Anda di halaman 1dari 12

JURNAL NUSAMBA VOL. 2 NO.

1 2017

Sarah Usman
Universitas Papua
sarahwaodeusman@gmail.com

Ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen 57
JURNAL NUSAMBA VOL. 2 NO. 1 2017
Restitution and Restitution Examination Managerial Process
KPPN Value Added Tax in Manokwari

Abstract
Masalah pada penelitian ini adalah bagaimana tingkat restitusi terhadap penerimaan pajak
pertambahan nilai di kantor pelayanan manokwari dan bagaimana proses pemeriksaan restitusi di
kantor pelayanan manokwari. Penelitian ini menggunakan mix method, yaitu kuantitaif yang
menjelaskan tentang pengaruh restitusi dan penerimaan pajak pertambahan nilai, serta kualitatif
yang menjelaskan proses pemeriksaan restitusi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manokwari.
Desain dalam penelitian ini yaitu secara Sequential Explanatory. Data yang digunakan data
restitusi, penerimaan pajak pertambahan nilai 2010 – 2015 dan Proses pemeriksaan restitusi. Alat
analisis adalah regresi sederhana yang menggambarkan hubungan variabel bebas (X) adalah restitusi
pajak pertambahan nilai dan variabel terikat (Y) adalah penerimaan pajak pertambahan nilai.
Selanjutnya melihat proses restitusi yang dilakukan dengan verifikasi yaitu melihat prosedur tatacara
pemeriksaan restitusi berdasarkan peraturan dan penyelenggaraan pemeriksaan restitusi oleh kantor
pelayanan pajak manokwari.
Hasil yang diperoleh secara regresi adalah Nilai koefisien determinasi (KD) yang diperoleh adalah
23% yang dapat ditafsirkan bahwa variabel bebas yaitu restitusi berkontribusi sebesar 23% terhadap
variabel Y yaitu penerimaan pajak dan 77% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar
variabel restitusi pajak (X). nilai korelasi adalah 0,480, dengan significant sebesar 0,336 yang berarti
model regresi linier bersifat lemah dan variabel restitusi tidak mempengaruhi variabel penerimaan
pajak. Proses pemeriksaan restitusi di Kantor Pelayanan Pajak Manokwari berlangsung sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 184/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pemeriksaan.

Keywords: Restitusi, Pajak Pertambahan Nilai, Proses Pemeriksaan, Manokwari

dapat ditunaikan setelah mengajukan permohonan


yang ditindaklanjuti dengan pemeriksaan dan
PENDAHULUAN penelitian akan kebenaran pembayaran pajak
tergantung dari status permohonan tersebut. kelebihan
pembayaran pajak dapat terjadi dalam dua hal
Pajak Pertambahan Nilai (Value Added Tax) (Sugiharto, 2012), yaitu :
untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Carl 1. Jumlah pajak masukan yang melebihi pajak
Friedrich von Siemens, seorang industrialis dan
keluaran
konsultan pemerintah Jerman pada tahun 1919.
Namun ironisnya justru pemerintah Prancis yang 2. Terdapat kesalahan pemotongan atau penungutan
pertama kali menerapkan PPN dalam sistem yang dapat berupa terlalu besarnya potongan
perpajakannya pada tahun 1954, sedangkan Jerman yang seharusnya tidak dipotong.
baru menerapkannya pada awal tahun 1968. Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) adalah suatu jenis pajak Wajib pajak yang telah melaksanakan
yang berbasis konsumsi yang dikenakan atas nilai kewajibannya dalam hal ini membayar pajak, berhak
tambah dari suatu barang atau jasa yang mendapatkan restitusi pajak pertambahan nilai jika
ditransaksikan. Di Indonesia pada tahun 1983 telah terjadi kelebihan pembayaran pajak pertambahan nilai
menerapkan pajak pejualan (PPn) dan kemudian pada yang dilakukan. Namun permohonan untuk
1 April 1985 diganti dengan nama Pajak Pertambahan melakukan pengajuan terhadap restitusi tidaklah
Nilai (PPN). Apabila terdapat kelebihan pembayaan mudah dilakukan, hal ini disebabkan karena adanya
pajak pertambahan nilai sebagaimana dilaporkan syarat yang ditentukan oleh Kantor Pelayanan Pajak
dalam Surat Pemberitahun (SPT) atau apabila terdapat Pratama bagi Pengusaha Kena Pajak yang ingin
kekeliruan pemungutan atau pemotongan yang melakukan pengajuan restitusi tersebut. Penggenaan
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak. Hak ini syarat tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri

Ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
JURNAL NUSAMBA VOL. 2 NO. 1 2017

Keuangan (PMK) Nomor 198/PMK.03/2013 yang undangan diantaranya mengenakan pajak secara
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan serta umum dan merata, serta disesuaikan dengan
memberikan fasilitas bagi pelaporan SPT Tahunan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam
atau SPT Masa PPN yang menunjukkan lebih bayar pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak
dengan batasan tertentu. bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan,
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama setiap penundaan, dalam pembayaran dan mengajukan
tahunnya terjadi restitusi Pajak Pertambahan Nilai banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.
yang dapat mempengaruhi penerimaan di setiap 2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-
Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang ada di seluruh undang (syarat yuridis)
Indonesia. Restitusi dan Penerimaan PPN merupakan Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945
penunjang utama bagi pembanguanan negara, restitusi pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan
dapat mengurangi penerimaan negara sedangkan hukum untuk menyatakan keadilan, baik negara
penerimaan dapat menambah pemasukan negara. dari maupun warganya.
segi proses pemeriksaan telah ditentukan pada 3. Tidak mengganggu perekonomian
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran
184/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pemeriksaan kegiatan produksi maupun perdagangan,
sehingga tidak menimbulkan kelesuan
Rumusan Masalah perekonomian masyarakat.
Berdasarkan latar belakang, maka masalah 4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat financial)
dirumuskan yang akan diteliti adalah: Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak
1. Bagaimana tingkat restitusi terhadap penerimaan harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari
pajak pertambahan nilai di kantor pelayanan hasil pemungutannya.
manokwari? 5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
Sistem pemungutan yang sederhana akan
2. Bagaimana proses pemeriksaan restitusi di kantor
memudahkan dan mendorong masyarakat dalam
pelayanan manokwari? memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini
telah dipenuhi oleh undang-undang perpajakan
LANDASAN TEORI yang baru.
Pengertian Pajak
Mardiasmo (2013) mendefinisikan pajak Adapun menurut Mardiasmo (2013) menyatakan
sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan bahwa fungsi pajak terbagi dua yaitu :
Undang-Undang (dapat dipaksakan) dengan tiada 1. Fungsi Budgetair yaitu pajak sebagai sumber
mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) langsung dana bagi pemerintah untuk membiayai
dapat ditujukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluarannya.
pengeluaran umum. Sedangkan Waluyo (2011) Fungsi budgetair, pajak berfungsi sebagai salah
menyatakan bahwa pajak adalah iuran masyarakat satu sumber penerimaan negara yang hasilnya
kepada negara (yang dipaksakan) terutang oleh wajib digunakan untuk membiayai pengeluaran negara
membayarnya menurut peraturan- peraturan umum baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran
(Undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi untuk pembangunan. Upaya pemerintah untuk
kembali langsung dapat ditunjuk dan guna adalah mengoptimalkan pemasukan dana ke kas Negara
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum melalui cara ekstensifikasi maupun intensifikasi
berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemungutan pajak dengan penyempurnaan
pemerintahan. peraturan berbagai jenis pajak.
Berdasarkan pengertian pajak diatas dapat 2. Fungsi Regulerend yaitu pajak sebagai alat untuk
disimpulkan bahwa pengertian pajak adalah iuran mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
masyarakat kepada kas negara berdasarkan peraturan- pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
peraturan dengan tidak memperoleh imbalan secara Fungsi regulerend artinya pajak sebagai alat
langsung untuk membiayai kepentingan umum. digunakan pemerintah untuk mengatur atau
Mardiasmo (2013) menyatakan bahwa pemungutan melaksanakan kebijakan pemerintah dibidang
pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut : sosial dan ekonomi maupun tujuan tertentu diluar
1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan) bidang keuangan serta dapat mengendalikan
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai kegiatan masyarakat agar sejalan dengan rencana
keadilan, undang-undang dan pelaksanaan dan keinginan pemerintah.
pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-

Ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
JURNAL NUSAMBA VOL. 2 NO. 1 2017

Pajak Pertambahan Nilai 4. Penghitungan PPN Terutang untuk dibayar ke


Menurut Waluyo (2011) pajak pertambahan Kas Negara menggunakan Indirect Subtraction
nilai adalah pajak pertambahan nilai barang dan jasa Method
dan penjualan atas barang mewah atau disingkat PPN. Indirect Subtraction Method adalah metode
Purwono (2010) menyatakan pajak pertambahan nilai penghitungan PPN yang akan disetor ke kas
disebut juga pajak atas konsumsi dalam negeri yang negara dengan cara mengurangkan pajak atas
bersifat tidak langsung dan objektif oleh orang pribadi perolehan dengan pajak atas penyerahan barang
atau badan. atau jasa. Nilai tambah (added value) adalah
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang penjumlahan unsur-unsur biaya dan laba dalam
ditetapkan UU No. 42 tahun 2009 merupakan pajak rangka proses produksi atau distribusi barang
yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (value atau jasa.
added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor 5. PPN bersifat Non Kumulatif
produksi disetiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, PPN yang “multi stage levy” namun bersifat non
menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan kumulatif yaitu tidak menimbulkan pengenaan
barang atau pemberian pelayanan jasa kepada para pajak berganda, merupakan suatu kontradiksio in
konsumen. Menurut Sukardji (2015), karakteristik terminis. Pada umumnya suatu jenis pajak yang
PPN dapat diuraikan sebagai berikut : dikenakan berulang-ulang pada setiap mata rantai
1. PPN adalah Pajak Tidak Langsung jalur distribusi, akan menimbulkan pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai ditinjau oleh sudut ilmu pajak berganda.
hukum yaitu suatu jenis pajak yang 6. PPN Indonesia menganut Tarif Tunggal (Single
menempatkan kedudukan pemikul beban pajak Rate)
dengan kedudukan penanggung jawab PPN Indonesia menganut tarif tunggal yang
pembayaran pajak ke kas negara pada pihak- dalam UU PPN 1984 ditetapkan sebesar 10%.
pihak yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk Dengan peraturan pemerintah tarif ini dapat
melindungi pembeli atau penerima jasa dari dinaikkan paling tinggi menjadi 15% atau
tindakan sewenang-wenang negara (pemerintah). diturunkan paling rendah menjadi 5%. Sisa
Apabila penjual atau pegusaha jasa tidak negative tarif tunggal adalah mempertajam
memungut PPN dari pembeli atau penerima jasa, regresivitas PPN. Untuk memperkecil sisi negatif
sepenuhnya menjadi tanggung jawab penjual atau ini, UU PPN Indonesia mengenakan PPnBM
pengusaha jasa, bukan tanggung jawab pembeli sebagai pajak tambahan di samping PPN atas
atau penerima jasa. Pemerintah tidak dapat penyerahan barang kena pajak yang tergolong
meminta pertanggungjawaban dari pembeli atau mewah. Sisi positif menerapkan tarif tunggal
penerima jasa. adalah sederhana baik dalam pelaksanaan
2. PPN adalah Pajak Objektif maupun pengwasan. Penyebutan tarif tunggal
PPN sebagai pajak objektif yang mengandung sebenarnya tanpa mempertimbangkan tarif 0%
arti bahwa timbulnya kewajiban pajak ini yang dikenakan atas ekspor barang kena pajak
ditentukan oleh adanya objek pajak. Pajak dan pengecualian terhadap beberapa objek yang
pertambahan nilai tidak mempertimbangkan dipandang sangat esensial untuk memenuhi
kondisi subjektif subjek pajak. Hal ini berbeda kebutuhan hidup sehari-hari termasuk kebutuhan
dengan PPh, selaku pajak subjektif, timbulnya akan perawatan kesehatan. Dalam PPN Indonesia
kewajiban pajak sangat dipengaruhi oleh kondisi tarif 0% sebenarnya merupakan tarif teknis
subjektif subjek pajaknya. Karakter PPN sebagai berdasarkan pertimbangan ekonomi yang
pajak objektif ini menimbulkan dampak regresif. dikenakan ats ekspor barang kena pajak,
Regresifitas PPN mengandung pengertian, dimaksudkan supaya pajak masukan (input tax)
semakin tinggi kemampuan konsumen, semakin atas perolehan barang kena pajak dan jasa kena
ringan beban pajak yang dipikul. Sebaliknya pajak yang terkait dapat dikreditkan sehingga
semakin rendah kemampuan konsumen, semakin tidak perlu dibebankan sebagai biaya.
berat beban pajak yang dipikul. 7. PPN adalah Pajak atas Konsumsi dalam Negeri
3. PPN bersifat Multi Stage Levy PPn sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri
Multi Stage Levy mengandung pengertian bahwa maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa
PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur yang dikonsumsi di dalam daerah pabean
produksi dan jalur distribusi Barang Kena Pajak Republik Indonesia. Apabila barang atau jasa itu
(BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP). akan dikonsumsi diluar negeri, tidak dikenakan
PPN di Indonesia. Ini sesuai dengan destination

Ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
JURNAL NUSAMBA VOL. 2 NO. 1 2017

principle (prinsip tempat tujuan) yang digunakan dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak
dalam pengenaan PPN yaitu PPN dikenakan di terutang. Wajib pajak berhak untuk meminta kembali
tempat tujuan barang atau jasa akan dikonsumsi. kelebihan pembayaran pajak, dengan catatan wajib
Dengan menerapkan destination principle ini, pajak tersebut tidak mempunyai utang pajak,
PPN dapat menunjukkan netralitsnya di dunis berdasarkan penjelasan Pasal 11 UU KUP No. 28
perdagangan international. Tahun 2007.
8. PPN yang diterapkan di Indonesia adalah PPN Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2002 pasal 1
Tipe Konsumsi (Consumption Type VAT) angka 5 Restitusi adalah ganti kerugian yang
PPN Indonesia termasuk tipe konsumsi diberikan kepada korban atau keluarganya oleh pelaku
(consumption type VAT) artinya seluruh biaya atau pihak ketiga, dapat berupa pengembalian harta
yang dikeluarkan untuk perolehan barang modal milik, pembayaran ganti kerugian untuk kehilangan
dapat dikurangi dari dasar pengenaan pajak. atau penderitaan atau penggantian biaya untuk
Dalam indirect subtraction method, pajak tindakan tertentu. Djuanda & Lubis (2011:121)
masukan atas perolehan barang modal dapat menyatakan bahwa restitusi merupakan kelebihan
dikreditkan dengan pajak keluaran sehingga pembayaran Pajak Pertambahan Nilai terjadi karena
barang modal dikenai PPN hanya satu kali. jumlah Pajak Masukan yang dibayar lebih besar
Dalam tipe konsumsi ini, kemungkinan terjadi daripada jumlah Pajak Keluaran yang dipungut dalam
pengenaan pajak berganda atas barang modal suatu Masa Pajak.
dapat dihindari sehingga mendorong setiap
pengusaha yang dikenai PPN melakukan Pemeriksaan Restitusi
peremajaan barang modalnya secara berkala. Tindakan pemeriksaan selain dilakukan terhadap PKP
beresiko rendah yang tidak memenuhi persyaratan
Penyebab terjadinya kelebihan Pembayaran Pajak yang ditentukan tersebut, juga dilakukan terhadap
Menurut Sukardji (2016), PKP mengalami PKP beresiko rendah yang telah menerima
kelebihan pembayaran pajak yang dilaporkan dalam pengembalian kelebihan pajak.
SPT Masa PPN disebabkan oleh : Apabila dari hasil pemeriksaan tersebut ditetapkan
1. Jumlah pajak masukan yang dibayar dalam satu Surat Ketetapan Kurang Bayar, akan dikenai sanksi
masa pajak lebih besar daripada pajak keluaran sebagai berikut :
yang dipungut, disebabkan oleh PKP melakukan: 1) PKP kriteria tertentu atau yang memenuhi
persyaratan tertentu, wajib membayar
a. ekspor BKP berwujud/tidak berwujud kekurangan pajak ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100%
b. ekspor JKP
(seratus persen) dari jumlah kekurangan
c. penyerahan BKP/JKP kepada pemungut pembayaran pajak sebagaimana ditentukan dalam
PPN pasal 17C ayat (5) atau pasal 17D ayat (5) UU
KUP;
d. penyerahan BKP/JKP yang memperoleh
fasilitas PPN tidak dipungut 2) PKP beresiko rendah wajib membayar
kekurangan pajak ditambah dengan sanksi
e. pembelian barang modal sebelum administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
berproduksi sehingga belum menyerahkan persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh
BKP/JKP empat) bulan, dari jumlah kekurangan
f. pembayaran pajak yang seharusnya tidak pembayaran pajak sebagaimana ditentukan dalam
terutang pasal 13 ayat (2) UU KUP.

2. Melakukan ekspor BKP yang tergolong mewah.


Dasar Hukum Restitusi
Djuanda dan Lubis (2011) menyatakan bahwa
restitusi merupakan kelebihan pembayaran Pajak
Restitusi Pertambahan Nilai terjadi karena jumlah Pajak
Restitusi adalah perhitungan jumlah pajak yang Masukan yang dibayar lebih besar daripada jumlah
sebenarnya terutang dengan jumlah kredit pajak yang Pajak Keluaran yang dipungut dalam suatu Masa
menunjukan jumlah selisih lebih (jumlah kredit pajak Pajak. Restitusi diatur oleh pemerintah dalam hal ini
lebih besar daripada pajak yang terutang), atau telah

Ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
JURNAL NUSAMBA VOL. 2 NO. 1 2017

Direktorat Jenderal Pajak dengan Dasar Hukum


Sebagai berikut :
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Penelitian Terdahulu
sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000; Metta Karina, 2013. Analisis restitusi PPN pada
KPP Pratama Palembang Ilir Barat. Untuk
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang mengetahui jumlah persentase PKP yang mengajukan
Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah restitusi PPN, jumlah restitusi PPN yang diajukan
terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 oleh PKP,apa yang menyebabkan terjadinya restitusi
Tahun 2000; PPN pada KPP Pratama Palembang Ilir Barat. Metode
Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah
3. Undang-undang Nomor 8 Tahun1983 tentang penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Setiap
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Pajak restitusi merupakan hak semua PKP, namun tidak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah semua pengajuan dapat disetujui. Temuan
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor menemukan pada periode 2011 hanya 50% pengusaha
18 Tahun 2002; kena pajak yang mengajukan permohonan restitusi
atas lebih bayar PPN, yang permohonannya
4. Keputusan Menteri Keuangan tentang Organisasi dikabulkan oleh KPP Pratama Palembang Ilir Barat.
dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Yulia Chandra, 2010. Analisis penerapan
Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Madya, restitusi pertambahan nilai PT. PP (Persero) Tbk.
dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Untuk mengetahui apakah pajak pertambahan
lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal nilai dan proses restitusi pajak pertambahan nilai telah
Pajak ; sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku serta
apa saja masalah dari restitusi pajak pertambahan
5. Keputusan Menteri Keuangan Republik nilai. Hasilnya yaitu pihak ketiga yang belum
Indonesia Nomor 544/KMK.04/2000 tentang mengkonfirmasi keterangan kepada pemeriksa pajak
Kriteria Wajib Pajak Dapat Diberikan saat pemeriksaan ataupun KPP yang belum
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan menjawab. Selain itu ada beberapa karyawan yang
Pembayaran Pajak; kurang berhati-hati dalam hal kapan pihak ketiga telah
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kaitan dengan penelitian ini yaitu landasan
545/KMK.04/2000 Tanggal 22 Desember 2000 teori.
tentang Tata Cara Pemeriksaan; Wandha Marina Supit, David Paul Elia
Saerang, Harijanto Sabijono, 2014. Analisis restitusi
7. Peraturan Direktur Jenderal Pajak PPN terhadap penerimaan PPN pada Kantor
KEP-142/PJ/2005 Tanggal 31 Agustus 2005 Pelayanan Pajak Pratama Manado. Untuk mengetahui
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan; pengaruh restitusi PPN terhadap penerimaan PPN di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Metode
8. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
yang digunakan dalam penelitian adalah metode
359/PJ/2003 Tanggal 4 November 2003 tentang
kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan restitusi
Perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal PPN yang terjadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Pajak Nomor KEP-406/PJ/2001 tentang Tata Manado memberikan pengaruh negatif terhadap
Cara Penerbitan Surat Keputusan Pengembalian penerimaan pajak yang ada.
Pendahuluan Kelebihan Pajak; Hizkia Mulki,2016. Pengaruh restitusi ppn dan
esktensifikasi pajak terhadap penerimaan pajak (Studi
9. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
550/PJ/2000 tentang Tata Cara Penetapan Wajib
Sumedang Periode 2011-2015). Penelitian ini
Pajak mematuhi Kriteria Tertentu dan dilakukan pada Pajak Ofice Layanan Sumedang, PPN
Penyelesaian Permohonan Pengembalian restitusi dan ekstensifikasi adalah salah satu faktor
Kelebihan Pembayaran Pajak dalam rangka yang mempengaruhi penerimaan pajak. Sebuah
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan fenomena yang terjadi dalam studi PPN restitusi,. Jika
Pembayaran Pajak. PPN restitusi jumlah yang meningkat belum
penerimaan pajak naik dan perpanjangan pajak
sementara meningkatkan jumlah pengusaha kena

Ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
JURNAL NUSAMBA VOL. 2 NO. 1 2017

pajak yang tidak membuat peningkatan penerimaan c. Proses pemeriksaan restitusi


pajak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh memperluas restitusi PPN dan
pajak Kantor Pelayanan Pajak Sumedang. Dalam Desain dan Teknik Pengumpulan Data
penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan
verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Uji statistik Desain dalam penelitian ini yaitu secara
yang digunakan adalah analisis regresi linier Sequential Explanatory. Menurut Sugiyono (2012)
berganda, analisis korelasi, analisis koefisien bahwa, Model penelitian Sequential Explonatory
determinan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya design dicirikan dengan melakukan pengumpulan
restitusi PPN untuk memperluas pengaruh Pendapatan data dan analisis data kuantitatif pada tahap
dan Pajak Pendapatan Pajak. pertama, dan diikuti dengan pengumpulan dan
analisis data kualitatif pada tahap kedua, guna
Kerangka Berpikir memperkuat hasil penelitian kuantitatif yang
dilakukan pada tahap pertama. Maka teknik desain
yang digunakan dalam penelitian ini yakni dilakukan
Jumlah dengan cara mengumpulkan data dan menganalisis
Restitusi Penerimaan data kuantitatif pada tahap pertama, kemudian
pajak Pajak melakukan pengumpulan data dan menganalisis data
pertambahan Pertambahan kualitatif pada tahap kedua, selanjutnya
nilai Nilai menganalisis data secara keseluruhan untuk
kemudian diambil kesimpulan dari analisis data
Proses tersebut.
Pemeriksaan
restitusi pajak Metode dan Teknik Analisis
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif
METODOLOGI PENELITIAN dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan dua teknik analisa yaitu
Jenis Penelitian untuk melihat tingkat restitusi yang terhadap
Jenis penelitian ini yaitu penelitian mix method penerimaan maka menggunakan Alat analisis adalah
kualitatif dan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012) regresi sederhana dengan program bantuan alat
bahwa, Metode penelitian kombinasi (mixed statistik SPSS Versi 21.0. Analisis regresi sederhana
methods) adalah suatu metode penelitian yang merupakan alat analisis yang menggambarkan
mengkombinasikan atau menggabungkan antara hubungan dalam bentuk persamaan antara variabel
metode kuantitatif dan metode kualitatif untuk bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Dimana
digunakan secara bersama-sama dalam suatu variabel bebas (X) adalah restitusi pajak pertambahan
kegiatan penelitian sehingga diperoleh data yang lebih nilai dan variabel terikat (Y) adalah penerimaan pajak
komprehensif, valid, reliabel dan objektif. Dalam pertambahan nilai. Menjawab masalah pokok dalam
penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis
yang menjelaskan tentang pengaruh restitusi dan yaitu sebagai berikut: Cara mengetahui pengaruh
penerimaan pajak pertambahan nilai, dan kualitatif antara variabel bebas yaitu restitusi Pajak
yang menjelaskan proses pemeriksaan restitusi di Pertambahan Nilai dan variabel terikat yaitu
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manokwari. penerimaan PPN digunakan analisis regresi sederhana
oleh Sugiyono (2010:261) sebagai berikut :
Sumber Data Y’ = a + bX
Sumber data primer adalah sumber data yang Dimana Y’ = Variabel Terikat (Penerimaan Paja
langsung memberikan data kepada pengumpul data X = Variabel Independent (Restitusi Pa
(Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini untuk Selanjutnya melihat proses restitusi yang dilakukan
mendapatkan data primer, peneliti mengumpulkan dengan verifikasi yaitu melihat prosedur tatacara
secara langsung di Kantor Pelayanan Pajak Pratama pemeriksaan restitusi berdasarkan peraturan dan
Manokwari yaitu : penyelenggaraan pemeriksaan restitusi oleh kantor
a. Jumlah restitusi pajak pertambahan nilai pelayanan pajak manokwari.
tahun 2010 – 2015
b. Jumlah penerimaan pajak pertambahan nilai Definisi Operasional Variabel
2010 – 2015.

Ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
JURNAL NUSAMBA VOL. 2 NO. 1 2017

Operasional variabel diperlukan untuk


menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel- Gambar 1
variabel terkait penelitian sehingga penelitian yang Data Restitusi Pajak Pertambahan Nilai
dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian.
Dalam penelitian ini, defenisi operasional meliputi : Dari data yang terdapat pada Gambar 1
1. Pajak pertambahan nilai adalah pajak yang menunjukkan bahwa jumlah restitusi pada Kantor
dikenakan terhadap pertambahan nilai (value Pelayanan Pajak Pratama Manokwari berfluktuasi,
added) yang timbul akibat dipakainya faktor- dimana terendah terjadi tahun 2013 dan tertinggi pada
faktor produksi disetiap jalur perusahaan dalam tahun 2015.
menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan
memperdagangkan barang atau pemberian
pelayanan jasa kepada para konsumen. 2. Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai

2. Restitusi pajak (X) adalah kelebihan pembayaran Penerimaan pajak pertambahan nilai adalah
pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak
Pajak Pertambahan Nilai yang disebabkan karena
sehingga meningkatkan penerimaan negara dari sektor
jumlah Pajak Masukan yang dibayar lebih besar
pajak. Nilai penerimaan pajak pertambahan nilai pada
daripada jumlah Pajak Keluaran atau jumlah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manokwari dapat
Pajak Keluaran yang dibayar lebih kecil daripada dilihat pada gambar dibawah ini:
jumlah Pajak Masukan yang dipungut dalam
suatu Masa Pajak.
3. Penerimaan pajak (Y) adalah pembayaran yang
dilakukan oleh wajib pajak sehingga
meningkatkan penerimaan negara dari sektor
pajak.

HASIL PENELITIAN

1. Restitusi Pajak Pertambahan Nilai


Sumber : KPPN Manokwari
Restitusi pajak adalah kelebihan pembayaran
pajak pertambahan nilai yang disebabkan karena Gambar 2
jumlah pajak masukan yang dibayar lebih besar Data Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
daripada jumlah pajak keluaran atau jumlah pajak
keluaran yang dibayarkan lebih kecil daripada jumlah Berdasarkan data yang terdapat pada Gambar 2
pajak masukan, yang dipungut dalam suatu Masa menunjukkan penerimaan pajak pertambahan nilai
Pajak. Nilai restitusi pajak pertambahan nilai pada pada tahun 2010 sampai tahun 2015 terus meningkat
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manokwari dapat dari tahun ke tahun, dengan rata-rata peningkatan tiap
dilihat pada gambar dibawah ini: semester sebesar Rp. 151.460.178.488,-. Terendah
pada tahun 2010 dan tertinggi pada tahun 2015.

3. Restitusi dan Penerimaan Pajak pertambahan


nilai
Data yang diperoleh diolah dengan
menggunakan regresi sederhana, dengan bantuan
program SPSS 21. Adapun hasil yang diperoleh
yaitu :

Tabel 1. Model Summaryb


Model R R Adjusted R Std. Error of the
Square Square Estimate
Sumber : KPPN Manokwari

Ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
JURNAL NUSAMBA VOL. 2 NO. 1 2017

1 ,480a ,230 ,037 149599901492,396 Tabel 3 menginformasikan model persamaan


a. Predictors: (Constant), Restitusi regresi yang diperoleh dengan koefisien konstanta dan
b. Dependent Variable: Penerimaan koefisien variabel yang ada di kolom Unstandardized
Coefficients B. Berdasarkan Hasil perhitungan
Tabel 1 menampilkan nilai R yang merupakan tersebut, maka dapat diperoleh persamaan regresi
simbol dari nilai koefisien korelasi. nilai korelasi sederhana yaitu:
adalah 0,480. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa Y = 198.025.111.017,069 + 23,507 (X)
hubungan kedua variabel penelitian ada di kategori
lemah karena masih berada dibawah 0,50. Melalui Dari hasil perhitungan diatas, dapat diketahui
tabel ini juga diperoleh nilai R Square atau koefisien bahwa pengaruh restitusi terhadap penerimaan pajak
determinasi (KD) yang menunjukkan seberapa bagus di kantor pelayanan manokwari tidak berpengaruh
model regresi yang dibentuk oleh interaksi variabel signifikan. Artinya besarnya restitusi tidak
bebas dan variabel terikat. Nilai koefisien determinasi mengurangi penerimaan pajak yang diterima dari
(KD) yang diperoleh adalah 23% yang dapat wajib pajak di manokwari. Bisa diartikan bahwa di
ditafsirkan bahwa variabel bebas yaitu restitusi KPPN manokwari, tingkat restitusi kecil
memiliki pengaruh kontribusi sebesar 23% terhadap dibandingkan jumlah penerimaan pajak. Hasil
variabel Y yaitu penerimaan pajak dan 77% lainnya penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel dilakukan oleh Wandha Marina Supit, David Paul
restitusi pajak (X). Elia Saerang, Harijanto Sabijono (2014) di KPPN
Manado, dimana hasilnya bahwa restitusi berpengaruh
Tabel 2. ANOVAa terhadap jumlah penerimaan pajak. Sehingga restitusi
Model Sum of df Mean F Sig. sangat menghambat penyaluran dana pajak untuk
Squares Square pembiayaan dalam pemerintahan. Sedangkan di
2673731 1 2673731890 1,195 ,336b Manokwari restitusi tidak mempengaruhi ataupun
Regr
8903859 3859267000 menghambat penyaluran dana pajak untuk
1 essio
2670000 000,000 pembiayaan dalam pemerintahan.
n
00,000
a. Dependent Variable: Penerimaan Proses Pemeriksaan Restitusi Pajak Pertambahan
b. Predictors: (Constant), Restitusi Nilai
Proses pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak
Tabel 2 digunakan untuk menentukan taraf Pratama Manokwari yaitu sebagai berikut:
signifikansi atau linieritas dari regresi. Kriterianya 1. Proses ini diawali dengan pengajuan restitusi
dapat ditentukan berdasarkan uji F atau uji nilai PPN dilakukan melalui SPT Masa PPN dengan
Signifikansi (Sig.). Cara yang paling mudah dengan cara mengisi kolom Dikembalikan (restitusi)
uji Sig., dengan ketentuan, jika Nilai Sig. < 0,05, atau melalui Surat Permohonan yang diajukan
maka model regresi adalah linier, dan berlaku kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
sebaliknya. Berdasarkan tabel 2, diperoleh nilai Sig. = Pratama Manokwari.
0,336 yang berarti > kriteria signifikan (0,05), dengan
demikian model persamaan regresi berdasarkan data 2. Permohonan WP yang sudah diterima
penelitian adalah tidak signifikan dimana model kemudian akan diproses oleh Seksi-Seksi yang
regresi linier tidak mempengaruhi variabel dependent. ada di KPP hingga diterbitkannya Surat
Dengan demikian hipotesis H0 ditolak dan Ha yang Perintah Pemeriksaan (SP2). Penerbitan SP2
diterima yaitu restitusi tidak berpengaruh terhadap juga menandakan bahwa pemeriksaan sudah
penerimaan pajak di KPPN Manokwari. dimulai. Proses pemeriksaan berjangka waktu
maksimal delapan bulan.
Tabel 3. Coefficientsa
Mo Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. 3. Pemeriksaan yang sudah selesai akan
del Coefficients
B Std. Beta
dilanjutkan dengan pengujian yang apabila
Error semua poin dalam Surat Pemberitahuan Hasil
19802 14613 1,355 ,247 Pemeriksaan (SPHP) telah disetujui maka akan
(Constant) 51110 43872
1 17,069 97,644 dimasukan ke dalam Berita Acara Pemeriksaan
Restitusi 23,507 21,507 ,480 1,093 ,336 (BAP).
a. Dependent Variable: Penerimaan

Ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
JURNAL NUSAMBA VOL. 2 NO. 1 2017

4. Pada saat pembahasan disetujui oleh kedua b) Jika disetujui kemudian dilanjutkan dengan
belah, maka setelahnya diterbitkannya Laporan penandatangan berita acara dan laporan hasil
Hasil Pembahsan (LHP) dan dapat dicairkan pemeriksaan.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
serta diterbitkan Surat Perintah Membayar
Kelebihan Pajak (SPMKP).
PEMBAHASAN
5. Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak
diusulkan ke KPPN supaya WP mendapat Tingkat restitusi terhadap penerimaan pajak yang
pengembalian kelebihan pembayaran pajak diperoleh mempengaruhi sebesar 23% terhadap
yang akan ditransfer ke rekening WP sejumlah penerimaan pajak dan 77% lainnya dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain diluar variabel restitusi pajak (X).
yang disepakati pada saat pembahasan.
Sehingga dapat diartikan bahwa jumlah restitusi yang
Waktu pemeriksaan restitusi yang berlangsung selama terjadi adalah kecil jika dibandingkan dengan jumlah
12 belas bulan yang berlangsung di Kantor Pelayanan penerimaan pajak yang masuk sejak tahun 2010
Pajak Pratama Manokwari yaitu sebagai berikut : sampai 2015. Jika dikaitkan dengan proses
1. Bulan ke 1 : selama 4 minggu petugas pajak akan pemeriksaan restitusi bahwa di Kantor Pelayanan
meminjam dokumen dari wajib pajak yang Pajak Manokwari proses pemeriksaan restitusi
mengajukan restitusi dengan rincian yang berlangsung sesuai dengan Peraturan Menteri
terdapat pada kolom jangka waktu peminjaman Keuangan RI Nomor 184/PMK.03/2015 tentang Tata
Cara Pemeriksaan. Pemeriksaan adalah serangkaian
dokumen. Peminjaman dokumen dilakukan
kegiatan menghimpun dan mengolah data,
supaya fiskus dapat mengetahui dan
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara
mencocokkan data wajib pajak dengan data yang objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
terdapat di Kantor Pelayanan Pajak Manokwari pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
apabila telah sesuai maka dibuatkan berita acara kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain
peminjaman dokumen yang berarti bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
dokumen dari wajib pajak telah sah di serhlan ke perundang-undangan perpajakan (Peraturan Menteri
petugas pajak. Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013).
Proses pemeriksaan sudah sesuai dengan
2. Bulan ke 2 sampai bulan ke 8, petugas pajak aturan tersebut didukung oleh faktor lainnya yang
melakukan pemeriksaan pada dokumen yang dilakukan oleh petugas pajak, yaitu jika wajib pajak
dipinjam dari wajib pajak. pemeriksaan yang mengajukan restitusi merupakan wajib pajak
dilakukan di kantor maupun dilapangan dan ada patuh dan taat, maka proses restitusi dapat dipercepat
perpajangan waktu pada bulan ke 9 dan 10, sesuai kebijakan-kebijakan yang di ambil Kantor
apabila pemeriksaan yang dilakukan belum Pelayanan Pajak Manokwari. Selain itu, Petugas pajak
selesai sampai bulan ke 8. Selama pemeriksaan selalu berusaha semaksimal mungkin dan bersedia
berlangsung, petugas pajak akan memeriksa untuk membantu wajib pajak yang mengalami
dengan teliti setiap kegiatan wajib pajak yang kesulitan dalam melaksanakan kewajiban
berhubungan dengan pajak, dimana wajib pajak perpajakannya. Namun disisi lain, petugas pajak juga
merupakan wajib pajak patuh dan tepat waktu harus bisa meminimalkan nilai restitusi agar tidak
dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. mengurangi penerimaan pajak pertambahan nilai di
Kantor Pelayanan Pajak Paratama Manokwari.
3. Bulan ke 11 sampa bulan ke 12 setelah selesai Berikut ini adalah upaya-upaya yang sampai dengan
pemeriksaan, petugas pajak menerbitkan Surat saat ini dilakukan oleh petugas pajak untuk mengatasi
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) dan hambatan-hambatan yang terjadi saat proses restitusi
tanggapan secara tertulis. Kemudian dilanjutkan yaitu:
dengan pembahasan akhir yang menentukan 1. Memberikan pelayanan konsultasi saat WP
setuju dan tidak setuju pencairan restitusi. mengajukan restitusi supaya WP serta
rekanannya (pihak ketiga) menyiapkan dokumen-
a) Jika tidak setujui dapat melanjutkan dokumen yang diperlukan selama proses
permohonan pembahasan tim dengan pemeriksaan berlangsung.
adanya jaminan maka permohonan dapat
disetujui. 2. Apabila Wajib Pajak telah siap untuk diperiksa
yang artinya WP yang mengajukan restitusi

Ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
JURNAL NUSAMBA VOL. 2 NO. 1 2017

merupakan WP yang patuh terhadap namun apabila tidak ada kendala apapun dalam
kewajibannya dan telah menyediakan dokumen- prosesnya dan wajib pajak yang mengajukan restitusi
dokumen, maka proses restitusi dapat dipercepat merupakan wajib pajak patuh dan taat, maka proses
yakni ada kebijakan yang di ambil oleh Pejabat restitusi dapat dipercepat sesuai kebijakan-kebijakan
Fungsional untuk meminimalkan waktu proses yang di ambil Kantor Pelayanan Pajak Manokwari.
restitusi PPN yaitu kurang dari dua belas bulan
Restitusi yang terjadi pada penerimaan pajak Saran
pertambahan nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama 1. Bagi pihak kantor pelayanan pajak manokwari,
Manokwari tidak mempengaruhi penerimaan yang diharapkan lebih memperluas kegiatan konsultasi
masuk ke kas negara dikarenakan jumlah penerimaan pajak bagi semua sektor wajib pajak.
terus meningkat tiap tahunnya. Pencapaian
penerimaan pajak pertambahan nilai yang terus 2. Bagi penelitian selanjutnya. Penelitian ini
meningkat dari tahun 2010 sampai tahun 2015 tidak menggunakan satu variabel bebas yaitu restitusi,
membuat petugas pajak berhenti melaksanakan diharapkan akan ada penelitian selanjutnya yang
tugasnya untuk terus meningkatkan penerimaan pajak menggunakan variabel yang lebih banyak.
pertambahan nilai pada tahun yang akan datang di Sehingga akan terlihat jelas faktor-faktor apa saja
Kantor Pelayanan Pajak Manokwari. Jika dilihat yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak,
berdasarkan proses maka Proses restitusi dan selain restitusi.
penerimaan pajak pertambahan nilai di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Manokwari telah
dilaksanakan dengan baik dan berjalan sesuai
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor DAFTAR PUSTAKA
184/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pemeriksaan
dan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER- Candra, Yulia, 2010. Analisis Penerapan Restitusi
2/PJ/2011 tentang Tata cara penerimaan dan Pertambahan Pajak Nilai (PPN) PT. PP
pengelolaan SPT Masa PPN. Sehingga restitusi yang (Persero) Tbk. E-Jurnal.
terjadi di kantor pelayanan pajak manokwari tidak http://jurnalilmiah.binusmdp.pdf. Diakses 10
mempengaruhi jumlah penerimaan pajak pertambahan April 2016.
nilai. Sehingga bisa diartikan bahwa proses
managerial dikantor pelayanan pajak manokwari Djuanda: Lubis, 2011. Pelaporan Pajak Pertambahan
sudah berjalan dengan baik. Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dianalisis, dapat Direktorat Jenderal Pajak, 2010. Peraturan Menteri
ditarik kesimpulan bahwa nilai korelasi adalah 0,480, Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010 tentang
dimana hubungan kedua variabel penelitian lemah Tata Cara Pengembalian Kelebihan
karena masih berada dibawah 0,50. Nilai koefisien Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai atau
determinasi (KD) yang diperoleh adalah 23% yang Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas
dapat ditafsirkan bahwa variabel bebas yaitu restitusi Barang mewah.
berkontribusi sebesar 23% terhadap variabel Y yaitu
penerimaan pajak dan 77% lainnya dipengaruhi oleh Direktorat Jenderal Pajak, 1983. Undang-undang
faktor-faktor lain diluar variabel restitusi pajak (X). Nomor 8 Tahun 1983. Pajak Pertambahan Nilai
Nilai significant sebesar 0,336 yang berarti model Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
regresi linier tidak mempengaruhi variabel dependent. Barang Mewah sebagaimana telah terakhir
Dengan demikian restitusi tidak berpengaruh terhadap dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009
penerimaan pajak pertambahan nilai di kantor tentang Perubahan ketiga atas Undang-undang
pelayanan pajak Manokwari. Sehingga bisa diartikan Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
bahwa proses managerial dikantor pelayanan pajak Pertambahan Nilai Barang & Jasa dan Pajak
manokwari sudah berjalan dengan baik. Penjualan atas Barang Mewah, Pemerintah RI.
Proses pemeriksaan restitusi di Kantor Pelayanan Jakarta.
Pajak Manokwari berlangsung sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
184/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Pemeriksaan,

Ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen
JURNAL NUSAMBA VOL. 2 NO. 1 2017

Direktorat Jenderal Pajak, 1983. Undang-undang Sukardji, Untung, 2015. Pajak Pertambahan Nilai.
Nomor 16 Tahun 2009. Ketentuan Umum dan Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Tata Cara Perpajakan, Pemerintah RI. Jakarta. Persada.

Direktorat Jenderal Pajak, 2011. Peraturan Dirjen Supit, Wandha, Marina: Saerang, David, Paul Elia:
Keuangan Nomor PER2/PJ/2011 Tentang Tata Sabijono, Harijanto, 2014. Analisis Restitusi
Cara Penerimaan dan Pengelolaan Surat Pajak Pertambahan Nilai terhadap Penerimaan
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pertambahan Nilai pada Kantor
(SPT Masa PPN). Jakarta. Pelayanan Pajak Pratama Manado. Jurnal
EMBA. Volume 2, No-3, 159 – 166.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manokwari, 2016.
Data WP Restitusi, Data Restitusi Pajak UU KUP Nomor 28 Tahun 2007. Perubahan Ketiga
Pertambahan Nilai dan Data Penerimaan Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983
Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2010 sampai Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
2015, Seksi Pengelolaan Data dan Informasi. Perpajakan. Pemerintah RI. Jakarta.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manokwari, 2016. UU Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009.
Profil dan Struktur Organisasi Kantor Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor
Pelayanan Pajak Pratama Manokwari. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
SubBagian Umum dan Kepatuhan Internal. Barang dan Jasa dan Pajak penjualan Atas
Barang Mewah. Pemerintah RI. Jakarta.
Karina, Metta. 2013. Analisis Restitusi Pajak
Pertambahan Nilai pada Kantor Pelayanan Waluyo, 2011. Perpajakan Indonesia. Edisi 10.
Pajak Pratama Ilir Barat. eJurnal. STIE MDP. Jakarta: Salemba Empat.
http://jurnalilmiah.STIEmdp.pdf. Diakses 16
April 2016.

Mardiasmo, 2013. Perpajakan, Edisi Revisi,


Yogyakarta: Andi.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor


192/PMK.03/2007 Tentang Tata Cara
Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria
Tertentu Dalam Rangka Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.
Menteri Keungan RI. Jakarta.

Purwono, Herry, 2010. Dasar-Dasar Perpajakan dan


Akuntansi Pajak. Jakarta: Erlangga.

Sugiharto, Hari, 2012. Ketentauan Umum dan Tata


Cara Perpajakan. Modul DTSS Spesialisasi
KUP Tingkat Menengah. Badan Pendidikan
dan Pelatihan Keuangan Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Pajak. Jakarta. Tidak dipublikasikan.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Bisnis


(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R dan
D). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode penelitian kombinasi (mixed


methods). Bandung: Alfabeta.

Ojs.unpkediri.ac.id/index.php/manajemen

Anda mungkin juga menyukai