DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH :
PENDAHULUA
A. LATAR BELAKANG
Rasio kepatuhan pajak di Indonesia pada tahun 2023 relatif masih lebih rendah
dari target yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebesar 16,1
juta SPT atau sekitar 83%. Hingga akhir Juli 2023 diketahui bahwa realisasi
Penerimaan Pajak dan Kepabeanan dan Cukai tersebut masing-masing telah mencapai
64,56 persen dan 49,40 persen terhadap Target, yang dipengaruhi oleh faktor kinerja
pemulihan ekonomi, moderasi harga komoditas, dan dampak dari implementasi
kebijakan perpajakan. Secara nominal, Penerimaan Pajak utamanya berasal dari
Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) non-Migas Rp636,56 triliun dan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN/PPnBM) Rp
417,64 triliun. Kontribusi kedua komponen Penerimaan Pajak tersebut terhadap total
Penerimaan Pajak masing-masing sebesar 57,39 persen dan 37,66 persen. Lebih
detailnya, penerimaan PPh non-Migas masih ditopang oleh tiga terbesar komponen
penerimaan PPh non-Migas yang bersumber dari PPh Pasal 25/29 Badan, PPh Pasal
21, dan PPh Final, dimana kontribusi ketiganya mencapai 75,16 persen dari total
penerimaan PPh non-Migas.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembaca serta
memberikan manfaat bagi peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam melakukan penelitian yang
sejenis maupun untuk pengembangan penelitian yang lebih lanjut
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada beberapa aspek
berikut :
a. Bagi Instansi
KAJIAN
PUSTAKA
A. KERANGKA TEORI
Perpajakan
1. Pajak Penghasilan
Merupakan salah satu jenis pajak yang paling umum dalam akuntansi perpajakan.
Pajak penghasilan dikenakan pada pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan.
Dalam akuntansi perpajakan, perusahaan harus menghitung, melaporkan, dan
membayar pajak penghasilan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
Akuntansi perpajakan yang kedua adalah PPN. PPN adalah pajak yang
dikenakan pada penjualan barang dan jasa. Dalam akuntansi perpajakan, perusahaan
harus mengumpulkan PPN dari pelanggan, melaporkan PPN yang terkumpul, dan
membayarkan nya kepada otoritas perpajakan.
Akuntansi perpajakan yang ketiga adalah PBB. PBB adalah pajak yang dikenakan
atas kepemilikan properti atau tanah. Dalam akuntansi perpajakan, perusahaan harus
menghitung, melaporkan, dan membayar PBB sesuai dengan ketentuan perpajakan
yang berlaku.
4. Pajak Karyawan
Akuntansi perpajakan yang keempat adalah pajak karyawan. Merupakan pajak yang
dikenakan pada pendapatan karyawan yang diterima dari perusahaan. Dalam
akuntansi perpajakan, perusahaan harus menghitung dan mengurangkan pajak
karyawan dari gaji dan tunjangan yang diberikan kepada karyawan, serta melaporkan
dan membayarkan nya kepada otoritas perpajakan.
5. Pajak Dividen
Akuntansi perpajakan yang kelima adalah pajak dividen. Pajak dividen dikenakan
pada pembagian dividen kepada pemegang saham. Dalam akuntansi perpajakan,
perusahaan harus menghitung dan melaporkan pajak dividen yang terutang atas
pembagian dividen kepada pemegang saham.
6. Pajak Lainnya
Akuntansi perpajakan yang terakhir adalah pajak lainnya. Ada juga jenis pajak
lainnya yang dapat dikenakan tergantung pada sektor atau jenis kegiatan bisnis.
Contohnya termasuk pajak impor, pajak tambahan khusus, pajak hotel dan restoran,
dan lain sebagainya.
Selain itu, Pemerintah Kota Surabaya juga bekerja sama dengan pihak
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan melakukan sosialisasi pemberantasan korupsi
dalam pengelolaan pajak daerah. Karena korupsi juga merupakan salah satu kendala dalam
meningkatkan kepatuhan para wajib pajak. Dengan adanya masalah korupsi ini menyebabkan
rendahnya kepercayaan para Wajib Pajak sehingga menyebabkan kepatuhan Wajib Pajak
menurun pula.
Kepatuhan wajib pajak dalam penelitian ini diukur berdasarkan indikator pendaftaran
diri, pelaporan dan isian SPT Masa dan Tahunan, penghitungan jumlah pajak yang harus
dibayar, ketepatan waktu dalam menyetor pajak, ketepatan waktu dalam melaporkan pajak,
serta pembayaran tunggakan pajak.
B. PENELITIAN TERDAHULU
Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan apakah kebijakan
akuntansi pemerintah mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Penelitian yang dilakukan oleh
Salman Latief, Junaidin Zakaria dan Mapparenta (2020) menunjukkan bahwa kebijakan
pemerintah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
menyelesaikan kewajiban perpajakannya. Kepercayaan wajib pajak terhadap sistim
pemerintahan memperoleh nilai tanggapan yang Baik. Hal ini berarti bahwa wajib pajak
memiliki kepercayaan terhadap upaya pemerintah dalam mengatasi berbagai permasalahan
ekonomi politik dalam negeri, melalaui berbagai paket kebijakan, meskipun kebijakan
pemerintah ini masih terdapat persepsi wajib pajak yang skeptis dengan langkah pemerintah.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sigit Susilo Broto (2018) bahwa pemerintah
dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak Indonesia. Pemerintah perlu meningkatkan
akuntabilitas dalam membelanjakan penerimaan pajak guna mendorong kepatuhan wajib
pajak. Peningkatan
akuntabilitas harus ditunjukkan dengan kualitas pelaksanaan APBN yang menunjukkan
keberpihakan pemerintah terhadap peningkatan pembangunan dan kualitas hidup masyarakat.
Sedangkan peningkatan kualitas layanan DJP kepada wajib pajak dan penunjuk bahwa DJP
mampu mengungkap kecurangan oleh wajib pajak hasrus diupayakan maksimal oleh DJP
guna mendorong kepatuhan wajib pajak sehingga dapat mendorong peningkatan penerimaan
pajak.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Sugi Astana dan Ni Ketut Lely Aryani
Merkusiwati (2017) menunjukkan bahwa struktur organisasi, proses bisnis dan teknologi
informasi serta komunikasi, manajemen sumber daya manusia, dan pelaksanaan good
governance dalam sistem administrasi perpajakan modern dan kesadaran Wajib Pajak
berpengaruh positif pada kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.
C. KERANGKA PENELITIAN
D. HIPOTESIS
Hipotesis didefinisikan sebagai dugaan sementara atas masalah atau pertanyaan penelitian
yang memerlukan pengujian secara empiris. Berdasarkan penelitian terdahulu dan teori-teori
yang dijadikan acuan dalam penelitian ini, maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai
berikut :
a. Ha :
b. Ho
METODE PENELITIAN
- Operasional Variabel
- Pengukuran Variabel
A. Variabel Independen
Variabel ini dapat mengubah pengaruh yang diukur oleh peneliti dalam
mencari tahu hal yang sedang diamati. Variabel independen sendiri merupakan bentuk
variabel yang mampu memberikan pengaruh perubahan terhadap perubahan dependen. Bisa
dikatakan bahwa variabel independen merupakan penyebab dari perubahan pada variabel
dependen. Apabila variabel independen diubah, maka variabel dependen juga ikut diubah.
Untuk menentukan hubungan antara hal yang diamati, peneliti mengukur, memanipulasi, dan
memilih variabel independen.
B. Variabel Dependen
C. TEKNIK PENENTUAN
SAMPEL
Populasi
Populasi atau universe merupakan suatui subjek pada wilayah serta waktu
tertentu yang akan diamati. Populasi dalam ini adalah jumlah Wajib Pajak yang ada di
Surabaya yaitu sebanyak 251.960 telah melaporkan SPT-nya atau 73,15 persen dari target
penyampaian SPT Tahunan sebesar 344.449.
Sampel
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini mempermudah peneliti
dalam memperoleh data yang akurat dan valid. Sehingga teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linear berganda. Dimana Regresi linear berganda merupakan model regresi yang melibatkan
lebih dari satu variabel independen. Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk
mengetahui arah dan seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2018).