PENGUNGKAPAN SUKARELA.
Pendahuluan
hingga 30 Juni 2022, program ini membuka kesempatan bagi wajib pajak
dan membayar pajak terutang dengan tarif rendah. PPS menawarkan dua
skema: Skema I dengan tarif PPh Final 11% dan Skema II dengan tarif PPh
Final 26%. Tarif ini jauh lebih rendah dibandingkan tarif pajak penghasilan
(PPh) biasa yang dapat mencapai 30%. Selain itu, PPS juga memberikan
beberapa manfaat lain, seperti bebas sanksi administrasi dan bebas pajak
penghasilan final atas revaluasi aset. Diharapkan dengan adanya PPS, wajib
PPS telah berakhir, program ini patut diapresiasi sebagai langkah inovatif
(Kusuma, 2021)
memberikan manfaat bagi wajib pajak yang patuh dan sanksi bagi wajib
pajak yang tidak patuh. Asas kebaikan dan keadilan merupakan prinsip
nilai-nilai moral dan etika. Dalam konteks PPS, asas ini diwujudkan
dengan memberikan tarif pajak yang lebih rendah bagi wajib pajak yang
dikenakan kepada wajib pajak yang tidak patuh. Selain itu, PPS juga
memberikan efek jera bagi wajib pajak yang tidak patuh. (Marbun, 2018).
Dasar Hukum:
Perpajakan (UU HPP), khususnya Pasal 30A hingga Pasal 30H. Ketentuan-
pelaksanaan PPS, mulai dari definisi, subjek dan objek, tata cara, tarif pajak,
hingga sanksi bagi wajib pajak yang tidak patuh. Pasal 30A UU HPP
dan membayar pajak terutang dengan tarif yang lebih rendah. Subjek PPS
adalah wajib pajak orang pribadi, badan, dan perwakilan usaha tetap yang
memiliki harta yang belum dilaporkan pada periode 1 Januari 1985 hingga
31 Desember 2021. Objek PPS meliputi harta yang belum dilaporkan, baik
di dalam negeri maupun di luar negeri, termasuk harta yang diperoleh dari
hasil usaha, investasi, warisan, hibah, dan penemuan. Tata cara pelaksanaan
PPS diatur secara detail dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
dipilih oleh wajib pajak. Skema I menawarkan tarif PPh Final 11% untuk
harta yang diperoleh sebelum 1 Januari 2016 dan tarif PPh Final 26% untuk
PPh Final 6% untuk harta yang diperoleh sebelum 1 Januari 2016 dan tarif
PPh Final 12% untuk harta yang diperoleh setelah 1 Januari 2016. Wajib
berupa denda dan sanksi pidana berupa pidana penjara dan denda. Sanksi
ini diharapkan dapat memberikan efek jera bagi wajib pajak yang tidak
Analisis Kritikus:
1. Potensi Ketidakadilan
keuntungan bagi wajib pajak yang tidak patuh, sedangkan wajib pajak
yang patuh agar tercipta rasa keadilan yang lebih merata. (Prasetyo,
2022).
2. Kompleksitas Prosedur
Prosedur PPS dinilai masih rumit dan kurang dipahami oleh wajib
dapat dilihat dari rendahnya angka partisipasi wajib pajak dalam PPS.
negosiasi antara wajib pajak dan petugas pajak, dan terdapat potensi
penyalahgunaan wewenang oleh petugas pajak untuk mendapatkan
Referensi:
315-332.