Anda di halaman 1dari 14

KEBIJAKAN DIVIDEN

Deskripsi Modul
Di dalam perusahaan, kebijakan deviden merupakan bagian penting dalam
pengambilan keputusan pendanaan di mana laba yang diperoleh perusahaan pada
akhir tahun dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen atau
ditahan untuk menambah modal yang digunakan sebagai pembiayaan investasi di
masa yang akan datang. Jika laba ditahan perusahaan saat ini dalam jumlah besar,
maka laba yang akan dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham
menjadi lebih kecil.
Dalam setiap periode, perusahaan harus memutuskan apakah laba yang
diperoleh akan ditahan atau didistribusikan sebagian atau seluruhnya pada
pemegang saham. Selama perusahaan memiliki proyek investasi dengan
pengembalian melebihi yang diminta, perusahaan akan menggunakan laba untuk
mendanai proyek tersebut. Jika terdapat kelebihan laba setelah digunakan untuk
mendanai seluruh kesempatan investasi yang diterima, kelebihan itu akan
didistribusikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen kas, apabila tidak
ada kelebihan, maka dividen tidak akan dibagikan.

Tujuan Modul
Setelah menyelesaikan perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memahami dan menjelaskan kebijakan dividen;
2. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dan masam-
macam kebijakan dividen;
3. Menghitung dan menganalisis struktur modal dengan kebijakan dividen.

Penjelasan Materi

A. Pengertian Kebijakan Dividen

Salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen pada masa
setelah tutup buku adalah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu
periode akan dibagi sebagian untuk deviden dan sebagian lagi dibagi dalam
laba ditahan. Kebijakan dividen berhubungan dengan penentuan besarnya
dividend payout ratio, yaitu besarnya prosentase laba bersih setelah pajak
yang dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Keputusan dividen
merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan, khususnya
berkaitan dengan pembelanjaan intern perusahaan. Hal ini karena, besar
kecilnya dividen yang dibagikan akan mempengaruhi besar kecilnya laba
yang ditahan. Laba ditahan merupakan salah satu sumber pembelanjaan
intern perusahaan.
Kebijakan dividen adalah kebiajakan/pengambilan keputusan dalam
menentukan jumlah laba yang diperoleh perusahaan untuk dibagikan/

Modul Manajemen Keuangan 2 1


dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen dan berapa banyak
yang harus ditanam kembali (laba ditahan) sebagai pembiayaan investasi di
masa datang.
Dividen adalah pendapatan bagi pemegang saham yang dibayarkan setiap
akhir periode sesuai dengan persentasenya. Persentase dari laba yang akan
dibagikan sebagai deviden kepada pemegang saham disebut sebagai Dividen
Payout Ratio (perbandingan antara HPS dengan EPS).
Bagi para investor, deviden merupakan hasil yang diperoleh dari saham
yang dimiliki, selain capital gain yang didapat apabila harga jual saham lebih
tinggi dibanding harga belinya. Deviden tersebut didapat dari perusahaan
sebagai distribusi yang dihasilkan dari operasi perusahaan.
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba perusahaan sebagai
dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya
mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya
apabila laba yang diperoleh perusahaan digunakan sebagai laba ditahan,
maka kemampuan pembentukan dana intern perusahaan akan semakin besar.

B. Teori Kebijakan Dividen

Permasalahan dalam kebijakan dividen adalah apakah kebijakan


dividen dapat mempengaruhi nilai perusahaan atau harga pasar saham
perusahaan? Jika kebijakan dividen dapat mempengaruhi nilai perusahaan
atau harga pasar saham perusahaan, bagaimana kebijakan dividen yang
optimal ? Untuk menjelaskan atau menjawab permasalahan tersebut, berikut
ini dijelaskan beberapa teori tentang kebijakan dividen.
Terdapat tiga teori tentang kebijakan dividen, yang menjelaskan
bagaimana pengaruh besar kecilnya dividend payout ratio (DPR) terhadap
harga pasar saham. Adapun ketiga teori tersebut adalah :
1. Dividend Irrelevance Theory
Teori ini dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani
(MM). Menurut dividend irrelevance theory, kebijakan dividen tidak
mempengaruhi harga pasar saham perusahaan atau nilai perusahaan.
Modigliani dan Miller berpendapat bahwa, nilai perusahaan hanya
ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan
(earning power) dan risiko bisnis, sedangkan bagaimana cara membagi
arus pendapatan menjadi dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi
nilai perusahaan.
Asumsi yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller adalah :
a. Tidak ada pajak atas pendapatan perusahaan dan pendapatan pribadi.
b. Tidak ada biaya emisi atau biaya transaksi saham.
c. Leverage keuangan tidak mempunyai pengaruh terhadap biaya
modal.
d. Investor dan manajer memiliki informasi yang sama tentang prospek
perusahaan.
e. Pendistribusian pendapatan antara dividen dan laba ditahan tidak
berpengaruh terhadap biaya modal sendiri.

Modul Manajemen Keuangan 2 2


f. Kebijakan penganggaran modal independen dengan kebijakan
dividen.

Inti dari pendapat MM adalah, bahwa pengaruh pembayaran


dividen terhadap kemakmuran pemegang saham diofset sepenuhnya oleh
cara-cara pembelanjaan investasi yang dilakukan perusahaan. Misalkan
perusahaan telah membuat keputusan investasi, maka perusahaan harus
memutuskan apakah menahan laba untuk membelanjai investasi atau
membayar dividen dan menjual saham baru sejumlah dividen yang
dibayarkan.
MM, mengemukakan nilai per lembar saham yang didiskonto
setelah keputusan pembelanjaan dan dividen sama dengan nilai pasar
saham sebelum pembayaran dividen. Dengan kata lain, penurunan harga
pasar saham karena pembelanjaan eksternal sama dengan kenaikan harga
saham karena pembayaran dividen. Jadi pemegang saham dikatakan
indifferent antara dividen dan laba ditahan.
Secara matematik MM, membuktikan sebagai berikut :
1
P0 = (D1 + P1) ........................................... 1)
1+

Keterangan :
P0 = Harga pasar per lembar saham pada waktu 0
= Tingkat kapitalisasi perusahaan pada suatu kelas risiko.
D1 = Dividen per saham pada waktu 1.
P1 = Harga pasar per saham pada waktu 1.
Anggap A adalah jumlah saham pada waktu 0, dan B adalah jumlah
saham baru yang dijual pada waktu 1 dengan harga P1.

1
A P0 = {A D1 + (A + B) P1 – B P1} ........... 2)
(1 + )

Jumlah saham baru yang diterbitkan untuk membelanjai investasi :


B P1 = I – ( X – A D1 ) ...................................................... 3)
Keterangan :
I = Total investasi baru pada periode 1.
X = Total laba perusahaan pada periode tersebut.

Dengan mensubstitusi persamaan 3) dan 2), maka diperoleh persamaan:


1
A P0 = {(A + B) P1 – I + X} ...................... 4)
(1 + )

Pada persamaan 4) terbukti bahwa dividen tidak lagi mempengaruhi


harga saham, atau dengan kata lain nilai saham independen dengan
keputusan dividen.

Modul Manajemen Keuangan 2 3


Dividend Payout as a Residual Decision
Salah satu kebijakan dividen yang mempunyai implikasi dividen
irrelevant adalah dividend payout as a residual decision. Selama
perusahaan mempunyai proyek investasi yang menghasilkan return lebih
tinggi dari required return, perusahaan akan mempergunakan laba untuk
membelanjai investasi tersebut. Jika perusahaan mempunyai sisa laba
setelah semua proyek investasi yang dapat diterima dibelanjai, baru
kemudian dibagikan sebagai dividen kas kepada pemegang saham.
Bila kebijakan dividen diperlakukan sebagai bagian dari keputusan
pembelanjaan, berarti pembayaran dividen kas bersifat pasif. Artinya,
besar kecilnya dividend payout akan berfluktuasi dari waktu ke waktu
sesuai dengan fluktuasi jumlah peluang investasi yang tesedia bagi
perusahaan. Perlakuan kebijakan dividen sebagai suatu keputusan sisa
yang bersifat pasif mempunyai implikasi bahwa dividen adalah
irrelevant, yaitu investor indifferent antara dividen dan laba ditahan.
2. Bird In The Hand Theory
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner,
Menurut bird in the hand theory, kebijakan dividen berpengaruh positif
terhadap harga pasar saham, artinya, jika dividen yang dibagikan
perusahaan semakin besar, maka harga pasar saham perusahaan tersebut
akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena, pembagian
dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor.
Investor memberikan nilai lebih tinggi atas dividend yield
dibandingkan dengan capital gain yang diharapkan dari pertumbuhan harga
saham apabila perusahaan menahan laba untuk dipakai membelanjai
investasi, karena komponen dividend yield (D1/P0) risikonya lebih kecil
dibandingkan dengan komponen pertumbuhan (g) pada persamaan
pendapatan yang diharapkan {ke atau E(R) = D1/P0 + g}.
3. Tax Preference Theory
Menurut tax preference theory, kebijakan dividen mempunyai
pengaruh negatif terhadap harga pasar saham perusahaan, artinya,
semakin besar jumlah dividen yang dibagikan suatu perusahaan semakin
rendah harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan. Hal ini terjadi
jika ada perbedaan antara tarif pajak personal atas pendapatan dividen
dan capital gain. Apabila tarif pajak dividen lebih tinggi daripada pajak
capital gain, maka investor akan lebih senang jika laba yang diperoleh
perusahaan tetap ditahan di perusahaan, untuk membelanjai investasi
yang dilakukan perusahaan. Dengan demikian di masa yang akan datang
diharapkan terjadi peningkatan capital gain yang tarif pajaknya lebih
rendah. Apabila banyak investor yang memiliki pandangan demikian,
maka investor cendrung memilih saham-saham dengan dividen kecil
dengan tujuan untuk menghindari pajak.
Investor dapat menghidari pajak dividen dengan cara sebagaimana
yang dikemukakan oleh Miller dan Scholes. Investor dapat menghindari
pajak dividen dengan jalan melakukan suatu pinjaman yang cukup untuk
menimbulkan Rp 1 beban bunga untuk setiap Rp 1 pendapatan dividen.

Modul Manajemen Keuangan 2 4


Contoh 1. Seorang investor mempunyai investasi sebesar Rp 20.000 di
perusahaan “DC” dalam bentuk saham, dengan menghasilkan dividen
sebesar 8% atau Rp 1.600. Di samping itu setiap tahun harga saham
diharapkan tumbuh sebesar 6%, sekarang investor meminjam Rp 40.000
dengan bunga 12% dan menginvestasikan dalam saham perusahaan
“DC”. Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat dihitung :
a. Dividen yang diterima (Rp 60.000,- x 0,08 ) = Rp 4.800,-
b. Dikurangi bunga (Rp 40.000,- x 0,12 ) = Rp 4.800,-
Pendapatan besih = Rp 0
Kenaikan harga yang diharapkan :
c. Capital gain (Rp 60.000,- x 0,06) = Rp 3.600,-

Berdasarkan contoh tersebut, maka investor terhindar dari


pembayaran pajak atas dividen dengan tarif pajak yang lebih tinggi
dibandingkan capital gain, namun karena investor melakukan pinjaman,
maka risiko yang dihadapi investor meningkat.
Secara grafik pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham tampak
sebagai berikut :

Gambar 4.1 Pengaruh Kebijakan Dividen

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan manajemen dalam


menentukan dividend payout :
1) Dana yang dibutuhkan perusahaan.
2) Likuiditas.
3) Kemampuan perusahaan untuk meminjam.
4) Nilai informasi dividen.
5) Pengendalian perusahaan.
6) Sifat pemegang saham.
7) Pembatasan yang diatur dalam perjanjian pinjaman dengan pihak
kriditur.
8) Inflasi.

Modul Manajemen Keuangan 2 5


C. Jenis Kebijakan Dividen

Besar kecilnya perusahaan membayar dividen kepada para pemegang


saham tergantung kebijakan yang ditempuh perusahaan tersebut. Berdasarkan
jumlah pembayaran dividen, kebijakan dividen dibagi menjadi empat jenis
yaitu sebagai berikut:
1. Kebijakan yang stabil (stable dividend per share policy), yaitu jumlah
pembayaran dividen yang sama besar dari tahun ke tahun. Salah satu
alasan mengapa sebuah perusahaan mengambil kebijakan ini adalah
untuk menjaga kesan para investor terhadap perusahaan tersebut. Apabila
sebuah perusahaan menerapkan kebijakan yang stabil berarti pendapatan
bersih perusahaan tersebut juga stabil dari tahun ke tahun.
2. Kebijakan dividend payout ratio yang tetap (constant dividend payout
ratio policy), yaitu sebuah kebijakan dimana jumlah dividen akan
berubah sesuai dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan
laba ditahan tetap sama.
3. Kebijakan kompromi (compromise policy), yaitu suatu kebijakan
dividen yang terletak antara kebijakan dividen per saham yang stabil dan
kebijakan dividen output ratio yang konstan ditambah dengan persentasi
tertentu pada tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba bersih yang
tinggi.
4. Kebijakan dividen residual (residual dividend policy), yaitu sebuah
kebijakan yang dikeluarkan perusahaan apabila sedang menghadapi
sebuah kesempatan investasi yang tidak stabil sehingga manajemen
menghendaki agar dividen hanya dibayarkan ketika laba bersih tinggi.

D. Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2009), terdapat beberapa faktor


yang mempengaruhi kebijakan dividen, yaitu sebagai berikut:
1. Likuiditas perusahaan
Likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting
yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk
menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para
pemegang saham. Oleh karena itu, semakin kuatnya posisi likuiditas
perusahaan maka makin besar kemampuannya untuk membayar dividen.
Hal ini berarti bahwa makin kuat posisi likuiditas suatu perusahaan
terhadap prospek kebutuhan dana diwaktu-waktu mendatang, maka
makin tinggi rasio pembayaran dividennya.
2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang
Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan
diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian
besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, hal ini berarti bahwa
hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau earnings yang dapat
dibayarkan sebagai dividen, dengan kata lain perusahaan harus
menetapkan dividend payout ratio yang rendah.

Modul Manajemen Keuangan 2 6


3. Tingkat pertumbuhan perusahaan
Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka makin
besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan
tersebut. Semakin besar kebutuhan dana waktu mendatang untuk
membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang
untuk menahan pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen
kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan
biayanya. Hal ini berarti bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan
perusahaan maka semakin besar kesempatan untuk memperoleh
keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam
perusahaan, yang ini berarti semakin rendah dividend payout ratio nya.
4. Peluang ke pasar modal
Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan dengan baik,
mempunyai catatan profitabilitas dan stabilitas data, akan mempunyai
peluang besar untuk masuk ke pasar modal dan bentuk pembiayaan-
pembiayaan eksternal lainnya. Tetapi, perusahaan yang baru atau bersifat
coba-coba akan lebih banyak risiko bagi penanam modal potensial.
Kemampuan perusahaan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman
dari pasar modal akan teratas sehingga perusahaan seperti ini harus
menahan lebih banyak laba untuk membiayai operasinya. Jadi,
perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat
pembayaran yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru.
5. Pengawasan terhadap perusahaan dana yang berasal
Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai
ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber intern saja. Kebijakan
tersebut dijalankan atas dasar pertimbangan bahwa kalau ekspansinya
dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil penjualan saham baru akan
melemahkan kontrol dari kelompok dominan di dalam perusahaan.
Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan hutang akan
memperbesar risiko finansialnya. Mempercatakan pada pembelanjaan
intern dalam rangka usaha mempertahankan kontrol terhadap perusahaan,
berarti mengurangi dividend payout ratio.

E. Aspek Lain Dari Kebijakan Pembayaran Dividen

1. Stabilitas Dividen
Perusahaan yang membayar dividen stabil dari waktu ke waktu
kemungkinan dinilai lebih baik daripada perusahaan yang membayar
dividen berfluktuasi. Hal ini karena, perusahaan yang membayar dividen
stabil mencerminkan kondisi keuangan perusahaan tersebut juga stabil
dan sebaliknya, perusahaan dengan dividen tidak stabil mencerminkan
kondisi keuangan perusahaan yang kurang baik.

Modul Manajemen Keuangan 2 7


1) Perusahaan ALFA, membayar dividen berfluktuasi :

2) Perusahaan BETA, membayar dividen stabil :

Kebijakan dividen tidak stabil dilakukan melalui penetapan


dividend payout ratio yang tetap, misalnya 50%. Jika EPS sebesar Rp
200,- maka dividennya sebesar Rp 100,- dan apabila EPS naik menjadi
Rp 300,- maka dividennya sebesar Rp 150,- Sementara kebijakan dividen
stabil dilakukan melalui penetapan dividen absolut yang tetap, misalnya
Rp 100,- meskipun besarnya EPS berfluktuasi dari waktu ke waktu,
besarnya dividen tidak berubah. Perubahan besarnya dividen baru
dilakukan jika terjadi kenaikan atau penurunan EPS yang cukup berarti
dan diperkirakan akan berlangsung lama. Dengan demikian penerapan
kebijakan dividen yang stabil akan mengakibatkan dividend payout ratio
yang berfluktuasi.

Modul Manajemen Keuangan 2 8


2. Target Payout Ratio
Sejumlah perusahaan mengikuti kebijakan target dividend payout
ratio jangka panjang. Hal ini akan mengakibatkan besarnya jumlah
dividen yang dibayarkan berfluktuasi atau dividennya tidak stabil.
Perusahaan hanya akan meningkatkan dividend payout ratio, jika
pendapatan perusahaan meningkat dan perusahaan merasa mampu untuk
mempertahankan kenaikan pendapatan tersebut dalam jangka panjang.
3. Regular and Extra Dividends
Salah satu cara perusahaan meningkatkan dividen kas adalah
dengan memberikan extra dividend di samping regular dividend. Hal ini
biasanya dilakukan jika pendapatan perusahaan meningkat cukup besar
tatapi sifatnya sementara. Apabila tidak terjadi peningkatan pendapatan
perusahaan, maka dividen yang dibagikan hanya regular dividend.
4. Stock Dividend (Dividen Saham)
Dividen saham adalah pembayaran dividen berupa saham kepada
pemegang saham. Ditinjau dari sudut pandang perusahaan, dividen
saham tidak lebih dari rekapitalisasi perusahaan. Artinya pembagian
dividen saham tidak akan merubah jumlah modal perusahaan, tetapi
hanya terjadi perubahan pada struktur modal saja.

Contoh 2:
Perusahaan CITRA, sebelum menerbitkan dividen saham memiliki
struktur modal sebagai berikut:
Saham biasa : 40.000 lembar @ Rp 1.000,- = Rp 40.000.000,-
Agio Saham = Rp 10.000.000,-
Laba ditahan = Rp 50.000.000,- +
Modal sendiri = Rp 100.000.000,-

Perusahaan CITRA, membayar dividen saham sebesar 5% atau sejumlah


2.000 lembar saham, dengan demikian setiap 20 lembar saham,
pemegang saham akan menerima 1 lembar dividen saham. Harga pasar
saham pada saat itu Rp 2.500,- per saham.
Setelah pembagian dividen saham, maka struktur permodalan perusahaan
akan berubah menjadi sebagai berikut:
Saham biasa (42.000 lembar @ Rp 1.000,-) Rp 42.000.000,-
Agio Saham Rp 13.000.000,-
Laba ditahan Rp 45.000.000,- +
Modal sendiri Rp 100.000.000

Nilai dividen saham dibagikan= 2.000 x Rp 2.500,- = Rp 5.000.000,-


Dialokasikan pada perkiraan:
Saham biasa = 2.000 x Rp 1.000,- = Rp 2.000.000,-
Agio Saham = (Rp 2.500-, – Rp 1.000,-) x 2.000 = Rp 3.000.000,-

Dari sudut pandang pemegang saham, secara teoritis pembagian dividen


saham tidak memberikan manfaat kecuali tambahan jumlah saham.

Modul Manajemen Keuangan 2 9


Proporsi kepemilikan saham tidak berubah, karena jumlah dividen saham
yang diterima pemegang saham proporsional dengan jumlah saham yang
telah dimiliki pemegang saham, bahkan harga pasar saham akan turun
jika faktor-faktor yang lainnya tetap.

Contoh 3 :
Apabila seorang pemegang saham mempunyai 100 lembar saham dengan
harga Rp 2.500,-
Nilai total saham 100 lembar x Rp 2.500,- = Rp 250.000,-
Setelah pembagian dividen saham, jumlah saham yang dimiliki 105
lembar saham dan harga saham akan turun menjadi Rp 250.000,- / 105 =
Rp 2.380,95.
Pembagian dividen saham tidak menambah nilai bagi pemegang saham,
karena nilai sahamnya tetap yaitu 105 x Rp 2.380,95 = Rp 250.000,-

Contoh 4 :
PT Excel memiliki 3.000.000 lembar saham beredar. EAT Rp 4,5 milyar
sehingga EPS Rp 1.500,-/lembar. Saat ini harga pasar saham PT Excel
Rp 45.000,- sehingga PER = 30x. Kemudian perusahaan mengambil
kebijakan untuk memberikan stock dividend 20%. Berapakah EPS dan
harga saham sesudah stock dividend?
Jawab:
EAT = Rp 4,5 Milyar
Sesudah stock dividen :
Jumlah saham = (1 + 0,2) x 3.000.000 = 3.600.000 lembar
EPS = Rp 4,5 milyar / 3.600.000 = Rp 1.250,-/lembar
Harga pasar saham = PER x EPS = 30 x Rp 1.250,00 = Rp 37.500,-

Perusahaan membagikan dividen saham dapat disebabkan oleh


salah satu dari alasan berikut, yaitu :
a. Perusahaan kesulitan likuiditas sehingga perusahaan tidak mampu
membayar dividen tunai. Jika hal ini terjadi, maka pembagian
dividen saham mengandung informasi yang kurang baik tentang
kondisi keuangan perusahaan jangka pendek.
b. Perusahaan melakukan investasi baru, dan kas yang ada dipakai
untuk membelanjai investasi tersebut. Jika hal ini terjadi, maka
pembagian dividen saham mengandung informasi yang baik, karena
dengan melakukan investasi baru nilai perusahaan diharapkan akan
meningkat dan harga saham juga diharapkan naik, sehingga
pemegang saham dapat memperoleh capital gain di kemudian hari.

5. Stock Splits (Pemecahan Saham)


Pemecahan saham merupakan tindakan perusahaan untuk
menambah jumlah saham yang beredar dengan jalan memecah satu
saham menjadi dua saham atau lebih yang diikuti dengan penurunan nilai
nominal secara proporsional. Tindakan pemecahan saham biasanya

Modul Manajemen Keuangan 2 10


dilakukan perusahaan apabila harga pasar saham perusahaan sudah
terlalu tinggi. Harga pasar saham perusahaan yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan likuiditas saham akan semakin berkurang, karena hanya
sedikit jumlah investor yang mampu membeli saham perusahaan. Di
samping itu harga pasar saham yang terlalu tinggi juga dapat
menimbulkan terjadinya perpindahan terhadap pengendalian perusahaan
kepada investor yang bermodal kuat.
Pemecahan saham tidak mempengaruhi jumlah modal maupun
struktur modal, tetapi hanya merubah jumlah saham yang beredar dan
nilai nominal saham.

Contoh 5:
Sebelum pemecahan saham PT Dhifa, memiliki struktur modal sebagai
berikut :
Saham biasa : 40.000 lembar @ Rp 1.000,- = Rp 40.000.000,-
Agio Saham = Rp 10.000.000,-
Laba ditahan = Rp 50.000.000,- +
Modal sendiri = Rp 100.000.000,-
Perusahaan kemudian melakukan pemecahan saham, yaitu satu saham
dipecah menjadi dua saham, sehingga setelah pemecahan saham struktur
modal perusahaan menjadi :
Jawab:
Jumlah saham = 40.000 x 2/1 = 8.0000 lembar,
Harga saham = Rp 1.000 x 1/2 = Rp 500,-

Saham biasa : 80.000 lembar @ Rp 500,- = Rp 40.000.000,-


Agio = Rp 10.000.000,-
Laba ditahan = Rp 50.000.000,- +
Modal sendiri = Rp 100.000.000,-

Modul Manajemen Keuangan 2 11


6. Reverse Split

Reverse split merupakan kebalikan dari pemecahan saham, yaitu


tindakan perusahaan untuk menggabungkan dua atau lebih lembar saham
menjadi satu. Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan harga pasar
saham, apabila dipertimbangkan harga pasar saham sudah terlampau
rendah. Harga pasar saham yang terlalu rendah mengesankan kondisi
perusahaan yang kurang baik.

Contoh 6 :
Sebelum penggabungan saham PT Dhifa, memiliki struktur modal
sebagai berikut :
Saham biasa : 40.000 lembar @ Rp 1.000,- = Rp 40.000.000,-
Agio Saham = Rp 10.000.000,-
Laba ditahan = Rp 50.000.000,- +
Modal sendiri = Rp 100.000.000,-

Perusahaan kemudian melakukan penggabungan sahamnya 25% (2/8),


yaitu delapan saham digabung menjadi dua saham, sehingga setelah
pemecahan saham struktur modal perusahaan menjadi :
Jawab:
Jumlah saham = 40.000 x 2/8 = 10.0000 lembar,
Harga saham = Rp 1.000 x 8/2 = Rp 4.000,-

Saham biasa : 10.000 lembar @ Rp 4.000,- = Rp 40.000.000,-


Agio = Rp 10.000.000,-
Laba ditahan = Rp 50.000.000,- +
Modal sendiri = Rp 100.000.000,-

7. Repurchase of Stock (Pembelian Saham Kembali)


Pembelian kembali saham merupakan bagian dari keputusan
dividen. Keputusan ini diambil apabila perusahaan mempunyai kelebihan
kas sementara itu tidak ada peluang investasi yang menguntungkan. Oleh
karena itu perusahaan dapat mempergunakan dana yang tersedia untuk
dibagikan sebagai dividen atau untuk membeli kembali saham yang
beredar.
Apabila tidak ada pajak dan biaya transaksi, kedua alternatif
tersebut secara teoritis tidak ada bedanya bagi pemegang saham. Dengan
pembelian saham, maka jumlah saham yang beredar akan berkurang
sehingga akan meningkatkan pendapatan per saham (EPS) dan pada
akhirnya akan mendorong terjadinya peningkatan harga pasar saham.
Secara teoritis capital gain yang diperoleh dari pembelian saham kembali
sama dengan dividen yang dibayarkan apabila tidak ada pembelian
¶ saham.

Modul Manajemen Keuangan 2 12


Contoh 7 :
Perusahaan Nhadia, sedang mempertimbangkan untuk mendistribusikan
Rp 1.500.000,- dana dalam bentuk dividen atau membeli saham kembali.
Perusahaan mempunyai informasi keuangan sebelum pendistribusaian
sebagai berikut :
Laba bersih setelah pajak (EAT) = Rp 2.000.000,-
Jumlah saham yang beredar = 50.000 lembar
EPS (Earning Per Share) Rp 2.000.000,- / 50.000 = Rp 40,-
Dividen yang diharapkan Rp 1.500.000/50.000 = Rp 30,-
Harga pasar saham diharapkan setelah dividen kas = Rp 600,-
PER Rp 600,- / Rp 40,- = 15x
Karena investor mengharapkan dividen kas sebesar Rp 30,- per saham
(Rp 1.500.000/50.000), maka harga pasar saham Rp 630,- sebelum
dividen dibayarkan terdiri atas Rp 30,00 dividen kas dan Rp 600,- harga
saham yang diharapkan setelah pembagian dividen kas.

Pilihan lain yang dapat dilakukan perusahaan adalah membeli kembali


sebagian sahamnya dan melakukan penawaran kepada pemegang saham
pada harga Rp 630,- per saham. Jumlah saham yang dapat dibeli kembali
sebanyak 2.381 lembar (Rp 1.500.000,-/Rp 630,-). Laba per lembar
saham setelah pembelian kembali adalah :

Rp 2.000.000,00
EPS = ------------------------- = Rp 42,-
50.000 – 2.381

Jika PER 15 kali, maka harga pasar saham sama dengan Rp 630,- per
saham (15 x Rp 42,-) hal ini sama dengan alternatif jika perusahaan
membagikan dividen kas.

Apabila pemegang saham indifferent antara dividen dan capital


gain, berarti nilai saham tidak dipengaruhi oleh cara bagaimana
perusahaan mendisribusikan dana kepada pemegang saham, namun
demikian sikap indifferent pemegang saham masih bisa dipertanyakan,
apabila pemegang saham mempunyai preferensi yang sistematis terhadap
dividen atau capital gain. Hal ini dapat terjadi, misalnya ada perbedaan
tarif pajak antara dividen dan capital gain, dengan demikian nilai
perusahaan dapat dipengaruhi oleh cara bagaimana perusahaan
mendistribusikan dananya.
Maanfaat pembelian saham kembali adalah jumlah saham yang
berkurang, sehingga EPS dan dividen per saham meningkat, dengan
asumsi dividend payout ratio tetap. Apabila PER tetap, maka harga pasar
saham juga diharapkan meningkat.
Dalam pembelian saham kembali, harga keseimbangan
(equilibrium) yang harus ditawarkan perusahaan kepada pemegang
saham adalah :

Modul Manajemen Keuangan 2 13


* D
P = Px + S

Keterangan :
P* = Harga keseimbangan (equilibrium)
Px = Harga pasar per saham setelah distribusi
D = Jumlah dana yang akan diditribusikan
S = Jumlah saham yang beredar sebelum distribusi

Berdasarkan Contoh 7 tersebut, maka harga equilibrium adalah :

* Rp 1.500.000,-
P = Rp 600,- + 50.000 lbr = Rp 630,-

Anda mungkin juga menyukai