Anda di halaman 1dari 5

Nama : Diah Rai Wardhani

NIM : 042452646
Prodi : S1 Akuntansi

Tugas Tutorial 2
Hukum Pajak

Soal 1

Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan
kepada Wajip Pajak (WP) sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas WP dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya (Pasal 1 ayat 6 UU No 16
Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan).

Fungsi NPWP yaitu:


o Sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
o Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak.
o Untuk memudahkan dalam pengawasan administrasi perpajakan.

Alur cara memperoleh NPWP adalah sebagai berikut.


o Wajib Pajak orang pribadi dan Badan yang telah memenuhi persyaratan
subjektif dan objektif wajib mendaftarkan diri sebagai wajib pajak
(taxpayer) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk mendapatkan NPWP.
o Tempat mendaftarkan diri berdasarkan wilayah tempat tinggal atau
wilayah kerja.
o Wajib pajak atau orang yang diberi kuasa khusus mengisi,
menandatangani, dan menyampaikan formulir pendaftaran ke KPP.
o KPP akan menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar dengan jangka
waktu paling lama pada hari kerja berikutnya setelah permohonan
pendaftaran dan persyaratannya diterima secara lengkap.
o Jika WP mendaftar sekaligus pengukuhan, maka Surat Keterangan
Terdaftar dan Surat Pengukuhan PKP akan diterbitkan bersama paling
lama 3 hari kerja berikutnya.
o NPWP juga dapat diberikan secara jabatan oleh Direktur Jenderal Pajak
jika wajib pajak telah memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP.

1
Referensi:
Amachi, Tubagus Chairul, Irma, dan Amin Darra. 2019. Hukum Pajak.
Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka. Hal 4.18-4.22.

Soal 2

Menurut pendapat saya, pedagang atau pengusaha kecil tersebut tidak harus
ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha yang wajib
ditetapkan sebagai PKP hanya pengusaha yang telah memenuhi persyaratan
objektif dan persyaratan subjektif dalam pengukuhan PKP.

Syarat yang harus dipenuhi oleh pengusaha orang pribadi dan badan untuk
dapat dikukuhkan sebagai PKP yaitu:
o Memiliki pendapatan bruto (omzet) dalam 1 tahun buku mencapai Rp4,8
miliar. Tidak termasuk pengusaha yang pendapatan brutonya kurang
dari Rp4,8 miliar kecuali pengusaha tersebut memilih untuk dikukuhkan
menjadi PKP.
o Melewati proses survey yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan
(KP2KP) tempat pendaftaran.
o Melengkapi dokumen dan syarat pengajuan atau pengukuhan PKP.

Syarat pengajuan PKP ada dua macam, yaitu syarat objektif dan syarat
subjektif.
o Syarat Subjektif
Dokumen-dokumen yang wajib dilampirkan untuk pengajuan PKP yaitu:
 Denah lokasi kegiatan usaha
 Foto tempat kegiatan usaha
 Daftar aset perusahaan secara terperinci
 Laporan keuangan satu bulan terakhir
o Syarat Objektif
Dokumen-dokumen yang wajib dilampirkan untuk pengajuan PKP yaitu:
 Fotokopi KTP Direktur atau Pemilik Usaha
 Fotokopi NPWP perusahaan
 Fotokopi NPWPD dan TDP
 Fotokopi SITU dan SIUP

2
 Fotokopi akta pendirian perusahaan
 Surat kuasa bermaterai jika pengurusan pengajuan PKP dilimpahkan
ke orang lain
 Mengisi formulir pengajuan PKP
Referensi:
Online Pajak. 2017. "Pengukuhan PKP: Cara & Syarat Pengajuan PKP".
diakses 23
November 2021, https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/
pengukuhan-pkp-cara-syarat-pengajuan-pkp

Soal 3

PT BTK berencana untuk mengajukan keberatan untuk SKPKB. SKPKB hasil


pemeriksaan adalah Rp100.000.000,00. Pada closing conference, PT BTK
bersedia membayar Rp30.000.000,00 untuk SKPKB walaupun tidak terdapat
lampiran perhitungan Pemeriksa atas SKPKB. Pada tanggal 19 Januari 2020,
PT BTK mengajukan keberatan. Beberapa bulan kemudian, hasil Keberatan
untuk SKPKB menunjukkan bahwa pengajuan keberatan diterima sebagian oleh
Hakim, sehingga jumlah pada SKPKB turun menjadi Rp80.000.000,00. Namun,
PT BTK tetap tidak terima karena menurut perhitungan PT BTK, PT BTK
seharusnya hanya membayar Rp30.000.000,00. Oleh karena itu, PT BTK
kembali mengajukan banding. Hasil Putusan Banding menunjukan bahwa PT
BJT dikabulkan kembali sebagian sehingga pajak yang seharusnya dibayar
kembali sebesar Rp65.000.000,00.

a) Perhitungan jumlah pajak (pokok dan sanksi) yang harus dibayar oleh PT
BTK atas keputusan hasil keberatan adalah sebagai berikut.

Dalam pasal 25 ayat 9 UU KUP disebutkan bahwa dalam hal keberatan Wajib
Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak
berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar
sebelum mengajukan keberatan.

Sanksi administrasi = 50% x (Rp80.000.000 - Rp30.000.000)


= 50% x Rp50.000.000
= Rp25.000.000

Jumlah pajak = Pokok pajak + Sanksi administrasi

3
= Rp80.000.000 + Rp25.000.000
= Rp105.000.000

Dalam UU No 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan yang


merevisi UU KUP 1983, tarif sanksi administrasi untuk keberatan yang
dikabulkan sebagian diubah dari 50% menjadi 30%. Sehingga perhitungannya
adalah sebagai berikut.

Sanksi administrasi = 30% x (Rp80.000.000 - Rp30.000.000)


= 30% x Rp50.000.000
= Rp15.000.000

Jumlah pajak = Pokok pajak + Sanksi administrasi


= Rp80.000.000 + Rp15.000.000
= Rp95.000.000

Jadi, jumlah pajak (pokok dan sanksi) yang harus dibayar berdasarkan
keputusan keberatan adalah Rp105.000.000 (jika berdasarkan KUP) atau
Rp95.000.000 (berdasarkan UU No 7 Tahun 2021).

b) Perhitungan jumlah pajak (pokok dan sanksi) yang harus dibayar oleh PT
BTK atas keputusan hasil banding adalah sebagai berikut.

Dalam pasal 27 ayat 5(d) KUP disebutkan bahwa dalam hal permohonan
banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak
berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan.

Sanksi administrasi = 100% x (Rp65.000.000 - Rp30.000.000)


= 100% x Rp35.000.000
= Rp35.000.000

Jumlah pajak = Pokok pajak + Sanksi administrasi


= Rp65.000.000 + Rp35.000.000
= Rp100.000.000

Dalam UU No 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan yang


merevisi UU KUP 1983, tarif sanksi administrasi untuk banding yang

4
dikabulkan sebagian diubah dari 100% menjadi 60%. Sehingga perhitungannya
adalah sebagai berikut.

Sanksi administrasi = 60% x (Rp65.000.000 - Rp30.000.000)


= 60% x Rp35.000.000
= Rp21.000.000

Jumlah pajak = Pokok pajak + Sanksi administrasi


= Rp65.000.000 + Rp21.000.000
= Rp86.000.000

Jadi, jumlah pajak (pokok dan sanksi) yang harus dibayar berdasarkan
keputusan banding adalah Rp100.000.000 (jika berdasarkan KUP) atau
Rp86.000.000 (berdasarkan UU No 7 Tahun 2021).

c) Syarat pengajuan banding yaitu:


o Diajukan secara tertulis.
o Diajukan dalam bahasa Indonesia, artinya tidak diperbolehkan
menggunakan bahasa lain.
o Mengemukakan alasan dari banding, yaitu alasan wajib pajak tidak dapat
menerima keputusan keberatan.
o Satu surat banding hanya untuk satu keputusan keberatan.
o Melampirkan salinan Surat Keputusan Keberatan yang dibanding.
o Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterima
keputusan.

Referensi:
Amachi, Tubagus Chairul, Irma, dan Amin Darra. 2019. Hukum Pajak.
Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka. Hal 5.9-5.10.

Anda mungkin juga menyukai