PERTEMUAN KE-4
PERENCANAAN PAJAK PPH PASAL 21/26
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari BAB 4 Perencanaan Pajak PPh Pasal 21/26, mahasiswa
diharapkan mampu menjelaskan, menganalisis dan memecahkan mengenai
Perencanaan Pajak PPH 21/26.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut :
Mahasiswa mampu menjelaskan, menganalisis dan memecahkan kasus tentang
Perencanaan Pajak PPH 21/26
PETUNJUK PEMBELAJARAN
Mahasiswa diharapkan sudah membaca modul ini sebelum mengikuti pembelajaran
tatap muka. Mulailah dengan membaca capaian belajar lalu pelajari setiap isi modul
dengan seksama dan kerjakan latihan soal yang terdapat pada akhir pembelajaran
guna mengukur tingkat penguasaan mahasiswa.
URAIAN MATERI
Pajak Penghasilan Pasal 21
Dalam PMK no. 252/PMK.03/2008 Ada 6 kategori yang masuk dalam peserta wajib
pajak PPh 21 yaitu:
Pegawai
Penerima uang pesangon, pensiun, atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya juga merupakan wajib pajak PPh 21
Bukan pegawai atau mereka yang menerima atau memperoleh penghasilan
sehubungan dengan pemberian jasa, misalnya pekerja freelance, artis, influencer,
dan lain sebagainya
Anggota dewan komisaris atau dewan pengawas tidak merangkap sebagai Pegawai
Tetap pada perusahaan yang sama
Mantan pegawai
Wajib pajak PPh 21 kategori peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara
lain:
Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olah raga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya
Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja
Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan
tertentu
Peserta pendidikan dan pelatihan
Peserta kegiatan lainnya.
Suandy (2011:1), terdapat perbedaan kepentingan mengenai pajak antara pemerintah
dan wajib pajak dikarenakan dengan membayar pajak berarti mengurangi
kemampuan konomis wajib pajak, sedangkan pajak merupakan salah satu sumber
pendapatan utama negara yang digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan
negara. Perusahaan sebagai wajib pajak harus mematuhi dan melaksanakan
kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Salah satu cara yang
dapat ditempuh sebagai upaya penghematan pajak adalah dengan melaksanakan
Manajemen Pajak yang baik.
Upaya penghematan beban pajak dapat dilakukan dengan cara legal maupun ilegal.
Salah satu cara legal yang dapat dilakukan Wajib Pajak adalah melalui perencanaan
pajak tanpa harus melanggar peraturan yang berlaku dengan memanfaatkan
celah-celah hukum yang ada. Perencanaan pajak tersebut salah satunya dengan
perencanaan terhadap perlakuan Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawan dalam
perusahaan. Terdapat tiga alternatif dengan empat metode perhitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 karyawan, yaitu Pajak Penghasilan Pasal 21 ditanggung sendiri
oleh karyawan menggunakan Gross Method, pajak ditanggung oleh perusahaan
menggunakan Net Method, dan karyawan diberikan tunjangan pajak menggunakan
Non Gross Up Method dan Gross UpMethod.
Komponen penting dalam perhitungan PPh 21 tidak luput dari Penghasilan Tidak
Kena Pajak yaitu penghasilan bruto bagi wajib pajak yang tidak dikenakan pajak.
Berdasarkan PMK No.101/PMK.010/2016 besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP) ditentukan berdasarkan status wajib pajak pada awal tahun pajak yang
bersangkutan. Status wajib pajak terdiri dari:
TK/.. ( Tidak Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga )
K/.. ( Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga )
K/I/.. (Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota
keluarga ).
Sesuai dengan Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 dan PMK
No.101/PMK.010/2016, tarif PTKP terbaru tahun 2021 sebagai berikut:
Rp54.000.000/tahun atau Rp4.500.000/bulan untuk wajib pajak orang pribadi
Rp4.500.000/tahun atau Rp375.000/bulan untuk wajib pajak yang kawin atau
berkeluarga
Rp54.000.000/tahun atau Rp4.500.000/bulan untuk wajib pajak orang pribadi yang
bersuami dengan gabungan dari penghasilan suami
Rp4.500.000/tahun atau Rp375.000/bulan tambahan untuk setiap anggota keluarga
sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
Pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.
Diantara perubahan yang tercantum didalamnya, terdapat juga pergantian dalam
lapisan tarif Pajak Penghasilan (PPh) dimana telah ditambahkan satu lapisan baru
yaitu tarif tertinggi sebesar 35% bagi WP OP dengan penghasilan lebih dari Rp 5
miliat per tahun. Salah satu perubahan yang terdapat di dalam UU HPP berhubungan
dengan lapisan penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan (PPh). Pada RUU HPP
terdapat tarif pajak untuk orang kaya, atau yang memiliki penghasilan di atas Rp 5
miliar per tahun. Sehingga, lapisan pajak dan tarif pajaknya berdasarkan pasal 17
ayat (1) RUU HPP adalah:
Sampai dengan Rp 60 juta tarif pajak 5 persen
Di atas Rp 60 juta sampai dengan Rp 250 juta tarif pajak 15 persen
Di atas Rp 250 juta sampai dengan Rp 500 juta tarif pajak 25 persen
Di atas Rp 500 juta sampai dengan Rp 5 miliar tarif pajak 30 persen
Di atas Rp 5 miliar tarif pajak 35 persen
Sebagaimana dimaksud dalam Kep. Dirjen Pajak No. 31/PJ./2008 Pasal 5 ayat (2)
dan Pasal 8 ayat (I), Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan
nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak
yang dikenakan Pajak penghasilan yang bersifat final; atau Wajib Pajak yang
dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed
profit).
DAFTAR PUSTAKA