Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TA.

2022 / 2023
PERPAJAKAN
Nama : Salma Yasiroh Yumna
Nim : 21200012
1. Apa yang anda ketahui mengenai apa itu :

a. PPh 21/26
Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah Wajib Pajak orang pribadi
atau Wajib Pajak badan, termasuk bentuk usaha tetap, yang mempunyai
kewajiban untuk melakukan pemotongan pajak atas Penghasilan Sehubungan
Dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang pribadi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 dan Pasal 26 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
b. PPh 22 dan 23
Pajak Penghasilan Pasal 22 atau PPh Pasal 22 adalah salah satu bentuk
pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan yang dilakukan oleh pihak lain
terhadap Wajib Pajak. Pengenaan PPh Pasal 22 dikenakan terhadap kegiatan
perdagangan barang. Pengenaan PPh 22 ada yang dilakukan pada saat
penjualan ada pula pada saat pembelian.
PPh 23 adalah pajak yang terutang oleh pihak pemberi penghasilan berkenaan
dengan pembayaran yang dilakukan kepada wajib pajak dalam negeri berupa:
deviden; bunga; sewa, royalti dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta; dan imbalan yang dibayarkan untuk jasa teknik dan jasa
manajemen yang dilakukan di Indonesia
c. PPh 24 dan 25
Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah peraturan yang mengatur hak wajib pajak
untuk memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri, untuk mengurangi nilai
pajak terutang yang dimiliki di Indonesia. Tercantum dalam Pasal 24 ayat 1 UU
PPh bahwa pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari
luar negeri yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri boleh
dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undang-Undang PPh (UU
nomor 36 tahun 2008) dalam tahun pajak yang sama

d. PPh Final

Pajak Penghasilan Final atau PPh Final adalah pajak yang dikenakan dengan
tarif dasar pengenaan pajak tertentu yang berbeda dengan skema pajak secara
umum atas penghasilan yang diterima atau diperoleh sepanjang tahun berjalan.
Jadi, Pajak Penghasilan Final ini merupakan pajak yang tidak diikutsertakan lagi
dalam penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Terutang tahunan. Artinya pajak
penghasilan yang sudah bersifat final ini tidak dapat dikreditkan dengan PPh
Terutang. Dengan demikian, penghasilan yang telah dikenakan PPh Final ini
tidak akan dihitung lagi pajak penghasilannya pada Surat Pemberitahuan ( SPT )
Tahunan dengan penghasilan lain yang tidak final (non final) untuk dikenakan
tarif progresif sesuai Pasal 17 ayat (1) UU PPh.
2. PPN adalah pajak yang dikenakan karena adanya suatu pertambahan nilai suatu
barang atau jasa. Didalam PPN ada istilah BKP dan JKP, coba saudara jelaskan
pengertian dari BKP dan JKP!

Jawab: Barang yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang disebut


Barang Kena Pajak (BKP) dan jasa yang dikenakan pajak berdasarkan undang-
undang disebut Jasa Kena Pajak (JKP).

Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenakan PPN berdasarkan UU PPN
yang direvisi dalam UU HPP. Barang Kena Pajak meliputi seluruh barang
selain yang dimaksud pada Pasal 4A ayat (2) dan pasal 16 UU No. 7 tahun
2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.

Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenakan PPN berdasarkan UU PPN yang
direvisi dalam UU HPP. Jasa Kena Pajak meliputi seluruh jasa selain yang
dimaksud pada Pasal 4A ayat (3) dan pasal 16 UU HPP.

3. Menurut artikel yang dimuat di https://ekonomi.bisnis.com/. masih banyak masyarakat


yang belum paham tentang pajak. dari sini coba saaudara jelaskan bagaimana solusi yang
harus dilakukan oleh pemerintah sehingga masyarakat sadar dan paham pajak yang
nantinya akan mempengaruhi pendapatan Negara !

Jawab :

Strategi pertama adalah memperbaiki pelayanan agar Wajib Pajak mau


membayar pajak secara sukarela. Perbaikan pelayanan perlu dilakukan karena
dalam praktik di lapangan masih ada ketidakpuasan terhadap pelayanan
pemungutan pajak. Perbaikan pelayanan kiranya dapat dilakukan dengan cara
memberikan kemudahan dalam hal pemenuhan kewajiban pajak. Selain itu
pelayanan juga harus mencitrakan sebuah keramahan, keanggunan, dan
kenyamanan. Perbaikan-perbaikan tersebut diharapkan dapat mendorong Wajib
Pajak untuk melangkah ke kantor pajak.

Strategi kedua adalah meningkatkan jumlah tenaga pemeriksa di Direktorat


Jenderal Pajak untuk memperbaiki kualitas penegakan hukum. Hal ini
diharapkan dapat menimbulkan efek jera terhadap masyarakat sehingga dapat
menghasilkan penerimaan pajak yang berkelanjutan.

Strategi ketiga adalah melakukan kegiatan sosialisasi maupun edukasi secara


berkelanjutan untuk meningkatkan kesadaran atas pentingnya membayar pajak.
Hal ini dapat dilakukan melalui sosial media. Terlebih, akan lebih baik jika rasa
bangga membayar pajak ditanamkan kepada generasi penerus dari sekarang ini.
Sehingga kedepannya akan muncul kerelaan dalam membayar pajak.
Strategi keempat adalah melakukan internalisasi nilai-nilai Kementerian
Keuangan untuk menguatkan moral dan integritas pegawai pajak dalam
menjalankan tugas secara profesional. Dengan langkah ini, diharapkan citra
Good Governance dapat terbentuk di masyarakat. Timbulnya citra Good
Governance diharapan dapat menimbulkan adanya rasa saling percaya antara
pemerintah dan masyarakat wajib pajak, sehingga kegiatan pembayaran pajak
akan menjadi sebuah kebutuhan dan kerelaan, bukan suatu kewajiban.

4. Coba saudara uraiakan terkait kasus atau pemberitaan terbaru tentang


perpajakan yang ada di Indonesia sekarang!
Jawab :
Pekerja Gaji Rp5 Juta Tidak Dikenakan Pajak 5%
Dirangkum Okezone, Minggu (8/1/2023), berikut fakta pajak yang dikenakan
kepada para pekerja:

1. Tidak Mengalami Perubahan Pajak

Staf Menteri Keuangan Yustinus Prastowo menjelaskan karyawan yang


penghasilnya Rp5 juta per bulan dan Rp60 juta per tahun tidak mengalami
perubahan pajak. Di mana besaranya sekitar Rp300 ribu.

"Cara hitungnnya penghasilan dikurangi dengan penghasilan tidak kena pajak


(PTKP), kalau bujang Rp54 juta, berarti ketemu Rp6 juta dengan pajak Rp300
ribu. Jadi sama, dulu dan sekarang gaji Rp5 juta tetap kena pajak Rp300 ribu,"
terang Yustinus melalui Twitternya, Selasa, 3 Januari 2023.

2. Tidak Ada Pajak Baru

Yustinus menegaskan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena tidak
ada pajak baru dan kenaikan pajak. Justru melalui Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan disampaikan bahwa
wajib pajak dengan penghasilan terendah tidak dikenai pajak sampai Rp50 juta
dan sekarang sampai Rp60 juta dikenai 5%.
Sedangkan wajib pajak yang penghasilan tinggi di atas Rp5 miliar dikenai pajak
35% dari sebelumnya 30%. "Tidak perlu khawatir, tidak ada pajak baru dan tidak
ada kenaikan pajak," ujarnya.

3. Hitung-hitungannya

Yustinus pun membagikan soal hitungan yang benar soal pajak karyawan. Di
mana karyawan dengan gaji Rp9,5 juta per bulan atau Rp114 juta per tahun.
Setelah dikurangi PTKP Rp54 juta terhitung menjadi Rp60 juta.
"Dulu harus bayar dua lapis tarif, 5% kali Rp50 juta, 15% kali Rp10 juta, pajak
(harus dibayar pekerja dengan gaji Rp9,5 juta) Rp4 juta. Sekarang di UU baru
ini, hanya perlu bayar 5% kali Rp60 juta atau membayar Rp3 juta," tuturnya.

"Ini hemat Rp1 juta, Artinya UU tidak menambah baru, tidak menaikan tarif tapi
melindungi dan ada efisiensi Rp1 juta. Pastikan tidak perlu khawatir dan taat
pajak," tambahnya.

Anda mungkin juga menyukai