Anda di halaman 1dari 20

Nama: Sofa Salsabila

NIM: 2010111134

SUMMARY

DIVIDEND POLICY

A. The Basic of Payout Policy

1. Elements of Payout Policy


Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan suatu kebijakan untuk
menetapkan berapa besar laba yang perlu dibayarkan (dividen) kepada pemegang
saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali (laba ditahan). Dividen
merupakan pendapatan yang dibayarkan kepada pemegang saham setiap akhir
periode sesuai dengan persentase yang telah disepakati. Persentase dari laba yang
akan dibagikan sebagai deviden kepada para pemegang saham disebut dengan
Dividend Payout Ratio (DPR).
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen yang
selayaknya dipertimbangkan oleh perusahaan antara lain:

a. Profitabilitas

Profitabilitas yakni rasio yang umunya digunakan oleh perusahaan


untuk mengukur bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
(Sutrisno, 2001:122). Tingkat laba yang dihasilkan oleh perusahaan dapat
dipergunakan sebagai indikator kinerja perusahaan. Semakin tinggi laba yang
diperoleh, maka semakin baik pula kinerja perusahaan tersebut. Besarnya
profitabilitas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat laba yang dihasilkan
perusahaan, nantinya akan meningkatkan seberapa besar tingkat pembagian
dividen kepada pemegang saham.

b. Arus Kas Operasi


Warren et al. (2006:25) mengemukakan bahwa laporan arus kas terdiri
atas tiga bagian, yakni aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas
pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi menunjukkan penerimaan dan
pemabayaran kas yang berkaitan dengan operasional perusahaan. Arus kas
aktivitas investasi menunjukkan transaksi kas untuk penjualan atau pembelian
aktiva tetap ataupun permanen. Perusahaan yang memiliki aliran kas yang
tergolong baik dapat meningkatkan dividen atau membayar dividen. Pada
umumnya, perusahaan yang memiliki kelebihan kas sering menjadi target
dalam akuisisi, perusahaan tersebut dapat membayarkan dividen.

c. Leverage

Leverage melaporkan proporsi atau penggunaan utang dalam rangka


membiayai investasi perusahaan. Tingkat kewajiban yang tinggi dan perlu
dibayarkan akan mengurangi profit yang dihasilkan perusahaan. Hal tersebut
tentu akan memberikan pengaruh pada perihal pembagian dividen, sehingga
dividen yang diperoleh oleh para pemegang saham akan semakin kecil karena
profit yang dihasilkan dipergunakan sebagai pelunas utang perusahaan.

d. Dividen Tahun Lalu

Tingkat dividen tunai yang dibayarkan oleh perusahaan pada tahun


sebelumnya juga memiliki dampak pada dividen kas yang dibayarkan saat ini.
Hal tersebut disebabkan oleh perusahaan selalu mempertimbangkan dividen di
masa lampau sebagai acuan yang sangat penting dalam menetapkan
pembayaran dividen saat ini.

2. Trends in Earnings and Dividend


Pengertian dividen menurut Simamora (2000:425) adalah pembagian aktiva
perusahaan kepada para pemegang saham perusahaan. Dividen dapat dibayar
dalam bentuk uang tunai (kas), saham perusahaan atau aktiva perusahaan lainnya.
Semua dividen haruslah diumumkan oleh dewan direksi sebelum dividen tersebut
menjadi kewajiban perusahaan. Menurut Musthafa (2017:141) dividen adalah
bagian keuntungan yang diterima oleh pemegang saham dari suatu perusahaan.
Apabila keuntungan perusahaan tidak dibagikan kepada pemegang saham, dan
diinvestasikan kembali dalam perusahaan, maka disebut laba ditahan.
Dividen dalam suatu perusahaan dapat dibagi menjadi tiga macam, menurut
Warsono (2013: 272 ) adalah:
a. Dividen tunai (cash dividend).
Dividen tunai ini merupakan jenis dividen yang umum dan banyak
digunakan oleh perusahaan. Dividen tunai diterima oleh para pemegang saham
biasa melalui cek atau terkadang mereka menginvestasikan kembali dalam
saham biasa di perusahaan. Penginvestasian kembali dividen pada saham
perusahaan diselesaikan melalui suatu rencana reinvestasi dividen (dividend
reinvestment plan) atau sering disebut DRIP.
b. Dividen saham (stock dividend). Dividen saham dibayarkan dalam lembar
saham tambahan dan bukannya dalam bentuk uang tunai. Perusahaan yang
akan memberikan dividen saham biasanya mengumumkan besarnya dividen
tersebut daam persentase tertentu.
c. Dividen kekayaan (property dividend). Dividen kekayaan adalah distribusi
program rata suatu aset fisik. Aset tersebut biasanya berupa produk yang
dihasilkan perusahaan. Dividen kekayaan diberikan apabila jumlah pemegang
saham perusahaan masih sedikit dan perusahaan menghasilkan sesuatu yang
mudah di distribusikan

3. Trends in Dividends and Share Repurchases


Share Repurchase atau pembelian kembali saham perusahaan merupakan
suatu kegiatan perusahaan untuk membeli kembali saham mereka yang telah
beredar di pasar bursa yang telah dimiliki oleh para pemegang saham. Share
repurchase adalah salah satu upaya perusahaan dalam mendistribusikan cashflow
yang mereka miliki kepada para pemegang saham selain dalam bentuk dividen.
Ketika perusahaan membeli kembali sahamya, pada umumnya perusahaan akan
membelinya pada harga di atas harga pasar. Kelebihan atas harga pasar
tersebutlah yang menjadi keuntungan bagi para pemegang saham yang umumnya
dikenal dengan istilah capital gain.

B. Relevance of Payout Policy

1. Residual Theory of Dividends


Pada teori dividen residual, dinyatakan bahwa setelah seluruh investasi yang
menguntungkan habis dibiayai, perusahaan akan menetapkan kebijakan dividen.
Dapat dikatakan bahwa dividen yang dibayar merupakan “sisa” (residual) sesudah
seluruh usulan investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Berdasarkan teori
dividen residual, manajer keuangan perlu melakukan upaya-upaya di bawah ini:

a. Melakukan pertimbangan atas peluang investasi perusahaan.


b. Melakukan pertimbangan atas target struktur modal perusahaan dalam rangka
menentukan seberapa besar modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi.
c. Menggunakan retained earnings untuk mencukupi keperluan akan modal
sendiri tersebut dengan maksimal.
d. Melakukan pembayaran terhadap dividen apabila terdapat sisa laba.

Menurut M Hanafi (2014), kebijakan dividen residual dengan demikian


membayarkan dividen hanya jika ada sisa kas setelah perusahaan mendanai
semua usulan investasi yang mempunyai NPV positif.

2. The Dividend Irrelevance Theory


Handono (2009) mengemukakan bahwa Dividend Irrelevance Theory
merupakan teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak
memiliki konsekuensi terhadap harga sahamnya. Hal tersebut senada dengan
pernyataan Modigliani dan Miller (1961) yang memberikan kesimpulan bahwa
nilai yang dimiliki oleh perusahaan saat ini tidak dipengaruhi oleh tingkat
kebijakan dividen, karena tidak ada kebijakan dividen yang dapat dikatakan
optimal bagi sebuah perusahaan. Fenty Fauziah juga berpendapat bahwa
perhitungan atas dividen tidak memiliki makna sebab tidak dapat memastikan
kesejahteraan investor. Asumsi-asumsi penting nan lemah yang mendasari
pernyataan Modigliani dan Miller antara lain:

a. Tidak ada pasar modal yang sempurna.


b. Tidak terdapat baiya emisi jika perusahaan menerbitkan saham baru.
c. Tidak terdapat pajak bagi pajak penghasilan perusahaan maupun individu.
d. Informasi investasi tersedia untuk setiap individu.
Sebagian ahli tidak menyetujui tentang apa yang dikemukakan oleh dengan
memberikan argumen bahwa adanya biaya emisi saham baru setiap penerbitan
saham baru. Modal didapatkan dari retained earnings dan penerbitan saham baru.
Apabila terdapat pajak, maka penghasilan investor dari dividen dan kenaikkan
saham akan dikenakan pajak. Manajer dengan investor belum tentu memiliki
informasi yang sama tentang perusahaan.

3. Arguments for Dividend Relevance


Kebijakan deviden (dividend policy) adalah suatu keputusan untuk
menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan
dibagikan kepada para pemegang saham dan akan diinvestasikan kembali
(reinvesment) atau ditahan (retained) di dalam perusahaan. Berdasarkan
pengertian tersebut, kebijakan dividen didasarkan pada rentang pertimbangan
atau kepentingan pemegang saham di satu sisi dan kepentingan perusahan di sisi
lain. Menurut Kolb dalam Hidayati (2006), kebijakan dividen penting karena dua
alasan yaitu:
a. Pembayaran dividen akan memengaruhi harga saham.
b. Pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber
modal sendiri yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan perusahaan.

Kedua alasan tersebut merupakan dua sisi kepentingan yang agak


kontroversial. Kedua kepentingan tersebut bisa terpenuhi, secara optimal
manajemen perusahaan seharusnya memutuskan secara hatihati dan teliti terhadap
kebijakan dividen yang akan dipilih. Bringham dan Houston (2001 : 14)
menyatakan bahwa terdapat tiga teori dari preferensi investor yaitu :

a. Dividend Irrelevance Theory


Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak
mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya.
Teori ini dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Modigliani (MM).
Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh
besarnya Dividend Payout Ratio namun nilai perusahaan hanya ditentukan
oleh kemampuan dasarnya dalam menghasilkan laba dan resiko bisnisnya.
b. Teori Bird In The Hand (Bird In The Hand Theory)
Myron Gordon dan John Linther dalam Hadiwidjaya (2007)
berpendapat bahwa sesungguhnya investor lebih menghargai pendapatan
yang berupa dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari
keuntungan modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba ditahan.
Pendapat Gordon dan Linther diberi nama oleh MM bird in the hand
fallacy. Gordon dan Linther beranggapan bahwa satu burung ditangan
lebih berharga daripada seribu burung diudara.
c. Teori Preferensi Pajak (Tax Preference Theory)
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk untuk beranggapan
bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah
daripada pembagian dividen yang tinggi, yaitu :
1) Keuntungan modal (capital gain) dikenakan tarif pajak yang lebih
rendah dibandingkan.
2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham itu terjual,
sehingga ada efek nilai waktu.
3) Terhindar dari pajak keuntungan modal apabila saham yang
dimiliki seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada
keuntungan modal yang terutang.
Menurut Brigham (1999) dalam Chasanah (2008 : 15) terdapat dua teori lain yang
dapat membantu untuk memahami kebijakan dividen adalah :
a. Information content or signaling hypothesis. Di dalam teori ini Modigliani
dan Miller berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas kenaikan
normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa
manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa
yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen yang dibawah
penurunan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan
mengalami masa sulit di masa mendatang.
b. Clientele Effect, menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan
memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan.
Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai
suatu Dividend Payout Ratio (DPR) yang tinggi, sebaliknya kelompok
investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika
perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.
Besarnya dividen tergantung kebijakan dividen masing-masing perusahaan. DPR
dapat dirumuskan dengan:

DPR = DPS/EPS

Keterangan:

DPS = Dividend per Share, diperoleh dengan menghitung jumlah dividen yang
dibayarkan / jumlah lembar saham yang beredar.

EPS = Earning per Share, diperoleh dari:

EPS = (NET INCOME – PREFFEREND DIVIDENS)/ENDS OF PERIOD SHARES OUTSTANDING

C. The Mechanics of Payout Policy


1. Cash Dividend Payment Procedures
Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010:131) mengemukakan prosedur dalam
pembayaran dividen adalah sebagai berikut:
a. Tanggal Pengumuman (date of declaration)
Tanggal pengumuman merupakan tanggal saat direksi secara formal
mengumumkan pembagian dividen yang akan dibagikan kepada para
pemegang saham, suatu hutang dividen yang harus diakui, dan laba yang
ditahan berkurang. Dengan begitu kewajiban pembayaran dividen timbul saat
direksi memberikan pengumuman pembagian dividen.
b. Cum-dividend Date
Cum-dividend date merupakan tanggal hari terakhir perniagaan saham
yang masih merekat hak untuk memperoleh dividen.
c. Tanggal Pencatatan Pemegang Saham (date of record)
Tanggal pencatatan merupakan tanggal saat pemilikan saham
ditetapkan, sehingga kepada siapa dividen tersebut dibagikan akan diketahui.
Pemegang saham yang menyertakan dirinya pada tanggal ini merupakan
pemegang saham yang mendapatkan dividen pada tanggal pembayaran. Tidak
terdapat entry yang dibutuhkan pada tanggal pencatatan. Tanggal tersebut hany
dipergunakan sebagai titik batas, kepada dividen dibagikan. Penetapan titik
batas tidak perlu dipenuhi sebab saham perusahaan diperniagakan di bursa,
sehingga saham pemiliknya dapat kapan saja berubah.
d. Tanggal Pemisahan Dividen (Ex-dividend Date)
Perusahaan sudah harus diberitahukan jika terdapat transaksi jual beli
atas saham sebelum tanggal pencatatan. Oleh sebab itu, pada bursa
internasional terdapat kesepakatan bahwa adanya ex-dividend date yakni 3 hari
sebelum tanggal pencatatan (date of record). Selepas tanggal pencatatan, saham
tersebut tidak lagi memiliki hak atas dividen pada tanggal pembayaran.
e. Tanggal pencatatan (date of payment)
Pada tanggal ini, dividen dibayarkan kepada pemegang saham. Setelah
memegang dividen, kas didebet dan piutang dieleminasi. Pembayaran dividen
akan dikenakan pemotongan pajak penghasilan.

2. Share Repurchase Procedures


Adapun metode yang dapat menjadi pilihan bagi perusahaan dalam melakukan
share repurchase antara lain:
a. Tender Office
Dengan metode ini, perusahaan memberitahukan kepada semua
pemegang saham bahwa perusahaan akan membeli kembali beberapa lembar
sahamnya pada harga dan periode tertentu yang telah ditetapkan. Harga yang
ditawarkan perusahaan biasanya adalah harga di atas harga pasar. Setiap
pemegang saham akan memperkirakan sendiri apakah harga yang ditawarkan
akan lebih besar ataupun lebih kecil bila dibandingkan dengan harga saham
tersebut setelah masa penawaran berakhir, sehingga setiap pemegang saham
dapat memutuskan apakah bersedia untuk menjual sahamnya atau tidak.
Wansley, Lane, dan Sarkar (1989) menjelaskan mengenai beberapa faktor
yang mungkin mempengaruhi jumlah premium yang dibayarkan oleh
perusahaan pada metode tender offer. Diantaranya adalah:
1) Dividend substitution hypothesis
Jumlah premium yang dibayarkan harus mencerminkan
keuntungan pajak yang diperoleh karena adanya tingkat pajak
efektif yang lebih rendah.
2) Leverage hypothesis.
Premium harus mencerminkan nilai keuntungan yang
didapat dari meningkatnya leverage perusahaan seperti tax shield,
dan wealth transfer dari bondholder kepada stockholder.
3) Price pressure hypothesis.
Semakin besar jumlah saham yang dibeli kembali, semakin
besar jumlah premium yang dibayarkan. Dan juga, jika saham yang
dibeli tidak begitu banyak namun terkonsentrasi pada beberapa institusi
atau individu, premium yang lebih tinggi sangat dibutuhkan.
4) Anti-takeover hypothesis.
Stock repurchase yang dilakukan sebagai suatu cara untuk
menghindari ancaman take over akan menyebabkan leverage
perusahaan yang dibidik mengalami peningkatan dan akan mengurangi
likuiditas dari sahamnya yang tersedia untuk perusahaan lain yang
berencana untuk mengambil alih.
5) Information signalling hypothesis.
Semakin besar perbedaan yang timbul antara harga pasar
dengan harga yang diperkirakan manajer, semakin besar pula premium
yang dibayarkan.

b. Open-market Repurchase
Dalam metode ini, perusahaan membeli kembali saham perusahaannya
dengan jumlah yang relatif lebih kecil. Pembelian kembali dilakukan melalui
broker dengan pembayaran komisi pada tingkat normal dan pembelian pada
harga pasar (tidak ada premium yang dibayarkan).
1) Dutch Auction
Pada pembelian kembali saham perusahaan menggunakan
metode Dutch auction, perusahaan menyebutkan range harga saham
yang ditawarkan dimana para pemegang saham akan memilih satu harga
yang mereka tetapkan untuk menjual saham yang mereka miliki kepada
perusahaan. Pada masa batas akhir penawaran, perusahaan akan membeli
sahamnya berdasarkan harga penawaran terbaik.
2) Transferable Put Rights (TPRs)
Dengan metode ini, perusahaan yang berencana akan membeli
sahamnya sebesar α dari sahamnya yang beredar, memberikan setiap
pemegang sahamnya satu TPR untuk setiap 1/ α jumlah saham yang
dimiliki. Satu TPR memberi hak kepada para pemegang sahamnya untuk
menjual kembali satu lembar saham yang dimilikinya kepada perusahaan
penerbit pada harga yang telah ditentukan sebelumnya. Pemegang saham
yang menolak menjual sahamnya dapat menjual TPR yang dimilikinya
kepada pemegang saham lainnya yang berkeinginan untuk menjual
sahamnya lebih dari jumlah yang dialokasikan perusahaan kepada
dirinya. Di Amerika, TPR ini diperdagangkan di NYSE (New York
Stock Exchange) selama periode akhir (expiration period).
3) Private Repurchase
Private repurchase memerlukan perusahaan untuk membeli
saham dari seorang pemegang saham (biasanya yang memiliki jumlah
saham yang cukup besar) dengan cara negosiasi langsung. Dilihat dari
jarangnya perusahaan mengumumkan stock repurchase menggunakan
metode ini, private repurchase dianggap kurang signifikan pengaruhnya
terhadap harga saham perusahaan dibandingkan open-market dan tender
offer repurchase.

3. Tax Treatment of Dividends and Repurchases


Pada umumnya dalam Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan diterapkan metode klasik atas dividen yang diterima atau
diperoleh oleh pemegang saham, dimana perusahaan dipandang sebagai suatu
entitas yang terpisahdari pemegang saham. Konsekuensi penerapan metode klasik
ini adalah bahwa penghasilan yang bersumber dari perusahaan akan dikenakan
pajak dua kali yaitu pada tingkat perusahaan itu sendiri dan pada tingkat
pemegang saham (saat pendistribusian dividen). Perubahan peraturan perpajakan
dalam setiap periode akan mempengaruhi kebijakan dividen dan pembayaran
dividen itu sendiri, sehingga tarif pajak yang berubah-ubah dan tarif yang tinggi
mendorong perusahaan untuk menghindarinya. Berdasarkan ketentuan Undang-
undang Perpajakan No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, khususnya
pasal 17 ayat (1) huruf b yang 28 mengatur tarif pajak yang ditetapkan atas
Penghasilan Kena Pajak bagi Waib Pajak Badan dalam negeri dan bentuk usaha
tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). Sejak tahun 2010, tarif
pajak tersebut dirubah menjadi 25% (dua puluh lima persen). Berdasarkan
Undang-undang Pajak Penghasilan yang terbaru (UU No. 36 tahun 2008), dividen
yang diterima oleh WPOP dikenakan tarif pajak sebesar 10% dan bersifat final.
Sedangkan dividen yang diterima oleh Wajib Pajak Badan dalam negeri
dikenakan tarif pajak sebesar 15%.

4. Elements of Payout Policy


Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan suatu kebijakan untuk
menetapkan berapa besar laba yang perlu dibayarkan (dividen) kepada pemegang
saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali (laba ditahan). Dividen
merupakan pendapatan yang dibayarkan kepada pemegang saham setiap akhir
periode sesuai dengan persentase yang telah disepakati. Persentase dari laba yang
akan dibagikan sebagai deviden kepada para pemegang saham disebut dengan
Dividend Payout Ratio (DPR).
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen yang
selayaknya dipertimbangkan oleh perusahaan antara lain:
a. Profitabilitas

Profitabilitas yakni rasio yang umunya digunakan oleh perusahaan


untuk mengukur bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba (Sutrisno, 2001:122). Tingkat laba yang dihasilkan oleh perusahaan
dapat dipergunakan sebagai indikator kinerja perusahaan. Semakin tinggi
laba yang diperoleh, maka semakin baik pula kinerja perusahaan tersebut.
Besarnya profitabilitas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat laba
yang dihasilkan perusahaan, nantinya akan meningkatkan seberapa besar
tingkat pembagian dividen kepada pemegang saham.

b. Arus Kas Operasi


Warren et al. (2006:25) mengemukakan bahwa laporan arus kas terdiri
atas tiga bagian, yakni aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas
pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi menunjukkan penerimaan dan
pemabayaran kas yang berkaitan dengan operasional perusahaan. Arus kas
aktivitas investasi menunjukkan transaksi kas untuk penjualan atau
pembelian aktiva tetap ataupun permanen.

c. Leverage

Leverage melaporkan proporsi atau penggunaan utang dalam rangka


membiayai investasi perusahaan. Tingkat kewajiban yang tinggi dan perlu
dibayarkan akan mengurangi profit yang dihasilkan perusahaan. Hal
tersebut tentu akan memberikan pengaruh pada perihal pembagian dividen,
sehingga dividen yang diperoleh oleh para pemegang saham akan semakin
kecil karena profit yang dihasilkan dipergunakan sebagai pelunas utang
perusahaan.

d. Dividen Tahun Lalu.

Tingkat dividen tunai yang dibayarkan oleh perusahaan pada tahun


sebelumnya juga memiliki dampak pada dividen kas yang dibayarkan saat
ini. Hal tersebut disebabkan oleh perusahaan selalu mempertimbangkan
dividen di masa lampau sebagai acuan yang sangat penting dalam
menetapkan pembayaran dividen saat ini.

5. Trends in Earnings and Dividend


Pengertian dividen menurut Simamora (2000:425) adalah pembagian aktiva
perusahaan kepada para pemegang saham perusahaan. Dividen dapat dibayar
dalam bentuk uang tunai (kas), saham perusahaan atau aktiva perusahaan lainnya.
Semua dividen haruslah diumumkan oleh dewan direksi sebelum dividen tersebut
menjadi kewajiban perusahaan. Menurut Musthafa (2017:141) dividen adalah
bagian keuntungan yang diterima oleh pemegang saham dari suatu perusahaan.
Apabila keuntungan perusahaan tidak dibagikan kepada pemegang saham, dan
diinvestasikan kembali dalam perusahaan, maka disebut laba ditahan. Dividen
dalam suatu perusahaan dapat dibagi menjadi tiga macam, menurut Warsono
(2013: 272 ) adalah:
a. Dividen tunai (cash dividend).
Dividen tunai ini merupakan jenis dividen yang umum dan banyak
digunakan oleh perusahaan. Dividen tunai diterima oleh para pemegang saham
biasa melalui cek atau terkadang mereka menginvestasikan kembali dalam
saham biasa di perusahaan. Penginvestasian kembali dividen pada saham
perusahaan diselesaikan melalui suatu rencana reinvestasi dividen (dividend
reinvestment plan) atau sering disebut DRIP.
b. Dividen saham (stock dividend). Dividen saham dibayarkan dalam lembar
saham tambahan dan bukannya dalam bentuk uang tunai. Perusahaan yang
akan memberikan dividen saham biasanya mengumumkan besarnya dividen
tersebut daam persentase tertentu.
c. Dividen kekayaan (property dividend). Dividen kekayaan adalah distribusi
program rata suatu aset fisik. Aset tersebut biasanya berupa produk yang
dihasilkan perusahaan. Dividen kekayaan diberikan apabila jumlah pemegang
saham perusahaan masih sedikit dan perusahaan menghasilkan sesuatu yang
mudah di distribusikan

6. Trends in Dividends and Share Repurchases


Share Repurchase atau pembelian kembali saham perusahaan merupakan
suatu kegiatan perusahaan untuk membeli kembali saham mereka yang telah
beredar di pasar bursa yang telah dimiliki oleh para pemegang saham. Share
repurchase adalah salah satu upaya perusahaan dalam mendistribusikan cashflow
yang mereka miliki kepada para pemegang saham selain dalam bentuk dividen.
Ketika perusahaan membeli kembali sahamya, pada umumnya perusahaan akan
membelinya pada harga di atas harga pasar. Kelebihan atas harga pasar
tersebutlah yang menjadi keuntungan bagi para pemegang saham yang umumnya
dikenal dengan istilah capital gain.

D. Factor Affecting Dividend Policy

1. Legal Constraints
Undang-undang menentukan bahwa perusahaan tidak dapat membayar dividen
secara tunai pada saat bangkrut.
2. Contractual Constraints
Seringkali, kemampuan perusahaan dalam membayar cash dividend dibatasi
oleh syarat yang bersifat membatasi dalam perjanjian pinjaman. Pada umumnya,
pembatasan ini melarang pembayaran cash dividend sampai level of earnings
tertentu yang telah dicapai, atau memberikan limit sampai jumlah dolar /
persentase earnings tertentu. Pembatasan pada dividen membantu untuk
melindungi kreditor dari kehilangan jika perusahaan bangkrut.
3. Growth Prospects
Umumnya perusahaan besar yang sudah stabil cukup mampu memenuhi
modal baru sehingga dividen yang dibagikan besar. Berbeda dengan perusahaan
pada tahap pertumbuhan kebutuhan modal, yang relatif memiliki persediaan kas
untuk dividen yang terbatas.
4. Owner Considerations
a. Pertimbangan pertama: status pajak pemilik perusahaan.
Jika perusahaan memiliki persentase tinggi dari keuntungan pemegang
saham dengan pajak yang tinggi, dapat diputuskan pembayaran dengan
persentase lebih rendah dari keuntungan dan pemilik diijinkan menunda
pembayaran pajak sampai saham tersebut terjual.
b. Pertimbangan kedua: owner’s investment opportunities.
Sebuah perusahaan seharusnya tidak mendapatkan dana dari investasi suatu
proyek yang memberikan hasil lebih rendah daripada yang dapat diperolehnya
dari hasil investasi eksternal pada tingkat risiko yang sama.
5. Market Considerations
Kesadaran pasar dalam menanggapi suatu kebijakan tertentu akan membantu
dalam merumuskan kebijakan dividen yang sesuai. Karena pembayaran secara
regular suatu dividen dengan nilai tetap ataupun meningkat dalam persentase yang
konstan dan berkelanjutan akan memberikan sinyal positif bagi pemegang saham.

E. Types of Dividend Policy

1. Constant-Payout-Ratio Dividend Policy (Kebijakan Dividen Rasio


Pemabyaran Konstan).
Kebijakaan ini mengacu pada persentase tertentu dari pendapatan. Rasio
pembayaran dividen merupakan persentase dari tiap rupiah yang dihasilkan yang
dibagikan kepada para pemilik saham dalam bentuk tunai. Kebijakan ini dihitung
dengan membagi dividen kas per saham dengan laba per saham.
2. Regular Dividend Policy (Kebijakan Dividen Teratur)
Kebijakan ini mengacu pada pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap
dalam setiap periode. Pada umumnya kebijakan dividen teratur digunakan saat
memakai target rasio pembayaran dividen.
3. Low-Regular-and-Extra Dividend Policy
Kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen rendah yang teratur,
ditambah dengan dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan. Jika pendapatannya
lebih tinggi dari biasanya pada periode tertentu, perusahaan boleh membayar
tambahan dividen yang disebut dividen ekstra.

F. Other Forms of Dividends

1. Stock Dividends
Dividen saham atau disebut juga Stock Dividend adalah jenis dividen yang
dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk saham, jika perusahaan membagikan
dividen dalam bentuk saham maka nominal pemilik saham akan bertambah
besarannya sesuai dengan jumlah dividen saham yang dibagikan oleh perusahaan,
akan tetapi pembagian dividen dalam bentuk saham ini biasanya akan
menyebabkan menurunnya harga saham pada pasar saham.
2. Stock Split
Menurut Nining (2012) stock split merupakan suatu aktivitas yang dilakukan
oleh para manajer perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap jumlah
saham yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan split
factor. Split factor merupakan perbandingan jumlah saham yang beredar sebelum
dilakukannya split dengan jumlah saham yang beredar setelah dilakukannya split.
Dengan adanya stock split, saham emiten di pasar akan lebih murah dan
jumlahnya pun akan lebih banyak.

G. Summary and Problem


1. Soal Teori
1) Apakah yang dimaksud dengan Dividend Policy ?
Jawab:
Dividend Policy atau kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan untuk
menetapkan berapa besar laba yang perlu dibayarkan (dividen) kepada pemegang
saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali (laba ditahan)

2) Faktor apa saja yang mempengaruhi penentuan Dividen Policy?


Jawab:
a. Posisi likuiditas perusahaan.
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar utang
jangka pendek dengan aktiva lancar. makin lancar likuiditas perusahaan,
makin besar juga kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen.
b. Kebutuhan dana untuk membayar utang.
Ketika perusahaan menghasilkan laba dan memiliki hutang jangka
panjang yang akan jatuh dalam waktu dekat. perusahaan bisa melunasi utang
tersebut menggunakan laba yang dihasilkan dan tidak membagikan dividen
kepada pemegang saham.
c. Tingkat ekspansi aktiva.
Perusahaan yang sedang berkembang biasanya membutuhkan
tambahan sumber daya perusahaan berupa aktiva perusahaan. pendanaan
untuk menambahan aktiva perusahaan biasanya dengan kebijakan dividen.
d. Stabilitas laba.
Perusahaan yang menghasilkan laba yang stabil disetiap periode bisa
dengan mudah memprediksi besar kecilnya laba yang akan dihasilkan
diperiode yang akan datang. berbandingan dengan perusahaan yang
menghasilkan laba yang tidak stabil disetiap periodenya.
e. Peraturan hukum perundang-undangan
Peraturan perundangan mengatakan dividen dibayarkan dari laba. baik
laba tahun periode berjalan atau laba bersih tahun lalu yang berada di pos laba
ditahan.

3) Di antara stock dividen dan stock split manakah yang lebih menguntungkan
perusahaan?
Jawab:
Bagi Perusahaan, Dividen saham atau pemecahan saham memiliki manfaat
atau keuntungan yang berbeda bagi perusahaan, dengan dilakukannya dividen
saham , maka dividen kas atau laba yang dimiliki oleh perusahaan tidak dibagi
atau ditahan oleh perusahaan. Hal ini dapat bermanfaat bagi perusahaan karena
dividen kas atau laba yang ditahan dapat di investasikan kembali untuk
memperoleh laba yang maksimal di periode yang akan datang, selain itu uang kas
dapat digunakan perusahaan untuk melunasi hutang-hutang yang jatuh tempo.
Sedangkan pemecahan saham memiliki manfaat atau keuntungan Secara
langsung perusahaan berkesempatan untuk mendapatkan investor-investor baru.
Sementara manfaat tidak langsungnya, jumlah saham beredar yang semakin
banyak diikuti dengan harga saham yang rendah memicu pergerakan saham yang
semakin aktif. Jika gerak saham aktif, maka aksi korporasi ke depannya akan
mendapat sorotan dan respon lebih cepat dari investor.
Jadi keduanya sama-sama menguntungkan bagi perusahaan dari aspek yang
berbeda , tidak dapat dilakukan perbandingan karena memiliki keuntungan
tersendiri bagi perusahaan.

4) Apa akibatnya jika pemegang saham tidak mengambil dividennya dalam jangka
waktu yang lama? Apakah akan menjadi hak perusahaan?
Jawab:
Dividen merupakan pendistribusian laba kepada pemegang saham secara pro
rata yang pada prinsipnya dibayarkan dalam bentuk uang. Jika dividen tidak
diambil oleh pemegang saham setelah 5 tahun sejak tanggal pembayaran dividen
ditetapkan, maka akan dimasukkan ke dalam cadangan khusus. Jika dividen yang
telah dimasukkan dalam cadangan khusus itu dalam jangka waktu 10 tahun tetap
tidak diambil, maka akan menjadi hak perseroan.

5) Kapankah waktu yang tepat bagi perusahaan untuk membayar dividen bagi para
pemegang saham? Dan bisakah perusahaan melakukan pembayaran dividen lebih
dari satu kali dalam 1 tahun? Jika bisa, apa pertimbangan untuk melakukannya?
Jawab:
Dividen biasanya dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham
setelah tutup buku akhir tahun, dividen tersebut disebut dengan dividen final dan
pembagian dividen final tersebut bisa dilakukan saat musim dividen yaitu pada
bulan Maret sampai Mei.
Dividen bisa saja dibagikan lebih dari satu kali dalam setahun atau dengan
kata lain dividen tersebut dibagikan sebelum perusahaan melakukan membukukan
profit tahunan yang disebut dengan dividen interim. Pembagian dividen interim
oleh perusahaan kepada para pemegang saham dapat dipertimbangkan ketika
perusahaan telah mampu membukukan profit yang besar di kuartal I, kuartal II,
atau kuartal III, sehingga laba yang telah dihasilkan bisa dibagikan kepada para
pemegang saham sebelum perusahaan melakukan tutup buku akhir tahun, sesuai
dengan kebijakan manajemen.

6) Apakah dengan penerapan stock dividen dan stock split dapat menyebabkan
perusahaan dan investor mengalami kerugian?
Jawab:
Untuk penerapan stock dividen dan stock split tidak menyebabkan perusahaan
dan investor mengalami kerugian karena keduanya merupakan suatu kebijakan
yang nilainya sebenarnya sama. untuk stock split dengan memperbanyak jumlah
saham dan memperkecil nilai perlembar saham dan tentu dengan rasio yg
seimbang, dan untuk stock dividen proporsi kepemilikan tidak berubah dengan
mentransfer dari laba ditahan ke capital surplus dan nilai saham jadi tidak ada
kerugian secara langsung baik dari sisi investor ataupun perusahaan .

7) Mengapa pembayaran dividen semakin besar akan mengakibatkan berkurangnya


kemampuan perusahaan dan menurunkan harga saham?
Jawab:
Pembayaran dividen berkaitan erat dengan kebijakan dividen yang dilakukan
setiap masing-masing perusahaan. Kebijakan dividen adalah sebuah keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham
sebagai dividen atau laba ditahan. Apabila perusahaan memilih untuk
membagikan laba dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan
selanjutnya mengurangi total sumber dana intern dan internal financing
perusahaan. Pembayaran dividen yang semakin besar akan mengakibatkan
berkurangnya kemampuan perusahaan dan menurunkan harga saham. Jika
pembayaran dividen berupa dividen kas yang terlalu besar, maka akan
berkurangnya kemampuan perusahaan dari segi pendapatan perusahaan. Dan jika
pembayaran dividen berupa dividen saham yang terlalu besar, maka akan
berpengaruh terhadap penurunan nilai saham.

8) Bagaimana cara mengetahui perusahaan akan membagikan deviden atau tempat


untuk mencek bahwa ada emiten yang akan membagikan deviden?
Jawab:
Untuk perusahaan yang sudah listing atau terdaftar di bursa efek indonesia
sebagai perusahaan yang go public dilihat dari cum datenya , cum date adalah
tanggal penetapan untuk investor yang berhak mendapatkan dividen. Waktu cum
date ini biasanya hanya ditetapkan sehari saja, sampai waktu penutupan bursa
saham di BEI berakhir pada hari itu juga. Jadi untuk bisa memperoleh dividen
syaratnya cuma satu, yaitu miliki sahamnya di hari cum date tersebut. Atau
sebelum masuk hari Ex Cum Date (hari telah berakhirnya pencatatan penerima
dividen), yaitu satu hari setelah hari Cum Date. Ada perbedaan pembagian dividen
di pasar reguler dan tunai. Masing-masing cum dan ex date di atas beda-beda
waktunya untuk pasar reguler dan tunai. Biasanya sekitar 2 hingga 4 minggu
setelah ex cum, maka pengumuman pembagian dividen dapat dilihat secara
langsung dalam halaman resmi yang dimiliki perusahaan atau secara otomatis
akan di beritahukan oleh idx melalui berbagai aplikasi yang tersedia kapan emiten
akan membagikan dividennya, dan sebelum itu biasanya emiten akan
melaksanakan rapat RUPS terlebih dahulu untuk menentukan berapa besaran
dividen yg akan dibagikan dengan melibatkan seluruh investor yang mana
biasanya akan diundang langsung secara formal oleh perusahaan ataupun melalui
media email.

9) Jika perusahaan tersebut menghasilkan laba yang sangat besar, namun dia tidak
ingin membagikan dividen kepada pemegang saham secara berturut-turut dan
hnya menjadikannya laba ditahan, apakah itu diperbolehkan? dan apakah ada
pengaruhnya bagi internal maupun eksternal perusahaan?
Jawab:
Perusahaan akan mengeluarkan dividen berdasarkan keputusan yang diambil
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Berdasarkan hasil RUPS maka
dapat ditentukan berapa rasio pembagian dividen (dividend payout ratio) yang
akan dikeluarkan oleh perusahaan. Sebagai bagian laba yang akan didistribusikan
kepada pemegang saham, maka perusahaan akan menentukan kebijakan
dividennya melalui pertimbangan dari berbagai faktor yang kemudian disertai
dengan dukungan atau persetujuan dari pemegang saham.

10) Kenapa pembayaran deviden tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang


saham?
Jawab:
Hal yang penting dari pendapat Modiglani-Miller adalah bahwa pengaruh
pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham akan diimbangi
dengan jumlah yang sama dengan cara pembelanjaan atau pemenuhan dana yang
lain. Dalam kondisi keputusan investasi yang given, maka apabila perusahaan
membagikan dividen kepada pemegang saham, perusahaan harus mengeluarkan
saham baru sebagai pengganti sejumlah pembayaran dividen tersebut. Dengan
demikian kenaikan pendapatan dari pembayaran dividen akan diimbangi dengan
penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru.

2. Soal Kasus
1) Syalia Co sedang merencanakan untuk memperluas sarana produksinya tahun
depandengan investasi Rp.15.000.000. Rasio utang terhadap total assets saat ini
adalah 30%dan itu dianggap merupakan struktur modal yang optimum, laba
setelah pajak saat iniRp. 5.000.000. Jika Kurman Co berharap untuk
mempertahankan 70% dividend payoutratio-nya, beberapa banyak eksternal
equity yang diperlukan untuk membiayai ekspansi tersebut ?
Jawaban :
Laba setelah pajak Rp 5.000.000,-

Dividend payout 70%

Dividen Rp. 3.500.000,-

Laba yang ditahan Rp. 1.500.000,-

Capital budget Rp. 15.000.000,-

Debt to total asset 30%

Total utang Rp. 4.500.000,-

Total equity 70% Rp. 10.500.000,-

Laba ditahan Rp. 1.500.000,-

Eksternal equity Rp. 9.000.000,-

2) Berikut adalah sebagian dari neraca Perusahaan Zarira :

Ekuitas pemegang saham

Modal disetor

Saham biasa (nilai pari Rp. 800,- sebanyak 10.000 lembar) Rp. 8.000.000

Tambahan modal disetor saham biasa Rp. 8.000.000

Total modal disetor Rp. 16.000.000

Laba ditahan Rp. 4.000.000

Ekuitas pemegang saham Rp. 20.000.000

Ditanya : Dilakukan penarikan saham biasa sebanyak 2.000 lembar dengan harga
Rp. 2.500,-Saham treasuri dijual sebanyak 400 lembar dengan harga Rp. 1.800,-
Saham treasuri dijual sebanyak 600 lembar dengan harga Rp. 2.800,-Saham
treasuri dijual sebanyak 800 lembar dengan harga Rp. 2.000,-Bila perusahaan
menggunakan metode biaya sebagai dasar pengakuan saham treasuri.

Jawaban :

Saham treasuri (2.000 x Rp. 2.500) Rp. 5.000.000

Kas Rp. 5.000.000


Kas (400 x Rp. 1.800) Rp. 720.000

Laba ditahan Rp. 280.000

Saham treasuri (400 x 2.500) Rp. 1.000.000

Kas (600 x Rp. 2.800) Rp. 1.680.000

Saham treasuri (600 x Rp. 2.500) Rp. 1.500.000

Tambahan modal disetor, saham treasuri Rp. 180.000

Kas (800 x Rp. 2.000) Rp. 1.600.00

Tambahan modal disetor, saham treasuri Rp. 180.000

Laba ditahan Rp. 220.000

Saham treasuri (800 x Rp. 2.500) Rp. 2.000.000


Dalam kondisi saat ini, banyak perusahaan yang merasakan dampak negatif dari
pandemi covid-19. aktivitas dalam perusahaan menjadi terganggu dan bahkan ada yang
sampai terhenti, sehingga berdampak pada melambatnya pertumbuhan perusahaan. virus
corona telah mengganggu mata rantai produksi industri sehingga perputaran bisnis tak
lancar.

Oleh karena itu, manajer keuangan dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan
harus hati-hati, karena jika perusahaan menjalankan kebijakan untuk memberikan tambahan
dividen tunai sehingga jumlah dividen yang dibagikan naik, hal ini dapat meningkatkan
harga saham. Tetapi, meningkatnya dividen tunai, akan mengakibatkan jumlah dana yang
tersedia untuk reinvestasi menjadi sedikit, sehingga tingkat pertumbuhan yang diharapkan
untuk masa mendatang akan rendah, dan hal ini akan mengakibatkan turunnya harga saham.
Jadi, perubahan besarnya dividen tersebut mengandung dua akibat yang saling bertentangan.
Meskipun pandemi covid-19 ini masih berlangsung namun banyak emiten yang tetap
melaksanakan kewajiban pembagian dividennya, diantaranya adalah PT. Bukit Asam Tbk.,
PT. Jasa Marga ( Persero) Tbk., PT. Kabelindo Murni Tbk., PT. Indo Kordsa Tbk., PT.
Asuransi Dayin Mitra Tbk., PT. Astra Graphia Tbk,. PT. Astra Agro Lestari Tbk., Reksa
Dana Avrist ETF Fixed Rate Bond I, PT. Link Net Tbk., dan PT. Supreme Cable
Manufacturing & Commerce Tbk. Disamping itu terdapat emiten yang tidak membagikan
dividennya, yaitu PT Matahari Department Store Tbk. Dan PT Acset Indonusa Tbk. Hal ini
dilakukan karena perusahaan tersebut mendapatkan dampak yang cukup besar di masa
pandemi ini.

Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan suatu kebijakan untuk menetapkan


berapa besar laba yang perlu dibayarkan (dividen) kepada pemegang saham dan berapa
banyak yang harus ditanam kembali (laba ditahan). Dividen merupakan pendapatan yang
dibayarkan kepada pemegang saham setiap akhir periode sesuai dengan persentase yang
telah disepakati. Persentase dari laba yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para
pemegang saham disebut dengan Dividend Payout Ratio (DPR).

Dalam mengelola perusahaan, manajemen harus memperhatikan salah satu faktor


terpenting dalam perusahaan yaitu kebijakan dividen. Dimana kebijakan dividen ini
memiliki dampak atau pengaruh yang signifikan bagi banyak pihak, seperti perusahaan yang
dikelola sendiri, pemegang saham dan kreditur. Perusahaan harus mempertimbangkan
kelangsungan hidup dan pertumbuhannya ketika menentukan pembagian dividennya. Oleh
karena itu, dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan
dividen masing-masing perusahaan, sehingga tinjauan manajemen sangat diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai