Anda di halaman 1dari 4

Nama : Tanti Suryani

NIM : 041373405
Prodi : Akuntansi S1
UPBJJ : UT Bandung

Jawaban Tugas 1

1. Menurutmu Pasal 37A Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP),
Sunset Policy 2008 adalah fasilitas penghapusan sanksi administrasi perpajakan berupa bunga.
Kebijakan ini memberi kesempatan pada masyarakat untuk memulai memenuhi kewajiban
perpajakannya dengan benar. Yang dipentingkan dalam kebijakan Sunset Policy adalah agar
seluruh rakyat Indonesia yang sudah layak pajak masuk ke dalam sistem data perpajakan.

Istilah Sunset Policy digunakan untuk menggambarkan kebijakan pemerintah yang pernah
diterapkan di Indonesia yaitu pemberian penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas
keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 37A
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang nomor
6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP).

Pemberian penghapusan sanksi bunga atas pajak yang tidak atau kurang dibayar berlaku bagi:
1. Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) dan melakukan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT
Tahunan PPh) sebelum tahun pajak 2007 yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar
menjadi lebih lebih besar.
2. Wajib Pajak orang pribadi yang belum mempunyai NPWP tetapi secara sukarela
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP.

Ketentuan pelaksanaan pasal 37A UU KUP tersebut kemudian dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah, Permenkeu serta Peraturan Direktur Jenderal Pajak. Masa berlaku kebijakan
pemberian penghapusan sanksi bunga tersebut dibatasi yaitu paling lambat 29 Februari 2009
bagi Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang telah mempunyai NPWP dan 31 Maret 2009
bagi Wajib Pajak orang pribadi yang belum mempunyai NPWP. Pemberlakuan kebijakan yang
dibatasi masa berlakunya inilah tampaknya merupakan asal muasal munculnya istilah Sunset
Policy, karena bagi Wajib Pajak yang tidak memanfaatkannya dalam kurun waktu yang
sebentar tersebut, maka ketentuan pengenaan sanksi administrasi berupa bunga akan berlaku
sepenuhnya. Pasal 8 ayat (2) UU KU mengatur bahwa dalam hal Wajib Pajak membetulkan
sendiri Surat Pemberitahuan tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar
dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2 persen per bulan atas jumlah pajak yang kurang
dibayar, dihitung sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan.

Selain itu, Pasal 9 ayat (2b) UU KUP juga mengatur pengenaan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2 persen per bulan atas kekurangan pajak yang terutang berdasarkan SPT
Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) yang dihitung dari berakhirnya batas waktu penyampaian
Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran.
Sanksi bunga tersebut akan ditagih ke Wajib Pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP), di
mana Wajib Pajak terdaftar melalui penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP). Bagi Wajib Pajak
yang memanfaatkan Sunset Policy, STP tidak akan diterbitkan.
Sunset Policy yang diterapkan pertama kali ini dinilai sukses karena berhasil memperoleh
tambahan penerimaan pajak dalam tahun 2008 sebesar Rp 7,46 triliun. Tercatat bahwa hanya
dalam tahun 2008 inilah Ditjen Pajak melampaui target penerimaan dalam kurun waktu
sepuluh tahun terakhir.
Selain itu, melalui Sunset Policy diperoleh tambahan sejumlah 5,5 juta Wajib Pajak baru.
Kendati demikian dari sumber data Ditjen Pajak, tingkat kepatuhan Wajib Pajak ternyata
tidak menunjukkan peningkatan secara signifikan pasca Sunset Policy.

2. A. Berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana perubahan ketiga Undang-Undang No. 28 Tahun 2007,
Pasal 1 nomor 15 Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), atau Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar (SKPLB). Lalu berdasarkan keputusan Ditjen Pajak, pihak yang
berkuasa mengeluarkan surat tersebut adalah Kantor Pajak Pratama (KPP) dan
dikeluarkan berdasarkan hasil pemeriksaan pajak. Secara garis besar, SKP berfungsi
sebagai sarana untuk menagih kekurangan pajak, mengembalikan jika ada kelebihan
bayar pajak, memberitahukan jumlah pajak terutang, mengenakan sanksi administrasi
perpajakan, serta menagih pajak.

B.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau SKPKB merupakan salah satu sarana
administrasi yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk dapat
melakukan penagihan pajak kepada Wajib Pajak. Berdasarkan dengan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
meliputi besaran jumlah pokok pajak, kredit pajak, kekurangan pembayaran
terhadap pokok pajak, besaran sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih
harus dibayarkan oleh Wajib Pajak. Dengan mengacu pada Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 1983 yang telah beberapa kali mengalami perubahan terakhir
menjadi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (KUP), menyebutkan bahwa jatuh tempo untuk Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah 5 (lima) tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak.

Berikut ini merupakan alasan dari penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB) berdasarkan dengan Pasal 13 Ayat (1) Undang-Undang (UU) KUP:

Selain itu, Pasal 9 ayat (2b) UU KUP juga mengatur pengenaan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2 persen per bulan atas kekurangan pajak yang terutang
berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) yang dihitung dari berakhirnya
batas waktu penyampaian urat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan tanggal
pembayaran. Sanksi bunga tersebut akan ditagih ke Wajib Pajak oleh Kantor
Pelayanan Pajak (KPP), dimana Wajib Pajak terdaftar melalui penerbitan Surat
Tagihan Pajak (STP). Bagi Wajib Pajak yang memanfaatkan Sunset Policy, STP
tidak akan diterbitkan.

Sunset Policy yang diterapkan pertama kali ini dinilai sukses karena berhasil
memperoleh tambahan penerimaan pajak dalam tahun 2008 sebesar Rp 7,46
triliun. Tercatat bahwa hanya dalam tahun 2008 inilah Ditjen Pajak melampaui
target penerimaan dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.

Selain itu, melalui Sunset Policy diperoleh tambahan sejumlah 5,5 juta Wajib
Pajak baru. Kendati demikian dari sumber data Ditjen Pajak, tingkat kepatuhan
Wajib Pajak ternyata tidak menunjukkan peningkatan secara signifikan pasca
Sunset Policy.

3. A. Menurut kepada UU No 36 Tahun 2008 tentang PPh, Penghasilan Tidak


Kena Pajak (PTKP) adalah komponen pengurangan dalam menghitung
besarnya pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi.

Jadi, ketika kita melakukan penghitungan pajak, ia digunakan sebagai


komponen pengurangan atas penghasilan yang kita peroleh sebagai wajib
pajak.

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sendiri sebenarnya bertujuan untuk


untuk meringankan masyarakat menengah ke bawah. Jika pendapatannya
kurang dari batasan tertentu, ia tidak berkewajiban membayar pajak lagi. Hal
ini karena menurut ketentuan perpajakkan di Indonesia, Pajak Penghasilan
(PPh) sebenarnya tidak dikenakan kepada seluruh penghasilan wajib pajak.

PPh hanya dikenakan pada Penghasilaan Kena Pajak (PKP), di mana di


Indonesia sendiri menganut penerapan pajak progresif penghasilan yang
berarti semakin tinggi penghasilan maka akan semakin tinggi pula pajaknya.
Untuk menentukan jumlah PKP wajib pajak, penghasilan bruto (penghasilan
kotor) harus dikurangi dengan beberapa komponen yang salah satunya adalah
PTKP. Hasil dari penghasilan bruto yang sudah dikurangi dengan komponen-
komponen itulah yang merupakan jumlah PKP yang harus dilaporkan oleh
para wajib pajak.

B. Kategori K/2 adalah kategori untuk pria yang telah menikah dengan
tanggungan dua orang dalam satu KK. Tanggungan yang dimaksud disini
adalah selain istri. Jadi, tanggungan tersebut bisa orang tua dan juga anak.
Ambang batasnya adalah Rp67.500.000/tahun.

Sumber referensi : BMP EKSI4206/Perpajakan

Anda mungkin juga menyukai