Anda di halaman 1dari 4

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ.

32/2000 TENTANG PENEGASAN PPN ATAS JASA KEAGENAN (PENJUALAN TIKET) DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Sehubungan dengan masih banyaknya pertanyaan tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas penyerahan jasa keagenan (penjualan tiket) perusahaan angkutan darat, laut dan udara, dengan ini diberikan penegasan sebagai berikut : 1. Sesuai dengan ketentuan Pasal 3A ayat (1) jo Pasal 4 butir c Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994 (UU PPN), Pengusaha yang melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak wajib memungut, menyetor dan melaporkan PPN yang terutang. 2. Sesuai dengan ketentuan Pasal 16A ayat (1) Undang- Undang PPN, PPN yang terutang atas penyerahan Jasa Kena Pajak kepada pemungut PPN, dipungut, disetor dan dilaporkan oleh Pemungut PPN. 3. Sesuai dengan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1999, jasa keagenan (penjualan tiket) tidak dikecualikan dari pengenaan PPN sehingga atas penyerahan jasa keagenan terutang PPN. 4. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat (1) Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1988, Badan Usaha Milik Negara dan Daerah ditetapkan sebagai pemungut dan penyetor PPN dan PPnBM yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak. 5. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 1289/KMK.04/1988 tanggal 23 Desember 1988, dalam hal terjadi penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak antar Pemungut PPN, maka yang berkewajiban memungut, menyetor dan melaporkan PPN yang terutang adalah Pemungut PPN yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Dalam angka II Lampiran Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 1289/KMK.04/1988 tersebut, disebutkan bahwa tata cara pemungutan dan penyetoran PPN oleh Pemungut PPN dilakukan sebagai berikut : a. PKP rekanan membuat Faktur Pajak dan Surat Setoran Pajak pada saat menyampaikan tagihan kepada Pemungut PPN. b. Surat Setoran Pajak dimaksud dalam huruf a diisi dengan membubuhkan NPWP serta identitas rekanan yang bersangkutan, tetapi penandatanganan Surat Setoran Pajak dilakukan oleh Pemungut PPN sebagai penyetor atas nama rekanan. c. PPN dipungut, disetor dan dilaporkan oleh Pemungut PPN. 6. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka ditegaskan sebagai berikut : a. Atas penyerahan jasa keagenan oleh perusahaan jasa keagenan kepada Pemungut PPN, pajak yang terutang dipungut, disetor dan dilaporkan oleh Pemungut PPN. b. Atas penyerahan jasa keagenan oleh Pemungut PPN kepada Pemungut PPN, pajak yang terutang dipungut, disetor dan dilaporkan oleh Pemungut PPN yang melakukan

penyerahan Jasa Kena Pajak. c. Atas penyerahan jasa keagenan kepada perusahaan angkutan yang bukan Pemungut PPN, pajak yang terutang dipungut, disetor dan dilaporkan oleh perusahaan jasa keagenan. 7. Dasar Pengenaan Pajak atas jasa keagenan adalah jumlah imbalan jasa keagenan yang diterima atau seharusnya diterima oleh perusahaan jasa keagenan. Besarnya PPN yang terutang adalah 10% (sepuluh persen) dari Dasar Pengenaan Pajak tersebut. 8. Penegasan ini berlaku untuk penyerahan jasa keagenan penjualan tiket angkutan darat, angkutan udara dan angkutan laut termasuk angkutan sungai dan danau. Demikian untuk disebarluaskan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

DIREKTUR JENDERAL ttd MACHFUD SIDIK

Location : Jakarta. Joined : 30 Dec 2009. Posts : 4525.

11 Apr 2010 11:42 salam rekan crystaleye

SE DJP No 18 PJ.3 1989 TTG perlakuan PPn atas jasa perusahaan perjalanan seri PPN-140 angka 4. memberikan penegasan penyerahan jasa paket wisata : Sehubungan dengan itu untuk menghilangkan keraguan dan agar ada keseragaman dalam perhitungan PPN yang terutang serta untuk menghindarkan pengenaan pajak berganda dan menghindarkan pengenaan jasa yang seharusnya tidak terutang PPN maka ditetapkan pengaturan sebagai berikut: 4.1. Dasar Pengenaan Pajak: 4.1.1. Dasar Pengenaan Pajak atas penjualan Paket Wisata baik dalam atau luar negeri, dan penjualan produk pihak lain seperti jasa angkutan udara/laut dan darat ditetapkan sebesar 10% dari nilai peredaran atau omzet (nilai invoice) tidak termasuk omzet dari penjualan tiket angkutan udara dalam negeri. 4.1.2. Dasar Pengenaan Pajak untuk kegiatan lainnya seperti pengurusan dokumen perjalanan, mengorganisir konperensi (PCO) adalah seluruh nilai peredaran atau omzet (nilai invoice) dikurangi dengan pungutan yang dibayar kepada Instansi Pemerintah yang besarnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perhitungan Dasar Pengenaan Pajak tersebut di atas sudah memperhitungkan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan. Dengan demikian maka Pajak Masukan dari Biro Perjalanan Umum maupun Agen Perjalanan tersebut tidak dapat dikreditkan lagi dan oleh karenanya tidak diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya perusahaan. 4.2. Perhitungan PPN yang terutang dan harus disetor adalah sebagai berikut: 4.2.1. Atas kegiatan penjualan Paket Wisata = 10% x 10% (nilai invoice - tiket angkutan udara dalam negeri) = Rp. X 4.2.2. Atas kegiatan lainnya seperti PCO = 10% x (nilai invoice - Pungutan yang dibayar kepada Instansi Pemerintah) Rp. Y ------------PPN yang harus disetor = Rp. X + Y

salam rekan crystaleye contoh: Paket wisata ke LN: Invoice yang ditagihakan kpd konsumen sbb: Tiket Internasional (A)= 50 HOtel (B)= 75 Akomodasi C)= 25 Total ditagihkan (D=A+B+C)= 150 Penghitungan dpp = D-A = 150-50=100 PPn = 10%x10%x100 = 1 contoh: Pengurusan paspor/visa Pungutan o/ instansi (A)= 300 komisi (B)= 50 Total ditagihkan (C=A+B)= 350 DPP = C-A = 350-300 = 50 PPn = 10% X 50 = 5

Anda mungkin juga menyukai