Anda di halaman 1dari 56

PAJAK PENGHASILAN

FINAL
DEFINISI

 Pajak penghasilan bersifat final artinya pajak


penghasilan yang dasar pengenaannya sudah final
(berakhir) sehingga tidak dapat dikreditkan
(dikurangkan) dari total pajak penghasilan pada
akhir tahun pajak.
DEFINISI
Pajak yang terutang dan dibayarkan seketika
penghasilan diperoleh atau diterima. Pemotongan
dilakukan oleh pemberi penghasilan, atau pihak lain
yang ditentukan.

Ketika dilakukan penghitungan pajak terutang di


akhir tahun, penghasilan yang dikenai pajak bersifat
final tidak diperlakukan sebagai penambah
penghasilan.
Kewajiban perpajakannya dianggap telah selesai saat
pemotongan.

3
PENGELOMPOKAN
 PPh bersifat final dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1. PPh atas penghasilan dari usaha yang diterima
/diperoleh Wajib Pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu.
2. PPh Pasal 15 UU PPh untuk usaha tertentu.

3. PPh Pasal 4 ayat (2) UU PPh.


Beberapa jenis penghasilan yang PPh-nya bersifat final yang juga diatur
dalam jenis pajak lain:
1. PPh atas uang pesangon yang diterima sekaligus; uang manfaat
pensiun, tunjangan hari tua/jaminan hari tua, dan sejenisnya yang
diterima sekaligus; honorarium yang diterima pejabat negara, PNS,
anggota TNI/POLRI dan pensiunannya atas beban APBN/APBD,
selanjutnya diuraikan dalam pasal 21.
2. PPH atas penjualan bahan bakar minyak,bahan bakar gas, dan
pelumas kepada penyalur/agen oleh produsen/importirnya,selanjutnya
diuraikan dalam PPh Pasal 22.
3. PPh atas penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap dan lain-lain.
PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN
USAHA YANG DITERIMA/DIPEROLEH WAJIB
PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO
TERTENTU.
PENGERTIAN
 Pajak penghasilan atas penghasilan usaha yang
diterima/diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran
bruto tertentu dimaksudkan memberi kemudahan bagi
Wajib Pajak yang memperoleh penghasilan usaha dengan
peredaran bruto tertentu dapat melakukan perhitungan,
penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan yang
terutang .
( PP NO 46 Tahun 2013, Peraturan Menteri Keuangan No
107/PMK.011/2013, dan Surat edaran Dirjen Pajak No SE-
42/PJ/2013 )

Nb: Ketentuan ini disebut PPh bersifat final 1%.


WAJIB PAJAK
 Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu dalam PPh bersifat final
1% sebagai berikut:
1. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk usaha tetap;
dan
2. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan
dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00
(empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.

 Tidak termasuk Wajib Pajak orang pribadi PPh bersifat final 1% sebagai
berikut:
1. Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang menetap
maupun tidak menetap; dan
2. Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak
diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan.

 Tidak termasuk Wajib Pajak bersifat final 1% sebagai berikut:


1. Wajib Pajak badan yang belum beroperasi secara komersial; atau
2. Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara
komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus juta rupiah).
TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK
Dasar Pengenaan Pajak PPh
 Tarif PPh bersifat 
bersifat final 1% adalah :
final 1% adalah 1% dan 1. Dasar Pengenaan Pajak adalah
bersifat final. peredaran bruto dari usaha dalam
satu tahun pajak terakhir
 Contoh : sebelum tahun pajak
CV Andika memiliki usaha bersangkutan.
perdagangan alat-alat rumah 2. Dalam hal peredaran bruto Wajib
tangga yang berdasarkan catatan Pajak telah melebihi jumlah
/pembukuan tahun 20016 ( Januari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar
s/d Desember ) memiliki peredaran delapan ratus juta rupiah) pada
bruto sebesar Rp 4.000.000.000 Atas suatu Tahun Pajak, atas
penghasilan yang diterima CV penghasilan yang diterima atau
Andika pada tahun 2016 dikenai diperoleh Wajib Pajak pada
PPh bersifat final 1%. Tahun Pajak berikutnya dikenai
tarif Pajak Penghasilan
berdasarkan ketentuan Undang-
Undang Pajak Penghasilan.
MENGHITUNG PPH BERSIFAT FINAL 1%
 Dasar pengenaan pajak untuk menghitung PPh
bersifat final 1% adalah jumlah peredaran bruto
setiap bulannya.

 PPh = tarif x dasar pengenaan pajak


 PPh = 1% x peredaran bruto usaha sebulan
CONTOH :
1. Perusahaan pelayaran atau penerbangan
internasional, dan Perusahaan pelayaran dalam
negeri
2. Perusahaan penerbangan dalam negeri, Perusahaan
asuransi luar negeri, Perusahaan pengeboran minyak,
gas dan panas bumi, Perusahaan dagang asing.
3. Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk
bangun-guna-serah atau BOT (“build, operate, and
transfer”).
1. Imbalan yang dibayarkan / terutang kepada perusahaan pelayaran
dalam negeri.
2. Imbalan yang diterima/diperoleh sehubungan dengan pengangkutan
orang dan/atau barang termasuk penyewaan kapal laut oleh
perusahaan pelayaran dalam negeri.
3. Imbalan carter (sewa) kapal laut dan/atau pesawat udara yang
dibayarkan/terutang kepada perusahaan pelayaran dan/atau
penerbangan luar negeri.
4. Imbalan yang diterima dan/atau diperoleh sehubungan dengan
pengangkutan orang dan/atau barang termasuk carter(sewa) kapal
laut dan/atau udara oleh perusahaan pelayaran dan/atau
penerbangan luar negeri.
5. Imbalan carter(sewa) pesawat udara yang dibayarkan/terutang
kepada perusahaan penerbangan dalam negeri.
1. Wajib Pajak dan Objek Pajak
a) Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri adalah orang yang
bertempat tinggal atau badan yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia
yang melakukan usaha pelayaran dengan kapal yang didaftarkan baik di
Indonesia maupun di luar negeri atau dengan kapal pihak lain.
 Objek Pajak pengenaan PPh meliputi penghasilan yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk
penghasilan penyewaan kapal yang dilakukan dari :
- pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia;
- pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;
- pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan
- pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.
2. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
Besarnya PPh yang terutang adalah 1,2% (satu koma dua persen), dan
Dasar Pengenaan adalah peredaran bruto.
3. Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
a) Dalam hal penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian persewaan
atau charter dengan pemotong pajak, maka pihak yang membayar
atau terutang hasil tersebut wajib :
a.1. Memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan atau nilai
pengganti;
a.2. Memberikan Bukti Pemotongan PPh atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
(Final) kepada pihak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dengan menggunakan
bentuk sebagaimana pada Lampiran I;
a.3. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat-
lambatnya 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan, dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP);
a.4. Melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya
imbalan, dengan menggunakan bentuk sebagaimana pada Lampiran II, dilampiri dengan
Lembar ke-3 SSP dan Lembar ke-2 Bukti Pemotongan PPh atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran
Dalam Negeri (Final).
b. Dalam hal penghasilan diperoleh selain sebagaimana
dimaksud pada huruf a, maka Wajib Pajak perusahaan
pelayaran dalam negeri wajib :
b.1. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro
selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikut setelah bulan diterima atau
diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) Final;
b.2. Melaporkan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan berikut setelah bulan diterima atau diperolehnya
penghasilan, dengan menggunakan bentuk sebagaimana pada Lampiran III,
dilampiri dengan lembar ke-3 SSP Final;
1. Wajib Pajak dan Objek Pajak
Wajib pajak adalah perusahaan pelayaran dan/atau
penerbangan yang berkedudukan di luar negeri dan
melakukan usaha melalui Badan Usaha Tetap di
Indonesia.
2. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
Tarif PPh ini adalah 2,64% dan dasar pengenaan
pajak adalah pereddaran bruto.
• Dalam hal penghasilan diperoleh berdasarkan • Dalam hal penghasilan diperoleh
perjanjian charter, maka pihak yang membayar
atau pihak yang mencharter wajib :
selain sebagaimana dimaksud
pada huruf a, maka Wajib Pajak
a. Memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran
atau terutangnya imbalan/nilai pengganti; Perusahaan Pelayaran dan/atau
b. Memberikan Bukti pemotongan PPh atas Penghasilan
Penerbangan luar Negeri Wajib:
Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan luar negeri a. menyetor PPh yang terutang ke bank
(final) kepada pihak yang menerima atau memperoleh persepsi atau Kantor Pos dan
penghasilan, dengan menggunakan bentuk sebagaimana Giroselambat-lambatnya tanggal 15 bulan
pada Lampiran I: berikut setelah bulan diterima atau
diperolehnya penghasilan, dengan
c. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)
Kantor Pos dan Giro selambat-lambatnya tanggal 10 Final:
bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau b. Melaporkan penyetoran yang
terutangnya imbalan, dengan menggunakan Surat dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak
Setoran Pajak (SSP). selambat-lambatnya tanggal 20 bulan
berikut setelah bulan diterima atau
d. Melaporkan pemotongan dan penyetoran yang diperolehnya penghasilan, dengan
dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak selambat- menggunakan bentuk sebagaimana pada
lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan Lampiran III, dilampiri dengan lembar
pembayaran atau terutangnya imbalan, dengan ke-3 SSP Final.
menggunakan bentuk sebagaimana pada Lampiran II,
dilampiri dengan Lembar ke-3 SSP dan lembar ke-2 Bukti
Pemotongan PPh atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran
dan/atau Penerbangan Luar Negeri (final).
1. Wajib Pajak dan Objek Pajak
Wajib Pajak adalah perusahaan penerbangan yang bertempat
kedudukan di Indonesia yang memperoleh penghasilan
berdasarkan perjanjian charter.
2. Tarif dasar Pengenaan Pajak
Besarnya Pajak Penghasilan yang wajib dilunasi adalah 1,8% (satu
koma delapan persen) dari peredaran bruto.
3. Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
 memberikan Bukti Pemotongan PPh kepada pihak yang
menerima atau memperoleh penghasilan, dengan menggunakan
bentuk sebagaimana Lampiran I;
 menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos
dan Giro selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya
setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan atau nilai
pengganti, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP);
 melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke
Kantor Pelayanan Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan
berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan
atau nilai pengganti, dengan menggunakan bentuk sebagaimana
Lampiran II;
PAJAK PENGHASILAN ATAS
PENGHASILAN BERSIFAT FINAL
PASAL 4 AYAT (2) UU PPH
23
PPh Final Berdasar Pasal 4 Ayat (2) UU PPh (1)

Bunga simpanan
koperasi bagi WP
OP.
(PP No. 15/ 2009)
Bunga obligasi dan
Hadiah Undian
SUN.
(PP No. 132/ 2000)
(PP No. 16/ 2009)

Bunga deposito,
Transaksi saham
tabungan, dan Pasal 4 dan sekuritas lain.
diskonto SBI. Ayat (2) (PP No. 14/ 1997)
(PP No. 131/ 2002)

23
24
PPh Final Berdasar Pasal 4 Ayat (2) UU PPh (2)

Pengalihan hak Persewaan tanah


tanah dan/ atau dan/ atau
bangunan. bangunan.
(PP No. 71/ 2008) (PP No. 5/ 2002)

Pengalihan
Usaha jasa
penyertaan modal
konstruksi dan real
oleh perusahaan
estate.
modal ventura.
(PP No. 4/ 1995) Pasal 4 (PP No. 40/ 2009)

Ayat (2)

24
BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN, DAN
DISKONTO SBI

Pengertian
Deposito adalah deposito dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deposito
berjangka, sertifikat deposito dan "deposit on call" baik dalam mata uang rupiah
maupun dalam mata uang asing (valuta asing) yang ditempatkan pada atau
diterbitkan oleh bank.

Tabungan adalah simpanan pada bank dengan nama apapun, termasuk giro, yang
penarikannya dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh
masing-masing bank.

25
Tarif dan Dasar Pengenaan

20% dari jumlah bruto. (WP DN dan 20% atau sesuai tarif P3B dari jumlah
BUT) bruto. (WP LN)

Pemotong PPh
Bank yang Dana Pensiunan
didirikan atau Cabang Bank Luar dan Bank yang
Bank Indonesia
berkedudukan di Negeri Indonesia menjual Kembali
Indonesia SBI

26
Ami
BUNGA DEPOSITO &
Dasar Hukum :
TABUNGAN;
• PP No. 131 Th 2000
DISKONTO SBI • Kep MenKeu No. 51/KMK.04/2001
• KEP-217/PJ/2001 stdd PER-
160/PJ/2005

Pemotong :
• Bank & Bank Indonesia (BI)
• Bank & Dana Pensiun (yang pendiriannya telah disahkan Men Keu) atas
:
• Penjualan kembali SBI kepada pihak lain yang bukan bank atau
kepada Dana Pensiun yang pendiriannya belum disahkan oleh
MenKeu

Tidak Berlaku Untuk :


• OP sbg SP DN yg seluruh penghasilan (termasuk bunga &
diskonto) tidak melebihi PTKP (WP dapat mengajukan restitusi)
Ami
BUNGA DEPOSITO & TABUNGAN; DISKONTO SBI

Tidak Dilakukan Pemotongan Atas :

• Deposito & Tabungan serta SBI yg tidak melebihi Rp


7.500.000,- dan bukan jumlah yang dipecah-pecah;
• Bunga dan diskonto yg diperoleh bank yg didirikan di
Indonesia atau cabang bank LN di Indonesia;
• Bunga & Diskonto yg diperoleh Dana Pensiun :
• yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan
• dananya diperoleh dari sumber pendapatan sesuai
ketentuan tentang Dana Pensiun;
• Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah
dalam rangka pemilikan RS & RSS, kaveling siap
bangun untuk RS & RSS, atau Rumah Susun
Sederhana untuk dihuni sendiri.
Ami

Studi Kasus
• Pada tgl 5 Januari 2021, Erlina membuka
deposito berjangka di BRI Cabang Pattimura
Semarang Rp 50.000.000,00. pembayaran
dilakukan dengan setoran tunai, jangka waktu 1
bulan, dan bunga 18%. Jatuh tempo bunga
deposito Erlina setiap tanggal yg sama bulan
berikutnya. Pajak bunga deposito 20%
disetorkan setiap tanggal 10 bulan berikutnya.
Hitunglah pajak yang harus dibayar Erlina atas
deposito!
Ami

jawab
• Bank menghitung bunga deposito Erlina
tanggal 5 Februari 2021. PPh 20%
• Besarnya bunga deposito berjangka
18% x Rp 50.000.000,00 x 1 bulan = Rp
750.000,00
12
PPh 20% x Rp 750.000,00 = Rp
150.000,00
31
Bunga Obligasi dan SUN (1)

Cakupan
Obligasi Negara, Surat Perbendaharaan Negara (SPN), dan surat
utang bertempo > 12 bulan.

Tarif
15% dari jumlah bruto. (WP DN 20% atau sesuai tarif P3B dari
dan BUT) jumlah bruto. (WP LN)

Dasar Pengenaan
Bunga obligasi Diskonto obligasi Diskonto obligasi
berkupon. berkupon. tanpa kupon.
31
Bunga Obligasi dan SUN (2)

Pemotong, Penyetor, dan


Pelapor Pengecualian
• Penerbit obligasi atas
• Bunga dan diskonto yang
bunga dan diskonto yang
diterima dana pensiun
diterima pemegang
yang disahkan Menkeu.
obligasi setiap periode.
• Bunga dan diskonto yang
• Perusahaan efek, dealer,
diterima bank di
atau bank atas bunga dan
Indonesia atau cabang
diskonto yang diterima
bank luar negeri.
penjual obligasi saat
transaksi.
32
32
33
Bunga Simpanan Koperasi Bagi WP OP

Cakupan
Bunga atas simpanan, tidak termasuk bunga simpanan sebagai bagian Sisa
Hasil Usaha (SHU).

Tarif dan Dasar Pengenaan


0% dari jumlah bruto. (Untuk nominal Rp 10% dari jumlah bruto. (Untuk nominal
0,00 – Rp 240.000,00 per bulan) yang melebihi Rp 240.000,00 per bulan)

Pemotong, Penyetor, dan Pelapor


Koperasi pembayar bunga.

33
34
Bunga Deposito, Tabungan, dan Diskonto SBI
(2)

Pemotong, Penyetor, dan Pelapor

• Bank yang membayarkan bunga dan diskonto.


• Dana pensiun yang disahkan Menkeu dan
bank yang menjual kembali SBI dan sertifikat
deposito.
• Kantor pusat bank di Indonesia atas bunga
tabungan dan deposito yang ditempatkan di
cabang LN.
• Kantor cabang bank LN atas bunga tabungan
dan deposito yang ditempatkan di luar negeri.

34
35
Bunga Deposito, Tabungan, dan Diskonto SBI
(3)

Objek Dikecualikan dari Pemotongan

• Bunga dan diskonto atas deposito, tabungan, dan


SBI yang < Rp 7.500.000,00.
• Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh
bank di Indonesia atau cabang bank LN.
• Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh
dana pensiun yang disahkan Menkeu.
• Bunga tabungan dalam rangka kepemilikan Rumah
Sederhana (RS) dan Rumah Sangat Sederhana
(RSS) berikut kavling siap bangun.

35
36
Bunga Obligasi dan SUN (3)

Ketentuan Khusus

• Tarif atas bunga dan diskonto yang diterima


atau diperoleh reksadana yang terdaftar di
Bapepam – LK adalah sebagai berikut.
• 0% untuk tahun 2009 – 2010.
• 5% untuk tahun 2011 – 2013.
• 15% untuk tahun 2014 dan seterusnya.

36
37
Bunga Simpanan Koperasi Bagi WP OP

Cakupan
Bunga atas simpanan, tidak termasuk bunga simpanan sebagai bagian Sisa
Hasil Usaha (SHU).

Tarif dan Dasar Pengenaan


0% dari jumlah bruto. (Untuk nominal Rp 10% dari jumlah bruto. (Untuk nominal
0,00 – Rp 240.000,00 per bulan) yang melebihi Rp 240.000,00 per bulan)

Pemotong, Penyetor, dan Pelapor


Koperasi pembayar bunga.

37
Ilustrasi

Koperasi Simpan Pinjam Ramayana melayani para pedagang pasar yang rata –
rata menabung sebesar 25% dari laba bersih bulanan. Koperasi memberikan bunga 8%
p.a. Nasabah terdiri atas 250 pedagang besar (laba bersih rata – rata
Rp150.000.000,00 per bulan), dan 750 pedagang kecil (laba bersih rata – rata Rp
120.000.000,00 per bulan). Berapakah besar PPh final yang harus dipotong Koperasi
Ramayana di bulan pertama? Bagaimana penjurnalannya?
Jawaban : Bunga bulanan pedagang kecil = (25% x 120.000.000 x 8% / 12) = Rp
200.000,00
Bunga bulanan pedagang besar = (25% x 150.000.000 x 8% / 12) = Rp
250.000,00
PPh final = 0% x 750 x 200.000 + 10% x 250 x (250.000 – 240.000)
=0 + 250.000
= Rp 250.000,00

38
39
Hadiah Undian (1)

Cakupan
Hadiah yang diberikan melalui cara undian, dengan
nama dan bentuk apapun.

Tarif
15% dari jumlah bruto nilai uang atau nilai pasar atas
natura.

Saat Terutang
Saat akhir bulan dibayarkannya hadiah atau saat
penyerahan hadiah.
39
Hadiah Undian (2)

Ketentuan Khusus

• Atas hadiah bernilai


Pemotong, Penyetor, dan Pelapor paling tidak Rp
• Penyelenggara undian, meliputi:
5.000.000,00 wajib
• Orang pribadi. dibuatkan bukti
• Badan.
• Kepanitiaan.
pemotongan.
• Organisasi.
• Penyelenggara lain tanpa terkecuali.
• Atas hadiah bernilai
kurang dari Rp
5.000.000,00 wajib
dibuatkan daftar
nominatif.
40
40
41
Transaksi Saham dan Sekuritas Lain (1)

Cakupan
Transaksi jual beli atas saham di bursa efek.

Tarif
0,1% dari jumlah bruto Tambahan 0,5% dari nilai
nilai transaksi. (Semua jual. (Atas penjualan
transaksi) saham pendiri)
41
Transaksi Saham dan Sekuritas Lain (2)

Pengertian Pendiri

• OP atau badan yang


tercantum namanya dalam
Daftar Pemegang Saham PT
atau AD PT sebelum
Pemotong, Penyetor, dan Pelapor
pendaftaran kepada
• Perantara pedagang efek atas setiap Bapepam – LK.
transaksi.
• Dibayarkan sendiri oleh emiten atas • OP atau badan yang
penjualan saham pendiri. menerima pengalihan saham
dari pendiri melalui:
• Warisan.
• Hibah.
• Cara pengalihan lain yang
tidak dikenai PPh.

42
42
43
Pengalihan Penyertaan Modal Oleh Perusahaan Modal Ventura

Cakupan
Penghasilan perusahaan modal ventura dari transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangan usahanya.

Tarif dan Dasar Pengenaan


0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi.

Syarat Perusahaan Pasangan Usaha


Berskala kecil atau menengah, yakni peredaran
Saham tidak diperdagangkan di
bersih per tahun tidak melebihi Rp
5.000.000.000,00. bursa efek.

43
Pengalihan Hak Tanah dan/ atau Bangunan (1)

Pengertian Pengalihan
Bentuk Pengalihan Lain
• Penjualan, tukar menukar
termasuk ruislag, perjanjian • Warisan.
pemindahan hak, pelepasan • Sewa dengan hak opsi.
hak, penyerahan hak, lelang, • Sale and lease back.
hibah, atau cara lain yang • Penyetoran modal.
disepakati; dengan • Pengalihan sehubungan
pemerintah guna bangun guna serah.
pembangunan untuk • Penggabungan, peleburan,
kepentingan umum, baik pemekaran, pemecahan, dan
yang memerlukan pengambialihan usaha.
persyaratan khusus maupun
tidak, atau dengan pihak • Pembubaran badan hukum.
selain pemerintah. • Putusan pengadilan.

44
44
45
Pengalihan Hak Tanah dan/ atau Bangunan (2)

Tarif dan Dasar Pengenaan

• Berlaku tarif 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan yang


merupakan:
• Nilai tertinggi antara nilai berdasar akta pengalihan atau Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP) di SPPT PBB.
• Nilai berdasar keputusan pejabat bersangkutan, untuk
pengalihan kepada pemerintah.
• Nilai berdasar risalah lelang, untuk pengalihan sesuai peraturan
lelang.
• Pengecualian untuk pengalihan hak atas RS dan RSS, berlaku tarif
1% dari jumlah bruto nilai pengalihan.

Pajak atas pengalihan bersifat final baik bagi OP


maupun badan. (PP No. 71 Tahun 2008)

45
46
Pengalihan Hak Tanah dan/ atau Bangunan (3)

Subjek Dikecualikan dari Pemotongan

• OP berpenghasilan di bawah PTKP yang mengalihkan hak atas


objek bernilai bruto < Rp 60.000.000,00 dan tidak dipecah –
pecah.
• OP atau badan yang mengalihkan hak kepada pemerintah guna
pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan
persyaratan khusus.
• OP yang mengalihkan hak melalui hibah kepada keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat.
• OP atau badan yang mengalihkan hak melalui hibah kepada
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk
yayasan, koperasi, dan OP yang menjalankan UMKM.
• Pengalihan melalui warisan.
• OP atau badan yang tidak termasuk subjek pajak.

46
47
Pengalihan Hak Tanah dan/ atau Bangunan (4)

Pemotong, Penyetor, dan Pelapor

• Bendaharawan negara, untuk pengalihan


kepada pemerintah pemerintah guna
pembangunan untuk kepentingan umum
yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
• Kepala Kantor Lelang Negara, untuk
pengalihan melalui lelang.
• WP melakukan penyetoran sendiri, untuk
pengalihan selain melalui kedua cara di atas.

47
48
Pengalihan Hak Tanah dan/ atau Bangunan (5)

Ketentuan Khusus

• Atas sewa dengan hak opsi, lessor dikenai pajak


sebesar 5% dari residual value.
• Atas sale and lease back, lessor dikenai pajak sebesar
5% dari nilai pengalihan, 5% dari residual value, dan
5% dari penalti atas percepatan penggunaan hak opsi.
• Atas pengalihan dalam rangka penggabungan,
peleburan, dan pemekaran usaha, tidak dikenai pajak.
• Atas pengalihan tanah dan/ atau bangunan milik
pemerintah melalui lelang, tidak dikenai pajak.

48
49
Persewaan Tanah dan/ atau Bangunan

Cakupan
Persewaan atas tanah dan bangunan dengan bentuk apapun,
termasuk bagian – bagiannya.

Tarif
10% dari jumlah bruto nilai 6% (Khusus untuk kontrak ditandatangani
kontrak. dan dilaksanakan sebelum Mei 2002)

Cara Pelunasan
Disetorkan sendiri oleh yang
Dipotong oleh penyewa.
menyewakan.
49
Usaha Jasa Konstruksi dan Real Estate
(Landasan Hukum Pasal 10 PP No. 40 Tahun 2009)

Tarif Bagi WP dengan


Ketentuan Khusus
Tarif Bagi WP Secara Umum
• Ketentuan khusus yang dimaksud
adalah bahwa WP berkualifikasi
usaha kecil dan memiliki nilai
• Berlaku tarif PPh 23 sesuai pengadaan hingga Rp
ketentuan UU No. 17 Tahun 1.000.000.000,00.
2000 • Berlaku tarif pajak yang bersifat
• Tarif dimaksud adalah 15% final sebesar:
dari perkiraan penghasilan • 4% dari jumlah bruto, untuk
kegiatan perencanaan konstruksi.
netto, dan pajak tidak
• 2% dari jumlah bruto, untuk
bersifat final. kegiatan pelaksanaan konstruksi.
• 4% dari jumlah bruto, untuk
kegiatan pengawasan konstruksi.

50
50
51
Usaha Jasa Konstruksi dan Real Estate
(Landasan Hukum PP No. 51 Tahun 2008)
Tarif untuk Pelaksanaan Konstruksi
• 2% untuk WP berkualifikasi usaha kecil.
• 4% untuk WP yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
• 3% untuk WP yang memiliki kualifikasi usaha selain
usaha kecil.

Tarif untuk Perencanaan dan Pengawasan


Konstruksi
• 4% untuk WP yang memiliki kualifikasi usaha.
• 6% untuk WP yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
Pajak yang berlaku berdasar landasan
hukum ini seluruhnya bersifat final.

51
52
Usaha Jasa Konstruksi dan Real Estate (2)

Pemotong, Penyetor, dan Pelapor

• Dipotong oleh pengguna jasa.


• Disetorkan sendiri oleh penyedia jasa.

Ketentuan pemotongan ini berlaku di kedua landasan hukum.

52
53
Dividen Bagi WP OP

Cakupan
Dividen yang diterima atau diperoleh WP OP tanpa pengecualian.

Tarif dan Dasar Pengenaan


10% dari jumlah bruto.

Pemotong, Penyetor, dan Pelapor


Pembayar dividen.

53
5
4
Ilustrasi

Pandudewanata merupakan salah satu pendiri PT. Nirwana yang


berdomisili usaha di Kota Palembang, dengan kepemilikan 300.000 lembar
dari 1.500.000 lembar saham yang beredar. PT. Nirwana merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang pengadaan infratruktur IT dan tengah
mengalami perkembangan pesat sebagai dampak modernisasi IT yang tengah
menggejala. Atas kinerja keuangan yang menggembirakan, dewan direksi
memutuskan untuk membagi dividen senilai Rp 650.000.000 di tanggal 31
Desember 2011.
a. Berapakah PPh final yang dikenakan terhadap Pandudewanata?
b. Bagaimana jika kepemilikan Pandudewanata ternyata bersifat
dominan (misal 50%)?
c. Bagaimana jika dividen yang dibagikan tidak berasal dari laba
ditahan?

54
5
5
Ilustrasi

Jawaban:
a. PPh final= 10% x ((300.000/ 1.500.000) x 650.000.000)
= 10% x 130.000.000
= Rp 13.000.000,00
b. Status dominansi kepemilikan oleh Pandudewanata tidak
mempengaruhi perlakuan perpajakan terhadap dividen yang
diterimanya sebagai WP OP. Pajak yang dikenakan tetap bersifat final.
PPh final= 10% x 50% x 650.000.000
= Rp 32.500.000,00
c. Asal dana pembagian dividen oleh perusahaan tidak mempengaruhi
perlakuan perpajakan dividen yang diterima OP. Pajak yang dikenakan
tetap bersifat final.

55
56
56

Anda mungkin juga menyukai