Jika D1, Po dan g adalah sama, dapat disimpulkan bahwa Ke lebih besar dari Ks. Artinya
perusahaan lebih suka menggunakan laba ditahan dari pada menerbitkan saham baru. Ada
kemungkinan laba ditahan tidak cukup besar sehingga perusahaan harus menerbitkan
saham baru. Semakin besar target laba ditahan, semakin kecil kemungkinan perusahaan
menerbitkan saham baru. Karena biaya modal sendiri ditentukan oleh besar kecilnya laba
ditahan dan besar kecilnya laba ditahan ditentukan oleh DPR maka, kebijakan dividen
mempengaruhi nilai perusahaan.
Stock Deviden
Pembagian deviden dalam bentuk saham, biasanya dinyatakan dalam suatu persentase
tertentu dari jumlah saham yang beredar. Stock Deviden menyebabkan kapitalisasi dari
sebagian laba ditahan sehingga komposisi modal sendiri akan berubah.
Aplikasi :
PT ABC memiliki modal sendiri sebagai berikut:
Saham biasa (400.000 lembar @ Rp 1.000) Rp 400.000.000
Laba ditahan 75.000.000
Jumlah modal sendiri 475.000.000
Bila perusahaan menetapkan stock deviden 5%, hal ini menunjukkan bahwa jumlah lembar
saham beredar bertambah 5% x 400.000 lembar = 20.000 lembar. Bila harga pasar saham saat
itu Rp 1.500 per lembar, maka jumlah modal sendiri perusahaan setelah stock devidend sbb:
Saham biasa (420.000 x Rp 1.000) = Rp 420.000.000
Agio saham 10.000.000
Laba ditahan 45.000.000
Jumlah modal sendiri 475.000.000
Keterangan:
a. Nilai stock deviden sebesar Rp 30 juta (20.000 x Rp 1.500)
b. Laba ditahan yang dikapitalisasi ke rekening modal saham sebesar Rp 20 juta (20.000
x Rp 1.000)
c. Laba ditahan yang dikapitalisasi ke rekening agio saham sebesar Rp 10 juta (20.000 x
(Rp 1.500 – Rp 1.000)
Stock Split
Stock split adalah tindakan perusahaan memecah saham yang beredar menjadi bagian yang
lebih kecil sesuai dengan faktor pemecahnya (split factor).
Aplikasi:
PT XXX memiliki jumlah modal sebelum stock split:
Saham biasa (400.000 x Rp 1.000) = Rp 400.000.000
Labah ditahan Rp 75.000.000
Jumlah modal sendiri 475.000.000
Jika perusahaan mengadakan stock split up dengan split factor 2 : 1, artinya 2 lembar saham
baru akan ditukar dengan 1 lembar saham lama, maka modal perusahaan setelah stock saplit
adalah:
Saham biasa (800.000 x Rp 500) = Rp 400.000.000
Labah ditahan Rp 75.000.000
Jumlah modal sendiri 475.000.000
PT XXX memiliki jumlah modal sebelum stock split:
Saham biasa (400.000 x Rp 1.000) = Rp 400.000.000
Labah ditahan Rp 75.000.000
Jumlah modal sendiri 475.000.000
Jika perusahaan mengadakan stock split down dengan split factor 1 : 2, artinya 1 lembar
saham baru akan ditukar dengan 2 lembar saham lama, maka modal perusahaan setelah stock
split adalah:
Saham biasa (200.000 x Rp 2.000) = Rp 400.000.000
Labah ditahan Rp 75.000.000
Jumlah modal sendiri 475.000.000