Anda di halaman 1dari 7

Tugas Ekonomi Publik

Nama : Helmy Febriano


NIM : F0121108
Kelas : Ekonomi Pembangunan 21 (C)
1. Cari apa saja pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat. Meliputi :
 Jenis pajak
 Dasar pengenaan pajak
 Proses pemungutan
 Tarif
JAWAB:
A. Pajak Penghasilan (PPh)
Dasar pengenaan pajak Pasal 4 ayat 2 adalah pemotongan atas penghasilan yang
dibayarkan atas jasa tertentu dan sumber tertentu seperti jasa konstruksi, sewa
tanah/bangunan, pengalihan hak atas tanah/bangunan, hadian undian, dan lainnya. PPh
Pasal 15 ini adalah pengenaan pajak pada wajib pajak perusahaan pelayaran. Dasar
pengenaan pajak penghasilan PPh 21 untuk menentukan tarif pajak penghasilan. Selain
itu ada DPP PPh pasal 22, pasal 23, dan pasal 26.
Tata cara pemungutan pajak penghasilan adalah Melakukan pemotongan PPh
Pasal 21 sesuai dengan ketentuan dan tarif PPh yang berlaku; Membuat bukti potong PPh
Pasal 21 melalui aplikasi e-SPT untuk PPh Pasal 21; Melakukan penyetoran PPh Pasal 21
yang telah dipotong tersebut dengan membuat kode billing (MAP-KJS 411121-100)
terlebih dahulu. Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya.
Sebagai contoh: pemotongan PPh Pasal 21 dilakukan pada bulan Januari 2020, maka
penyetoran PPh-nya adalah paling lambat dilakukan pada tanggal 15 bulan Februari
2020, dan Melakukan pelaporan PPh Pasal 21 dengan menggunakan aplikasi e-SPT PPh
melalui ASP atau djponline.pajak.go.id.
Berikut tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru yang harus diketahui
sebagai berikut:
 Rp54.000.000 untuk diri wajib pajak orang pribadi.
 Rp4.500.000 tambahan untuk wajib pajak yang telah menikah.
 Rp54.000.000 untuk istri yang penghasilannya digabung dengan
penghasilan suami.
 Rp4.500.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
Setelah mengetahui besaran PKP, kemudian tentukan persentase perhitungan
pajak penghasilan (PPh) yang diterapkan dengan ketentuan sebagai berikut:
 PKP kurang dari Rp50.000.000 dikenai tarif pajak sebesar 5%
 PKP antara Rp50.000.000 -- Rp250.000.000 dikenai tarif pajak sebesar
15%
 PKP antara Rp250.000.000 -- Rp500.000.000 dikenai tarif pajak sebesar
25%
 PKP di atas Rp500.000.000 dikenai tarif pajak 30%
B. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Sesuai ketetapan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang mengatur
tentang pengenaan pajak penghasilan dan PPN, jenis-jenis DPP yang dijadikan dasar
untuk menghitung pajak terutang PPN adalah: DPP Harga Jual (Harga jual merupakan
nilai uang dari semua biaya yang diminta atau yang seharusnya diminta oleh penjual
karena penyerapan suatu Barang Kena Pajak (BKP)), DPP Penggantian (Penggantian
yang dimaksud adalah nilai uang dari semua biaya yang diminta atau yang seharusnya
diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP)), DPP Nilai Ekspor
(Nilai ekspor merupakan nilai uang atas semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh eksportir), DPP Nilai Impor (Nilai impor adalah nilai berupa uang yang
menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak
berdasarkan ketentuan perundang-undangan pabean untuk impor Barang Kena Pajak,
tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN), dan DPP Lain-lain
(DPP nilai lain ini diatur dalam Pasal 8A ayat (2) UU PPN, yang ketentuan detail
pelaksanaannya ditetapkan melalui PMK No. 121/PMK.03/2015 tentang Perubahan
Ketiga atas PMK No. 75/2010 tentang Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak).
Berdasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang mengatur tentang
pemungutan PPN, telah dijelaskan bagaimana mekanismenya. Lebih lanjut, mekanisme
pemungutan PPN berdasarkan pada peraturan tersebut yaitu:
 Rekanan wajib untuk membuat faktur pajak dan membuat Surat Setoran
Pajak (SSP) untuk setiap kegiatan penyerahan barang dan jasa kena pajak.
 Faktur pajak dibuat sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
 Mencantumkan NPWP dan identitas dari rekanan.
 Atas penyerahan barang kena pajak selain terutang PPN, yakni terutang
pula PPnBM. Maka, rekanan perlu untuk mencantumkan jumlah PPnBM
terutang pada faktur pajak.
 Faktur pajak dibuat rangkap 3 dan SSP dibuat rangkap 5.
 Wajib menyertakan cap tanggal penyetoran dan menandatangani faktur
pajak.
Berdasarkan ketentuan pasal 9 ayat 14 dalam UU dimaksud, tarif baru PPN
sebesar 11% dimaksud atas transaksi penyerahan barang/jasanya atau pembuatan faktur
pajaknya.
C. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
PPnBM memiliki dasar hukum yang sama dengan PPN, yaitu Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2009, yang sudah diganti atau dicabut dengan UU No. 7 Tahun 2021
tentang Harmonisasi Perpajakan (UU HPP). Di dalam undang-undang tersebut diatur
mengenai objek pengenaan PPnBM, ketentuan tarif secara umum, hingga cara
pemungutan pajak.
Dalam mekanisme pengenaan atas PPnBM sedikit berbeda dengan mekanisme
pemungutan PPN. Mekanisme pemungutan PPnBM dilakukan dengan faktur pajak
sebagaimana yang telah diisyaratkan dalam pemungutan PPN. Hanya saja, dalam
pemungutan PPnBM tidak dikenal istilah pajak masukan. Sehingga, dalam PPnBM juga
tidak dikenal sistem pengkreditan.
Tarif PPnBM di Indonesia ditetapkan paling rendah 10% dan kisaran tertinggi
mencapai 200%. Penerapan tarif PPnBM yang mecapai hingga 200% hanya sebagai
plafon saja. Atau dengan kata lain belum tentu yang sebesar itu akan diterapkan
sepenuhnya oleh pemerintah.
D. Bea Materai
Dasar hukum pengenaan Bea Meterai adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1985 atau disebut juga Undang-Undang Bea Meterai. Undang-Undang ini berlaku sejak
tanggal 1 Januari 1986. Selain itu untuk mengatur pelaksanaannya, telah dikeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1995 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan Besarnya Batas
Pengenaan Harga Nominal yang Dikenakan Bea Meterai.
Tata cara pemungutan Bea Materai adalah Direktur Jenderal Pajak atau pejabat
yang ditunjuk menetapkan Wajib Pajak sebagai Pemungut Bea Meterai dengan
menerbitkan surat penetapan sebagai Pemungut Bea Meterai, Penetapan sebagai
Pemungut Bea Meterai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku terhitung
sejak awal bulan berikutnya setelah tanggal surat penetapan, Wajib Pajak yang
memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tetapi belum ditetapkan sebagai
Pemungut Bea Meterai dapat menyampaikan surat pemberitahuan untuk ditetapkan
sebagai Pemungut Bea Meterai, Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dapat disampaikan melalui: alamat posel (email); aplikasi; atau sistem yang
disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat menjadi pertimbangan bagi Direktur Jenderal Pajak atau pejabat yang
ditunjuk untuk menetapkan Wajib Pajak sebagai Pemungut Bea Meterai, Ketentuan
mengenai contoh format surat penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan surat
pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Tarif Bea Meterai terbagi 2 (dua), yaitu Rp 3.000,00 dan Rp 6.000,00. Perbedaan
ini didasarkan atas ketentuan dokumen yang dikenakan.
2. Cari apa saja pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah Kota Surakarta. Meliputi :
 Jenis pajak
 Dasar pengenaan pajak
 Proses pemungutan
 Tarif

JAWAB:
A. Pajak Hotel
PP Nomor 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Pemungutan
Pajak Daerah, mengatur sebagai berikut:

 Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya
dibayar kepada hotel. Jumlah pembayaran kepada hotel termasuk:
 Jumlah pembayaran setelah potongan harga, dan
 Jumlah pembayaran atas pembelian voucher menginap.
Jumlah yang seharusnya dibayar merupakan voucher atau bentuk lain yang
diberikan secara cuma-cuma. Disesuaikan dengan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dan PP No. 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan Daerah. Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah
pembayaran/nilai voucher pada saat terjadinya transaksi, bukan berdasarkan daftar harga
(publish rate).
Tata Cara pemungutan pajak hotel yaitu mulai dari pendaftaran dan pendataan,
penetapan besarnya pajak yang terutang, perhitungan pajak terutang, pembayaran pajak
terutang sampai pada kegiatan penagihan pajak.
Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10% dari jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada hotel. Hotel lainnya (Home Stay, Rumah Penginapan, Rumah
Kost yang jumlah kamar sama atau lebih dari 10 kamar) ditetapkan 5% dari jumlah
Pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel.
B. Pajak Restoran
Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau
yang seharusnya diterima Restoran. Jumlah pembayaran yang diterima restoran termasuk:
Jumlah pembayaran setelah potongan harga; dan jumlah pembelian dengan menggunakan
voucher makanan atau minuman. Disesuaikan dengan UU No. 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan PP No. 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan Daerah.
Pemungutan pajak restoran diawali dengan pendaftaran wajib pajak restoran,
selanjutnya wajib pajak yang sudah terdaftar diwajibkan melakukan pelaporan setiap
bulannya atas pelayanan yang diberikan. Setelah wajib pajak tersebut melapor, langkah
selanjutnya yaitu melakukan pembayaran secara mandiri.
Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10% untuk restoran dengan kategori A,
yaitu restoran yang memiliki nilai penjualan Rp. 10.000.000,00 atau lebih per bulan.
Tarif Pajak restoran ditetapkan sebesar 5% untuk restoran dengan kategori B, yaitu
restoran yang memiliki nilai penjualan Rp. 5.000.000,00 (sampai di bawah Rp.
10.000.000,00 per bulan) Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 3% untuk restoran
dengan kategori C, yaitu restoran yang memiliki nilai penjualan Rp.1.000.000,00 (sampai
di bawah Rp. 5.000.000,00 per bulan).
C. Pajak Hiburan
Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang
seharusnya diterima oleh penyelenggara Hiburan. Jumlah uang yang seharusnya diterima
termasuk potongan harga dan tiket cumacuma yang diberikan kepada penerima jasa
Hiburan. Disesuaikan dengan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Jumlah uang yang seharusnya diterima termasuk pembayaran dalam bentuk lain,
misalnya produk tertentu yang dipersyaratkan sebagai tanda masuk bagi penonton.
Wajib pajak hiburan melakukan kewajiban pembayaran pajak daerah dengan
menghitung pajak sendiri, wajib melaporkan dan menyampaikan data transaksi usahanya
kepada Perangkat Daerah.
Tarif pajak hiburan Kota Surakarta adalah sebagai berikut:
a. tontonan film 10%
b. pagelaran, kesenian, musik, tari dan/atau busana modern 25%
c. pagelaran, kesenian, musik, tari dan/atau busana tradisional 5%
d. kontes kecantikan 25%
e. binaraga dan sejenisnya 15%
f. pameran 20%
g. diskotik, klab malam, dan sejenisnya 40%
h. karaoke 30%
i. sirkus, akrobat dan sulap 20%
j. permainan bilyard dan bowling 20%
k. golf 30%
l. pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan 35%
m. panti pijat 30%
n. refleksi dan pusat kebugaran (fitness center) 20%
o. mandi uap/spa 40%
p. pertandingan olahraga 10%

D. Pajak Reklame
Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame. Dalam hal Reklame
diselenggarakan oleh pihak ketiga, Nilai Sewa Reklame ditetapkan berdasarkan nilai
kontrak Reklame. Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri atau Nilai Sewa Reklame
tidak diketahui dan/atau dianggap tidak wajar, Nilai Sewa Reklame dihitung dengan
memperhatikan faktor jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka
waktu penyelenggaraan, jumlah, dan ukuran media Reklame. Hasil perhitungan Nilai
Sewa Reklame ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah. Disesuaikan dengan UU No.
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Cara perhitungan Nilai Sewa
Reklame diatur dalam Perda. Secara umum, Nilai Sewa Reklame adalah penjumlahan
Nilai Strategis dengan Nilai Jual Objek Pajak Reklame. Tata Cara dan Hasil Perhitungan
Nilai
Sewa Reklame diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah.

Pemungutan pajak reklame dilakukan di kas daerah atau tempat lain yang
ditunjuk oleh wali kota sesuai waktu yang sudah ditentukan dalam SPTPD, SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau
lunas. Wali Kota dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur
pajak terutang dalam kurunn waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan. Angsuran pembayaran pajak harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut
dengan dikenakan bunga sebesar 2% sebeulan dari jumlah pajak yang belum dibayar atau
kurang bayar. Tarif Pajak Reklame ditetapkan sebesar 25 % (dua puluh lima persen).

E. Pajak Penerangan Jalan

Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai Jual Tenaga Listrik. Nilai Jual
Tenaga Listrik ditetapkan:
 Untuk tenaga listrik yang berasal dari sumber lain dengan pembayaran, nilai jual
tenaga listrik:
 Jumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah dengan biaya pemakaian
kWh/variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik, untuk tenaga listrik
yang dibayar setelah penggunaan;
 Jumlah pembelian tenaga listrik.
 Untuk tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, nilai jual tenaga listrik dihitung
berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu
pemakaian listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Daerah yang
bersangkutan.
Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan
tenaga listrik. Proses pemungutan pajak penerangan jalan dilakukan saat orang
pribadi atau Badan yang menggunakan tenaga listrik membayar tagihan.
Tarif pajak penerangan jalan adalah sebagai berikut:
 Penggunaan tenaga lain dari sumber lain selain industri, tarif Pajak Penerangan
Jalan ditetapkan sebesar 9% (sembilan persen)
 Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri tarif Pajak Penerangan
Jalan ditetapkan sebesar 3% (tiga persen)
 Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif Pajak Penerangan Jalan
ditetapkan sebesar 1.5% (satu koma lima persen)

3. Inovasi daerah masing masing, pungutan apa yang berhubungan dengan pajak
Inovasi yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta yang berkaitan dengan pajak
adalah layanan pembayaran pajak. Inovasi layanan pajak Pemerintah Kota Surakarta
berupa Sistem Surakarta Pajak Online (Si SUPO). Dengan Si SUPO, pembayaran pajak
bisa dilakukan kapanpun dan di manapun. Bahkan hari libur dan di luar jam kerja pun
wajib pajak bisa membayar melalui Si SUPO.

Anda mungkin juga menyukai