Anda di halaman 1dari 10

BAB VIII

KEBIJAKAN DEVIDEN

 Dividen merupakan bagian dari laba yang diberikan kepada para pemegang saham biasa
dalam bentuk kas / tunai.
 Keputusan dividen adalah keputusan tentang berapa banyak bagian keuntungan yang akan
dibagikan kepada para pemegang saham dan berapa banyak yang akan ditahan.
 Keputusan keuangan inilah yang menjadi tanggung jawab manajer keuangan.
 Kebijakan dividen mempunyai arti yang penting bagi perusahaan karena alasan-alasan
sebagai berikut :
1. Kebijakan itu berpengaruh pada sikap para investor.
Pemotongan dividen bisa dipandang negatif oleh para investor, karena pemotongan
seperti itu sering dikait-katikan dengan kesulitan keuangan.
2. Kebijakan itu berdampak pada program pendanaan dan anggaran modal perusahaan.
3. Kebijakan itu mempengaruhi arus kas perusahaan.
Perusahan dengan likuiditas buruk dapat dipaksa untuk membatasi pembayaran
dividennya.
4. Kebijakan itu menurunkan ekuitas pemegang saham karena dividen dibayar dari laba
yang ditahan.
Hal ini mengakibatkan rasio hutang terhadap ekuitas menjadi lebih tinggi.

 Dalam penentuan kebijakan dividen, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, antara
lain :
1. Faktor likuiditas
Jika likuiditas rendah, biasanya dividen yang diberikan dalam bentuk dividen per share
juga akan rendah. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan likuiditas perusahaan,
sehingga tidak mengganggu jalannya perusahaan.
2. Biaya pengeluaran saham baru
Emisi saham baru akan mempunyai biaya modal yang lebih besar, karena adanya unsur
biaya pengembangan
3. Pengendalian
Apabila untuk mendapatkan dana baru perusahaan harus mengeluarkan saham baru,
maka proporsi kepemilikan pemilik saham lama juga akan berkurang, konsekuensinya
pengendalian perusahaan oleh pemilik saham lama juga akan berkurang.
4. Stabilitas keuntungan dan kebangkrutan
Semakin stabil keuntungan yang diperoleh perusahaan, semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen. Apabila keuntungan perusahaan sangat
berfluktuasi, maka resiko terjadinya kebangkrutan semakin besar. Dengan adanya resiko
ini kecenderungan untuk menahan labanya semakin besar.
5. Biaya transaksi dan kebutuhan pemodal
Secara teoritis kenaikan harga saham akan sama dengan jumlah dividen yang dibagikan.

 Jenis-jenis kebijakan dividen mencakup :


1. Kebijakan dividen mantap per saham
Dalam kebijakan dividen ini, pembayaran dividen dari waktu ke waktu mempunyai
jumlah yang sama. kenaikan jumlah dividen akan terlaksana jika manajemen yakin
perusahaan sudah mampu membayarnya dari waktu ke waktu, karena sekali niak jumlah
ini tidak akan turun lagi.
2. Kebijakan rasio pembayaran dividen constant
Dalam kebijakan dividen ini, jumlah dividen dilakukan sekian persen dair pendapatan
perusahaan. Kalau laba bersih berfluktuasi, dividen pun bervariasi. Jika laba perusahaan
saja turun drastis, maka jumlah dividen yang dibayarkan akan sangat berkurang atua
bahkan tidak.
3. Kebijakan dividen reguler plus ekstra tutup tahun
Dalam kebijakan dividen ini, perusahaan secara reguler (misalnya per kuartal membayar
dalam jumlah yang kecil, namun diakhir tahun perusahaan menambah ekstra dividen,
apabila perusahaan mendapatkan laba cukup besar).
4. Kebijakan dividen residual
Dalam kebijakan dividen ini jumlah laba ditahan tergantung pada tersedianya peluang
investasi suatu tahun tertentu. Dividen diambil dari laba residual setelah kebutuhan
investasi terpenuhi.

PROSEDUR DAN RASIO PEMBAYARAN DIVIDEN


 Prosedur Pembayaran Dividen
1. Tanggal deklarasi
Tanggal dimana dewan direksi mengumumkan dividen. Hal-hal yang diumumkan antara
lain besarnya dividen, dividen ekstra dan kapan pembayaran dividen akan dilakukan.
2. Tanggal pencatatan pemegang saham
Tanggal dimana perusahaan menutup buku pencatatan pemindahtanganan saham dan
membuat daftar pemegang saham per tanggal tersebut.
3. Tanggal pemisahan dividen (ex dividen date)
Tanggal pada saat dividen dipisahkan dari saham. Tanggal pemisahan ini biasanya
dilakukan 4 hari sebelum tanggal pencatatan. Seandainya tanggal pencatatan pada tanggal
15 Desember, maka tanggal pemisahan jatuh pada tanggal 11 Desember. Seandainya
anda ingin menerima dividen dari pembelian saham tersebut, maka saham tersebut harus
dibeli sebelum tanggal 10 Desember. Jika anda membeli pada tanggal 11 Desember atau
sesudahnya, maka penjual saham tersebut yang akan menerima dividennya.
4. Tanggal pembayaran
Tanggal dimana perusahaan akan melaksanakan pengiriman cek kepada pemegang saham
yang tercatat sebagai pemegang saham.

 Dalam prosedur pembayaran dividen, perlu juga diketahui cara penentuan dividen per lembar
saham (DPS)
Dividensaham biasa
DPS=
Jumlah sahambiasa yang beredar

Contoh :
Laporan Laba Rugi PT. Astra Internasional (dalam ribuan)
Penjualan Rp. 37.500.000,-
Harga pokok penjualan
Bahan baku Rp. 17.500.000,-
Tenaga kerja Rp. 250.000,-
Biaya overhead pabrik Rp. 1.000.000,-
Rp. 18.750.000,-
Laba kotor Rp. 18.750.000,-
Biaya operasi Rp. 500.000,-
Laba sebelum pajak dan bunga Rp. 18.250.000,-
Beban bunga Rp. 112.500,-
Laba sebelum pajak Rp. 18.137.500,-
Pajak pendapatan (25%) Rp. 4.534.375,-
Laba setelah pajak Rp. 13.603.125,-
Dividen saham preferen Rp. 85.000,-
Laba tersedia bagi pemegang saham biasa Rp. 13.518.125,-
Laba ditahan (40%) Rp. 5.407.250,-
Dividen saham biasa Rp. 8.110.875,-

Misal jumlah saham biasa yang beredar 100.000.000 lembar


DPS=Rp . 8.110.875 ,− ¿ ¿
Rp .100 .000.000 ,−¿=Rp . 81 ,−¿ ¿

 RASIO PEMBAYARAN DIVIDEN (Dividend Pay Out Ratio)


Adalah prosentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas
 Rasio pembayaran dividen ini merupakan aspek utama dari kebijakan dividen perusahaan
yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan bagi para pemegang sahamnya
 Prinsip yang digunakan perusahaan apakah laba yang diperoleh akan diinvestasikan kembali
(ditahan) atau dibagikan dalam bentuk dividen, tergantung pada hasil pengembbalian yang
didapat dari investasi tersebut.
 Apabila hasil pengembalian dari investasi baru lebih besar daripada hasil pengembalian yang
diharapkan (required return), maka kecenderungan untuk laba ditahan lebih besar (prosentase
pembayaran dividen mungkin nol) begitu pula sebaliknya.
Mengilustrasikan kebijakan dividen sebagai suatu keputusan pembayaran yang semata-mata
ditentukan oleh profitabilitas kesempatan investasi yang tersedia dapat menggunakan model
dividen yang ditemukan oleh Walter, yaitu :

Po=
D+ ( rp )( E−D)
P

Dimana
Po = harga pasar per lembar saham biasa
D = dividen per lembar saham
E = laba per lembar saham
r = tingkat hasil pengembalian atas investasi
p = tingkat kapitalisasi pasar

Contoh :
Misal Suatu perusahaan mempunyai r = 24%, p = 20%, E = Rp.40,-, D = Rp. 20,-. Harga pasar
per lembar saham menjadi :

Po=20 ,−+ ( 0,24


0,20 )
¿¿

Jadi dengan kasus ini, akan menghasilkan harga per lembar saham Rp. 220,-. Rasio pembayaran
dividen ini akan optimum jika dilakukan dengan mengubah D sampai diperoleh harga
maksimum per lembar saham.
Misal Jika r > p, rasio pembayaran dividen yang optimal harus = 0, maka

Po=
0+ ( 0,24
0,20 )
( 40 ,−−0)
=Rp . 240 ,−¿
0,20

Misalnya jika rasio r < p, maka rasio pembayaran dividen yang optimum harus 100%,
seandainya r = 16%, maka
Po=20 ,−+ ( )
0,16
0,20
¿¿

Akan tetapi dengan rasio pembayaran dviden sebesar 100%, maka

Po=40 ,−+ ( 0,16


0,20 )
¿¿

 Jadi, harga pasar per lembar saham dapat dimaksimumkan dengan membagi laba seluruhnya.
Jika r = p, harga per lembar saham tidak akan dipengaruhi oleh rasio pembayaran dividen.
Dalam penerapannya formula Walter ini sulit dilakukan, karena adanya pembatasan
peraturan pemerintah, bahwa sebagian laga yang diperoleh harus diberikan sebagai dividen
kepada para pemegang sahamnya.

 Teori kebijakan dividen dibagi menjadi 2 macam :


1. Teori kebijakan dividen tanpa pajak
2. Teori kebijakan dividen yang terkena pajak

1. Teori kebijakan dividen tanpa pajak


Asumsi :
a. Pasar modal sempurna dan semua investor rasional
b. Tidak ada biaya pengembangan pada saat pengeluaran sekuritas
c. Tidak ada pajak
d. Penentuan kebijakan investasi perusahaan tidak berubah
e. Investor merasa yakin terhadap investasi dan keuntungan perusahaan di masa
yang akan datang
Kebijakan tanpa pajak, hanya bersifat teori dan tidak dapat diaplikasikan dalam
dunia nyata saat ini.

2. Teori kebijakan dividen yang terkena pajak


Asumsi ;
a. Kebijakan investasi yang dikenakan tidak terpengaruh oleh kebijakan dividen
b. Tidak ada biaya transaksi yang dikenakan untuk penambahan modal eksternal
c. Ada 3 macam tarif pajak
- Pajak perusahaan proporsional (Tc)
- Pajak penghasilan pribadi dari obligasi, idiven dan upah (Tp)
- Pajak atas keuntungan modal (Tg)
d. Perusahaan dan para penanam modal benar-benar membayar pajak
Apabila tarif pajak pribadi untuk penghasilan yang diterima dalam bentuk dividen
> daripada tarif pajak penghasilan pribadi atas keuntungan modal (Pt > Tg),
maka pemegang saham akan lebih menyukai perusahaan yang tidak membayar
dividen.
Jadi mereka lebih untung jika dana tetap pada perusahaan atau dibayarkan melalui
pembelian kembali saham-saham yang beredar. Dengan demikian jika dividen
tidak dibayar, pemegang saham yang memerlukan uang tunai dapat menjual
sebagian sahamnya, sehingga mereka hanya membayar pajak atas keuntungan
modal yang lebih < daripada pajak atas penghasilan biasa yang harus dibayar
jika mereka menerima dividen.

 Pemegang saham di dalam memaksimumkan penghasilan sesudah mempunyai 2 pilihan


a. Membeli saham perusahaan yang tidak berhutang dan meminjam untuk kebutuhan
pribadi
b. Membeli saham dalam perusahaan yang mempunyai pinjaman

Ada 2 kasus yang berhubungan dengan kebijakan dividen :


- Apabila perusahaan membayar seluruh pendapatannya sebagai dividen
- Apabila perusahaan tidak membayar dividen sama sekali

Contoh :
Jika perusahaan membayar semua arus kasnya sebagai dividen, pemegang saham ke-i akan
menerima sesudah pajak sebagai berikut :
Ydi = {(NOI – iDc) (1 – Tc) – iDpi} (1 – Tpi)
Ydi = arus penghasilan sesudah pajak untuk individu ke-i jika semua laba bersih perusahaan
dibayarkan sebagai dividen
NOI = arus kas operasi perusahaan, (laba operasi bersih) = Rp. 100 juta
i = tingkat bunga pinjaman yang diasumsikan sama tinggi individu dan perusahaan =
10%
Dc = Hutang perusahaan = Rp. 60 juta
Dpi = Hutang pribadi individu ke – i = Rp. 20 juta
Tc = Tingkat pajak perusahaan = 40%
Tp = Tingkat pajak pribadi atas penghasilan yang diterima oleh individu ke-i = 30%

Jika perusahaan tidak membayar semua arus kasnya sebagai dividen, pemegang saham ke-i
akan menerima sesudah pajak :
Ygi = (NOI – iDc) (1 – Tc) (1 – Tgi) – i Dpi (1 – Tpi)
Ygi = Penghasilan sesudah pajak dari individu ke-i jika perusahaan tidak membayar dividen
Tgi = Tingkat pajak keuntungan modal untuk individu ke-i

 Menurut teori deividen yang terkena pajak ini, dapat disimpulkan bahwa dividen tidak
disukai oleh para pemegang saham. Dengan kata lain, semakin rendah dividen diberikan
justru akan meningkatkan harga sahamnya.

 Pendapat lain tentang kebijakan dividen


Ada pandangan lain yang menyatakan :
“Semakin tinggi dividen, akan menyebabkan harga saham semakin tinggi.
Karena pendapatan dividen memiliki sifat yang lebih pasi (predietable) daripada capital
gain. Ini berarti capital gain mempunyai kadar resiko yang lebih besar dibandingkan
dividen.”

Pandangan yang menyatakan bahwa pendapatan dividen lebih dari pada capital gain, karena
lebih pasti, atau karena resikonya < disebut “Teori bird in hand”
(satu burung di tangan lebih baik dariapda sepuluh burung di pohon)
Dengan dasar pemikiran tersebut, maka menurut pandangan ini dividen yang besar dapat
meningkatkan harga saham.

 Pembelian kembali saham


Pembelian kembali saham merupakan satu bentuk kebijakan dividen, dengan tujuan untuk
mengurangi jumlah saham yang beredar berkurang, maka nilai per lembar sahamnya akan
meningkat. Konsekwensi lainnya diharapkan tingkat pengembalian yang diperoleh pemegang
sahamnya meningkat.

 Ada beberapa alasan mengapa perusahaan membeli kembali saham biasanya, yaitu:
1. Sebagai cara untuk menciptakan peluang investasi internal
2. Untuk memodifikasi struktur modalnya
3. Untuk merangsang pendapatan per lembar saham
4. Pembatasan kelompok pesero minoritas
5. Pembatasan dampak negatif merger dan akuisisi terhadap pendapatan per lembar saham
6. Pengurangan biaya perusahaan berupa pembayaran atas pelayanan kepada para pesero
kecil-kecilan

Mengadakan pembelian kembali saham perusahaan ada 3 metode yang dapat digunakan :
1) Penawaran tender harga tetap (fixed price tender offer)
Perusahaan membuat tawaran formal kepada para pemegang saham untuk membeli
sejumlah saham yang cukup dengan harga tertentu.
Untuk menarik calon penjual, perusahaan sengaja menawarkan harga yang lebih tinggi
daripada harga pasaran
2) Penawaran tender lelang pesero utama (education tender offer)
Penawaran ini terutama ditujukan bagi pemegang saham mayoritas. Harga saham
dirundingkan, dengan cara mengadakan tawar menawar.
3) Pembelian lewat pasar terbuka (open market purchases)
Perusahaan membeli lewat pialang di bursa efek seperti layaknya investor individual
Resiko dengan metode ini ada kemungkinan harga menjadi sangat tinggi, dan adanya
biaya komisi bagi pialang yang harga relatif mahal.
 Dividen saham (stovk divident)
Pembayaran tambahan saham kepada para pemegang saham dan menunjukkan penyusunan
kembali modal perusahaan, sedangkan proporsi kepemilikan pemegang saham tetap tidak
berubah.

Jadi, pembayaran dividen saham hanya mengubah struktur modal perusahaan

 Pemecahan Saham (Stock splits)


Dengan pemecahan saham, jumlah saham meningkat sesuai dengan penurunan nilai nominal
saham. Tujuannya untuk menjaga harga saham.

Anda mungkin juga menyukai