaya.
 Lebih fleksibel.
12
Kekurangan :
 Untuk mendirikan CV cukup susah, harus melalui akta notaris dan didaftarkan ke
Departemen Kehakiman
 Status hukum badan usaha CV jarang dipilih oleh pemilik modal atau beberapa
proyek besar
Secara umum ketentuan perpajakan terkait CV diantaranya:
 CV merupakan subyek pajak badan dalam negeri. Maka CV harus
mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP atau dikukuhkan menjadi PKP.
 Selain mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP CV juga harus menyelenggarak
an pembukuan.
 Laba yang didistribusikan kepada sekutu tidak dikenai pajak, Pasal 4 UU PPH yang
menyebutkan bahwa bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham saham, persekutuan
perkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif dikecualikan dari objek pajak.
13
Secara umum ketentuan perpajakan terkait CV diantaranya:
 Gaji yang dibebankan oleh Cv kepada sekutu tidak dapat menjadi pengurang seba
gaiman diatur dalam pasal 9 UU PPh.
 Dalam menghitung PPh nya CV menggunakan tarif tunggal 25% atau 12.5 apabila
memenuhi ketentuan pasal 31 E UU PPh

Firma (Fa)
Firma merupakan usaha yang didirikan oleh 2 orang atau lebih dimana tiap anggota
bertanggung jawab penuh atas perusahaan tersebut.
Modal firma berasal dari anggota pendiri. Untuk laba atau keuntungan dibagikan ke
pada anggota dengan perbandingan sesuai akta sewaktu pendiriannya.

Ciri-Ciri Firma
 Para sekutu aktif dalam mengelola perusahaan.
 Tanggung jawab tak terbatas atas segala resiko yang terjadi.
 Akan berakhir jika salah satu anggota mengundurkan diri atau meninggal dunia.
14
Kelebihan Firma

 Mudah, tak perlu banyak persyaratan namun perlu kesepakatan para pihak yang
akan mendirikan firma.
 Tidak terlalu memerlukan akta formal karena menggunakan akta di bawah tanda
tangan.
 Modal lebih cepat cair dan mudah berkembang.

Keuntungan Firma

 Punya tanggung jawab yang tak terbatas apabila ada resiko.


 Bisa mengancam kelangsungan hidup perusahaan jika salah satu pendiri meninggal
atau mengundurkan diri.
 Sulit dalam peralihan pimpinan dan sering terjadi konflik internal.
 Kesulitan menghimpun dana besar serta mengikuti tender dalam jumlah tertentu.

15
Ketentuan Perpajakan Terkait Firma
 Badan Usaha Firma maupun usaha perorangan memiliki perlakuan yang
sama tentang perpajakan. Yaitu keuntungan usaha sama-sama diperlakukan
sebagai satu kesatuan dengan penghasilan pemiliknya. Hanya bedanya
keuntungan usaha perorangan dikenai pajak di sisi perorangan sebagai WPOP
sedangkan keuntungan usaha Firma dikenai pajak di sisi Firma sebagai WP
badan. Keduanya sama-sama tidak diperkenankan memperhitungkan
pengurangan biaya berupa gaji pemilik dan pembagian keuntungan.

 Dipandang dari sudut penghematan pajak, Firma memiliki keunggulan jika


dibandingkan dengan usaha perorangan yaitu dari sisi tarif pajak. Keuntungan
usaha Firma dikenai pajak sesuai dengan tarif pajak WP Badan dengan tarif
tertinggi sebesar 25%.

17
Ketentuan Perpajakan Terkait Firma
 Dalam aspek pajak Badan Usaha Firma, bergesernya aliran
penghasilan Firma kepada pemilik tidak dianggap sebagai terjadinya aliran
penghasilan. Sehingga pajak tidak mengakui adanya pengurangan berupa
biaya gaji pemilik di Firma dianggap sebagai adanya penghasilan bagi si
pemilik.

 Demikian juga atas pembagian laba yang diterima oleh pemilik. Pajak
memandang bahwa antar anggota atau pemilik Firma diperlakukan sebagai satu
kesatuan dalam penghitungan PPh atas keuntungan usaha. Satu kesatuan dalam
hal ini adalah tambahan kemampuan ekonomis dari usaha Firma yang hanya akan
dikenai PPh satu kali.

18
PT (Perseroan Terbatas)

Merupakan badan usaha yang terdiri dari persekutuan modal yang didirikan menurut
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UU serta peraturan
pelaksanaannya
Ciri-Ciri PT
 Kewajiban terhadap pihak luar hanya terbatas pada modal yang disetorkan.
 Mudah dalam peralihan kepemimpinan.
 Usia PT tidak terbatas.
 Mampu untuk menghimpun dana dalam jumlah yang besar.
 Bebas untuk melakukan berbagai aktivitas bisnis.
 Mudah dalam mencari karyawan.
 Dapat dipimpin oleh orang yang tidak memiliki saham.
 Pajaknya berganda antara Pajak Penghasilan dan Pajak Deviden.

19
Kelebihan dan Kekurangan PT (Perseroan
Terbatas)
Kelebiha Kekurangan
n
 Mudah dalam peralihan kepemimpinan.  Pajak yang banyak mulai dari Pajak
 Mudah memperoleh tambahan modal. Penghasilan dan Pajak Deviden.
 Kelangsungan perusahaan sebagai  Pendiriannya memerlukan akta
 badan hukum lebih terjamin. notaris
 Lebih efisien dalam manajemen dan ijin khusus usaha tertentu.
 pengolahan sumber-sumber modal.  Biaya pembentukan PT relatif
tinggi.
Ketentuan Perpajakan PT  Terlalu terbuka dalam pelaporan
kepada pemegang saham.
 Sama seperti CV PT juga merupakan subyek pajak dalam negeri.
 PT wajib menyelenggarakan pembukuan.
 PT harus mendaftarkan NPWP dan/atau pengukuhan PKP atas nama PT

20
Ketentuan Perpajakan PT (Perseroan
Terbatas)
Penggenaan pajak pada PT terjadi dua kali yaitu saat diakui sebagai laba usaha
dan pada saat laba tersebut dibagikan kepada para pemegang saham dalam
bentuk deviden dikenai PPh final sesuai pasal 4 ayat (3) UU PPh dan pasal 17
ayat (2) sebesar 10%.
 Gaji yang dibayarkan kepada pemegang saham dan komisasris dibiayakan di
PT.
 Penghitungan PPH terhutang mengikuti tarif pasal 17 UU pph atau pasal 31 E
UU
PPH.

21
Yayasan
Sesuai Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yayasan didefinisi
kan sebagai badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.
Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang dipero
leh Yayasan berdasarkan Undang-undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan
secara langsung atau tidak langsung kepada Pembina, Pengurus, Pengawas,
karyawan, atau pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap Yayasan.
1. Yayasan yang Bergerak di Bidang Keagamaan
Sesuai Pasal 2 ayat (2) PMK 245/PMK.03/2008:
Badan keagamaan [yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan] adalah badan
keagamaan yang kegiatannya semata-mata mengurus tempat-tempat ibadah dan/
atau menyelenggarakan kegiatan di bidang keagamaan, yang tidak mencari
keuntungan.
23
2. Yayasan yang Bergerak di Bidang Pendidikan
Sesuai Pasal 4 ayat (3) huruf m UU PPh:

Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang
telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam
bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya
sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.

Sesuai Pasal 2 ayat (3) PMK 245/PMK.03/2008:


Badan pendidikan [yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan] adalah badan
pendidikan yang kegiatannya semata-mata menyelenggarakan pendidikan yang tidak
mencari keuntungan.

24
Sisa lebih adalah selisih dari seluruh penerimaan yang merupakan objek Pajak
Penghasilan selain penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan tersendiri,
dikurangi dengan pengeluaran untuk biaya operasional sehari-hari badan atau
lembaga nirlaba.
Sesuai Pasal 1 ayat (4) Per-44/PJ/2009
Pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana adalah pembelian, pengadaan
dan/atau pembangunan fisik sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan yang meliputi :
 Pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana kegiatan pendidikan,
penelitian dan pengembangan termasuk pembelian tanah sebagai lokasi
pembangunan gedung dan prasarana tersebut.
 Pengadaan sarana dan prasarana kantor, laboratorium dan perpustakaan;
atau
 Pembelian atau pembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas, guru, dosen atau
karyawan, dan sarana prasarana olahraga, sepanjang berada dilingkungan
atau lokasi lembaga pendidikan formal. 25
3. Yayasan yang Bergerak di Bidang Sosial

Badan sosial termasuk yayasan dan koperasi [yang dikecualikan dari objek pajak
penghasilan] adalah badan sosial yang kegiatannya semata-mata menyelenggarakan

 Pemeliharaan kesehatan;
 Pemeliharaan orang lanjut usia (panti jompo);
 Pemeliharaan anak yatim-piatu, anak atau orang terlantar, dan anak atau ora
ng cacat.
 Santunan dan/atau pertolongan kepada korban bencana alam, kecelakaan, d
an sejenisnya.
 Pemberian beasiswa
 Pelestarian lingkungan hidup; dan/atau
 Kegiatan sosial lainnya.

26
Ketentuan Perpajakan terkait Yayasan diantaranya

Sesuai dengan UU PPh Pasal 2 Ayat (1) Huruf b, bahwa yayasan merupakan
subjek Pajak Penghasilan yang termasuk dalam kategori “Badan”. Adapun
kewajiban perpajakan sebagai subjek Pajak Badan adalah sebagai berikut:

 Pengenaan Pajak Penghasilan bagi Yayasan tidak berlaku ketentuan dalam


Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah Nomor
23 Tahun 2018, sehingga berapapun Peredaran Usaha Yayasan tersebut, maka
perhitungan Pajak Penghasilan Badan tidak dihitung berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2018.
 Perhitungan Pajak Penghasilan Badan dihitung berdasarkan Pasal 17 dan
31E Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
Pajak Penghasilan dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak yaitu PPh Pasal
25/29.

27
Ketentuan Perpajakan terkait Yayasan
diantaranya
 PPh Pasal 4 ayat 2 – Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan
lainnya, serta persewaan tanah dan bangunan dapat dikenai pajak bersifat final

 PPh Pasal 21 – Kewajiban pemotongan pajak atas penghasilan sehubugan


. dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan bentuk apapun yang
diterima atau Wajib Pajak Orang Pribadi.
 PPH Pasal 23 – Kewajiban pemotongan PPh oleh pihak yang wajib membayarkan
penghasilan atas penghasilan dengan nama dan bentuk apapun yang dibayarkan,
serta disediakan untuk dibayarkan atau telah jatuh tempo pembayarannya.
 Sebesar 15% dari jumlah bruto pada: (1) dividen dengan nama dan bentuk apapun
termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan
pembagian hasil usaha koperasi, (2) bunga termasuk premium, diskonto, dan
imbalan karena jaminan pengembalian utang, royalti, dan (3) hadiah,
pengharga an, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh 21.
28
Ketentuan Perpajakan terkait Yayasan
diantaranya
Sebesar 2% dari jumlah bruto pada: (1) sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2, dan (2) imbalan sehubungan dengan jasa teknik,
jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang
telah dipotong sesuai PPh 21.

29
Contoh Kasus Perorangan
Tuan Anas memiliki usaha perdagangan bahan-bahan bangunan. Selama tahun 2019 laporan laba/rugi usaha tuan Anas tersebut adalah:

Peredaran usaha Rp60.000.000.000,-


Harga Pokok Penjualan Rp58.800.000.000,-
Laba Bruto Rp1.200.000.000,-
Biaya Operasi Rp500.000.000,-
Laba Usaha Sebelum Pajak Rp700.000.000,-

Maka penghitungan besarnya PPh terutang Tuan Anas selama tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Laba Usaha Rp700.000.000,-


Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2) * Rp67.500.000,-
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp632.500.000,-
PPh Terutang
5% x Rp50.000.000,- = Rp 2.500.000,-
15% x Rp200.000.000 = Rp30.000.000,- Rp134.750.000,-
25% x Rp250.000.000,- = Rp62.500.000,-
30% x Rp132.500.000,- = Rp39.750.000,-
Persentase PPh Terutang terhadap laba usaha 19,3%

*) 54.000.000 + 4.500.000 + (2×4.500.000) = Rp67.500.000

30
Contoh Kasus CV
CV Aurora bergerak dalam usaha perdagangan besar, laba rugi tahun 2019 menunjukkan informasi sebagai berikut:

Peredaran usaha Rp60.000.000.000,-


Harga Pokok Penjualan Rp58.800.000.000,-
Laba Bruto Rp1.200.000.000,-
Biaya Operasi (tidak termasuk gaji para sekutu) Rp500.000.000,-
Laba Usaha Sebelum Pajak Rp700.000.000,-
Penghitungan besarnya PPh terutang adalah sebagai berikut:

Laba Usaha Sebelum Pajak Rp700.000.000,-


PPh Terutang Tarif x 25% Rp175.000.000,-
Laba Bersih Setelah Pajak Rp525.000.000
Persentase PPh Terutang terhadap laba usaha 25%
Pada saat laba usaha dibagikan kepada para sekutu tidak lagi dikenai Pajak.

31
Contoh Kasus PT
PT Angkasa bergerak sebagai distributor mainan anak yang terbuat dari bahan yang aman dan berkualitas.
Laba/rugi PT Angkasa tahun 2019 menunjukkan informasi sebagai berikut:
Peredaran usaha Rp60.000.000.000,-
Harga Pokok Penjualan Rp58.800.000.000,-
Laba Bruto Rp1.200.000.000,-
Biaya Operasi Rp500.000.000,-
Laba Usaha Sebelum Pajak Rp700.000.000,-

Penghitungan PPh terutang PT Angkasa adalah:


Laba Usaha Sebelum Pajak Rp700.000.000,-
PPh Terutang (PPh Badan) Tarif x 25% Rp175.000.000,-
Laba Bersih Setelah Pajak Rp525.000.000,-

Pada saat laba usaha dibagikan kepada para pemegang saham, dikenai PPh atas dividen sebesar 10%, yaitu:
Laba usaha yang akan dibagikan sebagai dividen Rp525.000.000,-
PPh atas dividen (Pasal 17 ayat(2c) UU PPh Rp52.500.000,-
Sehingga total pajak terutang oleh PT dan persentasenya terhadap peredaran usaha dapat dihitung sebagai berikut:

Jumlah PPh terutang Rp227.500.000,-


Persentase PPh Terutang terhadap laba usaha 32,5%

33
KESIMPULAN:
Dari ilustrasi diatas, dapat dibandingkan dampak perpajakan dari setiap pemilihan bentuk usaha dalam tabel berikut ini:

Uraian Usaha CV PT
Perorangan
Peredaran Usaha Rp60.000.000.000, Rp60.000.000.000, Rp60.000.000.000,

Laba Usaha Rp700.000.000,- Rp700.000.000,- Rp700.000.000,-

PPh Terutang Rp134.750.000,- Rp175.000.000,- Rp227.500.000,-

Persentase PPh Terutang terhadap laba 19.3% 25% 32.5%

Berdasarkan tabel tersebut, bentuk usaha perseorangan lebih menguntungkan dari aspek perpajakan dibantung bentuk usaha
yang modalnya terbagi atas saham.

35
KESIMPULAN:

Pemilihan bentuk usaha berpengaruh terhadap aspek pajak penghasilan yang akan
dihadapi pemilik perusahaan.

Dari ilustrasi sebelumnya, dapat dilihat bahwa PPh terutang pada bentuk usaha
perseorangan lebih rendah dibandingkan dengan bentuk usaha yang lain. Dan
bentuk usaha Perseroan menjadi yang lebih tinggi.
Hal tersebut dikarenakan, pembaian kontribusi kepada pemegang saham pada
Perseroan dikenakan PPh lagi (double tax). Dimana hal tersebut tidak ada pada
kedua bentuk usaha lainnya.
KESIMPULAN:

Di sisi lain, bentuk usaha yang modalnya terbagi atas saham (CV dan Perseroan)
memiliki kelebihan tersendiri dari sisi perpajakan yaitu tarif pajak maksimal yang lebih
rendah (25%) daripada bentuk usaha perseorangan (30%)

Namun, aspek perpajakan bukanlah satu-satunya pertimbangan dalam pengambilan


keputusan untuk menentukan bentuk usaha. Aspek-aspek lainnya seperti peraturan
dan undang-undang, legalitas dan perizinan, pembiayaan, dan lain-lain juga harus
diperhatikan.
SARAN:

Dalam memilih bentuk usaha, dari aspek perpajakan, pilihlah bentuk usaha yang
dapat memaksimalkan penghematan pajak dengan menyesuaikan visi perusahaan.

Disamping itu, selain faktor penghematan pajak, dalam memilih bentuk usaha harus
memperhatikan pula faktor lain seperti peraturan dan undang-undang, legalitas dan
perizinan, pembiayaan, dan lain-lain.
Thank You 

36

Anda mungkin juga menyukai