BAB - V
Disusun oleh:
Atau V = B + S
𝐵 𝑆
Ko = Ki (𝐵+𝑆) + Ke ( )
𝐵+𝑆
O Rp 1.000,-
Biaya modal perusahaan (ko ) = -------- = ---------------------- x 100%
V Rp 5.250,-
= 19,05%
O Rp 1.000,-
Biaya modal perusahaan (ko) = ---------- = ---------------- x 100%
V Rp 5.750,-
= 17,39%.
E Rp 850,-
Biaya modal saham (ke) = ------------ = ------------------- x 100%
S Rp 4.000,-
= 21,25%.
E Rp 550,-
Biaya modal saham (ke) = ------- = ----------------- x 100%
S Rp 2.000,-
= 27,50%
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut tampak bahwa, menurut pendekatan
laba bersih operasi berapapun jumlah utang yang dipergunakan dalam
pembelanjaan perusahaan, nilai perusahaan tidak berubah. Hal ini menunjukkan
bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan demikian
harga saham perusahaan juga tidak berubah.
Misalkan, harga saham mula-mula Rp 10,- dengan nilai pasar saham Rp
4.000,- berarti jumlah saham yang beredar adalah sebanyak 400 lembar saham.
Dengan mempergunakan tambahan utang sebesar Rp 2.000,- dipakai untuk
membeli kembali saham yang beredar, maka jumlah saham yang bisa dibeli
sebanyak 200 lembar (Rp 2.000,-/Rp10,-). Setelah saham dibeli kembali, maka
jumlah saham yang masih beredar sebanyak 200 lembar dengan nilai sebesar
Rp 2.000,-, atau dengan kata lain harga sahamnya tetap sebesar Rp 10,-, yaitu
(Rp 2.000,-/200).
Apabila digambarkan secara grafik hubungan antara penggunaan utang
dengan biaya modal, berdasarkan pendekatan laba bersih operasi tampak pada
grafik berikut ini.
Pada grafik tersebut tampak bahwa berapapun jumlah utang yang
dipergunakan dalam pembelanjaan perusahaan tidak mempengaruhi biaya
modal perusahaan (ko). Sementara itu, biaya modal saham (ke) meningkat
dengan semakin banyaknya jumlah utang, hal ini terjadi karena risiko
perusahaan semakin besar, sehingga pemegang saham menuntut tingkat
pengembalian yang lebih tinggi. Peningkatan biaya modal saham tidak
mempengaruhi biaya modal perusahaan, karena proporsi penggunaan saham
yang biaya modalnya meningkat dikurangi, sedangkan proporsi penggunaan
utang yang biaya modalnya lebih rendah ditambah.
Dengan demikian nilai sekarang tax shield perusahaan Putra adalah : PV tax
shield = 0,50 ( Rp 5.000,-) = Rp 2.500,-. Perusahaan Putra yang memiliki utang
akan mempunyai nilai Rp 2.500,- lebih tinggi daripada nilai perusahaan Bina
yang tidak memiliki utang.
Perbedaan nilai perusahaan tersebut terjadi karena arus pendapatan bagi
kreditur dan pemegang saham pada perusahaan Putra tiap tahun lebih tinggi
sebesar Rp 300,00. Nilai sekarang dari Rp 300,00 per tahun jika tingkat diskonto
12% adalah Rp 300,00 / 0,12 = Rp 2.500,00. Dengan demikian nilai perusahaan
yang menggunakan utang (value of leverage firm) adalah :
Jika pajak pendapatan utang tidak sama dengan pajak pendapatan saham,
misalnya tpd > 0% dan tps = 0%, maka dalam kondisi yang demikian perusahaan
perlu mempertimbangkan apakah membelanjai investasinya dengan utang atau
saham. Apabila Rp 1,- laba operasi perusahaan dibayarkan sebagai bunga
kepada kriditur, maka perusahaan tidak mengenakan pajak atas bunga tersebut,
karena bunga dikurangkan dari laba sebelum pajak. Dengan demikian
pendapatan setelah pajak yang diterima kreditur adalah :
Pendapatan setelah pajak bagi kreditur = Rp 1,- ( 1 – tpd ) Namun
demikian, jika Rp 1,- laba operasi perusahaan dibayarkan kepada pemegang
saham, maka perusahaan mengenakan pajak atas laba tersebut sebesar tarif
pajak perusahaan (tc), dan kemudian ketika diterima oleh pemegang saham
dikenakan pajak pendapatan pribadi untuk saham (tps).
Pendapatan setelah pajak bagi pemegang saham = Rp 1,- ( 1 – tc )(1 – tps).