Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Ada beberapa sumber penerimaan negara, dan tentunya ada pula langkah yang

diambil pemerintah untuk memaksimalkan penerimaan tersebut. Di Indonesia,

salah satunya adalah pajak yang adalah salah satu sumber penerimaan negara

terbesar yang akan dialokasikan untuk pembangunan bagi kesejahteraan

masyarakat. Dalam hal pemungutan dan pemotongan pajak bersifat memaksa, yang

artinya bagi setiap wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban pajaknya maka

akan dikenakan sanksi. (Latief et al., 2020) Pemerintah sangat tegas karena

pendapatan dari pajak akan digunakan seluruhnya untuk membiayai pengeluaran

negara terlebih bagi pembangunan. Wajib pajak di Indonesia masih seringkali

menghindari perpajakan dengan berbagai alasan, oleh karena itu fiskus berperan

untuk memberi pengetahuan bagi wajib pajak untuk mengurangi angka wajib pajak

yang tidak mematuhi kebijakan perpajakan.

Untuk mengoptimalkan penerimaan pajak, (Budiman et al., 2020) pemerintah

seringkali memberi fasilitas berupa insentif pajak bagi wajib pajak. Dengan adanya

insentif pajak, wajib pajak akan termotivasi untuk membayar pajak. Insentif pajak

yang diberikan oleh pemerintah akan dimanfaatkan dengan baik oleh wajib pajak

jika wajib pajak


mengerti benar dengan langkah dan cara untuk memanfaatkannya. Maka dari itu

KPP Pratama seringkali mengadakan sosialisasi atau kelas pajak bagi Wajib Pajak

untuk memberi pengetahuan terkait perpajakan, salah satunya yaitu pemanfaatan

insentif pajak. Dari sosialisasi yang diadakan tersebut, maka akan ada kepatuhan

untuk memenuhi kewajiban pajaknya masing-masing.

Pemberian insentif pajak dari pemerintah akan menekan penerimaan pajak,

beberapa bentuk insentif misalnya seperti pengurangan tarif pajak atau

penangguhan pajak akan menarik wajib pajak untuk menggunakan fasilitas

tersebut. Kemudian masing-masing KPP Pratama akan mengadakan sosialisasi

perpajakan bagi wajib pajak sehingga akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak

yang berpengaruh pada penerimaan pajaknya. Menurut Rahayu dalam Ristra Putri

(2017) mengatakan faktor yang menyebabkan rendahnya kepatuhan wajib pajak

antara lain ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan publik, pembangunan

infrastruktur yang tidak merata, dan banyaknya kasus korupsi yang dilakukan

pejabat tinggi.

Melalui insentif pajak, pemerintah ingin wajib pajak untuk memanfaatkannya

sehingga kewajiban pajaknya dapat dibayarkan. Begitu pun dengan

dilaksanakannya sosialisasi perpajakan untuk menambah pengetahuan wajib pajak

sehingga mempermudah dalam hal administrasi dan lainnya. Kepatuhan wajib


pajak adalah hal yang sangat penting bagi fiskus karena jika angka kepatuhannya

rendah maka penerimaan pajak pun berkurang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Apakah pemanfaatan insentif pajak penghasilan berpengaruh terhadap

penerimaan pajak di KPP Pratama Samarinda Ilir?

2. Apakah sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap penerimaan pajak di KPP

Pratama Samarinda Ilir?

3. Apakah kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak di KPP

Pratama Samarinda Ilir?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

penerimaan pajak di KPP Pratama Samarinda Ilir. Secara khusus tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan bukti empiris mengenai adanya pengaruh pemanfaatan insentif

pajak terhadap penerimaan pajak .


2. Mendapatkan bukti empiris mengenai adanya pengaruh sosialisasi perpajakan

terhadap penerimaan pajak.

3. Mendapatkan bukti empiris mengenai adanya pengaruh kepatuhan wajib pajak

terhadap penerimaan pajak.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi penulis, memberikan tambahan wawasan mengenai pengaruh

pemanfaatan insentif pajak, sosialisasi perpajakan, dan kepatuhan wajib

pajak terhadap penerimaan wajib pajak di KPP Pratama.

b. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dalam penelitian yang

berkaitan dengan topik ini.

2. Manfaat Praktis

Bagi fiskus, penelitian ini dharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

layanan bagi wajib pajak guna pemanfaatan insentif, sosialisasi perpajakan,

dan kepatuhan wajib pajak yang semakin meningkat di Indonesia. Sehingga

dapat membantu pemerintah dalam tujuannya untuk memaksimalkan

penerimaan pajak.

3. Manfaat kebijakan
Bagi Kementerian Keuangan dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP), penelitian

ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris yang berhubungan dengan

pengambilan keputusan untuk pemberian layanan dan fasilitas bagi wajib

pajak, seperti pemberian insentif pajak, pengadaan sosialisasi perpajakan

dan peningkatan kepatuhan wajib pajak.

4. Manfaat bagi pembaca dan publik

Sebagai referensi kepustakaan, dan untuk penelitian berikutnya kiranya

kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini dapat disempurnakan yang

berkaitan dengan topik ini.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Agensi

Dijelaskan oleh Jensen dan Meckling (1976), bahwa teori keagenan

merupakan teori ang menjelaskan hubungan antara manajemen perusahaan (agen)

dan pemegang saham (prinsipal). Dalam hubungan keagenan terdapat suatu

kontrak antara satu orang atau lebih (prinsipal) yang memerintahkan orang lain

(agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi wewenang

kepada agen untuk membuat keputusan yanag terbaik bagi prinsipal.

Dalam penelitian ini, maka agen adalah KPP Pratama yang melayani wajib

pajak secara langsung dan prinsipal adalah Kementerian Keuangan yang membuat

kebijakan dalam perpajakan. Teori keagenan merupakan basis teori yang

mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Dalam teori

keagenan, hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (prinsipal)

memperkerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian

mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut.

Teori agensi berfungsi untuk menganalisa dan menemukan solusi terhadap

masalah yang ada dalam hubungan keagenan yang dalam hal ini adalah
Kementerian Keuangan sebagai prinsipal dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan

KPP Pratama Samarinda Ilir sebagai agen. Agen harus tetap diawasi karena

prinsipal berjaga-jaga agar tidak rugi atau dirugikan oleh agen.

Setidaknya terdapat dua tujuan dan manfaat dari mekanisme teori agensi, antara

lain :

1. Mengevaluasi hasil dari kontrak kerja antara prinsipal dan agen. Apakah

kontrak sama telah berjalan dengan apa yang telah disepakati atau tidak.

Dalam hubungan antara Kementerian Keuangan dengan KPP Pratama

adalah KPP Pratama yang memberikan pelayanan langsung kepada wajib

pajak.

2. Meningkatkan kemampuan baik prinsipal ataupun agen dalam mengevaluasi

kondisi dimna sebuah keputusan harus diambil. (Jensen dan Meckling,

1976).

2.2 Penerimaan Pajak

Pajak adalah setoran wajib kepada negara bagi kesejahteraan masyarakat,

maka pemungutan/dan atau pemotongan pajak bersifat memaksa, bagi wajib pajak

yang melanggar kebijakan perpajakan akan dikenakan sanksi perpajakan. Pajak

dapat disetorkan di KPP Pratama di masing-masing wilayah, misalnya dalam

penelitian ini pada KPP Pratama Samarinda Ilir. Penerimaan pajak diukur dari

besarnya jumlah SPT wajib pajak yang dilaporkan. Menurut Sari dalam Hairul
Anam (2018), Penerimaan pajak adalah penghasilan yang diperoleh pemerintah

yang bersumber dari pajak rakyat. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi

kemandirian pembangunan, karena pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

negara dari dalam negeri yang paling utama selain dari minyak dan gas bumi untuk

mendanai APBN. Jika dilihat dari sisi ekonomi, penerimaan dari sektor pajak

merupakan penerimaan negara yang potensial, karena melalui pajak pemerintah

dapat membiayai sarana dan prasarana publik diseluruh sektor kehidupan, seperti

sarana transportasi, air, listrik, pendidikan, kesehatan, keamanan, komunikasi,

sosial dan berbagai fasilitas lainnya yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

pembangunan.

Pemerintah akan melakukan berbagai hal untuk memaksimalkan penerimaan

negara dari sektor pajak tanpa memberatsebelahkan berbagai lapisan wajib pajak.

Dengan hal tersebut, Kementerian Keuangan akan mengambil keputusan yang

terbaik untuk kebijakan dan peraturan perpajakan. Pajak bukanlah satu-satunya

sumber penerimaan yang terbesar, tetapi dalam pajak ada potensial untuk

mengoptimalkan perekonomian Indonesia, sebagaimana fungsi pajak, yaitu fungsi

budgeter dan fungsi regulasi.

2.3 Insentif Pajak

Insentif pajak adalah fasilitas yang diberikan pemerintah bagi wajib

pajaknya dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Dalam koran Sindo (2020),


Pemberian berbagai insentif tersebut dalam pelaksanaannya selalu dievaluasi

mengikuti perkembangan dan menyesuaikan kebutuhan yang sifatnya sangat

dinamis. Masukan dari para stakeholder menjadi satu di antara dasar pertimbangan

dalam pemberian insentif. Bentuk pemberian insentif yang sering diberlakukan

adalah pengurangan tarif pajak, penangguhan pajak, bahkan pembebasan pajak

dengan beberapa syarat dan aturan.

2.4 Sosialisasi perpajakan

sosialisasi perpajakan merupakan suatu upaya dan proses memberikan

informasi perpajakan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan,

dan sikap masyarakat agar terdorong untuk paham, sadar, peduli, dan berkontribusi

dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Dengan adanya sosialisasi perpajakan

maka wajib pajak akan termotivasi untuk menjalankan kewajibannya membayar

pajak. Sosialisasi perpajakan atau kelas pajak biasa dilakukan oleh KPP Pratama

Samarinda Ilir dengan topik terkait layanan dan fasilitas pajak.

2.5 Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Olivia dan Moh. Didik (2017), Kepatuhan Wajib Pajak merupakan

salah satu faktor penentu untuk meningkatkan penerimaan pajak penghasilan.

Penerimaan pajak penghasilan dapat berjalan dengan baik apabila setiap wajib
pajak berlaku patuh dalam menjalankan kewajibannya membayar pajak.

Kepatuhan dapat diwujudkan dengan secara tepat waktu menyampaikan Surat

Pemberitahuan (SPT) setiap tahunnya.

Indonesia sebagai negara yang menganut sistem self assesment artinya

bahwa peran kepatuhan pajak sangat dominan, karena pemerintah memberi

wewenang kepada diri wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan

kewajiban pajaknya. Kepatuhan wajib pajak dapat meningkatkan penerimaan

pajak, semakin banyak wajib pajak yang melaporkan SPT maka semakin banyak

pula pajak yang akan disetor ke pemerintah pusat untuk dialokasikan bagi

pembangunan guna mensejahterakan rakyat.

Pada beberapa negara, misalkan pada Amerika Serikat, Australia dan

Kanada, kepatuhan pajak pada umumnya mengacu pada kemampuan dan kemauan

wajib pajak untuk tunduk terhadap regulasi perpajakan, melaporkan penghasilan

dengan benar, serta membayar pajak secara benar dan tepat waktu. Di Indonesia,

kita mengenal ada 2 (dua) jenis bentuk kepatuhan, yang pertama kepatuhan formal

atau administratif, yang mencakup sejauh mana wajib pajak patuh terhadap

persyaratan prosedural dan administrasi pajak, termasuk mengenai syarat

pelaporan serta waktu untuk menyampaikan dan membayar pajak.Yang kedua,

kepatuhan material, yaitu kepatuhan yang mengacu pada isi peraturan dan

perundang-undangan perpajakan.
2.6 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian terdahulu akan menjelaskan tentang hasil-hasil penelitian

yang pernah dilakukan sebelumnya yang diambil oleh peneliti dan mempunyai

hubungan dengan penelitian yang dilakukan oeh peneliti seperti adanya kesamaan

variabel. Berikut dapat dilihat penelitian terdahulu pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

No. Peneliti/Tahun Variabel Alat Ukur Hasil


Olivia Jessica Variabel Regresi Hasil penelitian ini
Yusuf Kastolani Dependen : Linear adalah Tingkat
& Moh. Didik Penerimaan Berganda Kepatuhan Wajib
Ardiyanto Pajak Pajak Orang Pribadi
(2017) Penghasilan berpengaruh secara
positif dan signifikan
Variabel terhadap Penerimaan
Independen : Pajak Penghasilan,
- Tingkat dan Pemeriksaan
kepatuhan Wajib Pajak Orang
Wajib Pribadi tidak
1 Pajak berpengaruh
- Pemeriksaan terhadap penerimaan
Pajak pajak, Tingkat
Kepatuhan Wajib
Pajak Badan tidak
berpengaruh
terhadap Penerimaan
Pajak, dan
Pemeriksaan Wajib
Pajak Badan
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap penerimaan
pajak.
Hairul Anam, Variabel Regresi Hasil penelitian ini
Srie Hartutie, Dependen : Linear menunjukkan bahwa
dan Dirmayani Penerimaan Berganda Kepatuhan Wajib
(2018) Pajak Pajak tidak
Penghasilan berpengaruh secara
Badan signifikan terhadap
Penerimaan Pajak
Variabel Penghasilan Badan,
Independen : Pemeriksaan pajak
- Kepatuhan berpengaruh secara
2
wajib pajak positif dan signifikan
- Pemeriksaan terhadap Penerimaan
wajib pajak Pajak Penghasilan
- Penagihan Badan, dan
pajak Penagihan Pajak
berpengaruh secara
positif dan signifikan
terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan
Badan.
Ayu Kurnia Variabel Linear Hasil penelitian
Sari, Hendra Dependen : Regression adalah Pemeriksaan
Saputra, dan Income Tax Multiple Pajak secara parsial
Ulpa Revenue berpengaruh
Ramadhani signifikan terhadap
(2018) Variabel Penerimaan Pajak,
3
Independen : Pemungutan Pajak
- Tax tidak berpengaruh
Socialization terhadap Penerimaan
- Tax Pajak, dan
Examination Sosialisasi
- Tax Perpajakan secara
Collection simultan
berpengaruh
signifikan terhadap
Penerimaan Pajak.
Arlinda, Herin., Variabel Analisis Hasil penelitian
Makaryanawati., Dependen : Jalur (Path) menunjukan bahwa
Mutia, Ferby Penerimaan sosialisasi pajak
Pajak berpengaruh secara
(2020)
positif terhadap
kepatuhan wajib
Variabel pajak, sosialisasi
Intervening : pajak berpengaruh
Kepatuhan secara positif
Wajib Pajak terhadap realisasi
penerimaan pajak,
kepatuhan wajib
4 Variabel
pajak berpengaruh
Independen : secara positif
Sosialisasi terhadap realisasi
Perpajakan penerimaan pajak,
sosialisasi pajak
berpengaruh secara
positif terhadap
realisasi penerimaan
pajak melalui
kepatuhan wajib
pajak.

Euphrasia Susy Variabel Regresi Hasil penelitian


Suhendra Dependen : Linear menunjukkan bahwa
(2010) Penerimaan tingkat kepatuhan
Pajak wajib pajak tidak
5 Penghasilan berpengaruh
Badan signifikan terhadap
penerimaan pajak
Variabel penghasilan badan.
Independen :
Kepatuhan
Wajib Pajak
Badan
Yotasa Variabel Metode Hasil penelitian
Khairiyah & Dependen : Kualitatif menunjukkan dari
Muh. Heru - Kepatuhan Deskriptif sisi kepatuhan,
Akhmadi (2019) Pajak secara statistik 2016-
- Penerimaan 2018 menunjukkan
Negara adanya peningkatan
wajib pajak terdaftar
6 Variabel namun pelaku
Independen : UMKM belum
Kebijakan secara sukarela
Insentif pajak membayar pajak
usaha mikro dan karena merasa belum
menengah mendapatkan
manfaat secara
langsung.
Yefi Teguh, Variabel Regresi Hasil penelitian ini
Nurharibnu, Dependen : Linear menunjukkan bahwa
dan Heri Penerimaan Berganda Tingkat kepatuhan
Pajak Badan wajib pajak yang
Hermawan
diukur dari
(2019) penyampaian SPT
Variabel Masa PPN dan PPh
Independen : Pasal 25 tidak
Kepatuhan memiliki pengaruh
7 Wajib Pajak secara parsial
terhadap penerimaan
pajak. Secara
simultan tingkat
kepatuhan yang
diukur dari
penyampaian SPT
Masa PPh Pasal 21,
penyampaian SPT
Masa PPN, dan PPh
Pasal 25 memiliki
pengaruh positif dan
signifikan
terhadap penerimaan
pajak.
Marisa Variabel Regresi Penelitian ini
Herryanto & Dependen : Linear membuktikan bahwa
Agus Ariyanto Penerimaan Berganda kesadaran Wajib
(2013) Pajak Pajak, kegiatan
sosialisasi
Penghasilan
perpajakan, dan
pemeriksaan pajak
Variabel secara bersama-sama
Independen : berpengaruh
- Kesadaran terhadap penerimaan
wajib pajak Pajak Penghasilan di
- Kegiatan KPP Pratama
Surabaya Sawahan.
sosialisasi Pengujian secara
8 perpajakan parsial
- Pemeriksaan menyimpulkan
pajak bahwa kesadaran
Wajib Pajak
berpengaruh negatif,
sedangkan kegiatan
sosialisasi
perpajakan tidak
berpengaruh, dan
pemeriksaan pajak
berpengaruh positif
terhadap penerimaan
Pajak Penghasilan di
KPP Pratama
Surabaya Sawahan.
2.7 Kerangka Konseptual

Tujuan suatu negara adalah menyejahterakan rakyatnya, salah satu caranya

dengan pembangunan yang dibiayai oleh sektor perpajakan. Oleh karena itu

pemerintah melakukan beberapa hal seperti memberi kebijakan insentif pajak,

namun angka wajib pajak yang memanfaatkan insentif pajak tidak sebesar wajib

pajak yang terdaftar, dengan hal itu maka KPP Pratama seringkali melaksanakan

sosialisasi atau kelas pajak bagi wajib pajak terdaftar di kantor wilayahnya untuk

mengukur kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.

Konflik agensi terjadi antara pihak pemerintah pusat dan KPP Pratama yang

melayani masyarakat di lapangan. Dapat dilihat dari gambar 2.2.

Teori Kegaenan

Pemerintah KPP Pratama


P
Konflik Agensi

Wajib Pajak

Pemanfaatan Insentif Sosialisasi Perpajakan Kepatuhan wajib pajak

Penerimaan Pajak
2.8 Pengembangan Hipotesis

2.8.1 Pengaruh Pemanfaatan Insentif Pajak terhadap Penerimaan Pajak

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan teori keagenan sebagai

hubungan keagenan antara pihak pemilik dan agen, yang dalam penelitian ini

adalah hubungan antara Pemerintah dan KPP Pratama. Hubungan keagenan

dianggap sebagai suatu kontrak di mana satu atau lebih pemilik menunjuk orang

lain (agen) untuk melakukan jasa untuk kepentingan prinsipal termasuk

pendelegasian kekuasaan pengambilan keputusan kepada agen. KPP Pratama

akan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan penerimaan pajaknya.

Langkah yang ditempuh oleh KPP Pratama adalah dengan memberikan

pelayanan pada wajib pajak untuk memanfaatkan insentif pajaknya.

Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa insentif pajak

berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan. Dari penjabaran di atas

bahwa pemanfaatan insentif pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak,

pernyataan tersebut diperkuat oleh penelitian terdahulu Yotasa Khairiyah &

Muh. Heru Akhmadi (2019), sehingga hipotesis yang diajukan sebagai berikut :

H1 : Pemanfaatan insentif pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak.


2.8.2 Pengaruh Sosialisasi Perpajakan terhadap Penerimaan Pajak

Teori keagenan dapat menjelaskan bahwa sosialisasi perpajakan

berpengaruh terhadap penerimaan pajak. Teori keagenan merupakan teori yang

menjelaskan hubungan antara pihak pemilik dan agen (Jensen dan Meckling,

1976). Teori agensi muncul ketika KPP Pratama berusaha meningkatkan

penerimaan pajak dengan cara melakukan sosialisasi bagi wajib pajak.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan dapat mengambil sebuah

keputusan dengan memperhatikan manfaat dari adanya sosialisasi perpajakan

tersebut.

Dari penjabaran di atas, bahwa sosialisasi perpajakan dapat

berdampak positif dan negatif terhadap penerimaan pajak, pernyataan tersebut

diperkuat okeh penelitian yang dilakukan oleh Marisa Herryanto & Agus

Ariyanto (2013) dengan hasil penelitian membuktikan bahwa kesadaran Wajib

Pajak, kegiatan sosialisasi perpajakan, dan pemeriksaan pajak secara bersama-

sama berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di KPP Pratama

Surabaya Sawahan. Pengujian secara parsial menyimpulkan bahwa kesadaran

Wajib Pajak berpengaruh negatif, sedangkan kegiatan sosialisasi perpajakan

tidak berpengaruh, dan pemeriksaan pajak berpengaruh positif terhadap

penerimaan Pajak. Pada penelitian lainnya oleh Arlinda, Herin.,

Makaryanawati., Mutia, Ferby (2020) dengan hasil penelitian menunjukan


bahwa sosialisasi pajak berpengaruh secara positif terhadap realisasi

penerimaan pajak, sosialisasi pajak berpengaruh secara positif terhadap realisasi

penerimaan pajak melalui kepatuhan wajib pajak. Pada penelitian lainnya oleh

Ayu Kurnia Sari, Hendra Saputra, dan Ulpa Ramadhani (2018) dengan hasil

penelitian Sosialisasi Perpajakan secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap Penerimaan Pajak. Sehingga hipotesis yang diajukan sebagai berikut :

H2: Sosialisasi Perpajakan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

Penerimaan Pajak.

2.8.3 Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak

Prinsipal menginginkan wajib pajaknya mematuhi setiap kebijakannya

sehingga ada peningkatan dalam besarnya penerimaan pajak. Sedangkan wajib

pajak yang dilayani oleh fiskus di KPP Pratama seringkali tidak mematuhi

aturan dan kebijakan dari pemerintah pusat, bahkan tidak sedikit wajib pajak

yang dikenai sanksi. Dari hal itu sehingga akan berdampak langsung pada

penerimaan pajak.

Dari penjelasan hubungan kepatuhan wajib pajak dengan penerimaan

pajak di atas menjelaskan bahwa kepatuhan wajib pajak berpengaruh positif

terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama. Pernyataan tersebut didukung oleh

penelitian terdahulu oleh Olivia Jessica Yusuf Kastolani & Moh. Didik

Ardiyanto (2017) dengan hasil penelitian bahwa Tingkat Kepatuhan Wajib


Pajak Orang Pribadi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan, sehingga dari pernyataan tersebut dapat

dinyatakan hipotesis sebagai berikut :

H3 : Kepatuhan wajib pajak orang pribadi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penerimaan pajak.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Penerimaan Pajak Penghasilan

Penerimaan pajak adalah sumber penerimaan yang dapat diperoleh secara

terus-menerus dan dapat dikembangkan secara optimal sesuai kebutuhan

pemerintah dan kondisi masyarakat. Menurut undang-undang No.36 Tahun

2008, pengertian penerimaan pajak penghasilan adalah :

“Penerimaan yang bersumber dari angsuran pajak dalam tahun berjalan yang

telah dibayar oleh wajib pajak dan dilaksanakan setiap bulan”.

Penerimaan pajak penghasilan dapat diukur dari SPT dan dilaporkan oleh

wajib pajak terdaftar di KPP Pratama Samarinda Ilir periode 2019-2020.

3.1.2. Insentif Pajak

Insentif pajak adalah salah satu fasilitas bagi wajib pajak, sebagai

perangsang untuk wajib pajak maupun investor untuk menanamkan modalnya.

Wajib pajak didorong untuk memanfaatkan insentif pajak agar perekonomian

Indonesia tetap stabil, maka dari itu seringkali insentif diberikan pada suatu

waktu pemerintah butuhkan atau tergantung pada kondisi perekonomian saat

itu.
Insentif pajak dapat diukur dengan jumlah wajib pajak yang

memanfaatkannya di KPP Pratama Samarinda Ilir.

3.1.3. Sosialisasi Perpajakan

Kegiatan penyuluhan perpajakan memiliki peran yang besar dalam

mensukseskan sosialisasi perpajakan secara menyeluruh bagi wajib pajak.

Dengan adanya sosialisasi perpajakan ini diharapkan mampu menggugah

kesadaran wajib pajak dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak baik wajib

pajak badan maupun orang pribadi guna meningkatkan besaran penerimaan

negara sehingga dapat tersampaikan pesan moral pentingnya pajak bagi

pembiayaan negara.

Mengukur sosialisasi pajak dapat dilakukan dengan banyaknya dilaksanakan

kegiatan sosialisasi yang diselenggarakan oleh KPP Pratama Samarinda Ilir.

3.1.4. Kepatuhan Wajib Pajak

Tingkat kepatuhan wajib pajak merupakan gambaran dari ketaatan, tunduk

dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan (Yusuf Kastolani &

Ardiyanto, 2017). Kepatuhan wajib pajak sangat dibutuhkan untuk

mengoptimalkan penerimaan pajak yang merupakan salah satu faktor penentu

untuk meningkatkan penerimaan pajak di Indonesia.

Kepatuhan wajib pajak dapat diukur dengan jumlah wajib pajak yang

melaporkan SPT tepat waktu.


3.2 Populasi dan Sampel

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi

yang terdaftar di KPP Pratama Samarinda Ilir pada periode tahun 2019-2020.

Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling, yaitu sampel yang

didasari oleh kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel

yang telah ditentukan. Kriteria yang harus dimiliki sampel adalah sebagai

berikut :

a. Wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Samarinda Ilir pada periode

2019-2020.

b. Wajib pajak yang tidak dikenai sanksi selama tahun 2019- waktu penelitian

berlangsung.

c. Wajib pajak yang tetap waktu melaporkan SPT masa selama tahun 2019-

2020.

d. Wajib pajak yang mengikuti kegiatan sosialisasi perpajakan minimal 3 kali

selama tahun 2019-2020.

e. Wajib pajak orang pribadi yang memanfaatkan insentif pajak pada masa

2019-masa pandemi.
Tabel 3.1 Pemilihan Sampel

No. Kriteria Total

Wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama


1. -
Samarinda Ilir pada periode 2019-2020.

Wajib pajak yang tidak dikenai sanksi selama


2. -
tahun 2019- waktu penelitian berlangsung.

Wajib pajak yang tetap waktu melaporkan SPT


3. -
masa selama tahun 2019- 2020.

Wajib pajak yang mengikuti kegiatan sosialisasi

4. perpajakan minimal 3 kali selama tahun 2019- -

2020.

Wajib pajak orang pribadi yang memanfaatkan


5. -
insentif pajak pada masa 2019-masa pandemi.

Jumlah Sampel Tiap Periode -

Periode Penelitian -

Jumlah Sampel Akhir -

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data

kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunderdan data primer. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara

tidak langsung melalui media perantara, baik yang dipublikasikan maupun yang

tidak dipublikasikan. Data primer adalah kebalikan dari data sekunder, data

primer dilakukan secara langsung. Data sekunder diperoleh dari laporan SPT

pada laman resmi KPP Pratama, dan data primer akan diperoleh dari pembagian

kuesioner pada wajib pajak orang pribadi.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode kuesioner dan dokumenter dari laman resmi KPP Pratama, serta

dari berbagai buku dan jurnal atau sumber lainnya yang berhubungan dengan

penerimaan pajak.

3.5 Alat Analisis

Metode analisis data penelitian ini menggunakan metode analisis

statistik deskriptif dan analisis regresi berganda.

3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Ghozali (2016) statistik deskriptif memberikan gambaran

atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi,

varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness

(kemencangan distribusi). Data yang diteliti dalam analisis statistik


deskriptif adalah penerimaan pajak, pemanfaatan insentif pajak, sosialisasi

perpajakan dan kepatuhan wajib pajak.

3.5.2. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik adalah analisis yang dilakukan untuk memberikan

penilaian atau kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki

ketepatan dalam estimasi, tidak bias, dan konsisten. Asumsi klasik yang

harus dipenuhi adalah data harus berdistribusi normal, tidak ada

multikolinearitas, serta tidak ada heteroskedastisitas, yang akan dijelaskan

sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2016), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Model regresi yang baik adalah yang mempunyai

distribusi data normal atau mendekati normal. Cara untuk mendeteksi

apakah residual berdistribusi normal atau tidak ada tiga, yaitu pendekatan

histogram, pendekatan grafik, dan analisis Kolmogorov-Smirnov.

Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual

adalah uji statistik Kolmogov-Smirnov. Dikatakan model regresi

mematuhi asumsi normalitas apabila nilai Kolmogorov-Smirnov tidak

signifikan, atau lebih besar dari 0,05.


b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel

independen. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai

tolerance dan lawannya. Suatu model regresi dikatakan bebas dari

multikolinearitas jika nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF <

10 (Ghozali, 2016).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidasamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika

berbeda heteroskedastisitas, dan model regresi yang baik adalah

homokedastisitas (Ghozali, 2016). Dasar pengambilan keputusannya

sebagai berikut :

1. Jika titik-titiknya membentuk pola tertentu teratur maka diindikasikan

terdapat masalah heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan

di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka diindikasikan tidak terdapat

masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi

liear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan

kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Run test digunakan untuk

melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis)

(Ghozali, 2016).

Pengambilan keputusan dalam uji run test :

1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil < dari 0,05 maka terdapat

gejala autokorelasi.

2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar > dari 0,05 maka tidak

terdapat gejala autokorelasi.

3.5.3. Analisis Regresi Berganda

(Resmi, 2014) Analisis regresi berganda adalah hubungan

antara dua atau lebih variabel independen dengan variabel dependen.

Tujuan dari analisis regresi berganda yaitu untuk mengetahui arah

hubungan variabel independen dan dependen apakah masing-masing

variabel independen berhubungan positif atau negatif serta untuk

memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel

independen mengalami kenaikan atau penurunan. Model yang digunakan

dalam regresi berganda bertujuan


untuk menguji pengaruh pemanfaatan insentif, sosialisasi pajak dan

kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan. Model

persamaan regresi berganda sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ʒ

Keterangan :

Y : Penerimaan Pajak Penghasilan

α : Konstanta

β1 β2 β3 : Koefisien Regresi

X1 : Pemanfaatan Insentif

Pajak X2 : Sosialisasi Perpajakan

X3 : Kepatuhan Wajib Pajak

ʒ : Epsilon (error term)

3.5.4. Uji Koefisien Determinasi R2

Koefisien determinasi (R2 ) mengukur proporsi pengaruh seluruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah antara nol dan satu. Semakin kecil nilai R2 maka

semakin terbatas kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependennya.


3.5.5. Uji Kelayakan Model Regresi (Uji Statistik F)

Uji F dapat dilakukan dengan melihat niali signifikansi F pada output

hasil regresi menggunakan SPSS dengan signifikansi level 0,05 (α = 5%).

F-test dalam penelitian ini digunakan untuk menguji apakah model

regresi dalam penelitian ini layak untuk digunakan dalam penelitian.

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. Ha ditolak yaitu apabila nilai signifikansi F > 0,05 berarti model

regresi dalam penelitian ini tidak layak digunakan dalam penelitian.

2. Ha diterima yaitu apabila nilai signifikansi F < 0,05 berarti model

regresi dalam penelitian ini layak untuk digunakan dalam penelitian.

3.5.6. Pengujian Hipotesis

Uji Signifikan Parameter Indiviual (Uji Statistik t)

Pengujian signifikansi parameter individual ini digunakan untuk

mengetahui apakah variabel bebas secara individual mempengaruhi

variabel terikat dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.

Kriteria pengujian hipotesis berdasarkan nilai t hitung dan t tabel adalah

sebagai berikut :
1. Ha ditolak, yaitu apabila nilai signifikan t > 0,05 atau bila nilai

signifikansi lebih dari nilai α 0,05 berarti variabel independen secara

individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Ha diterima, yaitu apabila nilai signifikan t < 0,05 atau bila nilai

signifikansi kurang dari atau sama dengan nilai α 0,05 berarti variabel

independen secara individual berpengaruh terhadap variabel

dependen.

3. Bila nilai signifikan t < 0,05 maka H0 ditolak, artinya terdapat

pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap

variabel dependen.

4. Bila nilai signifikan t > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap

variabel dependen. (Ghozali, 2016).


DAFTAR PUSTAKA

1. Ariestra, Ristra Putri. (2017). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi


perpajakan, Sistem administrasi perpajakan modern, pengetahuan korupsi,
dan tax amnesty terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama
Semarang Candisari. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

2. Jensen, C & Meckling. H. (1976). Theory of the firm : Managerial


Behavior, Agency Costs and Ownership Structure, Journal of Financial
Economics. Harvard Business School and University of Rochester.

3. Anam, Hairul., Hartutie, Srie., Dirmayani. (2018). Pengaruh Kepatuhan,


Pemeriksaan, dn Penagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan
Badan. Universitas Balikpapan.

4. Sari, Ayu Kurnia., Saputra, Hendra., Ramadhani, Ulpa., .(2018). The Effect
Of Socialization, Tax Examination And Tax Collection On Pph at KPP
Pratama Medan Petisah. Universitas Pembangunan Panca Budi.

5. Arlinda, Herin., Makaryanawati., Mutia, Ferby .(2020). Pengaruh


Sosialisasi Perpajakan terhadap Penerimaan Pajak dengan Kepatuhan
Wajib Pajak sebagai Variabel Intervening. Riset dan Jurnal Akuntansi.
Universitas Negeri Malang.

6. Suhendra, Euphrasia Susy .(2010). Pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak


terhadap penerimaan pajak penghasilan badan. Universitas Gunadarma.

7. Yusuf Kastolani, O. J., & Ardiyanto, M. D. (2017). Pengaruh Tingkat


Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan. Diponegoro Journal of Accounting.

8. Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM


SPSS 23 (VIII). Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai