PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Ada beberapa sumber penerimaan negara, dan tentunya ada pula langkah yang
salah satunya adalah pajak yang adalah salah satu sumber penerimaan negara
masyarakat. Dalam hal pemungutan dan pemotongan pajak bersifat memaksa, yang
artinya bagi setiap wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban pajaknya maka
akan dikenakan sanksi. (Latief et al., 2020) Pemerintah sangat tegas karena
menghindari perpajakan dengan berbagai alasan, oleh karena itu fiskus berperan
untuk memberi pengetahuan bagi wajib pajak untuk mengurangi angka wajib pajak
seringkali memberi fasilitas berupa insentif pajak bagi wajib pajak. Dengan adanya
insentif pajak, wajib pajak akan termotivasi untuk membayar pajak. Insentif pajak
yang diberikan oleh pemerintah akan dimanfaatkan dengan baik oleh wajib pajak
KPP Pratama seringkali mengadakan sosialisasi atau kelas pajak bagi Wajib Pajak
insentif pajak. Dari sosialisasi yang diadakan tersebut, maka akan ada kepatuhan
perpajakan bagi wajib pajak sehingga akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak
yang berpengaruh pada penerimaan pajaknya. Menurut Rahayu dalam Ristra Putri
infrastruktur yang tidak merata, dan banyaknya kasus korupsi yang dilakukan
pejabat tinggi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
penerimaan pajak di KPP Pratama Samarinda Ilir. Secara khusus tujuan penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
penerimaan pajak.
3. Manfaat kebijakan
Bagi Kementerian Keuangan dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP), penelitian
LANDASAN TEORI
kontrak antara satu orang atau lebih (prinsipal) yang memerintahkan orang lain
(agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi wewenang
Dalam penelitian ini, maka agen adalah KPP Pratama yang melayani wajib
pajak secara langsung dan prinsipal adalah Kementerian Keuangan yang membuat
mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Dalam teori
keagenan, hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (prinsipal)
memperkerjakan orang lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian
masalah yang ada dalam hubungan keagenan yang dalam hal ini adalah
Kementerian Keuangan sebagai prinsipal dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan
KPP Pratama Samarinda Ilir sebagai agen. Agen harus tetap diawasi karena
Setidaknya terdapat dua tujuan dan manfaat dari mekanisme teori agensi, antara
lain :
1. Mengevaluasi hasil dari kontrak kerja antara prinsipal dan agen. Apakah
kontrak sama telah berjalan dengan apa yang telah disepakati atau tidak.
pajak.
1976).
maka pemungutan/dan atau pemotongan pajak bersifat memaksa, bagi wajib pajak
penelitian ini pada KPP Pratama Samarinda Ilir. Penerimaan pajak diukur dari
besarnya jumlah SPT wajib pajak yang dilaporkan. Menurut Sari dalam Hairul
Anam (2018), Penerimaan pajak adalah penghasilan yang diperoleh pemerintah
yang bersumber dari pajak rakyat. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi
negara dari dalam negeri yang paling utama selain dari minyak dan gas bumi untuk
mendanai APBN. Jika dilihat dari sisi ekonomi, penerimaan dari sektor pajak
dapat membiayai sarana dan prasarana publik diseluruh sektor kehidupan, seperti
sosial dan berbagai fasilitas lainnya yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
pembangunan.
negara dari sektor pajak tanpa memberatsebelahkan berbagai lapisan wajib pajak.
sumber penerimaan yang terbesar, tetapi dalam pajak ada potensial untuk
dinamis. Masukan dari para stakeholder menjadi satu di antara dasar pertimbangan
dan sikap masyarakat agar terdorong untuk paham, sadar, peduli, dan berkontribusi
pajak. Sosialisasi perpajakan atau kelas pajak biasa dilakukan oleh KPP Pratama
Menurut Olivia dan Moh. Didik (2017), Kepatuhan Wajib Pajak merupakan
Penerimaan pajak penghasilan dapat berjalan dengan baik apabila setiap wajib
pajak berlaku patuh dalam menjalankan kewajibannya membayar pajak.
wewenang kepada diri wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan
pajak, semakin banyak wajib pajak yang melaporkan SPT maka semakin banyak
pula pajak yang akan disetor ke pemerintah pusat untuk dialokasikan bagi
Kanada, kepatuhan pajak pada umumnya mengacu pada kemampuan dan kemauan
dengan benar, serta membayar pajak secara benar dan tepat waktu. Di Indonesia,
kita mengenal ada 2 (dua) jenis bentuk kepatuhan, yang pertama kepatuhan formal
atau administratif, yang mencakup sejauh mana wajib pajak patuh terhadap
kepatuhan material, yaitu kepatuhan yang mengacu pada isi peraturan dan
perundang-undangan perpajakan.
2.6 Penelitian Terdahulu
yang pernah dilakukan sebelumnya yang diambil oleh peneliti dan mempunyai
hubungan dengan penelitian yang dilakukan oeh peneliti seperti adanya kesamaan
Tabel 2.1
dengan pembangunan yang dibiayai oleh sektor perpajakan. Oleh karena itu
namun angka wajib pajak yang memanfaatkan insentif pajak tidak sebesar wajib
pajak yang terdaftar, dengan hal itu maka KPP Pratama seringkali melaksanakan
sosialisasi atau kelas pajak bagi wajib pajak terdaftar di kantor wilayahnya untuk
Konflik agensi terjadi antara pihak pemerintah pusat dan KPP Pratama yang
Teori Kegaenan
Wajib Pajak
Penerimaan Pajak
2.8 Pengembangan Hipotesis
hubungan keagenan antara pihak pemilik dan agen, yang dalam penelitian ini
dianggap sebagai suatu kontrak di mana satu atau lebih pemilik menunjuk orang
Muh. Heru Akhmadi (2019), sehingga hipotesis yang diajukan sebagai berikut :
menjelaskan hubungan antara pihak pemilik dan agen (Jensen dan Meckling,
tersebut.
diperkuat okeh penelitian yang dilakukan oleh Marisa Herryanto & Agus
penerimaan pajak melalui kepatuhan wajib pajak. Pada penelitian lainnya oleh
Ayu Kurnia Sari, Hendra Saputra, dan Ulpa Ramadhani (2018) dengan hasil
Penerimaan Pajak.
pajak yang dilayani oleh fiskus di KPP Pratama seringkali tidak mematuhi
aturan dan kebijakan dari pemerintah pusat, bahkan tidak sedikit wajib pajak
yang dikenai sanksi. Dari hal itu sehingga akan berdampak langsung pada
penerimaan pajak.
penelitian terdahulu oleh Olivia Jessica Yusuf Kastolani & Moh. Didik
METODE PENELITIAN
“Penerimaan yang bersumber dari angsuran pajak dalam tahun berjalan yang
Penerimaan pajak penghasilan dapat diukur dari SPT dan dilaporkan oleh
Insentif pajak adalah salah satu fasilitas bagi wajib pajak, sebagai
Indonesia tetap stabil, maka dari itu seringkali insentif diberikan pada suatu
itu.
Insentif pajak dapat diukur dengan jumlah wajib pajak yang
kesadaran wajib pajak dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak baik wajib
pembiayaan negara.
Kepatuhan wajib pajak dapat diukur dengan jumlah wajib pajak yang
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi
yang terdaftar di KPP Pratama Samarinda Ilir pada periode tahun 2019-2020.
yang telah ditentukan. Kriteria yang harus dimiliki sampel adalah sebagai
berikut :
a. Wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Samarinda Ilir pada periode
2019-2020.
b. Wajib pajak yang tidak dikenai sanksi selama tahun 2019- waktu penelitian
berlangsung.
c. Wajib pajak yang tetap waktu melaporkan SPT masa selama tahun 2019-
2020.
e. Wajib pajak orang pribadi yang memanfaatkan insentif pajak pada masa
2019-masa pandemi.
Tabel 3.1 Pemilihan Sampel
2020.
Periode Penelitian -
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunderdan data primer. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara
tidak langsung melalui media perantara, baik yang dipublikasikan maupun yang
tidak dipublikasikan. Data primer adalah kebalikan dari data sekunder, data
primer dilakukan secara langsung. Data sekunder diperoleh dari laporan SPT
pada laman resmi KPP Pratama, dan data primer akan diperoleh dari pembagian
adalah metode kuesioner dan dokumenter dari laman resmi KPP Pratama, serta
dari berbagai buku dan jurnal atau sumber lainnya yang berhubungan dengan
penerimaan pajak.
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi,
ketepatan dalam estimasi, tidak bias, dan konsisten. Asumsi klasik yang
sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
apakah residual berdistribusi normal atau tidak ada tiga, yaitu pendekatan
multikolinearitas jika nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF <
10 (Ghozali, 2016).
c. Uji Heteroskedastisitas
sebagai berikut :
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titiknya menyebar di atas dan
masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis)
(Ghozali, 2016).
1. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil < dari 0,05 maka terdapat
gejala autokorelasi.
2. Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar > dari 0,05 maka tidak
Keterangan :
α : Konstanta
β1 β2 β3 : Koefisien Regresi
X1 : Pemanfaatan Insentif
determinasi adalah antara nol dan satu. Semakin kecil nilai R2 maka
sebagai berikut :
1. Ha ditolak, yaitu apabila nilai signifikan t > 0,05 atau bila nilai
2. Ha diterima, yaitu apabila nilai signifikan t < 0,05 atau bila nilai
signifikansi kurang dari atau sama dengan nilai α 0,05 berarti variabel
dependen.
variabel dependen.
4. Bila nilai signifikan t > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak terdapat
4. Sari, Ayu Kurnia., Saputra, Hendra., Ramadhani, Ulpa., .(2018). The Effect
Of Socialization, Tax Examination And Tax Collection On Pph at KPP
Pratama Medan Petisah. Universitas Pembangunan Panca Budi.