NARASUMBER :
DR. H. HERU TJARAKA, SE, MSI, BKP, BAK, AK,
CA
Pasal 15 UU PPh 2008 :
Norma Penghitungan Khusus untuk menghitung penghasilan netto dari Wajib
Pajak tertentu yang tidak dapat dihitung berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat
(1) atau ayat (3) ditetapkan Menteri Keuangan.
2
1. Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
❑ Objek Pajak : Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan
orang dan/atau barang, termasuk penghasilan penyewaan kapal yang dilakukan dari :
• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia;
• pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;
• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan
• pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.
❑ Norma Penghitungan Khusus Penghasilan neto : 4% (empat persen) dari peredaran
bruto.
❑ Pajak Terutang : 1,2% dari peredaran bruto dan bersifat final.
❑ Cara Pelunasan :
a. penghasilan dari charter dengan pemotong pajak, maka pihak yang membayar wajib
memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya imbalan atau
nilai pengganti
b. penghasilan selain karena hal di atas, maka Wajib Pajak perusahaan pelayaran
dalam negeri wajib menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos
dan Giro selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikut setelah bulan diterima atau
diperolehnya penghasilan
❑ Dalam hal Wajib Pajak membayar pajak di Luar negeri atas penghasilan yang diterima
atau diperolehnya di luar negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang termasuk
penyewaan kapal (PPh Pasal 24), pajak yang dibayar di luar negeri tersebut dapat
diperhitungkan dengan PPh yang terutang, untuk masing-masing negara
setinggi-tingginya 1,2% (satu koma dua persen) dari penghasilan yang diterima atau
diperolehnya diluar negeri tersebut. NOMOR 417/KMK.04/1996 14 Juni 1996
NOMOR SE - 29/PJ.4/1996 13 Agustus 1996
3
2. Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
4
3. Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri
KEP-667/PJ./2001 mengatur penerapan Norma Penghitungan Khusus penghasilan neto bagi Wajib Pajak Luar
Negeri yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang/KPD di Indonesia sebagai berikut:
• Penghasilan neto ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari nilai ekspor bruto
• Pelunasan PPh adalah sebesar 0,44% dari nilai ekspor bruto dan bersifat final, perhitungannya:
- PPh atas penghasilan kena pajak terutang = 30% x 1% = 0,30%
- Penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu
Bentuk Usaha Tetap (Branch Profit Tax/ BPT) (tarif 20%) = 20% x (1-0,30)% =
0,14%
- Total = 0,44%
(FINAL)
Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak tersebut yang dimaksud dengan nilai ekspor bruto adalah semua nilai
pengganti atau imbalan yang diterima atau diperoleh WPLN yang mempunyai kantor perwakilan dagang di
Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan yang berada atau bertempat kedudukan di
Indonesia.
Dalam SE-2/PJ.03/2008 butir 2 ditegaskan bahwa Wajib Pajak Luar Negeri yang dimaksud adalah WPLN yang
mempunyai Kantor Perwakilan Dagang/KPD (representative office/liaison office) di Indonesia yang berasal dari
negara yang belum mempunyai P3B dengan Indonesia. Hal ini lebih untuk menjelaskan bahwa karena tidak
adanya P3B, penerapan tarif Branch Profit Tax (BPT) dalam menghitung pajak yang terutang sepenuhnya
mengacu pada tarif BPT menurut ketentuan domestik Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 26 (4 ) UU PPh
yaitu 20%.
Jawab :
8
6. Bangun Guna Serah (BOT)
1. Built Operate and Transfer adalah bentuk perjanjian kerjasama yang dilakukan
antara pemegang hak atas tanah dengan investor, yang menyatakan bahwa
pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada investor untuk mendirikan
bangunan selama masa perjanjian bangun guna serah (BOT), dan mengalihkan
kepemilikan bangunan tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah masa
guna serah berakhir.
2. Atas penghasilan sebagaimana dimaksud terutang PPh sebesar 2,5% dari
jumlah bruto nilai yang tertinggi antara nilai pasar dengan NJOP bangunan yang
bersangkutan dan harus dilunasi selambat-lambatnya tanggal 15 bulan
berikutnya setelah masa guna serah berakhir.
3. Pembayaran Pajak Penghasilan tsb. :
• bagi orang pribadi bersifat final
• bagi Wajib Pajak badan adalah merupakan pembayaran PPh Pasal 25 yang
dapat diperhitungkan (tidak final)