Abstrak
Satu bidang yang menjadi sasaran kebijakan hukum pemerintah adalah pajak.
Pajak merupakan sumber pendapatan negara selain sumber pendapatan
lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada setiap Rancangan Undang-Undang
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RUUAPBN) yang disusun
oleh pemerintah yang menempatkan pajak sebagai pendapatan utama.
Demikian pentingnya pajak bagi negara, pemungutannya didasarkan pada
Pasal 23 A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
yang mengatur bahwa “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara diatur dengan undang-undang. Bumi dan bangunan
memberikan keuntungan dan kedudukan sosial ekonomi yang baik bagi orang
atau badan yang mempunyai hak atasnya atau memperoleh 2 manfaat dari
padanya, oleh karena itu wajar apabila mereka diwajibkan memberikan
sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya kepada negara
melalui pajak, yaitu pajak bumi dan bangunan. Pengaturan pajak bumi dan
bangunan, terdapat dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang
Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi
dan Bangunan.
I. PENDAHULUAN
Pengetahuan tentang sanksi dalam perpajakan menjadi penting karena pembuat
undang-undang memilih menerapkan self assessment system dalam rangka
pelaksanaan pemungutan pajak. Berdasarkan sistem ini, wajib pajak diberikan
kepercayaan untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajaknya sendiri.
III. DISCUSSION
Penerapan Sanksi Administratif bagi Wajib Pajak yang Terutang Pajak
Bumi dan Bangunan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, pengalihan pemungutan pajak bumi dan bangunan perkotaan
keseluruh pemerintahan kabupaten/kota dimulai paling lambat 1 Januari 2014.
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Penerapan sanksi administrasi bagi wajib pajak yang terutang pajak bumi dan
bangunan telah diterapkan dengan benar oleh Dinas Pendapatan Daerah sesuai
dengan peraturan perundang- undangan.
REFERENCES
Aji Suryo dan Valentina Sri Sumardiyanti. 2006.
Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat. Harry Hartono dan Untung Supardi.
2010.