Anda di halaman 1dari 8

Essay

Mengkaji tokoh filsafat

Anaximenes dan Phytagoras dan analisis pendapat serta eksperimennya

Nama: Nurul Afifa H. Suangita

Nim: 411423078

Dosen pengampuh : Bertu Rianto Takaendengan S. Pd, M. Pd

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Filsafat Ilmu

A. Perjalanan Filosofis Anaximenes dan Phytagoras

Anaximenes adalah seorang filsuf Yunani Presokratik yang hidup

sekitar abad ke-6 SM. Dia berasal dari kota Miletus di Anatolia, yang

merupakan pusat kegiatan intelektual pada masa itu. Anaximenes adalah

murid dari Anaximander, seorang tokoh penting dalam pemikiran filsafat

barat. Salah satu kontribusi terbesar Anaximenes adalah teorinya tentang

arche, atau prinsip dasar alam semesta. Menurutnya, arche adalah udara tak

terbatas yang memiliki kemampuan untuk mengalami transformasi

menjadi berbagai bentuk materi lainnya. Pandangan ini kontras dengan

pendahulunya yang memandang air atau tanah sebagai arche. Anaximenes

juga dikenal dengan konsepnya tentang "pneuma," yang merupakan bentuk

terkondensasi dari udara yang diyakini sebagai prinsip vital yang ada dalam

diri manusia dan alam semesta.

Pythagoras, di sisi lain, adalah seorang filsuf, matematikawan, dan

pemimpin agama yang hidup sekitar abad ke-6 hingga ke-5 SM. Ia berasal

dari Pulau Samos, tetapi kemudian mendirikan sekolah filsafat di kota

Croton, di selatan Italia, yang dikenal sebagai Sekolah Pythagorean.

Pythagoras terkenal karena teorema yang dinamai menurut namanya,

namun warisan intelektualnya jauh lebih luas daripada itu. Sekolah

1
Pythagorean menggabungkan aspek-aspek filsafat, matematika, agama, dan

etika dalam ajarannya. Mereka percaya dalam konsep-konsep seperti

transmigrasi jiwa, di mana jiwa manusia dapat bereinkarnasi ke dalam

bentuk lain setelah kematian. Ajaran Pythagoras juga menekankan

pentingnya harmoni dan proporsi dalam alam semesta, yang tercermin

dalam bidang matematika, musik, dan kosmologi. Meskipun beberapa

ajaran Pythagoras masih diperdebatkan keasliannya, pengaruhnya

terhadap perkembangan filsafat, matematika, dan pemikiran barat secara

umum sangat signifikan.

B. Konsep Utama Anaximenes dan Phytagoras

Salah satu pandangan filosofis terkenal dari Anaximenes adalah

teorinya tentang arche, atau prinsip dasar alam semesta. Anaximenes

percaya bahwa arche, atau elemen dasar yang membentuk segala sesuatu,

adalah udara. Namun, pendekatannya berbeda dari pendahulunya Thales

dan Anaximander. Dia menganggap udara sebagai substansi primer yang

tak terbatas dan abadi yang dapat mengalami transformasi menjadi bentuk

materi lainnya. Menurutnya, perubahan dalam alam semesta terjadi

melalui proses kondensasi dan penipisan udara. Ketika udara menebal, ia

menjadi air; ketika semakin menebal, ia menjadi tanah atau batu.

Sebaliknya, ketika udara menjadi semakin tipis, ia berubah menjadi api.

Pandangan ini menekankan konsep bahwa segala sesuatu dalam alam

semesta, termasuk manusia, berasal dari substansi yang sama, yaitu udara.

Selain itu, Anaximenes juga memperkenalkan konsep "pneuma," atau

semacam napas vital, yang diyakini sebagai prinsip kehidupan yang ada

dalam diri manusia dan alam semesta secara keseluruhan. Ini menunjukkan

pemikirannya tentang koneksi yang erat antara alam fisik dan kehidupan.

2
Di sisi lain, Pythagoras terkenal karena kontribusinya dalam bidang

matematika, terutama Teorema Pythagoras yang membahas hubungan

antara panjang sisi dalam segitiga siku-siku. Namun, pandangan

filosofisnya juga melampaui wilayah matematika. Salah satu konsep utama

yang diajukan oleh Pythagoras adalah teori tentang angka dan harmoni

dalam alam semesta. Bagi Pythagoras, angka memiliki makna yang lebih

dalam daripada sekadar representasi kuantitas. Mereka adalah prinsip-

prinsip yang mendasari struktur alam semesta dan memberikan pola yang

teratur dalam keberadaan kita. Dia mengajarkan bahwa segala sesuatu

dalam alam semesta dapat dijelaskan dengan angka dan proporsi, dan

bahwa melalui pemahaman ini, manusia dapat mengungkap rahasia alam

semesta. Selain itu, Pythagoras juga menekankan pentingnya harmoni, baik

dalam musik maupun dalam kehidupan manusia. Baginya, hubungan

harmonis antara angka membentuk pola yang indah dan estetis yang

mengatur alam semesta. Konsep harmoni ini juga diterapkan dalam etika,

di mana kehidupan yang harmonis dan seimbang dianggap sebagai tujuan

utama.

Kedua tokoh, Anaximenes dan Pythagoras, memperkenalkan

pandangan yang radikal terhadap alam semesta, menandai awal dari

pemikiran rasional dan ilmiah dalam sejarah filsafat barat. Dalam usaha

mereka untuk menjelaskan fenomena alam dan keberadaan manusia,

mereka menolak pendekatan mitologis tradisional dan beralih kepada

pengamatan rasional serta penalaran. Anaximenes mengeksplorasi konsep

arche melalui pengamatan alam, sementara Pythagoras menekankan peran

matematika dalam memahami struktur alam semesta. Pendekatan mereka

memperkuat pemikiran rasional dan empiris, membuka jalan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat yang lebih maju. Meskipun

3
konsep-konsep yang mereka ajukan mungkin tampak sederhana atau kuno

bagi standar modern, mereka memberikan landasan penting bagi

perkembangan pemikiran filosofis, ilmiah, dan matematis yang lebih lanjut.

Keduanya memberikan kontribusi yang tak ternilai bagi pembentukan

fondasi bagi perkembangan pemikiran filsafat dan ilmiah, yang akan terus

menginspirasi para pemikir dan peneliti selama berabad-abad ke depan.

C. Eksperimen Mental Anaximenes dan Phytagoras

Anaximenes, sebagai seorang filsuf Presokratik, tidak terkenal dengan

eksperimen fisik dalam arti modern. Namun, dia menggunakan eksperimen

mental atau eksperimen pemikiran untuk mengembangkan teorinya

tentang arche, atau prinsip dasar alam semesta. Salah satu eksperimen

mental yang bisa diatribusikan kepadanya adalah konsepsi tentang

perubahan materi melalui kondensasi dan penipisan udara. Dalam

eksperimen pemikiran ini, Anaximenes mengajukan pertanyaan tentang

sifat fundamental udara dan bagaimana itu dapat berubah menjadi materi

lain seperti air, tanah, dan api. Dengan membayangkan berbagai kondisi

dan manipulasi udara dalam pikirannya, dia mencoba untuk menyelidiki

kemungkinan transformasi substansi tersebut. Tujuan dari eksperimen

mental ini adalah untuk mencari pemahaman yang lebih dalam tentang

struktur dan sifat dasar alam semesta. Implikasi dari eksperimen ini adalah

pengembangan teori baru tentang arche yang membuka jalan bagi

pemikiran ilmiah yang lebih maju. Dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan kritis tentang sifat alam semesta dan berani menjelajahi

kemungkinan jawaban, Anaximenes memberikan kontribusi yang

berharga terhadap perkembangan filsafat alam semesta.

Pythagoras, di sisi lain, terkenal dengan eksperimen mentalnya dalam

4
bidang matematika dan filsafat. Salah satu eksperimen pemikiran paling

terkenal yang dikaitkan dengannya adalah konsepsi tentang angka dan

harmoni dalam alam semesta. Pythagoras percaya bahwa angka memiliki

makna yang mendalam dan prinsip-prinsip yang mengatur alam semesta.

Melalui eksperimen mental, ia menyelidiki hubungan antara angka,

proporsi, dan pola dalam alam semesta, serta bagaimana hal itu

menciptakan harmoni yang indah dan teratur. Tujuan eksperimen ini

adalah untuk mencari pola dan struktur yang mendasari keberadaan alam

semesta, dan untuk memahami peran angka dalam mengatur fenomena

alam dan kehidupan manusia. Implikasi dari eksperimen ini adalah

pengembangan matematika dan kosmologi yang lebih maju, serta

pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan antara matematika,

musik, dan keberadaan manusia. Melalui eksperimen mental seperti ini,

Pythagoras membuka jalan bagi pemikiran matematika dan filosofis yang

lebih kompleks, yang akan mempengaruhi perkembangan ilmiah dan

filosofis selanjutnya.

Meskipun Anaximenes dan Pythagoras menggunakan pendekatan

yang berbeda dalam eksperimen mental mereka, keduanya memiliki tujuan

yang sama untuk mengeksplorasi fenomena alam dan keberadaan manusia

dengan cara yang inovatif. Dengan mengajukan pertanyaan kritis, berpikir

secara analitis, dan menggunakan imajinasi mereka, kedua tokoh ini

membentuk fondasi penting bagi pemikiran filosofis, ilmiah, dan matematis

yang akan datang. Eksperimen mental mereka membawa implikasi

signifikan dalam pemikiran manusia tentang alam semesta, matematika,

dan eksistensi manusia. Dengan deduksi, spekulasi, dan imajinasi kreatif,

Anaximenes dan Pythagoras memberikan kontribusi penting terhadap

evolusi pemikiran manusia, memperluas batas pengetahuan tentang alam

5
semesta, dan menggali tempat manusia di dalamnya. Melalui upaya mereka,

mereka tidak hanya membuka jalan bagi perkembangan ilmu pengetahuan

dan filsafat, tetapi juga menginspirasi generasi-generasi berikutnya untuk

terus mengeksplorasi misteri alam semesta dan keberadaan manusia.

D. Perbandingan Eksperimen pemikiran Anaximenes dan Phytagoras

Anaximenes dan Pythagoras, dua tokoh penting dalam sejarah filsafat

kuno, memiliki pendapat dan eksperimen yang unik, namun seringkali

saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain. Persamaan utama

antara keduanya adalah kedua tokoh ini berusaha menjelaskan alam

semesta melalui pendekatan rasional dan penalaran, bukan dengan

mengandalkan mitos atau keyakinan religius. Keduanya juga

menggunakan eksperimen mental atau eksperimen pemikiran untuk

mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang alam semesta. Meskipun

metode mereka berbeda, keduanya berusaha mencari prinsip dasar yang

mengatur alam semesta, dengan Anaximenes mengeksplorasi arche melalui

teori udara, sedangkan Pythagoras fokus pada konsep angka dan harmoni.

Perbedaan signifikan antara Anaximenes dan Pythagoras terletak pada

fokus dan pendekatan filosofis mereka. Anaximenes lebih menekankan

pada alam fisik dan substansi material, dengan mengeksplorasi bagaimana

materi dapat berubah melalui proses kondensasi dan penipisan udara.

Pendekatannya lebih empiris, karena dia berusaha untuk menjelaskan

fenomena alam secara alamiah melalui pengamatan dan penalaran tentang

materi. Sebaliknya, Pythagoras lebih tertarik pada matematika dan

metafisika, dengan mengeksplorasi hubungan antara angka, proporsi, dan

pola dalam alam semesta. Pendekatannya lebih abstrak, karena ia meyakini

bahwa melalui pemahaman angka, manusia dapat mengungkap struktur

6
fundamental alam semesta. Dalam hal eksperimen mental, Pythagoras

cenderung menggunakan eksperimen matematis dan pemikiran geometris

untuk memahami alam semesta, sementara Anaximenes lebih memusatkan

perhatiannya pada eksperimen mental yang mengeksplorasi transformasi

materi. Perbedaan pendekatan ini mencerminkan keragaman dalam

pendekatan filsafat dan ilmiah kuno, memperkaya pemahaman kita

tentang kompleksitas alam semesta dan tempat manusia di dalamnya.

Dampak dari pendapat dan eksperimen keduanya terhadap

perkembangan filsafat sangat signifikan. Kontribusi Anaximenes

membantu membentuk dasar pemikiran ilmiah dan materialistik yang

menjadi cikal bakal bagi pengembangan filsafat Barat. Teorinya tentang

arche dan eksperimen mentalnya menginspirasi filosof-filosof berikutnya

untuk mengeksplorasi alam semesta melalui metode rasional dan empiris.

Sementara itu, Pythagoras, dengan fokusnya pada matematika dan harmoni,

membawa pemikiran filosofis ke arah yang lebih abstrak dan metafisik.

Konsep-konsepnya tentang angka dan hubungannya dengan alam semesta

tidak hanya memengaruhi perkembangan matematika, tetapi juga

memainkan peran penting dalam perkembangan filsafat dan kosmologi.

Selain itu, ajaran-ajaran Pythagoras tentang kehidupan etis dan spiritual,

seperti transmigrasi jiwa, juga memiliki dampak yang signifikan dalam

pemikiran etis dan agama di kemudian hari.

Meskipun Anaximenes dan Pythagoras memiliki pendekatan dan

fokus yang berbeda dalam pemikiran filosofis mereka, keduanya memiliki

dampak yang luas terhadap perkembangan filsafat Barat. Persamaan dalam

penggunaan eksperimen mental untuk mengeksplorasi alam semesta dan

perbedaan dalam pendekatan filosofis mereka memperkaya pemahaman

kita tentang keragaman pemikiran manusia dan kompleksitas alam semesta.

7
Keduanya memberikan kontribusi yang berharga bagi pemikiran manusia

tentang sifat alam semesta, keberadaan manusia, dan tempatnya di

dalamnya, yang masih mempengaruhi pemikiran dan penelitian kita

hingga saat ini.

Referensi:

1. Kirk, G. S., Raven, J. E., & Schofield, M. (1983). The Presocratic

Philosophers: A Critical History with a Selection of Texts (2nd ed.).

Cambridge University Press.

https://www.cambridge.org/9780521274555

2. Guthrie, W. K. C. (1962). A History of Greek Philosophy: Volume 1,

The Earlier Presocratics and the Pythagoreans. Cambridge University

Press. https://www.cambridge.org/9780521044612

3. Taylor, A. E. (2009). A Source Book in Greek Science. Harvard

University Press.

https://www.hup.harvard.edu/catalog.php?isbn=9780674824209

4. Copleston, F. C. (2003). A History of Philosophy, Vol. 1: Greece and

Rome. Image.

https://www.penguinrandomhouse.com/books/178493/a-history-of-

philosophy-volume-1-by-frederick-copleston-s-j/

5. Graham, D. W. (1999). Explaining the Cosmos: The Ionian Tradition

of Scientific Philosophy. Princeton University Press.

https://press.princeton.edu/books/paperback/9780691005133/explai

ning-the-cosmos

Anda mungkin juga menyukai