Anda di halaman 1dari 34

Penyusunan laporan

keuangan fiskal
KOREKSI FISKAL
Terjadianya Koreksi Fiskal
• Penyebab terjadinya koreksi fiskal karena Perbedaan
pengakuan secara komersial dan secara fiskal (pajak)
• Perbedaan tsb adalah :
 Beda Tetap : Perbedaan atas penghasilan biaya yg
Secara fiskal tidak dapat diakui tetapi di komersial dapat
diakui
Contoh : Sumbangan, hibah, deviden, PPh, dll
 Beda waktu : Perbedaan pengakuan atas penghasilan /
biaya karena selisih waktu pengakuannya saja artinya
sama – sama tetap diakui tetapi dalam waktu yang
berbeda.
Contoh : Penyusutan secara komersial dibebankan
selama 5 tahun tetapi menurut fiskal hanya 4 tahun.
Pengertian - Pengertian
• Laba bersih komersial : laba yang dihitung sesuai
prosedur pembukuan yg wajar sesuai Standar Akuntansi
Keuangan (SAK)
• Laba bersih fiskal : laba bersih komersial yang telah
disesuaikan atau dikoreksi secara fiskal/sesuai
ketentuan perpajakan sebagai dasar pengenaan pajak
disebut Penghasilan Kena Pajak.
• Koreksi Fiskal : Koreksi atas laba bersih komersial
menjadi penghasilan kena pajak
• Jadi untuk mendapatkan penghasilan kena pajak laba
komersial tersebut harus dilakukan koreksi fiskal.
Macam Perbedaan
Jenis koreksi fiskal
• Koreksi Fiskal Positif : koreksi fiskal yang
menyebabkan bertambahnya penghasilan kena
pajak drpd laba komersial. Terjadi apabila biaya
secara fiskal lebih kecil atau penghasilan lebih
besar.
• Koreksi Fiskal Negatif : koreksi fiskal yang
menyebabkan berkurangnya penghasilan kena
pajak drpd laba komersial. Terjadi apabila biaya
secara fiskal lebih besar atau penghasilan lebih
kecil.
Koreksi Fiskal Positif
1. Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan
usaha untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan (3M)
2. Biaya yang tidak diperkenankan sebagai
pengurang penghasilan (psl. 9 (1) UU PPh)
3. Biaya untuk mendapatkan penghasilan yang
bukan obyek Pajak
4. Biaya untuk mendapatkan Penghasilan
bersifat final
5. Biaya yg diakui secara fiskal lebih kecil
Biaya yang tidak berkaitan dengan usaha untuk 3M

Contoh :
CV Cofia bergerak di bidang jasa
angkutan mengeluarkan biaya perbaikan
sepeda motor salah satu pegawainya
karena rusak sebesar Rp. 100.000,-. Atas
biaya tersebut dikoreksi positif karena
tidak ada hubungan dengan usahanya.
Biaya yang tidak diperkenankan sebagai
pengurang penghasilan (psl. 9 (1) UU PPh)

Contoh :
- Pembagian laba / deviden
- Biaya kepentingan pribadi pemegang saham
- Pembentukan dana cadangan
- Imbalan natura
- Pembayaran melebihi kewajaran
- Sumbangan
- Gaji direktur CV, Fa, Kongsi
- PPh
- Sanksi Perpajakan
Biaya untuk mendapatkan penghasilan yang
bukan obyek Pajak
Contoh:
CV Cofia menerima sumbangan dari
Walikota Sby tetapi untuk mendapatkan
sumbangan tersebut dikeluarkan biaya
sebesar Rp. 500.000,- untuk biaya
administrasi. Atas biaya tersebut dikoreksi
positif.
Biaya untuk mendapatkan
Penghasilan bersifat final
Seluruh biaya untuk mendapatkan PPh Final
harus dikoreksi positif.
Contoh :
PT X bergerak dibidang penyewaan Ruko,
atas penghasilan dari penyewaan ruko
dikenakan PPh final dan atas usaha
tersebut diperlukan biaya – biaya termasuk
gaji, pemeliharaan, dll dan atas biaya
tersebut harus dikoreksi fiskal positif.
Biaya yg diakui secara fiskal lebih
kecil
Meliputi :
- Penyusutan menurut fiskal lebih kecil
- Amortisasi menurut fiskal lebih kecil
- Biaya yang ditangguhkan
Contoh :
Aktiva A harga perolehan Rp. 300.000,- disusutkan
komersial 3 tahun tetapi secara fiskal harus disusutkan 4
tahun maka :
- Peny. Komersial tahun ke satu = 100.000,-
- Peny. Fiskal tahun ke satu = 75.000,-
Selisih = 25.000,-
Selisih tersebut merupakan dikoreksi positif.
Koreksi Negatif
Penyebab koreksi negatif a.l.
1. Penghasilan yang bukan obyek pajak
2. Penghasilan yg telah dikenakan PPh
Final
3. Biaya yang diakui lebih besar
Biaya yang diakui secara fiskal
Lebih besar
Antara lain :
- Penyusutan menurut fiskal lebih besar
- Amortisasi menurut fiskal lebih besar
- Biaya yang ditangguhkan pengakuannya
saat diakui penagguhannya
Koreksi positif/negatif lainnya
1. Perlakuan biaya bunga sehubungan WP
mempunyai Deposito
2. Perlakuan biaya Telepon seluler
3. Perlakuan biaya Sedan dan sejenisnya
4. Perlakuan sewa guna usaha / Leasing
Perlakuan PPh atas Bunga Pinjaman

Bunga Pinjaman
Dapat
dibebankan

Sepanjang berhubungan
dengan biaya untuk 3 M
penghasilan
(obyek PPh non-final)
Kecuali

Bunga tersebut dikapitalisasi,


pada :
- pembelian saham
- pembelian tanah (real estate)
- masa konstruksi
Perlakuan PPh atas Bunga Pinjaman
Apabila WP juga mempunyai deposito atau tabungan

Rata-rata Pinjaman Rata-rata Pinjaman


=< >
Rata-rata Dep/Tab Rata-rata Dep/Tab

Bunga tidak boleh Bunga dibebankan


atas selisih lebih
dibebankan rata-rata pinjaman

Bunga dapat dibebankan seluruhnya dalam hal :


- dana pinjaman ditempatkan dalam rekening giro
- ketentuan mengharuskan dana pinjaman ditempatkan di dep/tab
- saldo dep/tab dananya berasal dari tambahan modal/sisa laba

Bunga yg diperkenankan:
(Rata2 Pinjaman – Rata2 Deposito)
X Bunga Pinjaman
Rata2 Pinjaman
Biaya Bunga sehubungan WP mempunyai
Deposito
(SE-46/PJ.4/1995 tgl. 5 Oktober 1995)

Apabila WP mempunyai pinjaman/Hutang yang membayar bunga dan dilain


pihak mempunyai Deposito maka atas biaya bunga tersebut tidak dapat
dibebankan sesuai perbandingan antara jumlah hutang dan deposito.
 Bunga yang tidak dapat dibebankan adalah
= Rata2 deposito X jumlah bunga dibayar
Rata2 pinjaman
Contoh :
PT X punya pinjaman sebesar Rp. 1.000.000.000,- dengan bunga 10%
pertahun, selain itu juga punya deposito sebesar 400.000.000,- maka beban
bunga yang dapat dibebankan adalah :
Jumlah bunga = 10% x 1 m = 100.000.000
Yg tdk dapat dibebankan = 400.000.000/1 m X 100.000.000,-
= 40.000.000
atas biaya bunga 40 jt tsb dikoreksi fiskal positif, sehingga :
Bunga dapat dibebankan = 100 jt – 40 jt = 60 jt
BIAYA ENTERTAINMENT
SE-27/PJ.22/1986

Dapat dikurangkan sebagai biaya dengan syarat:


• Benar-benar dikeluarkan dan ada hubungannya dengan
kegiatan usaha wajib pajak
• Dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan dalam SPT
Tahunan PPh, yang memuat nomor urut, tanggal dan
jenis entertainment, nama tempat, alamat, jumlah, nama
relasi, posisi, nama perusahaan, jenis usaha.
Relasi
Jenis
Nama Alamat
No Tanggal Entertain Jumlah
Tempat Tempat Nama Posisi Perusahaan Usaha
ment

1.

2.
Penyisihan/Cadangan : BANK
Bagi Bank Umum (lihat KMK No 68/KMK.04/1999), cadangan kerugian :

1% dari jumlah kredit lancar


5% dari jumlah kredit dalam perhatian khusus
15% dari jumlah kredit kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan
50% dari jumlah kredit diragukan setelah dikurangi nilai agunan
100% dari jumlah kredit macet setelah dikurangi nilai agunan

Bagi Bank Perkreditan Rakyat atau BPR (KMK No.204/KMK.04/2000), cadangan


kerugian :

0,5% dari jumlah kredit lancar


3% dari jumlah kredit kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan
50% dari jumlah kredit diragukan setelah dikurangi nilai agunan
100% dari jumlah nilai kredit macet setelah dikurangi nilai agunan

Nilai agunan yang dikurangkan setinggi-tingginya :


• seluruh nilai agunan yang bersifat lancar.
• agunan lain yang tidak lancar ditetapkan sebesar 75% dari nilai agunan atau
berdasarkan penilaian perusahaan penilai.
Pengertian Kurs Mata Uang.
• Definisi kurs / juga dikenal sebagai nilai
tukar adalah rasio pertukaran antara dua
mata uang yang berbeda negara . Atau
dengan kata lain kurs dapat diartikan
sebagai harga satu unit mata uang asing
dinyatakan dalam mata uang domestik.
 
Perlakuan Pajak
• Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-undang
Nomor 36Tahun 2008 :
a. Pasal 4 ayat (1) huruf I, keuntungan karena
selisih kurs mata uang asing termasuk
penghasilan yang menjadi Objek Pajak
Penghasilan.
Pengenaan pajaknya
• Dikaitkan dengan sistem pembukuan yang
dianut oleh Wajib Pajak dengan syarat
dilakukan secara taat asas.
Oleh karena itu keuntungan selisih kurs
yang diperoleh Wajib Pajak badan
maupun orang
pribadi harus dilaporkan dalam SPT
Tahunan Pajak Penghasilan.
Kerugian selisih kurs
• Surat edaran No.SE.03/PJ31/1997 tanggal
13 Agustus 1997 mengatur bahwa system
pembukuan yang diperkenankan
digunakan Wajib Pajak untuk mencatat
transaksi :
Pasal 6 ayat (1) huruf e, kerugian
karena selisih kurs mata uang asing
• Merupakan unsur pengurang penghasilan
bruto. Kerugian selisih kurs mata uang
asing akibat fluktuasi kurs,
pembebanannya dilakukan berdasarkan
pembukuan yang dianut oleh Wajib Pajak
dan dilakukan secara taat asas.
1) Kurs tetap
• pembebanan selisih kurs dilakukan pada
saat terjadinya realisasi
perkiraan mata uang asing tersebut.
2)Kurs tengah Bank Indonesia atau kurs
yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun.
• Pembebanannya dilakukan pada setiap akhir
tahun berdasarkan kurs tengah Bank
Indonesia atau kurs yang sebenarnya berlaku
pada akhir tahun.
• Kerugian yang terjadi karena selisih kurs, dapat
diakui sebagai pengurang penghasilan
sepanjang Wajib Pajak tersebut mempunyai
sistem pembukuan yang diselenggarakan
secara taat
asas
Perlakuan biaya untuk telepon seluler
(KEP-220/PJ/2002, 18 April 2002)

• Telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan


perusahaan untuk pegawai tertentu karena
jabatan atau pekerjaannya, hanya dapat
dibebankan sebagai biaya sebesar 50% untuk :
Penyusutanya,
Biaya berlangganan
Pengisian ulang pulsa dan
Perbaikan telepon seluler tersebut
Sehingga apabila terdapat telepon seluler maka
biayanya dikoreksi fiskal sebesar 50%.
Perlakuan PPh untuk Biaya Kendaraan
Sedan dan sejenisnya
( KEP-220/PJ/2002, 18 April 2002 )

• Biaya kendaraan sedan atau yang sejenis yang


dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk
pegawai tertentu karena jabatan atau
pekerjaannya, dapat dibebankan sebagai biaya
perusahaan sebesar 50% yaitu untuk :
Penyusutannya
Biaya perbaikan dan pemeliharaan termasuk
BBM
Sehingga atas biaya tersebut dikoreksi fiskal
positif sebesar 50%.
Sewa Guna Usaha / Leasing
(1169/KMK.01/1991 tgl. 27 Nopember 1991)

adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal


baik secara sewa-guna-usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk
digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala
Lessor : perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa-guna-usaha
Lessee : perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang
modal dengan pembiayaan dari Lessor
Jenis Leasing :
• Sewa Guna usaha dg hak opsi
• Sewa guna usaha tanpa hak opsi
(Hak Opsi adalah hak untuk membeli atau memperpanjang masa
leasing)
Sewa Guna Usaha dengan Hak
Opsi
Syarat :
• jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama masa
sewa-guna-usaha pertama ditambah dengan nilai sisa
barang modal, harus dapat menutup harga perolehan
barang modal dan keuntungan lessor;
• masa sewa-guna-usaha ditetapkan sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal
Golongan I, 3 (tiga) tahun untuk barang modal
Golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun untuk
Golongan bangunan;
• perjanjian sewa-guna-usaha memuat ketentuan
mengenai opsi bagi lessee.
Sewa Guna Usaha tanpa Hak Opsi
Syarat :
• jumlah pembayaran sewa-guna-usaha selama
masa sewa-guna-usaha pertama tidak dapat
menutupi harga perolehan barang modal yang
disewa-guna-usahakan ditambah keuntungan
yang diperhitungkan oleh lessor;
• perjanjian sewa-guna-usaha tidak memuat
ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
Perlakuan akuntansi dan fiskal atas Leasing
(dengan hak Opsi = Financial lease)
Jenis leasing Akuntansi Fiskal
Dengan hak Opsi

- Bagi Lessor -Penghasilannya adalah -Penghasilannya adalah


(tdk ada perbedaan
sebagian pembayaran sebagian pembayaran
akuntansi dan fiskal) dari lessee /jasanya dari lessee /jasanya
saja / bunganya saja saja / bunganya saja
- Tidak boleh -Tidak boleh
menyusutkan brg yang menyusutkan brg yang
dileasing dileasing
- Bagi Lessee -Menyusutkan barang -Tidak boleh
(terdapat perbedaan
leasing menyusutkan
antara akuntansi dan -Membebankan bunga - tidak boleh
fiskal) membebankan bunga
-Tdk boleh
membebankan biaya -Membebankan biaya
angsuran seluruh angsuran
Perlakuan akuntansi dan fiskal atas Leasing
(tanpa hak opsi = Operating lease)
Jenis leasing Akuntansi Fiskal
Tanpa hak Opsi (diperlakukan seperti sewa menyewa biasa) tidak ada
perbedaan akuntansi dan fiskal

- Bagi Lessor -Penghasilannya -Penghasilannya


adalah seluruh adalah seluruh
pembayaran dari pembayaran dari
lessee lessee
-menyusutkan brg yang -menyusutkan brg yang
dileasing dileasing
- Bagi Lessee -Tdk Menyusutkan -Tidak boleh
barang leasing menyusutkan
- tdk Membebankan - tidak boleh
bunga membebankan bunga
-membebankan seluruh -Membebankan biaya
biaya angsuran seluruh angsuran
-Momotong PPh 23 -Memotong PPh 23
Penghitungan Penghasilan Kena
Pajak dari Laba Komersial
Laba bersih Komersial XXXX
Koreksi Fiskal :
(+) Koreksi fiskal positif XXXX
(-) Koreksi fiskal negatif XXXX
Jumlah koreksi fiskal XXXX
Jumlah penghasilan Kena Pajak XXXX

Anda mungkin juga menyukai