Deskripsi Modul
Di dalam perusahaan, kebijakan deviden merupakan bagian penting dalam
pengambilan keputusan pendanaan di mana laba yang diperoleh perusahaan pada
akhir tahun dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen atau
ditahan untuk menambah modal yang digunakan sebagai pembiayaan investasi di
masa yang akan datang. Jika laba ditahan perusahaan saat ini dalam jumlah besar,
maka laba yang akan dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham
menjadi lebih kecil.
Dalam setiap periode, perusahaan harus memutuskan apakah laba yang
diperoleh akan ditahan atau didistribusikan sebagian atau seluruhnya pada
pemegang saham. Selama perusahaan memiliki proyek investasi dengan
pengembalian melebihi yang diminta, perusahaan akan menggunakan laba untuk
mendanai proyek tersebut. Jika terdapat kelebihan laba setelah digunakan untuk
mendanai seluruh kesempatan investasi yang diterima, kelebihan itu akan
didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen kas, apabila tidak
ada kelebihan, maka dividen tidak akan dibagikan.
Tujuan Modul
Setelah menyelesaikan perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memahami dan menjelaskan kebijakan dividen;
2. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan masam-
macam kebijakan dividen;
3. Menghitung dan menganalisis struktur modal dengan kebijakan dividen.
Penjelasan Materi
Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen pada masa
setelah tutup buku adalah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu
periode akan dibagi sebagian untuk deviden dan sebagian lagi dibagi dalam
laba ditahan. Kebijakan dividen berhubungan dengan penentuan besarnya
dividend payout ratio, yaitu besarnya prosentase laba bersih setelah pajak
yang dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Keputusan dividen
merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan, khususnya
berkaitan dengan pembelanjaan intern perusahaan. Hal ini karena, besar
kecilnya dividen yang dibagikan akan mempengaruhi besar kecilnya laba
yang ditahan. Laba ditahan merupakan salah satu sumber pembelanjaan
intern perusahaan.
Kebijakan dividen adalah kebiajakan/pengambilan keputusan dalam
menentukan jumlah laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan/
Keterangan :
P0 = Harga pasar per lembar saham pada waktu 0
= Tingkat kapitalisasi perusahaan pada suatu kelas risiko.
D1 = Dividen per saham pada waktu 1.
P1 = Harga pasar per saham pada waktu 1.
Anggap A adalah jumlah saham pada waktu 0, dan B adalah jumlah
saham baru yang dijual pada waktu 1 dengan harga P1.
1
A P0 = {A D1 + (A + B) P1 – B P1} ........... 2)
(1 + )
1. Stabilitas Dividen
Perusahaan yang membayar dividen stabil dari waktu ke waktu
kemungkinan dinilai lebih baik daripada perusahaan yang membayar
dividen berfluktuasi. Hal ini karena, perusahaan yang membayar dividen
stabil mencerminkan kondisi keuangan perusahaan tersebut juga stabil
dan sebaliknya, perusahaan dengan dividen tidak stabil mencerminkan
kondisi keuangan perusahaan yang kurang baik.
Contoh 2:
Perusahaan CITRA, sebelum menerbitkan dividen saham memiliki
struktur modal sebagai berikut:
Saham biasa : 40.000 lembar @ Rp 1.000,- = Rp 40.000.000,-
Agio Saham = Rp 10.000.000,-
Laba ditahan = Rp 50.000.000,- +
Modal sendiri = Rp 100.000.000,-
Contoh 3 :
Apabila seorang pemegang saham mempunyai 100 lembar saham dengan
harga Rp 2.500,-
Nilai total saham 100 lembar x Rp 2.500,- = Rp 250.000,-
Setelah pembagian dividen saham, jumlah saham yang dimiliki 105
lembar saham dan harga saham akan turun menjadi Rp 250.000,- / 105 =
Rp 2.380,95.
Pembagian dividen saham tidak menambah nilai bagi pemegang saham,
karena nilai sahamnya tetap yaitu 105 x Rp 2.380,95 = Rp 250.000,-
Contoh 4 :
PT Excel memiliki 3.000.000 lembar saham beredar. EAT Rp 4,5 milyar
sehingga EPS Rp 1.500,-/lembar. Saat ini harga pasar saham PT Excel
Rp 45.000,- sehingga PER = 30x. Kemudian perusahaan mengambil
kebijakan untuk memberikan stock dividend 20%. Berapakah EPS dan
harga saham sesudah stock dividend?
Jawab:
EAT = Rp 4,5 Milyar
Sesudah stock dividen :
Jumlah saham = (1 + 0,2) x 3.000.000 = 3.600.000 lembar
EPS = Rp 4,5 milyar / 3.600.000 = Rp 1.250,-/lembar
Harga pasar saham = PER x EPS = 30 x Rp 1.250,00 = Rp 37.500,-
Contoh 5:
Sebelum pemecahan saham PT Dhifa, memiliki struktur modal sebagai
berikut :
Saham biasa : 40.000 lembar @ Rp 1.000,- = Rp 40.000.000,-
Agio Saham = Rp 10.000.000,-
Laba ditahan = Rp 50.000.000,- +
Modal sendiri = Rp 100.000.000,-
Perusahaan kemudian melakukan pemecahan saham, yaitu satu saham
dipecah menjadi dua saham, sehingga setelah pemecahan saham struktur
modal perusahaan menjadi :
Jawab:
Jumlah saham = 40.000 x 2/1 = 8.0000 lembar,
Harga saham = Rp 1.000 x 1/2 = Rp 500,-
Contoh 6 :
Sebelum penggabungan saham PT Dhifa, memiliki struktur modal
sebagai berikut :
Saham biasa : 40.000 lembar @ Rp 1.000,- = Rp 40.000.000,-
Agio Saham = Rp 10.000.000,-
Laba ditahan = Rp 50.000.000,- +
Modal sendiri = Rp 100.000.000,-
Rp 2.000.000,00
EPS = ------------------------- = Rp 42,-
50.000 – 2.381
Jika PER 15 kali, maka harga pasar saham sama dengan Rp 630,- per
saham (15 x Rp 42,-) hal ini sama dengan alternatif jika perusahaan
membagikan dividen kas.
Keterangan :
P* = Harga keseimbangan (equilibrium)
Px = Harga pasar per saham setelah distribusi
D = Jumlah dana yang akan diditribusikan
S = Jumlah saham yang beredar sebelum distribusi
* Rp 1.500.000,-
P = Rp 600,- + 50.000 lbr = Rp 630,-