Anda di halaman 1dari 4

Pasal 2 KMK-416 /KMK .

04/1996

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG NORMA


PENGHITUNGAN KHUSUS PENGHASILAN NETO BAGI WAJIB PAJAK
PERUSAHAAN PELAYARAN DALAM NEGERI.
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan peredaran bruto adalah semua imbalan
atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang
yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari
pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya.
Pasal 2

Penghasilan neto bagi Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri ditetapkan
(1) sebesar 4% (empat Persen) dari peredaran bruto sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1;

Besarnya Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau


barang bagi Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri adalah sebesar
(2) 1,2% (satu koma dua persen) dari peredaran bruto sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1, dan bersifat final.

Siapa pemotong PPh atas penghasilan perusahaan pelayaran dalam negeri ?

 Pemberi penghasilan/penyewa

SURAT EDARAN
NOMOR SE-32/PJ.4/1996

TENTANG

NORMA PENGHITUNGAN KHUSUS PENGHASILAN NETO BAGI WAJIB PAJAK


YANG BERGERAK DI BIDANG USAHA PELAYARAN DAN/ATAU PENERBANGAN
LUAR NEGERI. (SERI PPH UMUM NO. 37)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK


Sehubungan dengan ditetapkannya Keputusannya Menteri Keuangan RI Nomor :
417/KMK.04/1996 tanggal 14 Juni 1996 tentang Norma Penghitungan Khusus
Penghasilan Netto bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan
Luar Negeri, untuk kelancaran pelaksanaan keputusan tersebut dengan ini diberikan
penegasan sebagai berikut :

1. Ketentuan bagi Wajib Pajak Perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar


negeri yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor :
417/KMK.04/1996 tanggal 14 Juni 1996 pada prinsipnya adalah sama dengan
ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
: 181/KMK.04/1995 tanggal 1 Mei 1995. Sebagaimana diketahui, dengan
keluarnya Keputusan Menteri keuangan Nomor : 417/KMK.04/1996, Keputusan
Menteri Keuangan Nomor : 181/KMK.04/1995 dinyatakan tidak berlaku lagi
2. Wajib Pajak yang dicakup dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor :
417/KMK.04/1996 adalah Wajib Pajak perusahaan pelayaran dan/atau
penerbangan yang bertempat kedudukan di luar negeri yang melakukan usaha
melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia.
3. Peredaran bruto Wajib Pajak perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar
negeri seperti tersebut di atas adalah semua nilai pengganti atau imbalan berupa
uang atau nilai uang dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari
suatu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di
Indonesia ke Pelabuhan di luar negeri. Dengan demikian tidak termasuk
penggantian atau imbalan yang diterima atau diperoleh perusahaan pelayaran
dan/atau penerbangan luar negeri tersebut dari pengangkutan orang dan/atau
barang dari pelabuhan di luar negeri ke pelabuhan di Indonesia. (yaitu yang
mendirikan usaha)

angka 5 huruf a SE-32/PJ.4/1996


Pelunasan atau pembayaran PPh Wajib Pajak perusahaan pelayaran dan/atau
penerbangan luar negeri sebagaimana dimaksud pada butir 4 dilakukan sebagai berikut
:
a. Dalam hal penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian charter, maka pihak yang
membayar atau pihak yang mencharter wajib :
a.1 memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya
imbalan/nilai pengganti;
a.2 Memberikan Bukti pemotongan PPh atas Penghasilan Perusahaan
Pelayaran dan/atau Penerbangan luar negeri (final) kepada pihak yang
menerima atau memperoleh penghasilan, dengan menggunakan bentuk
sebagaimana pada Lampiran I:
a.3 menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran
atau terutangnya imbalan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).
a.4 melaporkan pemotongan dan penyetoran yang dilakukan ke Kantor
Pelayanan Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah
bulan pembayaran atau terutangnya imbalan, dengan menggunakan bentuk
sebagaimana pada Lampiran II, dilampiri dengan Lembar ke-3 SSP dan
lembar ke-2 Bukti Pemotongan PPh atas Penghasilan Perusahaan
Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri (final).

angka 5 huruf b SE-32/PJ.4/1996


b. Dalam hal penghasilan diperoleh selain sebagaimana dimaksud pada huruf a,
maka Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan luar Negeri
Wajib:
b.1 menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan
Giroselambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikut setelah bulan diterima atau
diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)
Final:
b.2 melaporkan penyetoran yang dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikut setelah bulan diterima atau
diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan bentuk sebagaimana pada
Lampiran III, dilampiri dengan lembar ke-3 SSP Final.

(Pasal 2 ayat (2) KMK-475/KMK.04/1996)


Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah perusahaan


penerbangan yang bertempat kedudukan di Indonesia yang memperoleh
penghasilan berdasarkan perjanjian charter;

2. Peredaran bruto bagi Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri


adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak berdasarkan perjanjian charter dari
pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke
pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan
di luar negeri.

Pasal 2

Penghasilan neto bagi Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1


(1) ditetapkan sebesar 6% (enam persen) dari peredaran bruto;

Besarnya Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau


barang bagi Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf a adalah
(2) sebesar 1,8% (satu koma delapan persen) dari peredaran bruto sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 huruf b;

Pembayaran Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan


(3) kredit pajak yang dapat diperhitungkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan.

Anda mungkin juga menyukai