Disusun Oleh:
NIM: 431423049
2024
i
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan kami
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dengan adanya
penyusunan makalah seperti ini, pembaca dapat belajar dengan baik dan benar mengenai
otoritarianisme.
Tentunya penulis juga menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan pada makalah ini. Hal ini Karena keterbatasan kemampuan dari penulis.
Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................................................18
3.2 Saran....................................................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
dalam konteks demokrasi dan otoritarianisme. Sejak kemerdekaannya pada tahun 1945,
Indonesia telah melalui berbagai periode politik yang mencerminkan spektrum luas dari
oleh pelanggaran hak asasi manusia dan kekurangan dalam pemberdayaan masyarakat.
transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi publik yang lebih besar, meskipun dengan
sering kali dihubungkan dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat tetapi tidak
partisipasi yang lebih luas, meskipun kadang-kadang rentan terhadap gridlock politik dan
ketidakstabilan.
Dalam konteks ini, analisis kritis terhadap gaya kepemimpinan Indonesia menjadi
krusial untuk memahami dinamika politik dan perkembangan nasional di masa depan.
1
sistem, kita dapat merumuskan rekomendasi kebijakan yang mempromosikan
keseimbangan antara stabilitas politik dan partisipasi publik yang berkelanjutan, serta
memperkuat institusi yang inklusif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat secara
menyeluruh.
2. Apa dampak dari kedua gaya kepemimpinan terhadap penegakan hak asasi
3. Bagaimana sistem politik dan partai politik di Indonesia berevolusi dalam konteks
5. Apa implikasi dari analisis kritis ini terhadap pembangunan institusi yang inklusif
dan responsif di Indonesia untuk masa depan yang lebih demokratis dan stabil?
Tujuan makalah ini adalah untuk melakukan analisis kritis terhadap gaya
2
BAB II
PEMBAHASAN
masyarakat. Di bawah kepemimpinan otoriter, seperti pada era Orde Baru di bawah
Soeharto, Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi yang signifikan dengan fokus pada
kuat, seperti Pembangunan Lima Tahunan, mendorong pertumbuhan sektor industri dan
pertanian, serta investasi asing yang besar. Namun, keberhasilan ini seringkali diwarnai
oleh ketidaksetaraan yang meningkat, dengan sebagian besar manfaat ekonomi dinikmati
masyarakat lebih banyak terlibat dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Hal ini
dapat menghasilkan kebijakan yang lebih berorientasi pada pemerataan ekonomi dan
dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) menjadi bukti dari upaya
pembangunan ekonomi. Proses pengambilan keputusan yang lebih terbuka dan responsif
lamban atau tidak konsisten. Selain itu, politisasi kebijakan ekonomi dan adopsi
jangka panjang. Ini tercermin dalam fluktuasi ekonomi dan kebijakan yang sering terjadi
3
Selain itu, penting untuk melihat dampak kedua gaya kepemimpinan ini terhadap
sektor-sektor yang terkait dengan sumber daya alam dan industri berat sering mendapat
prioritas, sementara sektor informal dan industri kecil dan menengah mungkin kurang
kreatif dan teknologi informasi, yang dapat memberikan peluang ekonomi yang lebih
sering kali diiringi oleh ketidaksetaraan yang meningkat dan kurangnya inklusivitas. Di
sisi lain, pendekatan demokratis dapat memberikan peluang untuk pemerataan ekonomi
dan pengembangan sektor-sektor yang lebih beragam, meskipun sering kali dihadapkan
panjang Indonesia.
Dampak dari kedua gaya kepemimpinan, baik otoriter maupun demokratis, terhadap
penegakan hak asasi manusia (HAM) dan kebebasan sipil di Indonesia memiliki implikasi
yang signifikan terhadap perkembangan politik, sosial, dan kemanusiaan di negara ini. Di
bawah kepemimpinan otoriter, seperti pada era Orde Baru di bawah Soeharto, penegakan
HAM dan kebebasan sipil sering kali ditekan demi menjaga stabilitas politik dan
minoritas.
4
Pada sisi lain, kepemimpinan demokratis, terutama selama era reformasi pasca-1998,
menciptakan ruang yang lebih besar bagi perlindungan HAM dan kebebasan sipil di
Indonesia. Proses demokratisasi membuka jalan bagi lebih banyak partisipasi politik,
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) memiliki peran yang lebih aktif
untuk perbaikan.
penegakan HAM dan kebebasan sipil tetap ada. Periode transisi politik yang tidak stabil
dan adanya kepentingan politik yang bertentangan sering menghambat proses reformasi.
Selain itu, masih terdapat praktik-praktik yang menghambat perlindungan HAM, seperti
Dalam konteks ini, penting untuk mengidentifikasi dampak spesifik dari kedua gaya
kepemimpinan terhadap aspek-aspek tertentu dari HAM dan kebebasan sipil. Di bawah
masalah serius, dengan penggunaan kekuatan negara untuk membungkam kritik politik
berkumpul dan berorganisasi juga sering dibatasi, dengan pembubaran demonstrasi dan
yang lebih terbuka untuk dialog politik dan ekspresi masyarakat. Namun, meskipun ada
peningkatan kebebasan berekspresi dan akses terhadap informasi, tetap ada tantangan
dalam menjamin keadilan dan perlindungan hukum bagi individu yang menjadi korban
pelanggaran HAM. Perluasan ruang untuk partisipasi politik juga dapat mengakibatkan
konflik antara kepentingan politik yang berbeda, yang dapat mengarah pada pelanggaran
5
Dampak dari kedua gaya kepemimpinan terhadap penegakan HAM dan kebebasan
sipil di Indonesia mencerminkan trade-off antara stabilitas politik dan kebebasan individu.
meredam kritik dan oposisi politik, namun sering kali dengan biaya penindasan terhadap
HAM. Di sisi lain, kepemimpinan demokratis memberikan ruang yang lebih besar bagi
partisipasi politik dan perlindungan HAM, namun sering kali menghadapi tantangan
dalam menjamin keadilan dan akuntabilitas. Oleh karena itu, tantangan utama bagi
Indonesia adalah membangun sistem politik yang demokratis, transparan, dan responsif
yang dapat menjamin perlindungan HAM dan kebebasan sipil bagi semua warga negara.
Sistem politik dan partai politik di Indonesia telah mengalami evolusi yang signifikan
pada tahun 1945 hingga era reformasi pasca-1998, Indonesia mengalami periode-periode
politik yang mencerminkan spektrum luas dari kedua sistem tersebut. Selama era otoriter,
seperti pada masa Orde Baru di bawah Soeharto, sistem politik Indonesia didominasi oleh
satu partai politik, yaitu Partai Golongan Karya (Golkar), yang memainkan peran sentral
dalam menjaga stabilitas politik dan kekuasaan pemerintah. Sistem politik ini ditandai
dalam sistem politik dan partai politik Indonesia. Proses reformasi politik menghasilkan
politik dan kebebasan berpendapat. Partai-partai politik baru pun bermunculan dan
bersaing dalam peta politik yang semakin pluralistik. Dalam Pemilu 1999, terjadi
terbukanya ruang yang lebih besar bagi partisipasi politik, dengan munculnya partai-
partai baru seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Amanat
6
Namun, evolusi sistem politik dan partai politik di Indonesia tidaklah linier.
Meskipun reformasi politik membawa harapan baru akan demokrasi, tetapi tantangan
dan rintangan tetap ada dalam perjalanan demokratisasi Indonesia. Salah satu tantangan
utama adalah persistensi oligarki politik dan kecenderungan korupsi di kalangan elit
politik. Meskipun partai-partai politik telah menjadi instrumen bagi aspirasi demokratis,
namun seringkali mereka juga terperangkap dalam praktik politik yang oportunistik dan
mengabaikan kepentingan rakyat. Selain itu, adanya pengaruh kuat dari kepentingan
ekonomi dan militer dalam politik juga menjadi hambatan bagi konsolidasi demokrasi.
Dalam konteks ini, evolusi sistem politik dan partai politik di Indonesia
demokratisasi, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memperkuat
institusi demokratis, memperbaiki praktik politik yang transparan dan akuntabel, serta
memastikan partisipasi politik yang lebih inklusif bagi semua warga negara. Oleh karena
itu, tantangan utama bagi sistem politik Indonesia adalah untuk terus bergerak maju
dalam arah demokratisasi yang sejati, di mana kekuasaan politik berada di tangan rakyat,
kebebasan sipil dan HAM dijamin, serta partai politik bekerja untuk mewujudkan
bervariasi tergantung pada konteks sosial, politik, dan ekonomi yang ada. Di bawah
kepemimpinan otoriter, seperti pada era Orde Baru di bawah Soeharto, masyarakat sering
merespons dengan kombinasi ketakutan dan kepatuhan yang ditimbulkan oleh kontrol
politik, serta pengendalian media massa, sering kali membuat masyarakat merasa terbatas
dalam menyuarakan pendapat mereka. Namun, ada juga segmen masyarakat yang merasa
nyaman dengan stabilitas politik dan keamanan yang dibawa oleh rezim otoriter,
7
Di sisi lain, respons masyarakat terhadap gaya kepemimpinan demokratis cenderung
kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses politik yang lebih terbuka dan inklusif.
Mereka mungkin melihat demokrasi sebagai jalan untuk menyuarakan kepentingan dan
aspirasi mereka, serta memperjuangkan keadilan sosial dan politik. Namun, ada juga
segmen masyarakat yang mungkin merasa cemas terhadap ketidakpastian politik yang
mungkin terjadi dalam sistem demokratis. Mereka mungkin khawatir akan polarisasi
politik, konflik antarkepentingan, dan ketidakstabilan ekonomi yang bisa terjadi selama
politik sering kali lebih bersandar pada kontrol dan represi yang diberlakukan oleh
dengan prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia. Dengan demikian, legitimasi
politik dalam konteks ini sering kali bersifat oportunistik dan tidak didasarkan pada
bergantung pada partisipasi dan dukungan langsung dari masyarakat. Pemerintah yang
dipilih secara demokratis mendapatkan legitimasi mereka dari proses pemilihan umum
yang bebas dan adil, serta dari kemampuan mereka untuk memenuhi janji-janji
terhadap kinerja pemerintah, serta partisipasi aktif dalam proses politik, dapat
Namun, penting untuk dicatat bahwa respons masyarakat terhadap kedua gaya
kepemimpinan ini tidaklah statis, dan dapat berubah seiring waktu. Faktor-faktor
eksternal seperti perubahan sosial, ekonomi, dan politik, serta kinerja pemerintah, juga
8
penting bagi pemerintah untuk tetap berkomunikasi dengan masyarakat, mendengarkan
dan responsif di Indonesia untuk masa depan yang lebih demokratis dan stabil
partisipasi politik menjadi salah satu aspek kunci yang harus ditekankan,
Perlindungan hak asasi manusia menjadi pondasi moral bagi setiap sistem
9
independen dan bebas dari pengaruh politik, sehingga dapat menjamin
membangun fondasi yang kokoh bagi sistem politik yang demokratis dan
lebih terlibat dalam proses politik dan lebih percaya terhadap sistem politik
mereka. Oleh karena itu, pembangunan institusi yang kuat dan inklusif
adalah langkah kunci menuju masa depan yang lebih demokratis dan stabil
bagi Indonesia.
besar bagi masyarakat sipil dalam proses politik sebuah negara. Ruang yang
10
atau isu-isu publik tanpa takut akan represi atau pembalasan. Hal ini
terhadap rakyat.
berpartisipasi dalam proses politik. Hal ini tidak hanya penting untuk
menjaga demokrasi yang sehat dan dinamis, tetapi juga untuk menciptakan
lingkungan yang lebih responsif dan merata bagi semua warga negara.
11
mencerminkan kepentingan dan aspirasi sebanyak mungkin dari
mekanisme pengawasan yang kuat. Audit independen adalah salah satu alat
digunakan secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
keputusan.
12
Dengan meningkatkan akuntabilitas dan transparansi, institusi
depan.
13
yang merata bagi semua individu, tanpa memandang status sosial atau
kekayaan mereka.
Selain itu, akses yang lebih luas terhadap sistem hukum perlu
dipastikan bagi semua lapisan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan
membangun fondasi yang kokoh bagi keadilan yang merata. Ini tidak
Oleh karena itu, penguatan sistem hukum dan keadilan harus menjadi
14
sumber daya dengan efisien dan merencanakan serta melaksanakan
15
pelatihan dan pengembangan pegawai pemerintah, peningkatan
terhadap pemerintah.
6. Pemberdayaan Masyarakat
kepemilikan yang lebih besar terhadap keputusan yang diambil. Selain itu,
16
pemerintah, institusi dapat menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan dan
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
bahwa perjalanan menuju masa depan yang lebih demokratis, inklusif, dan stabil
perlindungan hak asasi manusia, dan keadilan sosial bagi semua warga negara
Indonesia.
3.2 Saran
Indonesia, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk bekerja sama dalam
pengambilan keputusan, serta memperkuat sistem hukum dan keadilan. Selain itu,
kunci dalam memastikan bahwa semua warga negara memiliki akses yang sama
masyarakat sipil, dan sektor swasta juga perlu ditingkatkan untuk menciptakan
18
DAFTAR PUSTAKA
Tantangan dan Peluang bagi Indonesia." Jurnal Kebijakan Publik, vol. 8, no. 1,
hal. 67-85.
Setiawan, Ahmad. (2019). "Evolusi Sistem Politik dan Partai Politik di Indonesia
19