Anda di halaman 1dari 6

BAB V

TEORI STRUKTUR MODAL 2


(Pendekatan TradisionaL dan MM)

Pendekatan tradisional terhadap penilaian dan leverage mengasumsikan adanya suatu struktur
modal yang optimum dan bahwa perusahaan dapat menaikkan nilai totalnya melalui penggunaan
leverage yang bijaksana.

Pendekatan tradisional mengatakan bahwa mula-mula perusahaan tersebut dapat menurunkan


biaya modalnya dan menaikkan nilai totalnya melalui leverage. Karena leverage meningkat maka
para investor menaikkan tingkat kapitalisasi ekuitasnya (Ks), namun kanikan tidak langsung
mengofset manfaat penggunaan dana hutang (yang lebih murah) tersebut secara keseluruhan.

Contoh ;
Misalnya PT. A mempunyai 100% modal sendiri dan diharapkan memperoleh laba bersih setiap
tahunnya sebesar Rp. 1.000,-. Kalau tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal
sendiri (Ks) adalah 18%, maka total nilai perusahaan dan tingkat kapitalisasi keseluruhannya
berapa ?
Jawab :
Laba operasi bersih (O) Rp. 1.000,-
Bunga hutang (C)
Laba yang tersedia pemegang saham biasa (E) Rp. 1.000,-
Tingkat kapitalisasi ekuitas (Ks) 0,18
Nilai pasar dari saham (Po) Rp. 5.555,56
Nilai pasar dari hutang (Vd)
Total nilai perusahaan (Vt) Rp. 5.555,56
Tingkat kapitalisasi keseluruhan (Ko) 0,18 = 18 %

E Rp .1.000
Ks= = =0,18=18 %
P o Rp .5.555,56
Sekarang misalnya PT. A akan mengganti sebagian modal sendiri dengan hutang. Biaya hutang
(ki) atau tingkat keuntungan yang disyaratkan kreditor, misalnya 15% untuk menggunakan
hutang tersebut, PT. A harus membayar bunga setiap tahunnya sebesar Rp. 400,-. Dengan
menggunakan hutang PT. A menjadi lebih beresiko dan karenyanya kapitalisasi ekuitasnya (Ks)
naik, misalnya menjadi 20%. Kalau laba operasi bersih tidak berubah, berapakah Vt dan Ko
tersebut?
Pengaruh perubahan leverage terhadap total nilai perusahaan dan tingkat kapitalisasi perusahaan
dengan pendekatan tradisional
Laba operasi bersih (O) Rp. 1.000,-
Bunga hutang (C) Rp. 400,-
Laba yang tersedia pemegang saham biasa (E) Rp. 600,-
Tingkat kapitalisasi ekuitas (Ks) 0,20
Nilai pasar dari saham (Po) Rp. 3.000,-
Nilai pasar dari hutang (Vd) Rp. 2.666,67
Total nilai perusahaan (Vt) Rp. 5.666,67

K o =K i { Vd
} {
V d + Po
+K s
Po
V d + Po }
= 0,15 (2.666,67 / 5.666,67) + 0,20 (3000/5.666,67)
= 0,071 + 0,106 = 0,177
Ko = 17,7 %
Jadi, dengan adanya penggunaan hutang, maka :
a. Nilai perusahaan meningkat
b. Tingkat kapitalisasi keseluruhan turun dari 18% menjadi 17,7%

PENDEKATAN MOGLIANI DAN MILLER / MM


Pendepatan MM ini menentang pendapat tradisionil dengan memberikan pembenaran perilaku
bahwa tingkat kapitalisasi perusahaan tersebut secara keseluruhan (Ko) tetap konstan di dalam
semua tingkat leverage.
MM berpendapat bahwa resiko total bagi seluruh pemegang surat berharga dari suatu perusahaan
tidak dipengaruhi oleh perubahan dalam struktur modalnya. Oleh karena itu, nilai total
perusahaan tersebut haruslah sama, tanpa memperdulikan bauran pembiayaannya. Alasannya
adalah kemungkinan munculnya proses srbitrasi yang akan membuat harga saham (nilai
perusahaan) perusahaan yang tidak menggunakan hutang ataupun yang menggunakan hutang
akhirnya sama.
Asumsi Penting Teori MM sebagai berikut :
1. Pasar modal adalah sempurna. Informasi selalu tersedia dengan cepat dan lengkap untuk
semua investor. Investor bersifat rasional.
2. Rata-rata perkiraan laba operasi di masa yang akan datang perusahaan disajikan oleh
variabel random subyektif. Nilai perkiraan dari distribusi probabilitas bagi semua investor
adalah sama
3. Perusahana-perusahaan dapat dikelompokkan dalam kelas “pengembalian sama”. semua
perusahaan dengan kelas sama mempunyai tingkat resiko bisnis yang sama.
4. Tidak ada pajak perseroan.

Contoh :
Ada 2 perusahaan yaitu Perusahaan A dan Perusahaan B, dimana perusahaan A tidak mempunyai
leverage, sedangkan perusahaan B mempunyai leverage dalam bentuk obligasi yang beredar Rp.
30.000,- dengan tingkat bunga 12%. Berdasarkan pendekatan tradisonal, perusahaan B
mempunyai total nilai yang lebih tinggi dan biaya modal yang lebih rendah dibandingkan
perusahaan A seperti dalam perhitungan di bawah ini :

Perbandingan total nilai perusahaan dan tingkat kapitalisasi keseluruhan antara perusahaan yang
menggunakan leverage dan tidak ;
Perusahaan A Perusahaan B
Laba operasi bersih (O) Rp. 10.000,- Rp. 10.000,-
Bunga hutang (C) 12% x 30.000 Rp. 3.600,-
Laba yang tersedia pemegang saham biasa (E) Rp. 10.000,- Rp. 6.400,-
Tingkat kapitalisasi ekuitas (Ks) 0,15 0,16
Nilai pasar dari saham (Po) = E/Ks Rp.66.666,67 Rp. 40.000,-
Nilai pasar dari hutang (Vd) Rp. 30.000,-
Total nilai perusahaan (Vt) Rp. 66.666,67 Rp. 70.000,-
Tingkat kapitalisasi keseluruhan (Ko) = O/Vt = ` 15 % 14,3%
Vd / Po = 0 75,0%
MM Menyatakan :
Bahwa keadaan ini tidak dapat berlangsung terus karena “ARBITRASE” akan mengemudikan
total nilai kedua perusahaan secara bersama-sama.
Perusahaan B tidak dapat mempunyai total nilai > karena mempunyai perbedaan bauran
keuangan dari perusahaan A.
MM berpendapat bahwa dengan investasi di perusahaan A, para investor perusahaan B dapat
memperoleh pengembalian rupiah yang sama dengan tanpa peningkatan resiko keuangan. Selain
itu mereka dapat mengeluarkan investasi <. Karena para investor akan lebih menyukai dengan
investasi yang memerlukan pengeluaran <, maka mereka akan menjual saham-saham mereka di
perusahaan B dan membeli saham perusahaan A. Transaksi seperti ini akan berlangsung terus
hingga harga saham perusahaan B turun dan harga saham perusahaan A naik secukupnya. Untuk
membuat total nilai kedua perusahaan tersebut sama. Peristiwa seperti ini disebut
“ARBITRASE”

Misalnya anda seorang investor rasional yang memiliki 1% saham perusahaan B, maka :
a. Nilai saham anda = 1% x Rp. 40.000,- = Rp. 400,-
b. Penghasilan yang anda harapkan dengan kepemilikan saham = 16% x Rp. 400,- = Rp. 64,-
c. Sekarang misalnya anda menempuh serangkaian kegiatan sebagai berikut :
- Menjual saham perusahaan B yang dimiliki untuk memperoleh Rp. 400,-
- Meminjam uang dengan bunga 12% sebesar Rp. 300,- membeli 1% saham perusahaan A,
perusahaan yang tanpa leverage yaitu sebesar Rp. 666,67
Dengan melakukan serangkaian kegiatan tersebut anda akan memperoleh penghasilan bersih
sebesar :
- Penghasilan dari saham perusahaan A = 15% x Rp. 666,67 = Rp. 100,-
- Bunga yang harus dibayar = 12% x Rp. 300,- = Rp. 36,-
Jadi, penghasilan bersih Rp. 100,- - Rp. 36,- = Rp. 64,-
Untuk membeli saham perusahaan A sebesar Rp. 666,67, anda memerlukan modal sendiri Rp.
366,67 (Rp. 666,67 – Rp. 300,-)
Dengan demikian anda bisa menghemat dana untuk investasi = Rp. 33,33 (Rp. 400,- - Rp.
366,67)
Proses ini disebut “ARBITRASE”

Dengan pendekatan MM ini menunjukkan bahwa :


Dalam keadaan pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, maka keputusan pendanaan
menjadi tidak relevan, artinya penggunaan hutang atau modal sendiri akan memberi dampak
yang sama bagi kemakmuran pemilik perusahaan.

6 Maret 2021 stie al anwar

Anda mungkin juga menyukai