Anda di halaman 1dari 9

PPh Pasal 15

NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS UNTUK


MENGHITUNG PENGHASILAN NETTO DARI
WAJIB PAJAK TERTENTU

Subdit Peraturan Pemotongan dan Pemungutan PPh & PPh OP


Direktorat Peraturan Perpajakan II

1
Pasal 15 UU PPh 1994 :
Norma Penghitungan Khusus untuk menghitung penghasilan netto dari Wajib
Pajak tertentu yang tidak dapat dihitung berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat
(1) atau ayat (3) ditetapkan Menteri Keuangan.
Ketentuan ini mengatur tentang Norma Penghitungan Khusus untuk golongan
Wajib Pajak tertentu, antara lain :
1. Charter Penerbangan Dalam Negeri
2. Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
3. Perusahaan Ppelayaran dan Penerbangan Luar Negeri
4. WPLN yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia
5. WP yang melakukan kegiatan usaha jasa maklon (Contract Manufacturing)
International di bidang mainan anak-anak

2
1. Charter Penerbangan Dalam Negeri
 Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah
perusahaan penerbangan yang bertempat kedudukan di Indonesia
yang memperoleh penghasilan berdasarkan perjanjian charter
 Objek Pajak : semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau
nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak berdasarkan
perjanjian charter dari pengangkutan orang dan/atau barang yang
dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau
dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri
 Norma Penghasilan Neto : 6% dari Penghasilan bruto
 Pajak Terutang : 1,8% dari Peredaran bruto
 Pembayaran Pajak Penghasilan merupakan kredit pajak yang dapat
diperhitungkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan

NOMOR 475/KMK.04/1996 23 Juli 1996

3
2. Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
 Objek Pajak : Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan
orang dan/atau barang, termasuk penghasilan penyewaan kapal yang dilakukan dari :
• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia;
• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;
• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan
• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.
 Norma Penghitungan Khusus Penghasilan neto : 4% (empat persen) dari peredaran
bruto.
 Pajak Terutang : 1,2% dari peredaran bruto dan bersifat final.
 Cara Pelunasan :
a. penghasilan dari charter dengan pemotong pajak, maka pihak yang membayar wajib
memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan atau
nilai pengganti
b. penghasilan selain karena hal di atas, maka Wajib Pajak perusahaan pelayaran
dalam negeri wajib menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos
dan Giro selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikut setelah bulan diterima atau
diperolehnya penghasilan
 Dalam hal Wajib Pajak membayar pajak di Luar negeri atas penghasilan yang diterima
atau diperolehnya di luar negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang termasuk
penyewaan kapal (PPh Pasal 24), pajak yang dibayar di luar negeri tersebut dapat
diperhitungkan dengan PPh yang terutang, untuk masing-masing negara setinggi-
tingginya 1,2% (satu koma dua persen) dari penghasilan yang diterima atau diperolehnya
diluar negeri tersebut. NOMOR 416/KMK.04/1996 14 Juni 1996
NOMOR SE - 29/PJ.4/1996 13 Agustus 1996
4
3. Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri

Wajib Pajak : BUT


Objek Pajak : Penghasilan dari Pengangkutan orang
dan/atau barang dari pelabuhan ke pelabuhan di Indonesia
dan / atau dari pelabuhan Indonesia ke pelabuhan di luar
negeri.
Norma Penghasilan Neto : 6% dari peredaran Bruto
Tarif : 2,64% x peredaran bruto
Pelunasan PPh
• penghasilan dari charter PPh dipotong oleh pencarter
• penghasilan selain carter perusahaan pelayaran/penerbangan
LN menyetor sendiri
• Penghasilan lainnya dikenakan PPh sesuai ketentuan yang berlaku

NOMOR 417/KMK.04/1996
SE-32/PJ.4/1996
5
4. Perusahaan Dagang Asing / KPD

KEP-667/PJ./2001 mengatur penerapan Norma Penghitungan Khusus penghasilan neto bagi Wajib Pajak Luar
Negeri yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang/KPD di Indonesia sebagai berikut:

• Penghasilan neto ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari nilai ekspor bruto
• Pelunasan PPh adalah sebesar 0,44% dari nilai ekspor bruto dan bersifat final, perhitungannya:
- PPh atas penghasilan kena pajak terutang   =   30% x 1%     = 0,30%
- Penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu
Bentuk Usaha Tetap (Branch Profit Tax/ BPT) (tarif 20%)                                   =  20% x (1-0,30)%  = 0,14%
- Total                                    = 0,44%

Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut yang dimaksud dengan nilai ekspor bruto adalah semua nilai
pengganti atau imbalan yang diterima atau diperoleh WPLN yang mempunyai kantor perwakilan dagang di
Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan yang berada atau bertempat kedudukan di
Indonesia.

Dalam SE-2/PJ.03/2008 butir 2 ditegaskan bahwa Wajib Pajak Luar Negeri yang dimaksud adalah WPLN yang
mempunyai Kantor Perwakilan Dagang/KPD (representative office/liaison office) di Indonesia yang berasal dari
negara yang belum mempunyai P3B dengan Indonesia. Hal ini lebih untuk menjelaskan bahwa karena tidak
adanya P3B, penerapan tarif Branch Profit Tax (BPT) dalam menghitung pajak yang terutang sepenuhnya
mengacu pada tarif BPT menurut ketentuan domestik Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 26 (4 ) UU PPh
yaitu 20%.

NOMOR 634/KMK.04/1994

6
Contoh :
Armand Co. Jakarta adalah Kantor Perwakilan Dagang (KPD) dari Armand Co.
Ltd yang berasal dari Perancis (misal tidak memiliki P3B). Selama setahun,
Armand Co. Ltd telah menjual ke Indonesia melalui Armand Co. Jakarta
sebesar Rp 10 Milyar.
Berapa PPh Final Pasal 15 yang harus disetor sendiri oleh Armand Co. Jakarta?

Jawab :

0,44 % x Rp Rp 10 Milyar = Rp 44 juta

7
5. WP yang melakukan kegiatan usaha jasa maklon (Contract
Manufacturing) International di bidang mainan anak-anak
1. Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha jasa maklon (Contract Manufacturing)
internasional adalah Wajib Pajak badan dalam negeri yang melakukan jasa
pembuatan atau perakitan barang berupa produk mainan anak-anak, dengan
bahan-bahan, spesifikasi, petunjuk teknis dan penentuan imbalan jasa dari pihak
pemesan yang berkedudukan di luar negeri dan mempunyai hubungan istimewa
dengan Wajib Pajak.

2. Perhitungan PPh terutang:


a. Norma Penghitungan Penghasilan Neto = 7%
b. Tarif Tertinggi PPh Pasal 17 (1) b = 25%
= 7% x 25% x total biaya pembuatan atau perakitan barang (tidak termasuk
pemakaian bahan baku)

3. Setor paling lambat tagl 15 bulan berikutnya


4. Lapor paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya

543/KMK.03/2002
8
Terima kasih
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai