Anda di halaman 1dari 3

Nama : Shakira Rakti Maharani

NPM : 20462034
Kelas : Magang 20C
Prodi : Perbankan Syariah
Semester : 3 (Tiga)
Matkul : Perpajakan II
Dosen : Saepul Bahri, S.E., M.M

1. Pasal 15 KMK No. 1169/KMK.01/1991 mengatur, pungutan pajak leasing dengan hak
opsi oleh pemberi sewa (lessor) kepada pihak penyewa (lessee) dikecualikan dari
pengenaan PPN.
Ketentuan mengenai pajak leasing diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Dirjen Pajak
No. SE-129/PJ/2010 tanggal 29 November 2010. Berikut ini poin penting dalam surat
edaran tersebut:
Ketika Barang Kena Pajak (BKP) berupa barang modal yang menjadi objek pembiayaan,
berasal dari pemasok (supplier)
BKP dianggap diserahkan secara langsung oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) pemasok
(supplier) kepada pihak yang menyewa.
Pemberi sewa tidak perlu dikukuhkan sebagai PKP, karena dianggap hanya
menyerahkan jasa pembiayaan yang merupakan jenis jasa yang tidak dikenai PPN.
PKP pemasok wajib menerbitkan faktur pajak kepada pihak yang menyewa dengan
menggunakan identitas pihak penyewa sebagai pembeli BKP/JKP.
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang dicantumkan dalam faktur pajak adalah senilai harga
jual dari PKP.
2. Ketika BKP berupa barang modal yang menjadi objek pembiayaan berasal dari
persediaan yang dimiliki pihak penjual
Pihak yang menyewakan pada dasarnya melakukan dua jenis penyerahan, yaitu
penyerahan jasa pembiayaan tidak dikenai PPN dan penyerahan BKP yang merupakan
objek PPN.
Pihak yang menyewakan harus dikukuhkan sebagai PKP dan harus menerbitkan faktur
pajak atas penyerahan BKP.
2. Insentif Angsuran PPh Pasal 25
Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan pemberian pengurangan angsuran PPh Pasal
25 sebesar 50% dari angsuran yang seharusnya tertuang, yang diberikan untuk masa
pajak dari Januari 2021 sampai Juni 2021, dan telah diperpanjang hingga Desember
2021.
Wajib pajak yang memanfaatkan pengurangan angsuran PPh Pasal 25 ini harus
menyampaikan laporan realisasi setiap bulan menggunakan formulir yang tersedia
paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir.
Insentif Pajak Penghasilan (“PPh”) Pasal 21
PPh Pasal 21 ditanggung oleh pemerintah untuk masa pajak Januari 2021 sampai Juni
2021 dan kini telah diperpanjang sampai dengan Desember 2021.
Insentif ini hanya berlaku untuk pegawai dengan kriteria tertentu, di antaranya yaitu
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan menerima penghasilan bruto yang bersifat tetap
dan teratur yang disetahunkan tidak lebih dari Rp200 juta.
3. NPOP = RP 650.000.000
NPOPTKP = RP 85.000.000
NPOPKP = RP 565.000.000
BPHTB Terhutang = RP. 565.000.000 x 5%
= RP 28.250.000
4. Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen yang bersifat perdata dan
dokumen untuk digunakan di dalam pengadilan. Dokumen yang bisa dikenai bea
meterai adalah dokumen berbentuk surat yang memuat jumlah uang, dokumen yang
bersifat perdata, dan dokumen yang digunakan di muka pengadilan, misalnya dokumen
kontrak pengadaan perlengkapan kantor dan dokumen perjanjian pembangunan
gedung kantor.
Jenis dokumen dan contoh :
- Surat perjanjian dan surat-surat lainnya (surat kuasa, surat hibah, dan surat
pernyataan) yang dibuat sebagai alat pembuktian atas perbuatan, kenyataan, atau
keadaan yang bersifat perdata.
- Surat berharga seperti wesel, promes, dan aksep, yang harga nominalnya di atas
Rp250.000.
 Di atas Rp250.000 sampai dengan Rp1.000.000 akan dikenakan bea meterai
Rp3.000.
 Di atas Rp1.000.000 akan dikenakan bea meterai Rp6.000.
 Jika harga nominal dinyatakan dalam mata uang asing, maka harga nominal
harus dikalikan dengan Kurs Menteri Keuangan.
5. 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan; b. 64% (enam puluh empat
persen) untuk kabupaten/kota yang bersangkutan.
- Pajak Provinsi, terdiri atas:
1. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB);
2. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB);
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB);
- Pajak Kabupaten / Kota, antara lain terdiri dari:
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame

Anda mungkin juga menyukai