Jawaban:
Istilah leverage biasanya dipergunakan untuk menggambarkan kemampuan
perusahan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap
(fixed cost assets or funds) untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi
pemilik perusahaan. Dengan memperbesar tingkat leverage maka hal ini akan
berarti bahwa tingkat ketidakpastian (uncertainty) dari return yang akan
diperoleh akan semakin tinggi pula, tetapi pada saat yang sama hal tersebut
juga akan memperbesar jumlah return yang akan diperoleh. Tingkat leverage ini
bisa saja berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan
lainnya, atau dari satu periode ke periode lainnya di dalam satu perusahaan,
tetapi dihadapi serta semakin besar tingkat return arau penghasilan yang
diharapkan. Di dalam manajemen keuangan perusahaan pada umumnya dikenal
tiga macam leverage, yaitu: operating, leverage, financial leverage, dan total
leverage.
Jawaban:
Total leverage mencerminkan total risiko yang dikaitkan dengan kemampuan
perusahaan untuk menutup baik operating cost maupun financial cost. Dengan
meningkatnya biaya, terutama biaya-biaya tetap operasional dan biaya tetap
finansial akan menyebabkan tingginya total risiko yang dihadapi untuk mencapai
titik breakeven. Apabila perusahaan tidak dapat menutup kewajiban yang
bersifat tetap ini maka kemungkinan besar para kreditur akan memaksa
perusahaan untuk membayar bunga serta pinjaman pokok dengan segera. Hal
ini tentu saja akan sangat menyulitkan bagi perusahaan dan kemungkinan
kelangsungan hidupnya masih perlu dipertanyakan. Akan tetapi sekalipun
demikian, tingginya biaya-biaya tetap mempunyai pengaruh yang akan lebih
memperbesar return yang diperoleh menggunakan biaya-biaya tetap yang lebih
kecil. Oleh karena itu, manajer keuangan yang dalam tugasnya sangat
berhubungan dengan keputusan-keputusan dalam bidang operating dan
financing, haruslah mempertimbangkan segala sesuatu yang akan
mempengaruhi total risiko tersebut, dan sangat penting sekali bagi seorang
manajer keuangan untuk mengetahui akibat dari risiko ini atas pola “risk-return”
perusahaan.
Contoh dalam bisnis : Keputusan investasi yang menyangkut masa depan
bersifat tidak pasti sehingga didalamnya menggambarkan unsur risiko. Agar
investasi memberikan hasil yang efektif maka investor harus mampu menilai
pendapatan atau risiko yang terkandung dalam alternatif investasi yang
direncancanakan. Umumnya risiko ada pada setiap investasi. Besar kecilnya
risiko tergantung pada jenis investasinya tersebut.
Jawaban:
BEP berguna ketika menghitung jumlah produksi ketika kamu ingin memperoleh
laba tertentu. Perhitungan BEP disini sangat penting dalam menentukan target
laba yang ingin dicapai usaha. Analisis Break Even Point membutuhkan asumsi
tertentu sebagai dasarnya. Bila asumsi dasar salah satunya mengalami
perubahan, maka akan berpengaruh pada posisi titik impas, sehingga
perubahan tersebut akan berpengaruh juga terhadap laba perusahaan. Jika BEP
= 0 artinya posisi ini netral, perusahaan tidak untung dan tidak rugi dan apabila
suatu perusahaan beroperasi diatas BEP maka perusahaan akan mendapatkan
laba.
Contoh dalam bisnis: Dalam menghadapi tahun 2020 PT Dirgantara Indonesia
telah melakukan peningkatan volume penjualan, peningkatan ini diperkirakan
25% dari rencana penjualan tahun 2019, dan kenaikan harga pesawat 10%.
Disamping itu akibat pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak, sehingga
PT. Dirgantara Indonesia telah menemukan biaya produksi (biaya tetap dan
biaya variabel) naik sebesar 15%. Dengan kenaikan volume penjualan 25% dan
biaya produksi (biaya tetap dan variabel) 15%, mampu meningkatkan laba
pertahun dari Rp, 2.447.023.251.927,- pada tahun 2019 menjadi Rp.
3.347.470165.939,- pada tahun 2020.
Jawaban:
Operating Leverage timbul karena adanya fixed operating cost yang
digunakan di dalam perusahaan untuk menghasilkan income sedangkan
financial leverage timbul karena adanya kewajiban-kewajiban finansial yang
sifatnya tetap (fixed financial charges) yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan.
Financial Leverage mengacu pada sisi kanan dari Neraca (komposisi utang
dan ekuitas). Sedangkan Operating Leverage mengacu pada sisi kiri neraca
(sisi aset). Operating Leverage menentukan komposisi penggunaan aset
tetap dan peralatan lain yang digunakan oleh perusahaan. Sementara
Financial Leverage mengacu pada bagaimana perusahaan membayar aset
tersebut untuk atau bagaimana aktivitas operasional akan dibiayai.
5) Faktor apa saja yang menentukan business risk pada super market, toko
perhiasan, toko alat-alat pertanian, dan perusahaan maskapai penerbangan?
Jawaban:
1. Perubahan permintaan. Semakin stabil permintaan produk suatu perusahaan,
semakin rendah business risk nya.
2. Perubahan harga. Semakin stabil harga jual produk suatu perusahaan,
semakin rendah business risk nya.
3. Biaya produksi. Perusahaan yang biaya produksi (misal bahan baku) nya
fluktuatif, akan lebih tinggi business risk nya.
4. Kemampuan mengubah harga terhadap perubahan biaya produksi. Ada
perusahaan yang lebih mudah/mungkin untuk menaikkan harga jual produknya
jika terjadi perubahan biaya produksi, dibandingkan perusahaan lain.
Perusahaan ini dikatakan memiliki business risk yang lebih rendah.
5. Kemampuan untuk menghasilkan produk baru dalam waktu singkat dan biaya
rendah. Perusahaan berteknologi tinggi seperti perusahaan IT dan farmasi harus
mampu beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang selalu dituntut untuk
menghasilkan produk baru. Lingkungan bisnis dimana produknya mudah
obsolete dikatakan memiliki business risk yang tinggi.
6. Fluktuasi Nilai Tukar. Perusahaan yang mata uang penjualannya berbeda
dengan biaya produksinya akan menghadapi risiko nilai tukar yang akan
meningkatkan business risk nya. Risiko lebih besar akan dihadapi di negara
yang political risk nya tinggi.
7. Operating Leverage. Jika sebagian besar biaya produksi tidak dapat diubah
mengikuti perubahan permintaan (fixed cost), maka perusahaan tersebut
menghadapi business risk yang lebih besar. Faktor ini disebut operating
leverage.
Jawaban:
dlm Rp.
7) Dari laporan rugi-laba perusahaan "XYZ” untuk tahun 2019 dapat dilihat bahwa
laba sebelum bunga dan pajak yang diperoleh adalah sebesar Rp 4.500.000,
dan jumlah beban bunga untuk modal yang dipinjam adalah sebesar Rp
1.500.000,-. Jumlah saham biasa yang beredar adalah 150.000 lembar dan
pajak sebesar 40%. Dengan menggunakan fomula hitunglah tingkat financial
leverage perusahaan.
Jawaban :
EBIT Rp 4.500.000
=
DFL pada X = Pd 0
EBIT−1− Rp 4.500 .000−Rp1.500 .000−
1−T 1−0,4
Rp 4.500.000
= = 1,5
Rp3.000 .000
Jadi, DFL perusahaan sebesar 1,5
Jawaban :
Bunga Obligasi : 8% x Rp1.000.000
Preferrend Dividend
Financial Breakeven Point (BEP) =
1−t
Rp .0
= 1−0,4 + Rp 80.000
= Rp80.000
b) Hitunglah financial breakeven point, jika diketahui bahwa tingkat bunga atas
pinjaman obligasi naik menjadi 10%.
Jawaban :
Bunga Obligasi : 10% x Rp1.000.000 = Rp100.000
Preferrend Dividend
Financial Breakeven Point (BEP) =
1−t
Rp .0
= 1−0,4 + Rp 100.000
= Rp100.000
Jawaban :
Prefferend Dividend : 1.000 lembar x Rp75 = Rp75.000
Preferred Dividend
Financial Breakeven Point (BEP) = +i
1−t
Rp .75 .000
= 1−0,4 + Rp 100.000
= Rp125.000 + Rp100.000
= Rp225.000
Jawaban :
Prefferend Dividend : 1.000 lembar x Rp65 = Rp65.000
Preferred Dividend
Financial Breakeven Point (BEP) = +i
1−t
Rp .65 .000
= 1−0,4 + Rp 100.000
= Rp108.333 + Rp100.000
= Rp208.333
9) Dari laporan keuangan perusahaan terlihat besaran laba sebelum bunga dan
pajak Rp 4,5 juta, dan beban bunga dari modal yang dipinjam sebesar Rp 1,5
juta. Jumlah saham biasa yang beredar sejumlah 150 ribu lembar, dan pajak
sebesar 40%.
a) Hitunglah degree of financial leverage.
Jawaban:
EBIT Rp 4.500.000
=
DFL pada X = Pd 0
EBIT−1− Rp 4.500 .000−Rp1.500 .000−
1−T 1−0,4
Rp 4.500.000
= = 1,5
Rp3.000 .000
Jadi, DFL perusahaan sebesar 1,5
b) Dengan menggunakan axis EBIT-eps, buatlah gambar financing plan
perusahaan ini.
Jawaban:
Earning before interest and taxes Rp 4.500.000
Less : interest expenses Rp 1.500.000
Earning before taxes Rp 3.000.000
Less : taxes Rp 1.200.000
Earning after taxes Rp 1.800.000
Less : preferred stock dividend 0
Earning available for common stokholders Rp 1.800.000
Financing Plan
14
12
10
8
EPS
6
4
2
0
4,500,000
EBIT
Jawaban :
Sebelum tambahan modal ( Misal EBIT -40%) :
I = 6% x Rp 100.000 = Rp 6.000
EBIT
DFL pada EBIT Rp 18.000 =
EBIT−1−Pd/(1−T )
RP 18.000
¿
Rp 18.000−Rp 6.000−0/(1−0,4)
RP 18.000
¿
Rp 12.000
= 1,5
Setelah ada tambahan modal :
I = 6% x Rp 100.000 = Rp 6.000
= 6% x Rp 20.000 = Rp 1.200
EBIT
DFL pada EBIT Rp 30.000 =
EBIT−1−Pd/(1−T )
RP30.000
=
Rp 30.000−(Rp 6.000+ Rp1.200)−0/(1−0,4)
RP 30.000
=
Rp 22.800
= 1,32
b) Gambarkan kedua financing plan tersebut dalam axis EBIT-eps.
Jawaban:
1. Earning before interest and taxes Rp 10.000
Less : interest expenses Rp 6.000
Earning before taxes Rp 4.000.
Less : taxes Rp 1.600
Earning after taxes Rp 2.400
Less : preferred stock dividend 0
Earning available for common stokholders Rp 2.400
EPS Rp 2.400/
10.000
Rp 0,24/ lembar
Jawaban:
Dari hasil analisis perhitungan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pada tingkat EBIT Rp30.000 memberikan EPS yang lebih besar
dibandingkan tingkat EPS Rp10.000
Jawaban:
F
BEP = X =
P−V
Rp 200.000
X=
Rp 230−Rp 180
Rp 200.000
X=
Rp 50
= 4.000 Unit
Jawaban:
F
BEP = X = V
1−
P
Rp 200.000
X= Rp 180
1−
Rp 230
X = 920.000
12) Sebuah perusahaan menjual produknya per unit Rp 50 ribu. Untuk membuat
produk tersebut, biaya variabel per unitnya sebesar Rp 30 ribu. Biaya tetap
perusahaan tersebut totalnya Rp 30 juta.
a) Hitung besar EBIT, jika produk terjual 2.000 unit
Jawaban:
EBIT = (P x X) – (V x X) – F
= (Rp 50.000 x Rp 2.000) – (Rp 30.000 x Rp 2.000) – Rp 30.000.000
= (Rp 100.000.000) – (Rp 60.000.000) – (Rp 30.000.000)
= Rp 10.000.000
Jawaban:
EBIT = (P x X) – (V x X) – F
= (Rp 50.000 x Rp 3.000) – (Rp 30.000 x Rp 3.000) – Rp 30.000.000
= (Rp 150.000.000) – (Rp 90.000.000) – (Rp 30.000.000)
= Rp 30.000.000
Jawaban:
DOL = X (P-V)
X (P-V) – F
= 2.000 (Rp50.000 – Rp 30.000)
2.000 (Rp50.000 – Rp30.000) – Rp 30.000.000
= 2.000 (Rp20.000)
2.000 (Rp20.000) – Rp30.000.000
= Rp40.000.000
Rp10.000.000
=4
Jawaban:
DOL = X (P-V)
X (P-V) – F
= 3.000 (Rp50.000 – Rp 30.000)
3.000 (Rp50.000 – Rp30.000) – Rp 30.000.000
= 3.000 (Rp20.000)
3.000 (Rp20.000) – Rp30.000.000
= Rp60.000.000
Rp30.000.000
= 2
Jawaban:
DOL = X (P-V)
X (P-V) – F
= 4.000 (Rp50.000 – Rp 30.000)
4.000 (Rp50.000 – Rp30.000) – Rp 30.000.000
= 4.000 (Rp20.000)
4.000 (Rp20.000) – Rp30.000.000
= Rp80.000.000
Rp50.000.000
= 1,6
13) Sebuah perusahaan go public di Indonesia mempunyai laba sebelum bunga dan
pajak sebesar Rp 150 juta. Beban bunga utang sebesar Rp 2,5 juta. Tarif pajak
35%. Saham yang beredar sejumlah 5 juta lembar.
a) Hitung laba per lembar saham
Jawaban:
Earning before interest and taxes Rp 150.000.000
Less : interest expenses Rp 2.500.000
Earning before taxes Rp 147.500.000
Less : taxes Rp 51.625.000
Earning after taxes Rp 95.875.000
Less : preferred stock dividend 0
Earning available for common stokholders Rp 95.875.000
EPS Rp 95.875.000
5.000.000
Rp 19,175/lembar
b) Hitung DFL
Jawaban:
EBIT
DFL pada X = Pd
EBIT−1−
1−T
Rp 150.000 .000
¿
0
Rp 150.000 .000−Rp 2.500 .000−
1−0,35
Rp 150.000 .000
= = 1,02
Rp 147.500 .000
Jadi, DFL perusahaan sebesar 1,02
c) Jika laba sebelum bunga dan pajak meningkat 50%, berapakah peningkatan
laba per lembar saham?
Jawaban:
Earning before interest and taxes Rp 225.000.000
Less : interest expenses Rp 2.500.000
Earning before taxes Rp 222.500.000
Less : taxes Rp 77.875.000
Earning after taxes Rp 144.625.000
Less : preferred stock dividend 0
Earning available for common stokholders Rp 144.625.000
EPS Rp 144.625.000
5.000.000
Rp 28,925/lembar
14) Laporan laba rugi sebuah perusahaan nampak seperti (dalam jutaan):
Penjualan bersih Rp 500,00
Biaya variabel Rp 240,00
Pendapatan sebelum biaya operasi dan biaya tetap Rp 260,00
Biaya tetap Rp 130,00
Laba sebelum bunga dan pajak Rp 130,00
Beban bunga Rp 30,00
Laba sebelum pajak Rp 100,00
Pajak 35% Rp 35,00
Laba setelah pajak Rp 65,00
a) Dari data tersebut, jika jumlah lembar saham yang beredar 10 juta lembar,
hitunglah DOL, DFL, DTL
Jawaban:
DOL = S – TV
S – TV – F
= Rp 500.000.000 – Rp 240.000.000
Rp 500.000.000 – Rp 240.000.000 – Rp 130.000.000
= Rp 260.000.000
Rp 130.000.000
= 2
EBIT
DFL=
Dp
EBIT −i−
( 1−t )
Rp 130
DFL=
0
Rp 130−Rp 30−
( 1−0,35 )
Rp 130
DFL= =1,3
Rp 100
b) Jika penjualan naik 20%, hitunglah laba setelah pajak yang baru.
Jawaban:
Penjualan bersih = Rp 600.000.000
Biaya variabel = Rp 240.000.000
Pendapatan sebelum biaya operasi dan biaya tetap = Rp 360.000.000
Biaya tetap = Rp 130.000.000
Laba sebelum bunga dan pajak = Rp 230.000.000
Jawaban:
Laporan laba rugi sebuah perusahaan nampak seperti (dalam jutaan):
Penjualan bersih Rp 600,00
Biaya variable Rp 120,00
Pendapatan sebelum biaya operasi dan biaya tetap Rp 480,00
Biaya tetap Rp 260,00
Laba sebelum bunga dan pajak Rp 220,00
Beban bunga Rp 50,00
Laba sebelum pajak Rp 170,00
Pajak 35% Rp 59,50
Laba setelah pajak Rp 110,50
EBIT = Rp 220.000.000
Less : Interest Expenses = Rp 50.000.000
Earning before taxes = Rp 170.000.000
Less : Taxes (35%) = Rp 59.500.000
Earning after taxes = Rp 110.500.000
Less : preferred stock dividend = Rp 0
Earning available for common stockholders = Rp 110.500.000
EPS : = Rp 110.500.000
10.000.000
= Rp 11,05/ lembar
DOL = S – TV
S – TV – F
= Rp 600.000.000 – Rp 120.000.000
Rp 600.000.000 – Rp 140.000.000 – Rp 130.000.000
= Rp 480.000.000
Rp 350.000.000
= 1,37
EBIT
DFL = EBIT−i− Dp
(1−t)
Rp 220
= Rp 220−Rp50− 0
(1−0,35)
Rp 220
= Rp 170
= 1,29
Referensi:
1) Syamsuddin, L. (2013). Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi
dalam: Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta:
Rajawali Pers.
2) Sartono, A,. (2015). Manajemen Keuangan:Teoridan Aplikasi. Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPFE.