Anda di halaman 1dari 33

MANAJEMEN

PAJAK ATAS
STRUKTUR
INBOUND
DAN
OUTBOUND
INVESTMENT
KEL - 4
ANDRE ANGRETA ARVIN
ANTONIUS CHANDRA NATHANAEL
TJU

126201003 126201004 126201006

BOY BUNYAMIN
ANTONO

126201007 126201042

AKHMAD ALI
SADIKIN

126201001
FOREIGN DIRECT
INVESTMENT
Foreign Direct Investment (FDI)  investasi yang dilakukan
oleh sebuah perusahaan dari suatu negara untuk
menanamkan modalnya dengan jangka waktu yang
panjang ke sebuah perusahaan di negara lain.

FDI dapat dilakukan dengan :

1. Melakukan pembelian perusahaan di luar negeri yang sudah


ada 
2. Menyediakan modal untuk membangun perusahaan baru di
negara lain.
3. Membeli saham dengan sekurang- kurangnya sebesar 10%.
PEMBAGIAN FDI

INBOUND INVESTMENT
INBOUND INVESTMENT OUTBOUND
INVESTMENT
Investasi di Indonesia yang Investasi perusahaan
berasal dari luar negeri Indonesia di luar negeri

DARI SUDUT PANDANG INDONESIA


INVESTASI ASING DI
INDONESIA YANG BERSIFAT LANGSUNG
 Anak Perusahaan (subsidiary company)
 Dibentuk atas dasar penyertaan saham dari induk perusahaan di luar negeri yang dimiliki lebih dari 50% oleh
Induknya dan memiliki control atas jalannya Perusahaan.
 Berstatus Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN) sesuai pasal 2 ayat (3) UU Pajak Penghasilan.
 PPh yang dikenakan meliputi penghasilan yang berasal dari dalam negeri & dari luar negeri
 Hubungan antara anak perusahaan di dalam negeri dgn induk perusahaan di luar negeri bersifat separate
entity, dimana modalnya dikendalikan oleh induk perusahaan.

 Cabang Perusahaan (branch)


 Merupakan kepanjangan tangan dari Kantor Pusat di luar negeri.
 Cabang perusahaan luar negeri merupakan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang berstatus Subjek Pajak Luar
Negeri (SPLN) sesuai pasal 2 ayat (4) UU Pajak Penghasilan.
 Penghasilan yg dikenakan pajak di Indonesia adalah hanya penghasilan yang bersumber dari dalam negeri.
 Hubungan antara Cabang perusahaan di dalam negeri dengan Kantor Pusat di luar negeri bersifat entitas
tunggal (single entity)
PENGAKUAN LABA
Anak Perusahaan Cabang Perusahaan

Perusahaan yang berbentuk BUT di


 PPh Badan dikenakan atas dasar basis Indonesia, definisi penghasilan diatur
neto, yakni Penghasilan dikurangi dalam pasal 5 UU PPh sbb :
dengan biaya-biaya yg diperkenankan
(deductible expense), kecuali pada 1. Penghasilan dari kegiatan BUT & dari
usaha-usaha tertentu yang pajaknya harta yg dimiliki atau dikuasai.
bersifat final (seperti perusahaan 2. Penghasilan kantor pusat dari usaha
konstruksi, real estate, dll) penjualan barang atau pemberian jasa
di Indonesia yang dilakukan oleh BUT
di Indonesia.
 Sisa Laba setelah Pajak yang
dikirimkan oleh anak perusahaan 3. Deviden, bunga, royalti, sewa, hadiah,
kepada induk perusahaan di luar negeri maupun penghasilan dari penjualan
dikenakan pajak atas deviden (PPh harta yang diperoleh kantor pusat,
Pasal 26) sebesar 20% atau tarif tax sepanjang terdapat hubungan efektif
treaty. antara BUT dengan harta yg
memberikan penghasilan dimaksud.
PELAPORAN PAJAK
Anak Perusahaan Cabang Perusahaan
 PPh 21 (Tax Treaty)  PPh 21 (Tax Treaty)
 PPh 22  PPh 22
 PPh 23  PPh 23
 PPN  Pasal 4 ayat 2
 SPT Badan termasuk adanya Tax  PPN
Treaty Indonesia dgn Negara ini  SPT PPh Badan digabung
(Baik sebagai Induk maupun Anak) dengan induknya.
 Jika Induk perusahaan di Indonesia
(Outbound Investment)  diberi
waktu 12 bln setelah akhir thn pajak
mengajukan format surat
permintaan laporan per negara
sesuai (PMK) No. 213/PMK.2016
sebagai antisipasi dari Transfer
Pricing
KAWASAN BERIKAT
(Export Processing Zone)
Kawasan Berikat menurut Peraturan Pemerintah No 33 tahun
1996 adalah suatu bangunan, tempat, atau kawasan dengan
batas-batas tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha
industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan rancang bangun,
perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan
akhir, dan pengepakan atas barang dan bahan asal impor atau
barang dan bahan dari dalam Daerah Pabean Indonesia lainnya,
yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor, walaupun ada
ketentuan lainnya seperti padat karya.

Peraturan terbaru untuk Kawasan Berikat adalah Peraturan


Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 131 /PMK.04/2018.
KAWASAN BERIKAT
(Export Processing Zone)
Kawasan berikat terbagi inbound dan outbound investment yaitu :
1) Inbound investment
a. Perusahaan induk mengikirimkan bahan baku ke anak perusahaan di
Indonesia.
b. Anak perusahaan mengolah beberapa komponen di dalam negeri.
c. Barang Jadi diekspor ke perusahaan induk di luar negeri / diekspor ke
anak perusahaan lain di negara lain.

2) Outbound investment
a. Perusahaan induk di Indonesia mendatangkan bahan baku dari anak
perusahaan di luar negeri untuk diolah di Indonesia dengan ditambah
beberapa bahan baku.
b. Barang jadi tersebut diekspor ke anak perusahaannya di luar negeri.
KAWASAN BERIKAT
(Export Processing Zone)
Fasilitas-fasilitas yang didapat dari pemberlakuan kawasan berikut, yaitu :
1. PPN, PPnBM dan PPh 22 tidak dipungut untuk :
a) Impor barang bahan baku untuk diolah menjadi nilai tambah yang lebih
tinggi.
b) Impor barang modal dipakai untuk kegiatan produksi.
c) Pemasukan Barang Kena Pajak (BKP) dari daerah lain non kawasan
berikat atau daerah kawasan berikat lainnya untuk diolah lebih lanjut.
d) Barang jadi hasil produksinya diekspor ke perusahaan dalam kawasan
berikat. Jika dijual di dalam negeri tetap dikenakan PPN dan atau PPN
dan PPnBM.

2. Penangguhan Bea Masuk, dan pembebasan cukai:


a) Atas impor barang bahan untuk diolah lebih lanjut.
b) Atas pemasukan Barang Kena Cukai (BKC) dari daerah lain non
Kawasan berikat untuk diolah lebih lanjut.
TAX TREATY

Adalah perjanjian perpajakan antara dua


negara yang dibuat dalam rangka
meminimalisir pemajakan berganda dan
berbagai usaha penghindaran pajak.
Perjanjian ini digunakan oleh penduduk dua
negara untuk menentukan aspek
perpajakan yang timbul dari suatu transaksi
di antara mereka.
TARIF TAX TREATY
DIVIDEN BRANCH

NO. COUNTRY INTEREST ROYALTIES SUBSTANTIAL


PORTFOLIO PROFIT TAX
HOLDING

1 Algeria 15% 15% 15% 15% 10%


2 Australia 10% 10%/15% 15% 15% 15%
3 Austria 10% 10% 15% 10% 12%
4 Bangladesh 10% 10% 15% 10% 10%
5 Belgium 10% 10% 15% 10% 10%

6 BruneiDarussalam 10% 15% 15% 15% 10%

7 Bulgaria 10% 10% 15% 15% 15%


8 Canada 10% 10% 15% 10% 15%
9 Czech 12,5% 12,5% 15% 10% 12,5%
10 China 10% 10% 10% 10% 10%
11 Denmark 10% 15% 20% 10% 15%
12 Egypt 15% 15% 15% 15% 15%
13 Finland 10% 10%/15% 15% 10% 15%
14 France 15% 10% 15% 10% 10%
15 Germany 10% 10%/15% 15% 10% 10%
16 Hungary 15% 15% 15% 15% N/A
TARIF TAX TREATY (Continued)
DIVIDEN BRANCH
NO. COUNTRY INTEREST ROYALTIES SUBSTANTIAL
PORTFOLIO PROFIT TAX
HOLDING
17 India 10% 15% 15% 10% 10%
18 Italy 10% 10%/15% 15% 10% 12%
19 Japan 10% 10% 15% 10% 10%
20 Jordan 10% 10% 10% 10% N/A
21 Korea,Republic of 10% 15% 15% 10% 10%
22 Korea 10% 10% 10% 10% 10%
23 Kuwait 5% 20% 10% 10% 10%
24 Luxembourg 10% 12,5% 15% 10% 10%
25 Malaysia 15% 15% 15% 15% 12,5%
26 Mexico 10% 10% 10% 10% 10%
27 Mongolia 10% 10% 10% 10% 10%
28 Netherlands 10% 10% 10% 10% 10%

29 New Zealand 10% 15% 15% 15% N/A


30 Norway 10% 10%/15% 15% 15% 15%
31 Pakistan 15% 15% 15% 10% 10%
32 Philippines 15% 15%/25% 20% 15% 20%
TARIF TAX TREATY (Continued)
DIVIDEN BRANCH
NO. COUNTRY INTEREST ROYALTIES SUBSTANTIAL
PORTFOLIO PROFIT TAX
HOLDING
33 Poland 10% 15% 15% 10% 10%
34 Romania 12,5% 12,5%/15% 15% 12,5% 12,5%
35 Russia 15% 15% 15% 15% 12,5%
36 SaudiArabia * N/A N/A N/A N/A N/A
37 Seychelles 10% 10% 10% 10% N/A
38 Singapore 10% 15% 15% 10% 15%
39 Slovak 10% 10%/15% 10% 10% 10%
40 South Africa 10% 10% 15% 10% 10%
41 Spain 10% 10% 15% 10% 10%
42 SriLanka 15% 15% 15% 15% SesuaiUU Domestik
43 Sudan 15% 10% 10% 10% 10%
44 Sweden 10% 10%/15% 15% 10% 15%
45 Switzerland 10% 12,5% 15% 10% 10%
46 Syria 10% 15%/20% 10% 10% 10%
47 Taipei /Taiwan 10% 10% 10% 10% 5%

48 Thailand ** 15% 20% 15% SesuaiUU Domestik


TARIF TAX TREATY (Continued)
DIVIDEN BRANCH
NO. COUNTRY INTEREST ROYALTIES SUBSTANTIAL
PORTFOLIO PROFIT TAX
HOLDING
49 Tunisia 12% 15% 12% 12% 12%
50 Turkey 10% 10% 15% 10% 15%
51 UEA 5% 5% 10% 10% 5%
52 Ukraine 10% 10% 15% 10% 10%

53 United Kingdom 10% 10%/15% 15% 10% 10%

54 USA 10% 10% 15% 10% 10%


55 Uzbekistan 10% 10% 10% 10% 10%
56 Venezuela 10% 20% 15% 10% 10%
57 Vietnam 15% 15% 15% 15% 10%

Keterangan :
* P3B antara Indonesia dengan Saudi Arabia hanya mengatur mengenai transportasi penerbangan dalam jalur internasional.
** Berdasarkan ketentuan pasal 11 ayat 2 P3BRI-Thailand, terdapat pembedaan tarif atas bunga. RI = 15% Thai 10%-25%
N/A P3B tersebut tidak mengatur mengenai Tarif PPhPasal 26.
ILUSTRASI 1

50
ILUSTRASI 2
ILUSTRASI 3
TARIF PAJAK
Ketentuan Pajak Di Indonesia:

PPh Psal 26: 20%


Tarif PPh Badan: 22%
WP Badan Wajib melaksanakan
pemotongan
TAX PLANNING
Tax Planning
merupakan tahap awal untuk analisis secara sistematis
berbagai alternatif perlakuan perpajakan dengan tujuan
untuk mencapai pemenuhan perpajakan yang optimum.

Definisi lain mengatakan Tax Planning merupakan


perbuatan yang mengurangi beban pajak secara legal.

Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)


Transaksi atau pengaturan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak untuk meminimalisir jumlah pajak terutang secara
sah.

Tax Evasion
Upaya untuk tidak membayar pajak secara ilegal
PERBEDAAN
Kategori Pembeda Tax Evasion Tax Avoidance Tax Planning

Perilaku Hukum Illegal Legal Legal

Konsekuensi Hukum Kewajiban Pajak, Kewajiban Pajak Tidak ada kewajiban


sanksi pajak dan pajak dan tidak ada
hukuman penjara sanksi

Sudut Pandang Menolak Menolak Menerima


Pemerintah
TAX PLANNING ATAS INBOUND
DAN OUTBOUND INVESTMENT
1. Transfer Pricing

Penentuan harga atas berbagai transaksi yang dilakukan oleh pihak-


pihak yang mempunyai hubungan istimewa seperti Transaksi Induk ke
anak usaha

Di Indonesia, issue transfer Pricing diatur otoritas pajak Indonesia


beberapa peraturan terkait ketentuan pajak international dan domestik.

Berdasarkan PMK-213/pmk.03/2016,DJP mengatur dokumen yang harus


disimpan oleh WP yang melakukan transaksi Transfer Pricing.
Dokumen yang diselenggarakan oleh Wajib Pajak sebagai dasar
penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Penentuan
Harga Transfer yang dilakukan oleh Wajib Pajak
TAX PLANNING ATAS INBOUND
DAN OUTBOUND INVESTMENT
1. Transfer Pricing (Continued)

Jenis Dokumen Penentuan Harga Transfer (TP Doc)

Dokumen Induk Dokumen Lokal Laporan Per Negara


(Master File) (Local File) (CbCr)
TAX PLANNING ATAS INBOUND
DAN OUTBOUND INVESTMENT
1. Transfer Pricing (Continued)

Dokumen Induk (Master File)

Informasi mengenai Grup Usaha paling sedikit memuat:


 Identitas dan kegiatan usaha yang dilakukan.
 Struktur dan bagan kepemilikan serta negara atau yurisdiksi masing-masing
anggota.
 Kegiatan usaha yang dilakukan.
 Harta tidak berwujud yang dimiliki.
 Aktivitas keuangan dan pembiayaan; dan
 Laporan Keuangan Konsolidasi Entitas Induk dan informasi perpajakan terkait
Transaksi Afiliasi
TAX PLANNING ATAS INBOUND
DAN OUTBOUND INVESTMENT
1. Transfer Pricing (Continued)

Dokumen Lokal (Local File)

Informasi mengenai Grup Usaha paling sedikit memuat:


 Identitas dan kegiatan usaha yang dilakukan;
 Informasi Transaksi Afiliasi dan transaksi independen yang dilakukan;
 Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha;
 Informasi keuangan; dan
 Peristiwa-peristiwa/kejadian-kejadian/fakta-fakta non-keuangan yang
memengaruhi pembentukan harga atau tingkat laba
TAX PLANNING ATAS INBOUND
DAN OUTBOUND INVESTMENT
1. Transfer Pricing (Continued)

Laporan Per Negara

Informasi yang harus dimuat adalah sebagai berikut:


 Identitas dan kegiatan usaha yang dilakukan;
 Alokasi penghasilan, pajak yang dibayar, dan aktivitas usaha per negara atau yurisdiksi dari seluruh
anggota Grup Usaha baik di dalam negeri maupun luar negeri, yang meliputi:
 nama negara atau yurisdiksi
 peredaran bruto
 Laba (rugi) sebelum pajak
 PPh yang telah dipotong/ dipungut/ dibayar sendiri
 PPh terutang
 Modal
 akumulasi laba ditahan
 jumlah pegawai tetap
 harta berwujud selain kas dan setara kas; dan
 Daftar anggota Grup Usaha dan kegiatan usaha utama per negara atau yurisdiksi
TAX PLANNING ATAS INBOUND
DAN OUTBOUND INVESTMENT
1. Transfer Pricing (Continued)

Kriteria
Pembuatan
Master File
Dan
Local File
TAX PLANNING ATAS INBOUND
DAN OUTBOUND INVESTMENT
1. Transfer Pricing (Continued)

Kriteria
Pembuatan
Laporan
Per Negara
TAX PLANNING ATAS INBOUND
DAN OUTBOUND INVESTMENT
1. Transfer Pricing (Continued)

Kriteria
Pembuatan
Laporan
Per Negara
(Continued)
TAX PLANNING ATAS INBOUND
DAN OUTBOUND INVESTMENT
2. Controlled Foreign Corporation (CFC)

Wajib pajak dalam negeri yang berada di negara-negara yang mengenakan


pajak rendah atau tidak mengenakan pajak sama sekali (tax haven country).

Upaya WPDN untuk meminimalkan jumlah pajak yang dibayar atas investasi
yang dilakukan di luar negeri adalah dengan menahan laba yang seharusnya
dibagikan kepada para pemegang sahamnya. Dengan memanfaatkan adanya
hubungan istimewa dan kepemilikan mayoritas saham, badan usaha di luar
negeri tersebut dapat dikendalikan sehingga dividen tidak
dibagikan/ditangguhkan. Upaya di atas akan semakin menguntungkan bagi
perusahaan jika badan usaha di luar negeri didirikan di negara tax haven atau
low tax jurisdiction.
TAX PLANNING ATAS INBOUND
DAN OUTBOUND INVESTMENT
3. Thin Capitalization (Penyertaan Modal melalui DER)

Perusahaan untuk mendanai afiliasinya menggunakan utang daripada


penyertaan modal. Akan sangat menguntungkan jika komposisi utang semakin
besar, terutama jika utang tersebut ditempatkan dinegara lokasi afiliasi yang
memiliki tarif pajak tinggi (debt shifting).

4. Treaty Shopping

Negara asal memperoleh pendapatan dari negara lain, dapat memperoleh


benefit dari tax treaty antara negara sumber dan negara lain/ketiga. Namun
negara asal tidak memiliki tax treaty dengan negara sumbermya
TAX PLANNING ATAS INBOUND
DAN OUTBOUND INVESTMENT
5. Pemanfaatan Tax Haven Country

Negara tax haven merupakan suatu lokasi yang menawarkan kewajiban pajak
yang rendah atau daerah yang tidak akan dikenakan pajak di mana para
pengusaha melakukan usaha.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai