Anda di halaman 1dari 9

Essay

Mengkaji tokoh filsafat

Thales dan Aristoteles dan analisis pendapat serta eksperimennya

Nama: Sakina Nurhaliva Hulinggi

Nim: 411423077

Dosen pengampuh : Bertu Rianto Takaendengan S. Pd, M. Pd

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Filsafat Ilmu

A. Perjalanan Filosofis Thales dan Aristoteles

1. Thales

Thales (624-546 SM), filsuf Yunani kuno dari Miletus, dikenal sebagai

salah satu dari Tujuh Orang Bijak Yunani dan pelopor filsafat Barat.

Ia terkenal dengan pertanyaan mendasar tentang asal mula alam

semesta, yang dia jawab dengan menyatakan bahwa air adalah

substansi fundamental. Thales juga dikenal karena kontribusinya

pada geometri dan astronomi, termasuk prediksi gerhana matahari.

(Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2020), Thales hidup pada

masa kekacauan politik dan sosial di Yunani, di mana banyak kota-

negara bermunculan dan bersaing satu sama lain. Pada masa ini,

orang Yunani mulai mempertanyakan tradisi dan dogma agama, dan

mencari penjelasan rasional tentang dunia di sekitar mereka. Thales

merupakan salah satu pemikir pertama yang melakukan hal ini, dan

dia dianggap sebagai salah satu pendiri filsafat Barat.

2. Aristoteles

Aristoteles (384-322 SM), seorang filsuf Yunani yang berpengaruh,

adalah murid Plato dan pendiri Lyceum di Athena. Karyanya

meliputi berbagai bidang, seperti logika, metafisika, etika, politik,

1
biologi, dan fisika. Aristoteles memberikan kontribusi penting pada

hampir semua cabang ilmu pengetahuan pada masanya. (Stanford

Encyclopedia of Philosophy, 2021), Aristoteles hidup pada masa

kejayaan Yunani, di mana Athena menjadi pusat budaya dan

intelektual. Pada masa ini, banyak filsuf dan ilmuwan terkemuka

berkumpul di Athena, dan Aristoteles adalah salah satu di antaranya.

Aristoteles banyak belajar dari Plato, tetapi dia juga mengembangkan

pemikirannya sendiri. Karyanya memiliki pengaruh yang besar pada

pemikiran Barat selama berabad-abad.

B. Konsep Utama Thales dan Aristoteles

1. Thales

Sebagai salah satu tokoh utama dalam sejarah filsafat Barat,

Thales dari Miletus memperkenalkan pandangan revolusioner

tentang alam semesta yang memberikan kontribusi besar terhadap

perkembangan pemikiran manusia. Pendapat filosofis yang paling

terkenal dari Thales adalah bahwa air adalah elemen dasar dari segala

sesuatu. Konsep utama yang diajukan oleh Thales adalah monisme,

yaitu keyakinan bahwa segala sesuatu berasal dari satu substansi

tunggal. Baginya, air bukan hanya sebagai zat fisik, tetapi juga sebagai

elemen yang mengandung potensi untuk berubah menjadi segala

sesuatu yang ada di alam semesta. Pandangan ini memperlihatkan

sifat dinamis dan transformatif alam semesta, memandangnya

sebagai entitas yang terus berkembang dan berubah. Thales percaya

bahwa melalui pengamatan dan penalaran rasional, manusia dapat

memahami dasar yang mendasari alam semesta. Pendapatnya

mencetuskan gagasan bahwa alam semesta memiliki dasar yang

2
dapat dipahami secara filosofis, yang merupakan awal mula dari

filsafat alam yang kemudian berkembang dan memengaruhi

pemikiran ilmiah dan filosofis selanjutnya. Dengan demikian, Thales

tidak hanya memberikan landasan bagi filsafat alam Yunani, tetapi

juga memberikan kontribusi penting terhadap perkembangan

pemikiran manusia secara keseluruhan.

2. Aristoteles

Aristoteles, seorang filsuf Yunani klasik, mengenalkan konsep-

konsep yang mengubah wajah filsafat dan ilmu pengetahuan secara

mendalam. Salah satu pendapat filosofisnya yang paling terkenal

adalah teori hilemorfisme, yang menyatakan bahwa segala sesuatu

terdiri dari materi (hyle) dan bentuk (morphe). Konsep utama yang

diajukan oleh Aristoteles melalui teori ini adalah bahwa realitas tidak

hanya terdiri dari materi fisik belaka, tetapi juga memiliki bentuk

atau struktur yang membedakan satu entitas dari yang lain. Dengan

mengembangkan teori ini, Aristoteles menunjukkan bahwa setiap

objek atau fenomena dalam alam semesta memiliki sifat-sifat inheren

yang membedakannya dari yang lain, dan struktur ini membentuk

esensi dari objek tersebut. Selain itu, Aristoteles juga

mengembangkan logika formal, yang menjadi dasar bagi ilmu

pengetahuan modern, dengan merumuskan prinsip-prinsip

pemikiran yang sistematis dan metodis. Kontribusinya dalam bidang

etika aristotelian juga tidak dapat diabaikan, di mana ia menekankan

pentingnya kebiasaan baik dan keseimbangan dalam hidup manusia.

Melalui konsep-konsep ini, Aristoteles tidak hanya memberikan

landasan yang kokoh bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan

filsafat, tetapi juga menawarkan pandangan yang mendalam tentang

3
sifat dan struktur realitas, serta etika yang dapat membimbing

manusia menuju kehidupan yang bermakna.

3. Perbandingan Konsep

Meskipun Thales dan Aristoteles hidup dalam konteks sejarah

yang berbeda, keduanya memiliki pandangan yang mendalam

tentang alam semesta dan realitas yang memberikan kontribusi besar

terhadap perkembangan filsafat Barat. Thales menekankan pada

substansi tunggal sebagai dasar dari segala sesuatu, dengan keyakinan

bahwa air adalah elemen dasar dari segala sesuatu, memperlihatkan

sifat dinamis dan transformatif alam semesta. Pandangan ini

menandai awal mula pemikiran ilmiah dan filosofis tentang alam

semesta, memulai tradisi filsafat alam Yunani yang menekankan

pentingnya pengamatan alam dan penalaran rasional dalam

memahami realitas. Di sisi lain, Aristoteles memperkenalkan

pemikiran tentang bagaimana materi dan bentuk saling berkaitan

dalam membentuk realitas melalui konsep hilemorfisme. Aristoteles

menunjukkan bahwa realitas tidak hanya terdiri dari materi fisik

belaka, tetapi juga memiliki bentuk atau struktur yang membedakan

satu entitas dari yang lain, memberikan landasan bagi ilmu

pengetahuan modern dan pandangan yang mendalam tentang sifat

dan struktur realitas. Selain itu, Aristoteles juga memberikan

kontribusi yang mendalam terhadap logika, metafisika, dan etika,

dengan mengembangkan prinsip-prinsip pemikiran yang sistematis

dan metodis serta menekankan pentingnya kebiasaan baik dan

keseimbangan dalam hidup manusia. Dengan demikian, meskipun

terpisah dalam waktu, Thales dan Aristoteles sama-sama

memberikan pemahaman yang mendalam tentang alam semesta dan

4
realitas, serta memberikan kontribusi yang signifikan bagi

perkembangan filsafat Barat.

4. Implikasi dan Warisan

Konsep-konsep yang diperkenalkan oleh Thales dan Aristoteles

memiliki dampak jangka panjang yang mendalam terhadap

perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan, serta memberikan

landasan bagi pemikiran manusia secara keseluruhan. Pandangan

Thales tentang air sebagai substansi dasar memberikan landasan bagi

pemikiran ilmiah tentang asal-usul alam semesta, memulai tradisi

filsafat alam Yunani yang menekankan pentingnya pengamatan

alam dan penalaran rasional dalam memahami realitas. Kontribusi

ini memberikan dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan

modern, mempengaruhi pemikiran dalam bidang fisika, kimia, dan

astronomi. Sementara itu, teori hilemorfisme Aristoteles mengilhami

pemikiran tentang struktur dan hierarki dalam realitas, memberikan

landasan bagi metafisika dan filsafat alam berikutnya. Konsep ini

memengaruhi pemikiran dalam berbagai bidang, termasuk logika,

metafisika, etika, dan politik. Warisan Thales dan Aristoteles

mencakup pengaruh yang luas dalam bidang filsafat, sains, dan

budaya Barat, menandai tonggak penting dalam sejarah pemikiran

manusia dan menyediakan fondasi penting bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dan pemikiran manusia secara keseluruhan.

C. Eksperimen Mental Thales dan Aristoteles

1. Thales

Thales, sebagai salah satu tokoh awal dalam sejarah filsafat,

terkenal dengan eksperimen mentalnya yang terkenal dengan

5
mengamati bintang-bintang dan fenomena alam lainnya. Salah satu

eksperimen mental yang diatribusikan padanya adalah pemikiran

tentang asal-usul alam semesta. Thales mengajukan pertanyaan:

"Dari mana segala sesuatu berasal?" dan mencoba menjawabnya

dengan menyimpulkan bahwa air adalah elemen dasar. Tujuan

eksperimen ini adalah untuk memahami substansi yang mendasari

alam semesta dan mengungkap prinsip-prinsip dasar yang mengatur

alam semesta. Implikasi dari eksperimen mental Thales adalah

memulai tradisi filsafat alam Yunani yang menekankan pentingnya

pengamatan dan penalaran rasional dalam memahami alam semesta.

Meskipun konsepnya tentang air sebagai elemen dasar telah terbukti

tidak tepat secara ilmiah, eksperimen mentalnya memberikan

kontribusi penting terhadap perkembangan filsafat ilmu

pengetahuan.

2. Aristoteles

Aristoteles, seorang filsuf sistematis, terkenal dengan eksperimen

mentalnya yang terkenal melalui karyanya dalam logika, metafisika,

dan etika. Salah satu eksperimen pemikiran yang dijalankan oleh

Aristoteles adalah "eksperimen tentang manusia bermoral". Dalam

eksperimen ini, Aristoteles mempertimbangkan bagaimana manusia

dapat mencapai kebahagiaan dan kebaikan moral dengan

mengembangkan kebiasaan baik dan karakter yang tepat. Tujuannya

adalah untuk merumuskan etika yang dapat membidanmbing

manusia dalam mencapai kehidupan yang bermakna dan bahagia.

Implikasi dari eksperimen mental ini adalah pengembangan teori

etika aristotelian yang menekankan pentingnya praktik moral dan

pembentukan karakter dalam mencapai tujuan hidup yang mulia.

6
Eksperimen mental Aristoteles dalam bidang etika memberikan

landasan bagi banyak tradisi etika yang berkelanjutan hingga saat ini.

D. Perbandingan Eksperimen Pemikiran Thales dan Aristoteles

Thales dan Aristoteles, dua tokoh besar dalam sejarah filsafat, memiliki

pendapat dan eksperimen yang berbeda yang memberikan kontribusi yang

signifikan terhadap perkembangan pemikiran manusia.

Pertama, Thales meyakini bahwa air adalah elemen dasar dari segala

sesuatu, sementara Aristoteles memperkenalkan konsep hilemorfisme yang

menyatakan bahwa segala sesuatu terdiri dari materi (hyle) dan bentuk

(morphe). Persamaan antara keduanya adalah upaya mereka untuk

mengidentifikasi substansi dasar yang membentuk alam semesta. Thales

dan Aristoteles sama-sama menggunakan eksperimen mental untuk

mencapai pemahaman ini, meskipun dengan pendekatan yang berbeda.

Thales melakukan pengamatan alamiah, sementara Aristoteles

mengembangkan metodologi eksperimen pemikiran yang lebih formal.

Perbedaan utama antara pendapat keduanya adalah bahwa Thales berfokus

pada substansi tunggal (air) sebagai dasar segala sesuatu, sementara

Aristoteles menekankan bahwa realitas terdiri dari materi dan bentuk yang

saling berhubungan. Dampak dari pandangan Thales adalah memulai

tradisi filsafat alam Yunani yang menekankan pentingnya pengamatan dan

penalaran rasional dalam memahami alam semesta, sementara Aristoteles

memberikan landasan bagi ilmu pengetahuan modern dengan

pengembangan konsep hilemorfisme dan logika formal.

Kedua, dalam eksperimen mental mereka, Thales dan Aristoteles juga

menunjukkan perbedaan dalam lingkup dan tujuan penelitian mereka.

Thales, sebagai filsuf pra-sains, tertarik pada asal-usul alam semesta dan

7
elemen dasar yang membentuknya. Eksperimen mental Thales terutama

berfokus pada pengamatan alam dan penalaran rasional untuk mencapai

pemahaman tentang alam semesta. Di sisi lain, Aristoteles memiliki

pendekatan yang lebih sistematis dan komprehensif terhadap eksperimen

mental. Ia tidak hanya mempertimbangkan masalah ontologis tentang alam

semesta, tetapi juga melibatkan eksperimen mental dalam bidang logika,

metafisika, dan etika. Aristoteles mengeksplorasi konsep-konsep seperti

substansi, kausalitas, dan etika melalui eksperimen mentalnya, dengan

tujuan untuk mengembangkan sistem filsafat yang komprehensif dan

terstruktur. Dampak dari eksperimen mental keduanya adalah

memberikan kontribusi penting terhadap perkembangan filsafat Barat.

Thales membuka jalan bagi filsafat alam Yunani dengan menekankan

pentingnya pengamatan alamiah dan penalaran rasional, sementara

Aristoteles memberikan landasan bagi ilmu pengetahuan modern dengan

pengembangan logika formal dan metodologi eksperimen pemikiran yang

sistematis. Kesimpulannya, Thales dan Aristoteles, meskipun memiliki

pendapat dan eksperimen yang berbeda, keduanya berperan penting dalam

membentuk filsafat Barat dan memberikan kontribusi yang tak ternilai bagi

perkembangan pemikiran manusia.

Referensi:

1. Guthrie, W. K. C. (1962). The Presocratic Philosophers: A Critical

History with a Selection of Texts (Revised ed.). Cambridge University

Press.

2. Ross, W. D. (1995). Aristotle (6th ed.). Routledge.

3. Barnes, J. (1995). The Cambridge Companion to Aristotle. Cambridge

University Press.

8
4. Furley, D. J. (1986). "Thales' Theory of Motion," The Classical

Quarterly, New Series, Vol. 36, No. 1, pp. 44-50.

5. Shields, C. (2007). Aristotle. Routledge.

6. Sorabji, R. (2005). Aristotle on Memory. University of Chicago Press.

Anda mungkin juga menyukai