Dividen
DAFTAR ISI i
Stabilitas dividen 2
Pembayaran dividen 5
Jurnal 7
Kesimpulan 11
Daftar pustaka 12
i
Dalam dunia keuangan, pada dasarnya terdapat 3 konsep tentang kebijakan dividen,
yaitu:irrelevance theory, bird in the hand theory, dan tax preference theory.
Bird in the hand theory
Teori dari Lintner (1962), Gordon (1963), dan Bhattacharya (1979) menjelaskan bahwa
investor menyukai pendapatan dividen yang tinggi karena pendapatan dividen yang diterima
seperti burung di tangan (bird in the hand) yang mempunyai nilai yang lebih tinggi dan risiko
yang kecil daripada pendapatan modal (bird in the bush) karena dividen lebih pasti dari
pendapatan modal. Teori ini juga berpendapat bahwa investor menyukai dividen karena kas
di tangan lebih bernilai daripada kekayaan dalam bentuk lain. Konsekuensinya, harga saham
perusahaan akan sangat ditentukan oleh besarnya dividen yang dibagikan. Peningkatan
dividen akan meningkatkan harga saham yang akan berdampak pula pada nilai perusahaan.
Mereka yang menganut pendapat ini mengatakan bahwa perusahaan bisa saja membagikan
dividen yang banyak ataupun sedikit, asalkan dimungkinkan menutup kekurangan dana dari
sumber ekstern.Jadi yang penting adalah apakah investasi yang tersedia diharapkan akan
memberikan NPV yang positif, tidak peduli apakah dana yang dipergunakan untuk
membiayai berasal dari dalam perusahaan (menahan laba) ataukah dari luar perusahaan
(menerbitkan saham baru).Dampak pilihan keputusan tersebut sama saja bagi kekayaan
pemodal, atau keputusan dividen adalah tidak relevan . Untuk memperjelas uraian perhatikan
contoh berikut ini Misalkan suatu perusahaan mempunyai neraca (pada harga pasar) sebagai
berikut.
1
Neraca PT. Avtuti, 8110l19x1 (dalam jutaan Rp) Kas 1.050 Modal sendiri 8.050 Aktiva talo
000 8.050 Total 8.050 Apabila terdapat 1.000.000 lembar saham PT. Astuti, maka setiap
lembar saham harganya adalah Rp 8.050. Misalkan pada tanggal tersebut tersedia suatu
kesempatan investasi yang diharapkan memberikan NPv sebesar Rp.200 juta, dan
memerlukan dana sebesar Rp.1.000 juta. Apabila para pemegang saham memutuskan untuk
mengambil investasi tersebut (tidak perlu menerbitkan saham baru, karena dana yang ada
dalam perusahaan masih mencukupi), maka neraca setelah mengambil kesempatan investasi
tersebut akan nampak sebagai berikut. Tabal 18.2, Noraca PT. Astuti. setelah mengambil
investasi dengan NPV Rp.200 juta 50 Modal sendiri 8.250 1.200 Aktiva lain 7.000 Total
8.250 Total 8,250
(husnan,suad,1996,"menejemen keuangan".yogyakarta:bpfe)
Stabilitas dividen
Seperti dikemukakan pada awal bab ini, stabilitas dividen juga penting. Laba arus kas
berubah-ubah sepanjang waktu, demikian pula peluang investasi. Dengan memperhatikan hal
ini saja, perusahaan harus mengubah dividen mereka sewaktuwaktu, menaikkannya jika arus
kas besar dan kebutuhan akan dana relatif kecil, dan menurunkannya jika persediaan uang kas
menipis dalam kaitan dengan peluang investasi. Akan tetapi, banyak pemegang saham
mengandalkan dividen untuk membayar berbagai biaya, dan mereka sangat dividen
elanjutnya, tin mengurangi dividen agar dana tersedia untuk investasi modal dapat
mengirimkan isyarat yang tidak tepat, dan hal itu bisa menurunkan harga saham. Jadi,
memaksi. mumkan harga saham mengharuskan perusahaan menyeimbangkan kebutuhan
dana untuk internal dan keinginan para pemegang sahamnya. dan dapat Bagaimana
keseimbangan ini dapat tercapai? Seberapa stabil diandalkan kebijakan dividen yang harus
diupayakan oleh suatu perusahaan? Tidak mungkin memberikan jawaban yang pasti atas
pertanyaan tersebut, tetapi halhal berikut dapat relevan untuk mencapai solusinya:
1. Biasanya setiap perusahaan yang dimiliki publik membuat peramalan keuangan lima atau
sepuluh tahun untuk laba dan dividen. Ramadan tersebut tak pernah diumumkan kepada
publik-hal itu hanya digunakan untuk tujuan-perencanaan internal.
2
2. Bertahun-tahun yang silam, ketika inflasi belum merajalela, igat "kebijakan dividen yang
stabil" berarti suatu kebijakan untuk membay dividen dengan jumlah dolar yang sama dari
tahun ke tahun. AT6 merupakan contoh utama dari suatu perusahaan dengan kebijakan dhide
yang stabil mereka membayar $9 per tahun ($2,25 per triwulan) ters menerus selama 25
tahun. Namun sekarang, kebanyakan perusahan dan pemegang saham berharap laba
bertumbuh sepanjang waktu sebagi hasil dari laba ditahan dan inflasi. Dewasa ini, dividen
lazimnya dipa kirakan bertumbuh kurang lebih sejalan dengan laba.
3.Kebanyakan pengamat yakin bahwa stabilitas dividen memang diinginkan oleh investor.
Dengan asumsi keadaan ini benar, investor memilih saham yang menghasilkan jumlah
dividen yang lebih dapat diramalkan daripada saham yang tenghasikan jumlah dividen rata-
rata yang sama tetapi dengan cara yang menentu berart biaya ekuitas diminimumkan, dan
hanga saham dimaRE jika suatu perusahaan ingin berusaha sedapat mangun Benaga
kestabilan jumlah dividennya.
"Stock Dividends" "Stock dividends adalah pembayaran tambahan saham kepada para
pemegang saham, dan menunjukkan penyusunan kembali modal perusahaan; sedangkan
proporsi kepemilihan pemegang saham, tetap tidak berubah. Misalkan suatu perusahaan
mempunyai struktur modal sebagai berikut, sebelum mengeluarkan "stock dividend Saham
biasa (nominal Rp 400.000 lembar) Rp 2.000.000 1.000.000, Capital Surplus 7.000.000,-
Laba yang ditahan Rp 10.000.000, Sekarang misalkan perusahaan membayar "stock
dividend" sebesar 5%, berjumlah 20.000 lembar saham, dan harga pasar saham adalah Rp 40,
Untuk setiap saham, pemilik saham akan mendapatkan tam- bahan satu saham. Neraca
perusahaan setelah "stock dividend' menjadi Anda ingat pepatah kita yang mengatakan
"Mengharapkan pungguk terbang di awan, punai di tangan dilepaskan" Mengherankan bukan,
betapa miripnya pepatah kita dengan pepatah asing
3
Stock split
stock dividends" adalah pembayaran tambahan saham kepada para pemegang saham, dan
menunjukkan penyusunan kembali modal sedangkan proporsi kepemilihan pemegang saham,
tetap tidak berubah. Misalkan suatu perusahaan mempunyai struktur modal sebagai berikut,
sebelum mengeluarkan "stock dividend" Saham biasa (nominal Rp 5, 400.000 lembar) Rp
2.000.000,- Capital Surplus 1.000.000 Laba yang ditahan 7.000.000 Rp 10.000.000.
Pembahasan sejauh ini hanya mengenai aspek-aspek teoritikkebijakan dividen. Ada sejumlah
pertimbangan saat perusahaan ingin membuat satu kebijakan dividen. Pertimbangan
pertimbangan tambahan ini harus berhubungan dengan konsep teori pembayaran dividen dan
penilaian perusahaan. Berikut ini faktor-faktor yang dianalisis perusahaan dalam memutuskan
kebijakan dividen. Peraturan-Peraturan Hukum Pembahasan peraturan hukum penting
dilakukan untuk menetapkan batasan-batasan hukum di mana dividen perusahaan dapat
digunakan, Peraturan-peraturan hukum iniberhubungan dengan penurunan modal,
ketidaksolvabilitasan dan laba ditahan yang tidak semestinya Peraturan Penurunan Modal.
Walaupun hukum negara bagian sangat penurunan modal. kebanyakan negara bagian
melarang pembayaran dividen menga Pada beberapa negara bagian, modal didefinisikan
sebagai nilai pari total saham biasa Jika Perusahaan memiliki 1 juta saham beredar dengan
pari per juta, maka tota sebesar $2 juta Jika ekuitas pemegang saham perusahaan ini adalah
$2,1 modal. Perusahaan tidak dapat kas lebih dari $100.000 tanpa menurunkan Negara-
negara bagian lain mendefinisikan modal nilai pari saham diambah tambahan tersebut, dapat
dibayarkan sampai pada batas laba ditahan Hal ini bukan berarti dividen dapat dibayarkan
hanya dan laba ditahan "Perusahaan membayar dividen dari kas, pada saat mengalami
pengurangan laba ditahan.
Pembayaran dividen
Sebelum kita melihat pilihan antara dividen dan pembelian kembali saham, kita haru
meninjau bagaimana pembayaran kepada pemegang saham ini terjadi, Kita mulai dengan
dividen. Weyerhacuser bertemu untuk mendiskusikan direktur Pada bulan Januari 2005 de
membayar dividen tunai dividen dan memutuskan bahwa penasahaan harus total pembayaran
untuk secara teratur setiap kuartal 0 per saham, membuat direktur berharap untuk satu tahun
sebesar 1,60, Istilah leratur mengindikasikan bahwa mempertahankan pembayaran di masa
yang akan Jika mereka tidak ingin memberikan semacam itu, mereka dapat mendeklarasikan
dividen teratur dan khusus sekaligus. Investor menyadari bahwa dividen khusus itu tidak
akan berulang tersebut, Beberapa pemegang saham erhaeuser mungkin menyambut gembira
dalam api pemegang saham lainnya lebih suka menginvestasikan kembali dividen
perusahaan.
Untuk membantu para investor ini Weyerhauser menawarkan rencana reinvestasi dividen
otomatis. Jika pemegang saham mengikuti rencana ini, d akan digunakan untuk membeli
saham tambahan secara otomatis Tampaknya menipakan pertanyaan ya siapa dividen haeuser
catatan jelas tetapi, karena ham diperdagangkan terus menerus, perusahaan tentang siapa
7
Dividen Surat Berharga (Nonmonetary Asset Dividend)
Bisa jadi perusahaan membagikan dividen dalam bentuk surat berharga, bond misalnya.
Perusahaan memberikan bonds (investasi di perusahaan lain) yang mereka miliki kepada para
pemegang saham. Dalam hal ini, bond yang akan diberikan dinilai sebesar harga pasar
wajarnya. Jika bond yang akan diberikan masih dicatat sebesar harga perolehannya, maka
perusahaan perlu membuat penyesuaian terlebih dahulu.
Misalnya:
Pada tanggal 15 Maret 2011 PT. JAK mengumumkan akan membagikan dividen dalam
bentuk surat berharga berupa surat berharga diterbitkan oleh PT. XYZ yang akan segera jatuh
tempo. Surat berharga tersebut, dahulu diperoleh seharga Rp 500,000. Pada saat
pengumuman pembagian dividen dilakukan (15 Maret 2011) nilai pasar wajar surat berharga
yang diterbitkan oleh PT. XYZ adalah Rp 600,000. Bagaimana jurnal untuk pembagian
dividen PT. JAK?
1. Pada tanggal pengumuman (15 Maret 2011)
[Debit]. Investasi di PT. XYZ—Surat Berharga = Rp 100,000
[Kredit]. Laba Investasi (600,000 – 500,000) = Rp 100,000
(penyesuaian surat berharga ke nilai pasar wajarnya)
[Debit]. Laba Ditahan (Pengumuman Dividen Surat Berharga) = Rp 600,000
[Kredit]. Utang Dividen = Rp 600,000
2. Pada Saat Pembagian
[Debit]. Utang Dividen = Rp 600,000
[Kredit]. Investasi di PT. XYZ—Surat Berharga = Rp 600,000
Dividen Promes, Notes Payable (Scrip Dividends)
Ada keadaan dimana perusahaan memiliki akumulasi laba ditahan yang sesungguhnya sudah
memungkinkan untuk membagikan dividen bagi para pemegang sahamnya, akan tetapi
jumlah uang tunainya tidak mencukupi. Alternatif yang bisa diambil jika ingin membagi
dividen adalah dengan menerbitkan promes atau janji membayar dikemudian hari (notes
payable). Dividen semacam ini disebut dengan “Scrip Dividend”
Misalnya:
Pada Tanggal 1 Juni 2011 PT. JAK mengumumkan pembagian dividen berupa Scrip dividend
berjangka waktu 3 bulan sebesar Rp 1/lembar untuk 3,000,000 lembar saham yang beredar.
Bunga promes adalah 10% per tahun. Bagaimana pencatatannya?
1. Pada tanggal pengumuman (1 Juni 2011)
[Debit]. Laba Ditahan (Scrip Dividend) = Rp 3,000,000
[Kredit]. Utang Promes (Utang Scrip Dividend) = Rp 3,000,000
(Rp 1 x 3,000,000)
2. Pada tanggal pembayaran/jatuh tempo (1 September 2011)
[Debit]. Utang Promes kepada Pemegang Saham = Rp 3,000,000
[Debit]. Biaya Bunga [(3,000,000 x 10%) x 3/12] = Rp 75,000
[Kredit]. Kas = Rp 3,075,000
8
Setelah saham untuk dividen diterbitkan, maka posisi ekuitas pemilik menjadi sebagai
berikut:
Saham biasa Rp 20 par (36,000 lembar beredar) = Rp 720,000
Tambahan modal disetor = Rp 330,000
Laba Ditahan = Rp 450,000
Total Ekuitas Pemilik = Rp 1,500,000
9
2. Dividen Saham Dalam Jumlah Besar – Untuk dividen saham dalam jumlah besar (lebih
dari 25% sisa saham belum terjual), maka saham yang akan diterbitkan sebagai dividen
dinilai sebesar nilai par-nya. Sebagai ilustrasi, anggap PT. JAK mengumumkan pembagian
dividen sebesar 50% dari total saham beredar (informasi lainnya sama seperti ilustrasi
sebelumnya). Maka jurnal yang diperlukan pada saat pengumuman:
[Debit]. Laba Ditahan (50% x 30,000 lembar x Rp 20) = Rp 300,000
[Kredit]. Dividen Saham Biasa Tersedia Untuk Dibagi = Rp 300,000
Posisi ekuitas pemipik pasca penerbitan saham untuk dividen menjadi sbb:
Saham Biasa, Rp 20 par (45,000 lembar) = Rp 900,000
Tambahan Modal Disetor = Rp 300,000
Laba Ditahan = Rp 300,000
Total Ekuitas Pemilik = Rp 1,500,000
10
Kesimpulan
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk
deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang
akan datang. Faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu posisi likuiditas
perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan,
pengawasan terhadap perusahaan, kemampuan meminjam, tingkat keuntungan, stabilitas
return, dan akses kepasar modal. Pendapat tentang kebijakan deviden yaitu pendapat tentang
ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory) dan Pendapat tentang relevansi deviden
(relevant theory). Macam-macam kebijakan deviden yaitu kebijakan deviden yang stabil,
kebijakan deviden dengan penetapan jumlah deviden minimal ditambah jumlah ekstra
tertentu, kebijakan deviden dengan penetapan deviden payout ratio yang konstan, dan
kebijakan deviden yang stabil.
11
Daftar pustaka
(husnan,suad,1996,"menejemen keuangan".yogyakarta:bpfe)