Gambar 2. 1
Diagram Kerangka Pemikiran
II.4 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini berdasarkan kerangkah fikir dan uraian pengaruh
variabel independen, dependen dan variabel moderating adalah sebagai berikut:
H1 Diduga sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Senapelan
H2 Diduga sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan
yang dimoderasi oleh pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Pekanbaru Senapelan
Hipotesis statistik untuk outer model adalah:
H0: λi = 0: Indikator yang digunakan dapat memprediksi variabel laten
H0: λi ≠ 0: Indikator yang digunakan tidak dapat memprediksi variabel laten
Hipotesis statistik untuk inner model:
Hipotesis 1
H0: λi = 0: Sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan
H0: λi ≠ 0: Sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib badan
Hipotesis 2
H0: λi = 0: Sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan yang
dimoderasi oleh kualitas pelayanan.
H0: λi ≠ 0: Sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan
yang dimoderasi oleh kualitas pelayanan.
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Desain Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif. Menurut
Sugiyono (2016:13) data kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filasafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.14
III.2 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sanksi perpajakan, kepatuhan wajib pajak badan dan
pelayanan
III.3 Definisi Variabel Penelitian
Untuk mendukung kepentingan penelitian, peneliti memberikan uraian
singkat tentang pengertian variabel – variabel dan pengukuran variabel yaitu
III.3.1 Variabel Bebas (Variabel Independen)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sanksi perpajakan.
Menurut Permatasari (2017) Sanksi perpajakan adalah tanggungan yang
berupa tindakan atau hukuman yang sifatnya memaksa seseorang untuk
menepati janji atau mematuhi aturan yang telah dibuat dan disepakati
didalam undang – undang perpajakan (norma perpajakan). Sanksi pajak
dibuat dengan tujuan supaya wajib pajak merasa takut dan melakukan
kewajibanya secara benar dan tepat waktu19
Penelitian ini menggunakan indikator dari penelitian panjaitan (2016)18:
1. Aturan Perpajakan.
2. Sarana untuk mendidik.
3. Tanpa adanya toleransi.
Sanksi pajak diukur dengan skala interval dan menggunakan tekhnik
skala likert, dengan sebagai berikut
Tabel 3. 1
Skala Interval Variabel Bebas
N Sko
Uraian
o r
1 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
2 2
Tidak Setuju (TS)
3 3
Netral (N)
4 4
Setuju (S)
5 5
Sangat Setuju (SS)
Sumber: Sugiono (2016: 134)
Berdasarkan skala Likert dapat disimpulkan bahwa ukuran jawaban
nilai 1 adalah sanksi pajak berpengaruh sangat rendah. Nilai 2 menunjukan
sanksi pajak berpengaruh rendah. Nilai 3 menunjukan sanksi pajak
berpengaruh netral. Nilai 4 menunjukan sanksi pajak berpengaruh tinggi,
dan nilai 5 menunjukan sanksi pajak berpengaruh sangat tinggi
III.3.2 Variabel Terikat (Variabel Dependen)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak.
Menurut Darmayani & Eva (2017) Kepatuhan Wajib Pajak adalah suatu
keadaan dimana Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku
tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan
ataupun ancaman dan penerapan sanksi hukum maupun administrasi. 20
Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Arifin &
Aulia (2017)21
1. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri.
2. Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang.
3. Kepatuhan untuk meyetorkan kembali surat pemberitahuan.
4. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.
Tabel 3. 2
Skala Interval Variabel Terikat
No Uraian Skor
2 2
Tidak Setuju (TS)
3 3
Netral (N)
4 4
Setuju (S)
5 5
Sangat Setuju (SS)
Sumber: Sugiono (2016: 134)
Berdasarkan skala Likert dapat disimpulkan bahwa ukuran jawaban
nilai 1 adalah Kepatuhan wajib pajak sangat rendah. Nilai 2 menunjukan
kepatuhan wajib pajak rendah. Nilai 3 menunjukan kepatuhan wajib netral.
Nilai 4 menunjukan kepatuhan wajib pajak tinggi, dan nilai 5 menunjukan
kepatuhan wajib pajak sangat tinggi
III.3.3 Variabel Moderating
Variabel moderating dalam penelitian ini adalah pelayanan.
Pelayanan merupakan kemampuan suatu pihak untuk menawarkan
manfaat kepada pihak lain yang dalam ini adalah wajib pajak guna
memenuhi harapan yang diinginkan. Kualitas pelayanan merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi seorang wajib pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan (Surliani&kardinal,2014).22 Indikator dalam
penelitian ini mengguakan penelitian Arifin & Aulia (2017)21
1. Kehandalan (Reliability)
2. Ketanggapan (Responsiveness)
3. Jaminan (Assurance)
4. Empati (Emphaty)
5. Wujud Fisik (Tangibility)
Tabel 3. 3
Skala Interval Variabel Moderating
No Uraian Skor
2 2
Tidak Setuju (TS)
3 3
Netral (N)
4 4
Setuju (S)
5 5
Sangat Setuju (SS)
Sumber: Sugiono (2016: 134)
III.4 Populasi dan Sampel
III.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dari karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiono
2016:117).14 Merujuk pada masalah penelitian, populasi yang digunakan
adalah seluruh wajib pajak badan yang terdaftar di KPP Pratama
Pekanbaru Senapelan. Jumlah populasi wajib pajak badan yang terdaftar di
KPP Pratama Pekanbaru Senapelan terdir dari 4.233 Badan
III.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiono 2016:118).14Adapun yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah beberapa wajib pajak badan yang aktif dan terdaftar
di KPP Pratama Karangpilang. Perhitungan penentuan sampel dengan
menggunakan rumus Slovin (Yuliansya, Desy &Rahayu 2017), yaitu
N
n=
1+ N e 2
Ket
n = Jumlah Anggota Sampel
N = Jumlah Anggota Populasi
E = Nilai Kritis (Batas Ketelitian 0,1)
Penelitian ini menggunakan teknik sampling insidental. Sampling
Insidental adalah teknik penentuan sampel yang berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data
III.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dipergunakan adalah data primer. Data primer yaitu data
yang bersumber dari tanggapan responden atas daftar pertanyaan yang tertera
dalam kuesioner yang telah diberikan
III.6 Teknik Pegumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui kuisioner yang berupa angket, yaitu dengan menyebarkan daftar
pertanyaan yang diisi oleh WP badan. Kuisioner ini diberikan secara langsung
kepada responden. Responden diminta untuk mengisi daftar pertanyaan tersebut,
kemudian peneliti akan mengambil secara langsung kuisioner yang telah diisi oleh
responden yang bersangkutan dalam waktu yang telah ditentukan oleh peneliti.
Menurut Sugiono (2016:199) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya.14
III.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan Partial Least Square
(PLS). Teknis PLS ini mempunyai keunggulan sampel yang digunakan tidak
harus besar dan data tidak diharuskan mengunakan Multivariate normal
distributor. Menurut Ghozali (2015:7)23 analisis Partial Least Square (PLS) terdiri
dari dua model yaitu model pengukuran (measurement model) atau yang sering
disebut dengan auter model dan model structural (structural model) atau yang
sering disebut dengan inner model). Model pengukuran menunjukkan bagaimana
variabel manifest atau observed variabel merepresentasi variabel laten untuk
diukur. Sedangkan model structural menunjukkan kekuatan estimasi antar
variabel laten atau konstruk.
1. Outer model (model pengukuran)
Model pengukuran atau yang disebut juga outer model adalah model yang
menunjukan bagaimana variabel vanifest mempresentasikan variabel layen
untuk diukur. Model pengukuran atau outer model digunakan untuk menilai
validitas dan reabilitas model. Outer model dengan indikator refleksi
dievaluasi melalui validitas convergent, validitas discriminant, dan reability
dari indikator cronbach alpha untuk indikatornya (Ghozali, 2015:73)23
a. Validitas Convergent
Validitas convergent berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-
pengukur (manifest variabel) dari suatu konstruk seharusnya
berkorelasi tinggi. Uji validitas convergent dapat dilihat dari nilai
loading factor untuk setiap indikator konstruk. Ukuran refleksi
dikatakan tinggi jika memiliki nilai korelasi lebih dari 0.7. Namun
demikian tahap pngembangan skala loading 0.5 – 0.6 masih dapat
diterima. (Ghozali, 2015:74)23
b. Validitas Discriminant
Validitas discriminant berhubungan dengan bahwa prinsip pengukur-
pengukur (manifest variabel) konstruk yang berbeda seharusnya tidak
berkorelasi dengan tinggi. Apabila korelasi konstruk pengukuran lebih
tinggi dari ukuran konstruk lainya maka akan menunjukkan bahwa
konstruk laten lebih baik daripada ukuran bok lainya. Cara untuk
menguji validitas discriminant dengan indikator refleksi yaitu dengan
melihat nilai cross loading untuk setiap variabel harus >0.70. Cara lain
yang dapat digunakan untuk menguji validitas discriminant adalah
dengan membandingkan niali average variance extracted (AVE) untuk
setiap konstruk dengan nilai korelasi antar konstruk dalam model. Jika
nilai AVE tiap konstruk lebih besar dari korelasi antar konstruk maka
validias discriminant dikatan baik. Fornell dan Larcker ,1981 dalam
Ghozali 2015:75)23 berpendapat bahwa dapat digunakan untuk
mengukur reabilitas component score variable laten dan hasilntya
lebih konservatif dibandingkan dengan composite reability. Nilai AVE
harus lebih dari 0.50.
c. Reability
Uji reabilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi dan
ketetapan instrument dalam mengukur konstruk. Pengujian reability
mengukur reabilitas suatu konstruk dengan indikator refleksi dapat
dilakukan dengan Cronbach’s Alpha dan Composite Reability.
Konstruk dikatakan reabilitas yang tinggi jika memiliki composite
Rability lebih besar dari 0.7 dan cronbach’s Alpha diatas 0.60.
2. Inner model (model struktural)
Moderl structural atau inner model bertujuan untuk memprediksi hubungan
antara variabel laten. Inner model dievaluasi dengan melihat besarnya
presentasi variance yang dijelaskan yaitu dengan melihat nilai R-Square
untuk konstruk laten endogen. (Ghozali, 2015:73). Perubahan R-Square
dapat digunakan untuk menjelaskan pengaru variabel laren eksogen tertentu
terhadap variabel laten endogen apakah berpengaruh substantive Nilai R-
Square 0.75, 0.50 dan 0.25 dapat disimpulkan bila model kuat, moderate
dan lemah.
3. Tahapan Analisis Partial Least Square (PLS)
Dalam melakukan uji PLS-SEM terdapat beberapa tahapan yang harus
diakukan, menurut Ghozali (2015:47) sebelum melakukam analisis
menggunakan PLS setidaknya harus melalui lima proses tahapan yaitu: