Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN, TARIF PAJAK, DAN

PEMAHAMAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB


PAJAK

Disusun oleh :
Dwiki Hairandi / 195030407111014
Dani Andrian / 1930407111014046
Tiara Tyas / 195030401111013

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
I. Latar belakang
Kepatuhan pajak didefinisikan sebagai perilaku waji pajak dimana
memenuhi kewajiban perpajakandan melaksanakan hak perpajakannya.
Didalam kepatuhan terdapat 2 jenis kepatuhan, diantara lain, kepatuhan
formal dan kepatuhan materil.
Kepatuhan formal merupakan suatu perilaku dimana WP berupaya
memnuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan
formal dalam undang-undang perpajakan. Sedangkan kepatuhan materil
merupakan suatu perilaku dimana WP secara substansif memenuhi semua
ketentuan materil perpajakn, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang
perpajakan (Nurmantu dalam Cahyonowati 2016).
Membahas tentang kepatuhan pajak, didalam ini juga membahasa
tentang tax ratio/rasio pajak. Rasio pajak tersebut adalah perbandingan
antara jumlah penerimaan pajak dengan produk domestic bruto. Tax
ratio/rasio pajak di Indonesia dilihat oleh “Organisation for Economic Co-
operation and Development (OECD)”. Dalam publikasinya tersebut,
OECD mengungkapkan bahwa rasio pajak Indonesia merupakan yang
terendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Kawasan Asia
Pasifik.

II. Permasalahan
Tax ratio adalah perbandingan antara jumlah pajak yang berhasil
dipungut dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB), dari rasio ini dapat
diketahui nilai tingkat kepatuhan pembayaran pajak oleh masyarakat suatu
negara (Jatmiko, 2006:3). Pada tahun 2012, dibandingkan dengan negara-
negara Asia Tenggara tax ratio di Indonesia termasuk yang terendah
contohnya Malaysia (20,17%), Singapura (22,44%), Filipina (13,68%) dan
Thailand (17,28%) (ortax, 2015). Nilai tax ratio di Indonesia tahun 2012
(11,90%).
Diketahui bahwa angka jumlah UMKM di Kota Batu memang
tinggi, namun jika dibandingan dengan jumlah Wajib Pajak sektor UMKM
masih begitu terasa tidak relevan. Kondisi ini memberikan asumsi bahwa
masih terdapat permasalahan terkait Kepatuhan Wajib Pajak. Tingginya
jumlah UMKM di Kota Batu sebenarnya dapat menjadikan potensi yang
besar terhadap penerimaan daerah. Pemahaman perpajakan juga menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak. Kurangnya
pemahaman Wajib Pajak terhadap peraturan perpajakan cenderung akan
menjadi tidak taat terhadap kewajiban perpajakannya (Julianti, 2014:30).
Tarif pajak juga mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Tarif
pajak akan berpengaruh negatif pada utility Wajib Pajak. Tarif yang
rendah akan meningkatkan utility Wajib Pajak sehingga memberikan
inisiatif dalam melaporkan penghasilan kepada admisnitrasi pajak
(Santoso,2008:91).

III. Tujuan
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib
pajak dan pengaruh sosialisasi perpajakan, tarif pajak, dan pemahaman
perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak, apabila penghasilan yang
dilaporkan sesuai dengan semestinya (tax compliance).

IV. Tinjuan Konsep & Teorisasi


A. Landasan teori
1. Sosialisasi perpajakan
Sosialisasi merupakan pembelajaran suatu nilai, norma dan
pola prilaku yang diharapkan oleh kelompok sebagai suatu bentuk
reformasi sehingga menjadi organisasi yang efektif
(Basalamah.2004:196)
Ditjen Pajak memberikan beberapa point terkait indikator
sosialisasi dimana kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan
kesadaran dan rasa peduli terhadap pajak yang dimodifikasi dari
pengembangan program pelayanan perpajakan
(Winerungan.2013:30).
a) Penyuluhan
sosialisasi yang dibentuk oleh dirjen pajak dengan
menggunakan media masa atau media elektronik menyangkut
penyuluhan peraturan perpajakan kepada wajib pajak.
b) Berdiskusi langsung dengan wajib pajak dan tokoh masyarakat.
Ditjen pajak memberikan komunikasi dua arah antara wajib
pajak dengan petugas pajak maupun masyarakat yang dianggap
memberikan pengaruh atau dipandang oleh masyarakat.
c) Informasi langsung dari petugas ke wajib pajak
Petugas memberikan informasi secara langsung kepada
wajib pajak tentang peraturan perpajakan.
d) Website DJP
Media sosial sebagai tempat penyampaian informasi dalam
bentuk website yang dapat diakses internet setiap saat, cepat,
mudah, serta informasi yang lengkap dan up to date.
2. Tarif pajak
Tarif pajak merupakan ketentuan presentase atau jumlah
(rupiah) pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak sesuai dengan
dasar pajak atau objek pajak (Sudirman dan Amirudin.2012:9).
Pemerintah memiliki peran penting dalam menentukan kebijakan
penetapan tarif (Soemitro.2004:129). Peraturan Pemerintah No.46
tahun 2013, peraturan tersebut menjelaskan bahwa wajib pajak
orang pribadi dan wajib pajak badan dengan penghasilan tidak
termasuk dari jasa sehubung dengan pekerja bebas, dengan
peredaran bruto tidak melebihi 4,8 miliar rupiah dalam satuh pajak
dikenakan tarif pajak sebesar 1% yang besifat final.
3. Pemahaman perpajakan
Pemahaman wajib pajak terhadap peraturan peerpajakan
merupakan cara wajib pajak dalam mengetahui dan memahami
peraturan perpajakan. Wajib pajak akan cenderung tidak menjadi
patuh Ketika tidak memahami peraturan perpajakan
(Julianti.2014:30).
Pemahaman tersebut meliputi mengisi surat SPT secara
baik dan benar, harus paham terkait pengisian SPT, besarnya
jumlah pajak yang terhutang mampu dihitung sesuai dengan
ketentuan perpajakan, pembayaran atau penyetoran tepat waktu,
dan melaporkan besarnya pajak terhutang di tempat wajib pajak
terdaftar.
4. Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak merupakan tindakan wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Dengan kata lain
kepatuhan pajak kondisi dimana terpenuhinya semua kwajiban
perpajakan dan hak perpajakan. Wajib pajak dikatakan patuh (tax
compliance) apabila pengahsilan yang dilaporkan sesuai dengan
semestinya, surat pajak yang terutang dibayarkan tepat waktu
Nurmantu (2005:148).
Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor
554/KMK.04/2000, wajib pajak dimasukkan dalam kategori patuh
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Surat Pemberitahuan (SPT), disampaikan dengan tepat waktu
yang dimana berlaku pada semua bentuk jenis pajak dengan
kurun waktu 2 tahun terakhir.
b. Wajib pajak tidak pernah mendaptkan tindak pidana pajak
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
c. Tunggakan pajak tidak pernah dimiliki oleh Wajib pajak untuk
semua jenis pajak, melainkan dengan syarat mendapatkan izin
penundaan atau pengangsuran pajak yang harus dibayar.
d. Laporan keungan Wajib pajak dalam waktu dua tahun terakhir
telah diaudit oleh akuntan public dengan pendapatan wajar
tanpa pengecualian atau laba rugi fiscal yang ada pada
pendapatan dengan pengecualian tidak terpengaruh dengan
syarat penyajian rekonsiliasi laba rugi fiscal dan komersil haru
dengan long form report.
e. Berdasarkan pasal 28 UU KUP Wajib Pajak telah melakukan
pembukuan dengan kurun waktu dua tahun terkahir pada masa
pajak.

B. Penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan
perbandingan dan acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan
kesamaan dengan penelitian ini. Maka peneliti mencantumkan hasil –
hasil penelitian terdahulu sebagai berikut :
“PENGARUH PEMAHAMAN PERATURAN PERPAJAKAN, PERSEPSI
TARIF PAJAK, DAN KEADILAN PERPAJAKAN TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK” Penelitian dari Pipit Annisa Fitria, Edy
Supriyono pada tahun 2019. Dalam penelitian tersebut Orang yang
mengerti dan memahami bahwa pajak merupakan salah satu sumber
pendapatan negara yang digunakan untuk pembangunan cenderung
berfikir akan membayar pajak demi pembangunan. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan bahwa pemahaman peraturan perpajakan
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak diterima. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Lovihan (2014) yang
menyimpulkan bahwa kesadaran membayar pajak dan pengetahuan
pemahaman peraturan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap
kemauan membayar pajak. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Masruroh (2013) juga menyimpulkan hal yang sama bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara pemahaman peraturan perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian lain yang dilakukan
Rahmawati (2017) juga menyimpulkan hal yang sama yaitu terdapat
pengaruh yang positif antara pemahaman peraturan perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak. Di sisi lain penelitian yang dilakukan
oleh Achmad, Kertahadi, dan Mirza (2016) juga menyimpulkan hal
yang sama bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara
pemahaman peraturan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.

C. Tinjauan Berpikir
Teori kepatuhan (compliance theory) merupakan teori yang
menjelaskan suatu kondisi dimana seseorang taat terhadap perintah
atau aturan yang diberikan.
Menurut Tahar dan Rachman (2014) kepatuhan mengenai
perpajakan merupakan tanggung jawab kepada Tuhan, bagi pemerintah
dan rakyat sebagai Wajib Pajak untuk memenuhi semua kegiatan
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Kepatuhan wajib pajak merupakan perilaku yang didasarkan pada
kesadaran seorang wajib pajak terhadap kewajiban perpajakannya
dengan tetap berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang
telah ditetapkan. Kesadaran itu sendiri merupakan bagian dari motivasi
instrinsik yaitu motivasi yang datangnya dalam diri individu itu sendiri
dan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datangnya dari luar
individu, seperti dorongan dari aparat pajak untuk meningkatkan
kepatuhan perpajakan

V. Model Hiporesa
1. Model konsep
Konsep adalah gambaran umum yang menjelaskan mengenai suatu
fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari beberapa
karakteristik keadaan, kelompok atau individu tertentu.
2. Model Hipotesis
Model hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumursan
masalah pada penelitian yang umumnya disusun dalam bentuk kalimat
pernyataan.
H1 : Sosialisasi perpajakan, tarif pajak dan pemahaman perpajkan
memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap
kepatuhan wajib pajak.
H2 : Sosialisasi perpajakan, tarif pajak dan pemahaman perpajakan
memiliki pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap kepatuhan
Wajib Pajak.
H3 : Terdapat variable mempunyai pengaruh dominan terhadap
kepatuhan wajib pajak.

VI. Analisis
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini non probabilitas
atau pengambilan sampel secara tidak acak dengan teknik pengambilan
sampel bertujuan (purposive sampling) yang ditentukan hanya pada Wajib
Pajak sektor UMKM (Sugiyono, 2010:218), yaitu UMKM yang
mempunyai omzet satu tahun di bawah Rp 4.800.000.000,- terdaftar di
KPP Pratama Batu.
Jenis penelitian ini adalah explanatory research (Singarimbun dan
Effendi, 2006:5). Populasi dalam penelitian ini adalah UMKM yang
terdaftar sebagai Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu
berjumlah 2.107. Sampel sebanyak 96 orang responden.

VII. Hasil dan Pembahasan


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh sosialisasi
perpajakan, tarif pajak, dan pemahaman perpajakan terhadap kepatuhan
Wajib Pajak. Penelitian ini termasuk dalam golongan penelitian
explanatory research. UMKM yang terdaftar sebagai Wajib Pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu adalah populasi dari penelitian ini.
Sampel berjumlah 96 orang responden dengan metode pengambilan
sampel secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan
sosialisasi perpajakan memiliki pengaruh signifikan terhadap kepatuhan
Wajib Pajak sebesar 0,252, tarif pajak memiliki pengaruh signifikan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak sebesar 0,413, dan pemahaman
perpajakan memiliki pengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak
sebesar 0,217. Variabel yang dominan dalam penelitian ini adalah tarif
pajak. Saran kepada DJP sebagai Lembaga pemerintah yang mengelola
perpajakan negara di Indonesia, salah satu pembuat peraturan khususnya
tarif pajak, diharapkan mempertimbangkan secara matang penetapan tarif
yang akan diberikan kepada Wajib Pajak, diantaranya yaitu dengan
melakukan survey ataupun riset terlebih dahulu kepada kondisi Wajib
Pajak khusunya UMKM dengan memperhatikan beberapa faktor sehingga
kepatuhan Wajib Pajak menjadi meningkat.

VIII. Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahawa tingkat


kepatuhan perpajakan di masih rendah, dan mengakibatkan tax ratio
rendah. Maka dari itu butuh Sosialisasi yang lebih gencar agar
masyarakat dapat memahami perpajakan, tarif pajak dan pemahaman
peprajakan yang memiliki pengaruh yang signifikan secara
bersama-sama terhadap kepatuhan wajib pajak.

Saran

Wajib Pajak lebih peduli terhadap negara, dengan cara menjadi


wajib pajak yang patuh, tepat waktu, dan memahami peraturan
perpajakan. Wajib pajak disarankan lebih aktif mengikuti berbagai
sosialisasi yang diberikan oleh pemerintah agar pemahan tentang
perpajakan lebih baik lagi, sehingga kepatuhan wajib pajak menjadi
meningkat.
Daftar Pustaka

1
1. Ananda D. Pengaruh Sosialisasi Pajak, Tarif Pajak, dan Pemahaman
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada UMKM yang
Terdaftar sebagai Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batu). J
Perpajak. 2015;8(2):274-282.

2. Waluyo T. 576-Article Text-4778-1-10-20210614.pdf. Published online


2020:677.

Anda mungkin juga menyukai