Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN MANAJEMEN KEUANGAN

“KEBIJAKAN DIVIDEN”

Nama Kelompok :
Emilia Nur Hidayah (18013010179)
Alvian Ananta Pramadya (18013010182)
Sylvia Martha (18013010199)
Azizah Julistioningsih (18013010200)
Devi Pertiwi Ananda P (18013010215)

Kelas E
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur
2018/2019
KEBIJAKAN DIVIDEN DAN PERMASALAHANNYA

Kebijakan dividen berhubungan dengan penetuan besarnya dividend payout ratio, yaitu
besarnya presentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen kepada
pemegang saham. Keputusan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan
perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan. Hal ini karena
besar kecilnya dividen yang dibagikan akan memengaruhi besar kecilnya laba yang ditahan.
Laba dtahan merupakan salah satu sumber dana internal perusahaan.

Permasalahan dalam kebijakan dividen adalah apakah kebijakan dividen dapat


memengaruhi nilai perusahaan atau harga pasar saham tersebut ? Jika kebijakan dividen dapat
memengaruhi nilai perusahaan atau harga pasar saham perusahaan, bagaimana kebijakan
dividen yang optimal ? Untuk menjelaskan atau menjawab permasalahan tersebut, berikut ini
dijelakan beberapa teori tentang kebijakan dividen.

TEORI KEBIJAKAN DIVIDEN

Terdapat tiga teori kebijakan dividen yang menjelaskan pengaruh besar kecilnya
dividend payout ratio (DPR) terhadap harga pasar saham. Adapun ketiga teori tersebut adalah
sebagai berikut.

Teori Dividend Inrrelevance

Teori ini dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller (Modigliani-Miller/MM).
Menurut teori dividend irrelevance. Modigliani dan Miller berpendapat bahwa nilai perusahaan
hanya ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (earning
power) dan risiko bisnis, sedangkan bagaimana membagi arus pendapatan menjadi dividen dan
laba ditahan tidak memengaruhi nilai perusahaan.

Asumsi yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller adalah :

 Tidaka ada pajak atas pendapatan perusahaan dan pendapatan pribadi


 Tidak ada biaya emisi atau biaya transaksi saham
 Leverage keuangan tidak memengaruhi biaya modal
 Investor dan manajer memiliki informasi yang sama tentang prospek perusahaan
 Pendistribusian pendapatan antara dividen dan laba ditahan tidak memengaruhi biaya
modal sendiri
 Kebijakan penganggaran modal independen dengan kebijakan dividen

Inti dari pendapatan Modigliani-Miller adalah pengaruh pembayaran dividen terhadap


kemakmuran pemegang saham di-offset sepenuhya oleh cara-cara pembelanjaan investasi
yang dilakukan oleh perusahaan. Modigliani-Miller mengemukakan nilai per lembar
saham yang didiskonto setelah keputusan pembelanjaan dan dividen sama dengan nilai
pasar saham sebelum pembayaran dividen. Dengan kata lain, penurunan harga pasar saham
karena pembelanjaan eksternal sama dengan kenaikan harga saham karena pembayaran
dividen. Jadi pemegang saham dikatakan indifferent antara dividen dan laba ditahan.
Secara matematis, Modigliani-Miller membuktikan sebagai berikut :
1
P0 = 1+𝐾 (D1 + P1 )

Keterangan :

P0 = Harga pasar per lembar saham pada periode ke-0


k = Tingkat kapitalisasi perusahaan pada suatu kelas risiko
D1 = Dividen per saham pada periode ke-1
P1 = Harga pasar per saham pada periode ke-1
Anggap N adalah jumlah saham pada periode ke-0, dan M adalah jumlah saham baru
yang dijual pada periode ke-1 dengan harga P1.
1
NP0 = 1+𝐾 [ND1 + (N + M) P1 – MP1]

Jumlah saham baru yang diterbitkan untuk membelanjai investasi :


MP1 = I – (X – ND1)
I = Total investasi baru pada periode ke-1
X = Total laba perusahaan pada periode tersebut
Dengan mensubstitusi persamaan di atas, maka diperoleh persamaan :
1
NP0 = 1+𝐾 [ (N + M) P1 – I + X]

Pada persamaan terakhir terbukti bahwa dividen tidak lagi memengaruhi harga saham,
atau dengan kata lain saham independen dengan keputusan dividen.
Salah satu kebijakan dividen yang mempunyai implikasi dividend irrelevance adalah
dividend payout as a residual decision. Selama perusahaan mempunyai proyek investasi yang
menghasilkan return lebih tinggi dari return yang diharapkan, perusahaan akan menggunakan
laba untuk membelanjai investasi tersebut. Jika perusahaan mempunyai sisa laba setelah semua
proyek investasi yang dapat diterima dibelanjai, barulah sisa laba tersebut dibagikan sebagai
dividen kas kepada pemegang saham.
Bila kebijakan dividen diperlukan sebagai bagian dari keputusan pembelanjaan, berarti
pembayaran dividen kas bersifat pasif. Artinya, besar kecilnya dividend payout akan
berfluktuasi dari waktu ke waktu sesuai dengan fluktuasi jumlah peluang investasi yang
tersedia bagi perusahaan. Perlakuan kebijakan dividen sebagai suatu keputusan sisa yang
bersifat pasif mempunyai implikasi bahwa dividen adalah tidak relevan (irrelevant), yaitu
investor indifferent antara dividen dan laba ditahan.

Teori Bird In-the-Hand


Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner. Berdasarkan teori bird in the
band, kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar saham. Artinya, jika dividen
yang dibagikan perusahaan semakin besar, harga pasar saham perusahaan tersebut akan
semakin tinggi dan sebaliknya, hal ini terjadi karena pembagian dividen dapat mengurangi
ketidakpastian yang dihadapi investor.

Teori Tax Preference


Berdasarkan teori tax preference, kebijakan dividen mempunyai pengaruh negatif terhadap
harga pasar saham perusahaan. Artinya, semakin besar jumlah dividen yang dibagikan oleh
suatu perusahaan, semakin rendah harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan. Hal ini
terjadi jika ada perbedaan antara tarif pajak personal atas pendapatan dividen dan capital gain.
Apabila tarif pajak dividen lebih tinggi daripada pajak capital gain, maka investor akan lebih
senang jika laba yang diperoleh perusahaan tetap ditahan di perusahaan, untuk membelanjai
investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan demikian di masa yang akan datang
diharapkan terjadi peningkatan capital gain yang tarif pajak lebih rendah. Apabila banyak
investor yang memiliki pandangan demikian, maka investor cenderung memilih saham-saham
dengan dividen kecil dengan tujuan menghindari pajak.
Selain pertimbangan pengaruh dividend payout terhadap harga saham, faktor-faktor lain yang
perlu dipertimbangkan manajemen dalam menentukan dividend payout adalah :
1. Dana yang dibutuhkan perusahaan
Apabila di masa yang akan datang perusahaan berencana melakukan investasi yang
membutuhkan dana yang besar, maka perusahaan dapat memperolehnya melalui
penyisihan laba ditahan. Semakin besar kebutuhan dana di masa yang akan datang,
semakin besar pula bagian laba yang ditahan di perusahaan atau semakin kecil dividen
yang akan dibagikan kepada pemegang saham.
2. Likuiditas
Dividen dapat dibayarkan dalam bentuk dividen tunai atau dividen saham. Perusahaan
hanya mampu membayar dividen tunai jika tingkat likuiditas (cash ratio) yang dimiliki
perusahaan mencukupi. Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan, semakin besar
dividen tunai yang mampu dibayar perusahaan kepada pemegang saham, dan
sebaliknya.
3. Kemampuan perusahaan untuk meminjam
Salah satu sumber dana perusahaan adalah berasal dari pinjaman. Perusahaan
dimungkinkan untuk membayar dividen yang besar, karena perusahaan masih memiliki
peluang atau kemampuan untuk memperoleh dana dari pinjaman guna memenuhi
kebutuhan dana yang diperlukan perusahaan.
4. Nilai informasi dividen
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa harga pasar saham perusahaan
meningkat ketika perusahaan mengumumkan kenaikan dividen, dan harga pasar saham
perusahaan turun ketika perusahaan mengumumkan penurunan dividen.
5. Pengendalian perusahaan
Jika perusahaan membayar dividen yang besar, kemungkinan perusahaan memperoleh
dana dengan menjual saham baru untuk membiayai peluang investasi yang dinilai
menguntungkan. Dalam kondisi demikian kendali pemegang saham lama atas
perusahaan kemungkinan akan berkurang jika pemegang saham lama tidak berjanji
untuk membeli tambahan saham baru yang diterbitkan perusahaan
6. Pembatasan yang diatur dalam perjanjian pinjaman pihak kreditor
Ketika perusahaan memperoleh pinjaman dari pihak kreditor, perjanjian pinjaman
tersebut sering disertai dengan persyaratan-persyaratan tertentu. Salah satu bentuk
persyaratan di antaranya adalah pembatasan pembayaran dividen yang tidak boleh
melampaui jumlah tertentu yang disepakati.
7. Inflasi
Semakin tinggi tingkat inflasi, semakin turun daya beli mata uang. Hal ini berarti
perusahaan harus mampu menyediakan dana yang lebih besar untuk membiayai operasi
maupun investasi perusahaan pada masa yang akan datang.

BEBERAPA ASPEK KEBIJAKAN DIVIDEN


Stabilitas Dividen
Perusahaan yang membayar dividen secara stabil dari waktu ke waktu kemungkinan
dinilai lebih baik daripada perusahaan yang membayar dividen secara berfluktuas. Hal ini
karena perusahaan yang membayar dividen secara stabil mencerminkan kondisi keuangan
perusahaan yang kurang baik.

Target Payout Ratio


Sejumlah perusahaan mengikuti kebijakan target dividend payout ratio jangka panjang. Hal in
aka mengakibatkan besarnya jumlah dividen yang dibayarkan berfluktuasi atau dividennya
tidak stabil. Perusahaan hanya akan meningkatkan divdend payout ratio, jika pendapatan
perusahaan meningkat dan perusahaan merasa mampu mempertahankan kenaikan pendapatan
tersebut dalam jangka panjang.

Dividen Reguler dan Dividen Ekstra


Salah satu cara perusahaan meningkatkan dividen kas adalah dengan memberikan dividen
ekstra di samping dividen reguler . hal ini biasanya dilakukan jika pendapatan perusahaan
meningkat cukup besar, tetapi sifatnya sementara. Apabila tidak terjadi penigkatan pendapatan
perusahaan, dividen yang dibagikan hanya dividen reguler.

DIVIDEN SAHAM ( STOCK DIVIDEND )


Dividen saham adalah pembayaran dividen berupa saham kepada pemegang saham. Ditinjau
dari sudut pandang perusahaan, dividen saham tidak lebih dari rekapitalisasi perusahaan.
Artinya pembagian dividen saham tidak akan mengubah jumlah modal perusahaan, tetapi
hanya terjadi perubahan pada struktur modal saja.
Alasan perusahaan membagikan dividen saham adalah salah satu dari hal
berikut.
1. Perusahaan kesulitan likuiditas sehingga perusahaan tidak mampu membayar
dividen tunai. Jika hal ini terjadi, pembagian dividen saham mengandung informasi
yang kurang baik tentang kondisi keuangan jangka pendek perusahaan.
2. Perusahaan melakukan investasi baru, dan kas yang ada digunakan untuk
membelanjai investasi tersebut. Jika hal ini terjadi, pembagian dividen saham
mengandung informasi yang baik karena dengan melakukan investasi baru, nilai
perusahaan diharapkan akan meningkat dan harga saham juga diharapkan naik
sehingga pemegang saham dapat memperoleh capital gain dikemudian hari.

PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT)


Pemecahan saham merupakan tindakan perusahaan untuk menambah jumlah saham yang
beredar dengan dengan cara memecah satu saham menjadi dua saham atau lebih yang di ikuti
dengan penurunan nilai nominal secara proporsional. Tindakan pemecahan saham biasanya
dilakukan perusahaan apabila harga pasar saham perusahaan sudah terlalu tinggi. Harga pasar
saham perusahaan yang terlalu tinggi mengakibatkan berkurangnya likuiditas saham, karena
hanya sedikit jmlah investor yang mampu membeli saham perusahaan. Disamping itu, harga
pasar saham yang terlalu tinggi juga dapat menimbulkan terjadinya perpindahan pengendalian
perusahaan kepada investor yang bermodal kuat. Pemecahan saham tidak mempengaruhi
jumlah modal maupun struktur modal, tetapi hanya mengubah jumlah saham yang beredar dan
nilai nominal saham.

Reverse Split
Reverse split merupakan kebalikan dari pemecahan saham, yaitu tindakan perusahaan
untuk menggabungkan dua atau lebih lembar saham menjadi satu. Tindakan ini dilakukan
untuk meningkatkan harga pasar saham, apabila menurut pertimbangan perusahaan harga pasar
saham sudah terlampau rendah. Harga pasar saham yang terlalu rendah mengesankan kondisi
perusahaan yang kurang baik.

PEMBELIAN KEMBALI SAHAM (REPURCHASE OF STOCK)


Pembelian kembali saham merupakan bagian dari keputusan dividen. Keputusan ini
diambil apabila perusahaan mempunyai kelebihan kas, namun tidak ada peluang investasi yang
menguntungkan. Oleh karena itu, prusahaan dapat menggunakan dana yang tersedia untuk
dibagikan sebagai dividen atau untuk membeli kembali saham yang beredar.
Apabila tidak ada pajak dan biaya transaksi, kedua alternatif tersebut secara teori tidak
ada bedanya bagi pemegang saham. Dengan pembelian saham, jumlah saham yang beredar
akan berkurang sehingga akan meningkatkan pendapatan per saham (EPS) dan pada akhirnya
akan mendorong terjadinya peningkatan harga pasar saham. Secara teori capital gain yang
diperoleh dari pmbelian saham kembali sama dengan dividen yang dibayarkan apabila tidak
ada pembelian saham.
Apabila pemegang saham bersikap indifferent antara dividen dan capital gain, berarti nlai
saham tidak dipengaruhi oleh cara bagaimana perusahaan mendstribusikan dana kepada
pemegang saham. Namun demikian, sikap indifferent pemegang saham masih bisa
dipertanyakan apabila pemegang saham mempunyai preferensi yang sistematis terhadap
dividen atau capital gain. Dengan demikian nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh cara
bgaimana perusahaan mendistribusikan dananya.
Manfaat pembelian kembali adalah jumlah saham yang berkurang, sehingga EPS dan
dividen per saham meningkat, dengan asumsi dividend payout ratio tetap. Apabila P/E ratio
tetap, maka harga pasar saham juga diharapkan meningkat. Dalam pembelian saham kembali,
harga keseimbangan (equilibrium) yang harus ditawarkan perusahaan kepada pemegang saham
adalah :
Px + D
P* = 𝑆

Keterangan :
Px = harga pasar per saham setelah distribusi
D = jumlah dana yang akan didistribusikan
S = jumlah saham yang beredar sebelum distribusi

Anda mungkin juga menyukai