NIM: 2010111134
SUMMARY
DIVIDEND POLICY
a. Profitabilitas
c. Leverage
DPR = DPS/EPS
Keterangan:
DPS = Dividend per Share, diperoleh dengan menghitung jumlah dividen yang
dibayarkan / jumlah lembar saham yang beredar.
b. Open-market Repurchase
Dalam metode ini, perusahaan membeli kembali saham perusahaannya
dengan jumlah yang relatif lebih kecil. Pembelian kembali dilakukan melalui
broker dengan pembayaran komisi pada tingkat normal dan pembelian pada
harga pasar (tidak ada premium yang dibayarkan).
1) Dutch Auction
Pada pembelian kembali saham perusahaan menggunakan
metode Dutch auction, perusahaan menyebutkan range harga saham
yang ditawarkan dimana para pemegang saham akan memilih satu harga
yang mereka tetapkan untuk menjual saham yang mereka miliki kepada
perusahaan. Pada masa batas akhir penawaran, perusahaan akan membeli
sahamnya berdasarkan harga penawaran terbaik.
2) Transferable Put Rights (TPRs)
Dengan metode ini, perusahaan yang berencana akan membeli
sahamnya sebesar α dari sahamnya yang beredar, memberikan setiap
pemegang sahamnya satu TPR untuk setiap 1/ α jumlah saham yang
dimiliki. Satu TPR memberi hak kepada para pemegang sahamnya untuk
menjual kembali satu lembar saham yang dimilikinya kepada perusahaan
penerbit pada harga yang telah ditentukan sebelumnya. Pemegang saham
yang menolak menjual sahamnya dapat menjual TPR yang dimilikinya
kepada pemegang saham lainnya yang berkeinginan untuk menjual
sahamnya lebih dari jumlah yang dialokasikan perusahaan kepada
dirinya. Di Amerika, TPR ini diperdagangkan di NYSE (New York
Stock Exchange) selama periode akhir (expiration period).
3) Private Repurchase
Private repurchase memerlukan perusahaan untuk membeli
saham dari seorang pemegang saham (biasanya yang memiliki jumlah
saham yang cukup besar) dengan cara negosiasi langsung. Dilihat dari
jarangnya perusahaan mengumumkan stock repurchase menggunakan
metode ini, private repurchase dianggap kurang signifikan pengaruhnya
terhadap harga saham perusahaan dibandingkan open-market dan tender
offer repurchase.
c. Leverage
1. Legal Constraints
Undang-undang menentukan bahwa perusahaan tidak dapat membayar dividen
secara tunai pada saat bangkrut.
2. Contractual Constraints
Seringkali, kemampuan perusahaan dalam membayar cash dividend dibatasi
oleh syarat yang bersifat membatasi dalam perjanjian pinjaman. Pada umumnya,
pembatasan ini melarang pembayaran cash dividend sampai level of earnings
tertentu yang telah dicapai, atau memberikan limit sampai jumlah dolar /
persentase earnings tertentu. Pembatasan pada dividen membantu untuk
melindungi kreditor dari kehilangan jika perusahaan bangkrut.
3. Growth Prospects
Umumnya perusahaan besar yang sudah stabil cukup mampu memenuhi
modal baru sehingga dividen yang dibagikan besar. Berbeda dengan perusahaan
pada tahap pertumbuhan kebutuhan modal, yang relatif memiliki persediaan kas
untuk dividen yang terbatas.
4. Owner Considerations
a. Pertimbangan pertama: status pajak pemilik perusahaan.
Jika perusahaan memiliki persentase tinggi dari keuntungan pemegang
saham dengan pajak yang tinggi, dapat diputuskan pembayaran dengan
persentase lebih rendah dari keuntungan dan pemilik diijinkan menunda
pembayaran pajak sampai saham tersebut terjual.
b. Pertimbangan kedua: owner’s investment opportunities.
Sebuah perusahaan seharusnya tidak mendapatkan dana dari investasi suatu
proyek yang memberikan hasil lebih rendah daripada yang dapat diperolehnya
dari hasil investasi eksternal pada tingkat risiko yang sama.
5. Market Considerations
Kesadaran pasar dalam menanggapi suatu kebijakan tertentu akan membantu
dalam merumuskan kebijakan dividen yang sesuai. Karena pembayaran secara
regular suatu dividen dengan nilai tetap ataupun meningkat dalam persentase yang
konstan dan berkelanjutan akan memberikan sinyal positif bagi pemegang saham.
1. Stock Dividends
Dividen saham atau disebut juga Stock Dividend adalah jenis dividen yang
dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk saham, jika perusahaan membagikan
dividen dalam bentuk saham maka nominal pemilik saham akan bertambah
besarannya sesuai dengan jumlah dividen saham yang dibagikan oleh perusahaan,
akan tetapi pembagian dividen dalam bentuk saham ini biasanya akan
menyebabkan menurunnya harga saham pada pasar saham.
2. Stock Split
Menurut Nining (2012) stock split merupakan suatu aktivitas yang dilakukan
oleh para manajer perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap jumlah
saham yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split
factor. Split factor merupakan perbandingan jumlah saham yang beredar sebelum
dilakukannya split dengan jumlah saham yang beredar setelah dilakukannya split.
Dengan adanya stock split, saham emiten di pasar akan lebih murah dan
jumlahnya pun akan lebih banyak.
3) Di antara stock dividen dan stock split manakah yang lebih menguntungkan
perusahaan?
Jawab:
Bagi Perusahaan, Dividen saham atau pemecahan saham memiliki manfaat
atau keuntungan yang berbeda bagi perusahaan, dengan dilakukannya dividen
saham , maka dividen kas atau laba yang dimiliki oleh perusahaan tidak dibagi
atau ditahan oleh perusahaan. Hal ini dapat bermanfaat bagi perusahaan karena
dividen kas atau laba yang ditahan dapat di investasikan kembali untuk
memperoleh laba yang maksimal di periode yang akan datang, selain itu uang kas
dapat digunakan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang yang jatuh tempo.
Sedangkan pemecahan saham memiliki manfaat atau keuntungan Secara
langsung perusahaan berkesempatan untuk mendapatkan investor-investor baru.
Sementara manfaat tidak langsungnya, jumlah saham beredar yang semakin
banyak diikuti dengan harga saham yang rendah memicu pergerakan saham yang
semakin aktif. Jika gerak saham aktif, maka aksi korporasi ke depannya akan
mendapat sorotan dan respon lebih cepat dari investor.
Jadi keduanya sama-sama menguntungkan bagi perusahaan dari aspek yang
berbeda , tidak dapat dilakukan perbandingan karena memiliki keuntungan
tersendiri bagi perusahaan.
4) Apa akibatnya jika pemegang saham tidak mengambil dividennya dalam jangka
waktu yang lama? Apakah akan menjadi hak perusahaan?
Jawab:
Dividen merupakan pendistribusian laba kepada pemegang saham secara pro
rata yang pada prinsipnya dibayarkan dalam bentuk uang. Jika dividen tidak
diambil oleh pemegang saham setelah 5 tahun sejak tanggal pembayaran dividen
ditetapkan, maka akan dimasukkan ke dalam cadangan khusus. Jika dividen yang
telah dimasukkan dalam cadangan khusus itu dalam jangka waktu 10 tahun tetap
tidak diambil, maka akan menjadi hak perseroan.
5) Kapankah waktu yang tepat bagi perusahaan untuk membayar dividen bagi para
pemegang saham? Dan bisakah perusahaan melakukan pembayaran dividen lebih
dari satu kali dalam 1 tahun? Jika bisa, apa pertimbangan untuk melakukannya?
Jawab:
Dividen biasanya dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham
setelah tutup buku akhir tahun, dividen tersebut disebut dengan dividen final dan
pembagian dividen final tersebut bisa dilakukan saat musim dividen yaitu pada
bulan Maret sampai Mei.
Dividen bisa saja dibagikan lebih dari satu kali dalam setahun atau dengan
kata lain dividen tersebut dibagikan sebelum perusahaan melakukan membukukan
profit tahunan yang disebut dengan dividen interim. Pembagian dividen interim
oleh perusahaan kepada para pemegang saham dapat dipertimbangkan ketika
perusahaan telah mampu membukukan profit yang besar di kuartal I, kuartal II,
atau kuartal III, sehingga laba yang telah dihasilkan bisa dibagikan kepada para
pemegang saham sebelum perusahaan melakukan tutup buku akhir tahun, sesuai
dengan kebijakan manajemen.
6) Apakah dengan penerapan stock dividen dan stock split dapat menyebabkan
perusahaan dan investor mengalami kerugian?
Jawab:
Untuk penerapan stock dividen dan stock split tidak menyebabkan perusahaan
dan investor mengalami kerugian karena keduanya merupakan suatu kebijakan
yang nilainya sebenarnya sama. untuk stock split dengan memperbanyak jumlah
saham dan memperkecil nilai perlembar saham dan tentu dengan rasio yg
seimbang, dan untuk stock dividen proporsi kepemilikan tidak berubah dengan
mentransfer dari laba ditahan ke capital surplus dan nilai saham jadi tidak ada
kerugian secara langsung baik dari sisi investor ataupun perusahaan .
9) Jika perusahaan tersebut menghasilkan laba yang sangat besar, namun dia tidak
ingin membagikan dividen kepada pemegang saham secara berturut-turut dan
hnya menjadikannya laba ditahan, apakah itu diperbolehkan? dan apakah ada
pengaruhnya bagi internal maupun eksternal perusahaan?
Jawab:
Perusahaan akan mengeluarkan dividen berdasarkan keputusan yang diambil
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Berdasarkan hasil RUPS maka
dapat ditentukan berapa rasio pembagian dividen (dividend payout ratio) yang
akan dikeluarkan oleh perusahaan. Sebagai bagian laba yang akan didistribusikan
kepada pemegang saham, maka perusahaan akan menentukan kebijakan
dividennya melalui pertimbangan dari berbagai faktor yang kemudian disertai
dengan dukungan atau persetujuan dari pemegang saham.
2. Soal Kasus
1) Syalia Co sedang merencanakan untuk memperluas sarana produksinya tahun
depandengan investasi Rp.15.000.000. Rasio utang terhadap total assets saat ini
adalah 30%dan itu dianggap merupakan struktur modal yang optimum, laba
setelah pajak saat iniRp. 5.000.000. Jika Kurman Co berharap untuk
mempertahankan 70% dividend payoutratio-nya, beberapa banyak eksternal
equity yang diperlukan untuk membiayai ekspansi tersebut ?
Jawaban :
Laba setelah pajak Rp 5.000.000,-
Modal disetor
Saham biasa (nilai pari Rp. 800,- sebanyak 10.000 lembar) Rp. 8.000.000
Ditanya : Dilakukan penarikan saham biasa sebanyak 2.000 lembar dengan harga
Rp. 2.500,-Saham treasuri dijual sebanyak 400 lembar dengan harga Rp. 1.800,-
Saham treasuri dijual sebanyak 600 lembar dengan harga Rp. 2.800,-Saham
treasuri dijual sebanyak 800 lembar dengan harga Rp. 2.000,-Bila perusahaan
menggunakan metode biaya sebagai dasar pengakuan saham treasuri.
Jawaban :
Oleh karena itu, manajer keuangan dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan
harus hati-hati, karena jika perusahaan menjalankan kebijakan untuk memberikan tambahan
dividen tunai sehingga jumlah dividen yang dibagikan naik, hal ini dapat meningkatkan
harga saham. Tetapi, meningkatnya dividen tunai, akan mengakibatkan jumlah dana yang
tersedia untuk reinvestasi menjadi sedikit, sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan
untuk masa mendatang akan rendah, dan hal ini akan mengakibatkan turunnya harga saham.
Jadi, perubahan besarnya dividen tersebut mengandung dua akibat yang saling bertentangan.
Meskipun pandemi covid-19 ini masih berlangsung namun banyak emiten yang tetap
melaksanakan kewajiban pembagian dividennya, diantaranya adalah PT. Bukit Asam Tbk.,
PT. Jasa Marga ( Persero) Tbk., PT. Kabelindo Murni Tbk., PT. Indo Kordsa Tbk., PT.
Asuransi Dayin Mitra Tbk., PT. Astra Graphia Tbk,. PT. Astra Agro Lestari Tbk., Reksa
Dana Avrist ETF Fixed Rate Bond I, PT. Link Net Tbk., dan PT. Supreme Cable
Manufacturing & Commerce Tbk. Disamping itu terdapat emiten yang tidak membagikan
dividennya, yaitu PT Matahari Department Store Tbk. Dan PT Acset Indonusa Tbk. Hal ini
dilakukan karena perusahaan tersebut mendapatkan dampak yang cukup besar di masa
pandemi ini.