Anda di halaman 1dari 3

BAB 4 PAJAK PENGHASILAN FINAL

Pajak penghasilan bersifat final dikelompokkan sebagai berikut:

1. Pph atas penghasilan dari usaha yang diterima/diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran
bruto tertentu.
2. Pph pasal 15 UU PPh untuk usaha tertentu.
3. PPh pasal 4 ayat (2) UU PPh

Beberapa jenis penghasilan yang pphnya bersifat final yang diatur dalan jenis pajak lain adalah:

1. Pph atas uang pesangon


2. Pph atas penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas dan pelumas
3. Pph atas penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap, dan lain lain

PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA YANG DITERIMA /DIPEROLEH WAJIB PAJAK
YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU

Pengertian

Pajak penghasilan dari usaha bagi waib pajak dengan peredaran bruto tertentu bersifat final
dimaksudkan untuk memberi kemudahan bagi wajib pajak yang menerima/memperoleh penghasilan
dari usaha dengan peredaran bruto tertentu dapat melakukan perhitungan, penyetoran, dan pelaporan
pajak penghasilan yang terutang. Ketentuan pengenaan PPh ini dituangkan dalam peraturan pemerintah
nomor 46 tahun 2013, peraturan menteri keuangan nomor 107lPMK.011/2013, dan surat edaran dirjen
pajjak nomor SE-42/PJ/2013. Ketentuan ini dalam uraian selanjutnya disebut PPh bersifat final 1%.

Wajib pajak

Wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu dalam pph bersifat final 1% sebagai berikut:

1. Wajib pajak orang pribadi dan badan kecuali bentuk usaha tetap
2. Wajib pajak pada nomor 1 menerima penghasilan dari usaha tidak termasuk penghasilan jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000
untuk semua cabang dalam satu tahun pajak.

Berikut tidak termasuk wajib pajak dalam pph bersifat final 1%, meliputi:

1. Wajib pajak orang pribadi yang melkukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang
dalamnya usahanya:
a. Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang menetap
maupun tidak menetap
b. Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak
diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan.
2. Wajib pajak bdan yang:
a. Belum operasi secara komersial
b. Dalam jangka waktu satu tahun stelah beoperasi secara komersial memperoleh peredaran
bruto melebihi Rp4.800.000.000

Tarif dan Pengenaan Pajak

Contoh 1

Cv delfrianty adalah usaha dibidang elektronika. Pada 2013, memiliki peredaran bruto usaha sebesar
Rp4.100.000.000. pada 2014, cv delfrianty menghitung pph bersifat final 1%

Menghitung PPh bersifat final 1%

Dasar pengenaan pajak untuk menghitung PPh bersifat final 1% adalah jumlah peredaran bruto usaha
setiap bulan.

PPh terutsng sebulan = tarif x dasar pengenaan pajak sebulan

= 1% x peredaran bruto usaha sebulan

Pajak penghasilan bersifat final pasal 15

Pasal 15 undangg-undang pajak penghasilan menyebutkan tentang penetapan norma penghitungan


khusus guna menghitung penghasilan neto bagi wajib pajak tertentu yang tidak dapat dihitung dengan
ketentuan umum sebagaimana diatur dalam pasal 16 UU PPh.

Norma perhitngan khusus untuk wajib pajak tertentu yang dimaksud dalam penjelasan pasal 15 UU
PPh adalah:

1. Perusahaan pelayaran dan penerbangan internasional;


2. Perusahaan asuransi luae negeri, perusahaan pengeboran minyak, gas, dan panas bumi;
perusahaan dagang asing;
3. Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah (build, operate, and
transfer).

Pelaporan PPh pasal 15 dalam surat pemberitahuan masa PPh pasal 15 meliputi:

1. Imbalan yang dibatarkan/terutang kepada perusahaan pelayran dalam negeri.


2. Imbalan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan pengakutan orang dan/atau barang
termasuk penyewaan kapal laut oleh perusahaan pelayaran dalam negeri;
3. Imbalan carter (sewa) kapal laut dan/atau pesawat udara yang dibayarkan /terutang kepada
perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri.

PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERSIFAT FINAL PASAL 4 AYAT (2) UU PPh

Penghasilan yang dikenakan PPh bersifat final yang diatur dalam pasal 4 ayat (2) meliputi:

1. Penghasilan bunga deposito/ tabungan yang ditempatkan didalam negeri dan yang
ditempatkan diluar negeri, diskonto sertifikat bank Indonesia (SBI), dan jasa giro;
2. Transaksi penjualan saham pendiri dan bukan saham pendiri;
3. Bunga/diskonto obligasi dan surat berharga Negara;
4. Hadia undian;
5. Persewaan tanah dan/atau bangunan;
6. Jasa kontruksi, meliputi perencanaan kontruksi, pelaksanaan kontruksi, dan pengawasan
kontruksi;
7. Wajib pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan;
8. Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota wajib pajak orang pribadi;
9. Dividen yang diterima/diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

Anda mungkin juga menyukai