DISUSUN OLEH :
MARET - 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun masih banyak
kekurangan di dalamnya.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi kelengkapan tugas dari dosen
pengajar Pajak Internasional di Politeknik Negeri Batam tahun 2020. Makalah ini membahas
tentang Pajak Penghasilan atas Pelayaran dan Penerbangan Luar Negeri Dan Dalam
Negeri
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh para pembaca. Kami mohon maaf apabila
terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Oleh karena itu, berbagai kritik dan saran yang
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang sudah ikut serta
berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
1.1 Latar Belakang
PPh Pasal 15 adalah Pajak Penghasilan yang dikenakan atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh oleh Wajib Pajak Tertentu, yaitu Perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional,
Perusahaan pelayaran dalam negeri, Perusahaan penerbangan dalam negeri, Perusahaan asuransi
luar negeri, Perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi, Perusahaan dagang asing
Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah atau BOT (“build,
Untuk menghindari kesukaran dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
golongan Wajib Pajak tertentu tersebut, berdasarkan pertimbangan praktis atau sesuai dengan
kelaziman pengenaan pajak dalam bidang-bidang usaha tersebut, Menteri Keuangan diberi
1.2 Rumusan Masalah
2.1 PENGERTIAN
Pasal 15 Undang-Undang PPh mengatur tentang Norma Penghitungan Khusus untuk
menghitung penghasilan neto dari wajib pajak tertentu yang tidak dapat dihitung berdasarkan
ketentuan Pasal 16 ayat (1) atau ayat (3) Undang-Undang PPh ditetapkan Menteri Keuangan
Norma Penghitungan Khusus untuk golongan wajib pajak tertentu, antara lain:
transfer/BOT).
2.2.4 TARIF PAJAK
Tarifnya adalah sebesar 2,64 % dari peredaran bruto dan bersifat final.
2.2.5 CONTOH KASUS
B shpping co. perusahaan pelayaran penduduk negara D, dimana indonesia dan negara D
mempunyai P3b . B shipping co. mengoperasikan kapal dengan rute ibukota negara B- Jakarta-
Medan-Ibukota negara B . Pendapatan dari pengoperasian kapal tersebut sebagai berikut
Ibukota negara b-jakarta 800.000.000
Jakarta-medan 400.000.000
Medan-ibukota negara B 600.000.000
Jumlah 1.800.000.000
Dalam kasus ini , indonesia dapat melakukan pemajakan pph pasal 15 perusahaan pelayaran
asing atas penghasilan dari rute pelayaran jakarta-medan dan medan-ibukota negara B dengan
perhitungan sebagai berikut :
Jakarta-medan 400.000.000 x 2.64% =10.560.000
Medan-Ibukota negara B 600.000.000 x 2.64% = 7.920.000
Jumlah 1.000.000.000 =18.480.000(final)
2.4.3 SUBJEK PAJAK
Subjek Pajak Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri adalah orang yang bertempat tinggal atau
badan yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia yang melakukan usaha pelayaran dengan
kapal yang didaftarkan baik di Indonesia maupun di luar negeri atau dengan kapal pihak lain.
2.4.4 TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK
Besarnya PPh yang terutang adalah 1,2% dari peredaran bruto dan bersifat final. Peredaran bruto
adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam negeri dari pengangkutan orang dan/atau
barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan
di Indonesia ke pelabuhan luar negeri dan/atau sebaliknya.
2.4.5 CONTOH KASUS
PT Pevita Pearce terdaftar di KPP Jurang Mangu, pada bulan Februari 2017 mengangkut alat
-alat rumah tangga senilai Rp2.000..000,000, - dengan kapal dari Cina menuju pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya dengan imbalan Rp32.000.000, - dengan biaya -biaya perjalanan
sebesar Rp20.000.000, -. Selain itu pada bulan Maret 2016 ternyata juga mengangkut produk
kerajinan ukir kayu senilai Rp600.000.000, - milik PT Mike Lewis dengan kapal dari pelabuhan
Tanjung Mas menuju Pelabuhan Pahang Malaysia. Atas hal tersebut PT Pevita Pearce
memperoleh penghasilan Rp28.000.000, - dengan total biaya perjalanan sebesar Rp20.000.000, -
Jawaban :
Dasar Hukum : KMK No. 416/KMK.04/1996
PPh Pasal 15 (Februari) : 1,2% x Rp32.000.000,- = Rp384.000,-
PPh Pasal 15 (Maret) : 1,2% x Rp28.000.000,-= Rp 336.000,-
Total PPh Pasal 15 = Rp 720.000,- (Final)
3.1 KESIMPULAN
Pasal 15 Undang-Undang PPh mengatur tentang Norma Penghitungan Khusus untuk
menghitung penghasilan neto dari wajib pajak tertentu yang tidak dapat dihitung berdasarkan
ketentuan Pasal 16 ayat (1) atau ayat (3) Undang-Undang PPh ditetapkan Menteri Keuangan
(Dirjen Pajak 2008).
Norma Penghitungan Khusus untuk golongan wajib pajak tertentu, antara lain: Perusahaan
pelayaran atau penerbangan internasional, Perusahaan asuransi luar negeri, Perusahaan
pengeboran minyak, gas, dan panas bumi, Perusahaan dagang asing, dan Perusahaan yang
melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah (build, operate, and transfer/BOT).