Anda di halaman 1dari 15

PAJAK PENGHASILAN

BERSIFAT FINAL
PASAL 15
Kelompok 5
Anggota kelompok :

1. Mega Novitasari 22001081052


2. Aisyah Dwi Fajar Wulan 220010810183
3. Septian dwi cahyanto 220010812194
4. Handini nur chameli atuz zahro 220010811945
5. Alifiah Nur Erdiana 220010810866.
6. Latifatul Hamida Aziz 22001081346
Norma Perhitungan Khusus untuk Wajib
Pajak tertentu (pasal 15 UU PPh)

1. Perusahaan pelayaran atau 3. Perusahaan yang


penerbangan internasional, melakukan investasi dalam
dan Perusahaan pelayaran bentuk bangun-guna-serah
dalam negeri atau BOT (“build, operate,
and transfer”).

2. Perusahaan penerbangan dalam


negeri, Perusahaan asuransi luar
negeri, Perusahaan pengeboran
minyak, gas dan panas bumi,
Perusahaan dagang asing.
Pelaporan PPh Pasal 15 dalam SPT
Masa pasal 15, meliputi :
1. Pelayaran dalam Negeri
2. Pelayaran & Penerbangan Luar Negeri
3. Charter Penerbangan dalam Negeri
4. Perusahaan Asuransi Asing
5. Wajib pajak dari luar negeri dengan kantor atau usaha perwakilan
dagang mereka di Indonesia
6. Wajib pajak dengan kegiatan perusahaan berupa jasa maklon secara
internasional dalam memproduksi mainan anak.
1. Pajak Penghasilan atas Imbalan yang Dibayarkan/Terutang kepada
Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
( keputusan menteri keuangan no 416/kmk.04/1996, dan SURAT EDARAN
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE - 29/PJ.4/1996 )

1. Wajib Pajak dan Objek Pajak

 Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri


adalah orang yang bertempat tinggal atau badan yang didirikan dan berkedudukan di
Indonesia yang melakukan usaha pelayaran dengan kapal yang didaftarkan baik di Indonesia
maupun di luar negeri atau dengan kapal pihak lain.
 Objek Pajak
pengenaan PPh meliputi penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari
pengangkutan orang dan/atau barang, termasuk penghasilan penyewaan kapal yang dilakukan
dari :
- pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia;
- pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;
- pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan
- pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.
2. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
Besarnya PPh yang terutang adalah 1,2% (satu koma dua persen), dan Dasar
Pengenaan adalah peredaran bruto.
3. Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan
a) Dalam hal penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian persewaan
atau charter dengan pemotong pajak, maka pihak yang membayar
atau terutang hasil tersebut wajib :
 Memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya
imbalan atau nilai pengganti
 Memberikan Bukti Pemotongan PPh atas Penghasilan Perusahaan
Pelayaran Dalam Negeri (Final) kepada pihak yang menerima atau
memperoleh penghasilan, dengan menggunakan bentuk sebagaimana
pada Lampiran
 Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro
selambat-lambatnya 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau
terutangnya imbalan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)
 Melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke Kantor
Pelayanan Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah
bulan pembayaran atau terutangnya imbalan, dengan menggunakan
bentuk sebagaimana pada Lampiran II, dilampiri dengan Lembar ke-3
SSP dan Lembar ke-2 Bukti Pemotongan PPh atas Penghasilan
Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri (Final).
b. Dalam hal penghasilan diperoleh selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a, maka Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri wajib :
 Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro
selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikut setelah bulan diterima atau
diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)
Final
 Melaporkan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikut setelah bulan diterima atau
diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan bentuk sebagaimana pada
Lampiran III, dilampiri dengan lembar ke-3 SSP Final;
Pajak Penghasilan atas Imbalan yang Dibayarkan
/Terutang kepada Perusahaan Pelayaran dan Penerbangan
Luar Negeri

1. Wajib Pajak dan Objek Pajak 2. Tarif dan Dasar Pengenaan


Wajib pajak adalah perusahaan Pajak
pelayaran dan/atau penerbangan Tarif PPh ini adalah 2,64% dan
yang berkedudukan di luar negeri dasar pengenaan pajak adalah
dan melakukan usaha melalui Badan pereddaran bruto.
Usaha Tetap di Indonesia.
3. Pemotongan ,Penyetoran, dan Pelaporan

• Dalam hal penghasilan • Dalam hal penghasilan diperoleh


diperoleh berdasarkan selain sebagaimana dimaksud
perjanjian charter, maka pada huruf a, maka Wajib Pajak
pihak yang membayar atau Perusahaan Pelayaran dan/atau
pihak yang mencharter Penerbangan luar Negeri Wajib:
wajib
Dalam hal penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian charter,
maka pihak yang membayar atau pihak yang mencharter wajib :

a. Memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya


imbalan/nilai pengganti;
b. Memberikan Bukti pemotongan PPh atas Penghasilan Perusahaan
Pelayaran dan/atau Penerbangan luar negeri (final) kepada pihak yang
menerima atau memperoleh penghasilan, dengan menggunakan bentuk
sebagaimana pada Lampiran I:
c. Menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran
atau terutangnya imbalan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).
d. Melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke Kantor
Pelayanan Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah
bulan pembayaran atau terutangnya imbalan, dengan menggunakan bentuk
sebagaimana pada Lampiran II, dilampiri dengan Lembar ke-3 SSP dan lembar
ke-2 Bukti Pemotongan PPh atas Penghasilan Perusahaan Pelayaran d an/atau
Penerbangan Luar Negeri (final).
• Dalam hal penghasilan diperoleh selain sebagaimana dimaksud pada huruf
a, maka Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan luar
Negeri Wajib:

a. menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan
Giroselambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikut setelah bulan diterima
atau diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP) Final:
b. Melaporkan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikut setelah bulan diterima atau
diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan bentuk sebagaimana
pada Lampiran III, dilampiri dengan lembar ke-3 SSP Final.
Pajak Penghasilan atas Imbalan yang Dibayarkan /Terutang
kepada Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri

1. Wajib Pajak dan Objek 2. Tarif dasar Pengenaan Pajak


Pajak Besarnya Pajak Penghasilan yang
Wajib Pajak adalah perusahaan wajib dilunasi adalah 1,8% (satu
penerbangan yang bertempat koma delapan persen) dari
kedudukan di Indonesia yang peredaran bruto.
memperoleh penghasilan
berdasarkan perjanjian charter.
3. Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan

 memberikan Bukti Pemotongan PPh kepada pihak yang menerima atau


memperoleh penghasilan, dengan menggunakan bentuk sebagaimana
Lampiran I;

 menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan
pembayaran atau terutangnya imbalan atau nilai pengganti, dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP);

 melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke Kantor


Pelayanan Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya
setelah bulan pembayaran atau terutangnya imbalan atau nilai
pengganti, dengan menggunakan bentuk sebagaimana Lampiran II;
Thank You

Anda mungkin juga menyukai