Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan Fisika pada Masa Yunani Kuno

1. Socrates bapak filsafat


Socrates adalah seorang filsuf Yunani terkenal yang lahir di Athena pada tahun
470 SM dan juga merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar Yunani, yaitu
Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates sendiri merupakan guru dari Plato. Socrates
adalah penganut yang meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filsuf yang
berdasarkan ide-ide rasional dan keahlian dalam pengetahuan. Filsafat adalah kebenaran
objektif, dan untuk membuktikan adanya kebenaran objektif, Socrates menggunakan
metode yang bersifat praktis.

Socrates sendiri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang
selama ini dikenal sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya berasal dari Plato. Salah
satu catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue. Socrates dikenang karena pemikirannya
bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang bijak yang dipersiapkan
dengan baik, serta mengatur kebaikan-kebaikan untuk masyarakat. Socrates percaya
bahwa manusia ada untuk suatu tujuan. Sebagai seorang pengajar, ia juga dikenal karena
keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Ia percaya bahwa kebaikan
berasal dari pengetahuan diri. Menurutnya, manusia pada dasarnya jujur, dan kejahatan
merupakan suatu tindakan akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang..

2. Latar belakang tokoh yunani kuno mempelajari astronomi


Astronomi yunani adalah asimilasi peradaban babilonia dan mesir kuno.
Dizamannya, bersama bangsa Romawi, yunani merupakan kiblat astronomi dunia, namun
setelah runtuhnya kebudayaan yunani dan Romawi , kiblat astronomi berpindah ke
bangsa arab.

Berikut adalah beberapa tokoh yang mempelajari astronomi pada zaman yunani kuno

1. Thales berpendapat bahwa Bumi merupakan dataran yang luas.


2. Phytagoras, menurutnya bentuk Bumi adalah bulat tanpa ujung
3. Erastothenes, Dia memiliki karya berkaitan benda-benda langit. Ia juga tercatat
sebagai orang pertama mengukur keliling bumi melalui jarak dan bayang-bayang
matahari di kota Aswan dan Alexandria.
4. Hiparchus menyatakan bahwa Bumi diam, sementara Matahari, Bulan, serta planet-
planet lain beredar mengelilingi Bumi (Geosentris).
5. Cladius Ptolemaus menyempurnakan konsep geosentris yang terekam dalam maha
karyanya Almagest, itu adalah sebuah buku teks koleksi astronomi hasil observasi
benda-benda langit yang bercorak geosentris.
teks astronomi Yunani memberi pengaruh besar bagi peradaban astronomi Arab
(Islam). Almagest  memberi dasar-dasar teori dan metodologi bagi institusi astronomi
Arab yang berdiri di atas dasar-dasar ilmiah.

3. Kesimpulan phytagoras tentang Berporos sentris


teori pyhtagoras tentang susunan cosmos mengatakan bahwa pusat jagat raya
adalah api [Hestia]. Yang beredar sekeliling api sentral adalah kontra bumi [antikhton],
bumi, bulan, matahari, merkurius, venus, yupiter, saturnus dan langit. Dalam revolusi
sekitar api sentral, bumi juga mengadakan rotasi sekeliling sumbunya sendiri, matahari
dan bulan memantulkan api sentral
Menurut kaum Pythagorean seluruh langit merupakan suatu tangga nada musik
serta suatu bilangan[tetraktys]. Pada peredarannya keliling api dengan kecepatan tinggi,
tiap-tiap badan jagat raya mengeluarkan suatu bunyi yang sesuai dengan salah satu nada
dari tangga nada yang ada 8. Bumi dan kontra bumi mengeluarkan nada yang sama,
sedangkan langit dan bintang-bintang tidak mengeluarkan bunyi.

4. Pencapaian Terbesar Thales


Thales dilahirkan di kota Miletus yang merupakan tanah perantauan orang-orang
Yunani di Asia Kecil. Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat
pada abad ke-6 SM. Sebelum munculnya Thales sebagai filsuf, pemikir Yunani dipenuhi
dengan cara berpikir yang bersifat mitologis dalam menjelaskan segala sesuatu.
Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama dan disebut sebagai
bapak filsafat. Karena mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa
bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Ia juga dikenal sebagai salah
seorang dari Tujuh Orang Bijaksana (dalam bahasa Yunani hoi hepta sophoi), oleh
Aristoteles diberi gelar 'filsuf yang pertama'. Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal
sebagai ahli geometri, astronomi, dan politik. Bersama dengan Anaximandros dan
Anaximenes, Thales digolongkan ke dalam Mazhab Miletos.
Berikut ini merupakan hasil pemikiran dari Thales
a. Air sebagai prinsip dasar segala sesuatu
Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar segala sesuatu. Air menjadi
pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat
kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air
mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan.
Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan
semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga
memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah
bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang. Selain itu, ia juga
mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai
bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya.
b. Pandangan tentang Jiwa
Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak
hanya terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda mati. Teori tentang materi
yang berjiwa ini disebut hylezoisme. Argumentasi Thales didasarkan pada magnet
yang dikatakan memiliki jiwa karena mampu menggerakkan besi.
c. Teorema Thales
Di dalam geometri, Thales dikenal karena menyumbangkan apa yang disebut
teorema Thales, kendati belum tentu seluruhnya merupakan buah pikiran aslinya.
Teorema Thales berisi sebagai berikut:
1. Sebuah lingkaran terbagi dua sama besar oleh diameternya.
2. Sudut bagian dasar dari sebuah segitiga samakaki adalah sama besar.
3. Jika ada dua garis lurus bersilangan, maka besar kedua sudut yang saling
berlawanan akan sama.
4. Sudut yang terdapat di dalam setengah lingkaran adalah sudut siku-siku.
5. Sebuah segitiga terbentuk bila bagian dasarnya serta sudut-sudut yang
bersinggungan dengan bagian dasar tersebut telah ditentukan.
d. Pandangan Politik
Berdasarkan catatan Herodotus, Thales pernah memberikan nasihat kepada orang-
orang Ionia yang sedang terancam oleh serangan dari Kerajaan Persia pada
pertengahan abad ke-6 SM. Thales menyarankan orang-orang Ionia untuk membentuk
pusat pemerintahan dan administrasi bersama di kota Teos yang memiliki posisi
sentral di seluruh Ionia. Di dalam sistem tersebut, kota-kota lain di Ionia dapat
dianggap seperti distrik dari keseluruhan sistem pemerintahan Ionia. Dengan
demikian, Ionia telah menjadi sebuah polis yang bersatu dan tersentralisasi.

5. Cara Thales Meramalkan Gerhana Matahari


Kabar tentang Thales yang paling mengagumkan adalah kemampuannya dalam
meramalkan kapan terjadinya gerhana matahari. Dan, memang benar, pada astronom
moderen mengabarkan bahwa gerhana matahari terjadi pada 28 Mei 585 SM. Mengenai
kemampuan thales meramalkan gerhana ini, tentu tidak lepas dari peran ilmu astronami
yang berkembang di Babylonia. Orang-orang Babylonia lebih dulu mampu meramalkan
kapan terjadinya gerhana, khususnya gerhana bulan. Mereka membuat kalender dan
menetapkan siklus terjadinya gerhana. Nah, thales dikabarkan mempunyai kalender dari
Babylonia, sehingga sangat mungkin kalender inilah yang menjadi petunjuk thales dalam
meramalkan gerhana matahari. Tetapi, baik orang-orang Babylonia maupun thales belum
mengetahui penyebab terjadinya gerhana secara fisik.

6. Hipotesis Thales “Alam semesta adalah sebuah bola raksasa tempat bumi berada di
dalam gelembung”
Thales mengusulkan bahwa alam semesta adalah sebuah bola air raksasa tempat
bumi berda di dalam gelembung. Bumi mengembang diatas permukaan air, dan diatas
bumi, terdapat sekumpulan air yang menjadi sumber datangnya hujan yang menimpa
bumi. Benda-benda langit melayang didalam air alam semesta dan bergerak sebagaimana
ditunjukkan oleh pengamatan.

7. Pendapat thales alam semesta adalah air


Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar (dalam bahasa Yunani arche)
segala sesuatu. Dan juga menurut Aristoteles, kesimpuln ajaran Thales ialah “semuanya
itu air”. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok dan dasar (principe) segala-galanya.
Semua barang terjadi daripada air dan semuanya kembali kepada air pula.
Dengan jalan berpikir Thales mendapat keputusan tentang soal besar yang
senantiasa mengikat perhatian: Apa asal alam ini? Apa yang menjadi sebab penghabisan
dari pada segala yang ada?. Untuk mencari sebab yang penghabisan itu ia tidak
mempergunakan takhyul atau kepercayaan umum di waktu itu, melainkan
dipergunakannya akal. Dengan berdasarkan pengalaman yang dilihatnya sehari-hari
dijadikannya pikirannya untuk menyusun bangun alam. Sebagai orang pesisir dapat ia
melihat setiap hari, betapa air laut menjadi sumber hidup. Dan di Mesir dilihatnya dengan
mata kepalanya, betapa nasib rakyat di sana bergantung kepada air sungai Nil. Air sungai
Nil itu yang menyuburkan tanah sepanjang alirannya, sehingga dapat didiami oleh
manusia. Jika tidak ada sungai Nil itu yang melimpahkan airnya Sewaktu-waktu ke darat,
negeri Mesir kembali menjadi padang pasir. Sebagai seorang saudagar pelayar Thales
melihat pula kemegahan air laut, yang menjadikan ia takjub. Sewaktu-waktu air laut itu
menggulung dan menghanyutkan. Ia memusnahkan serta menghidupkan. Di sini
dihapuskannya segala yang hidup. Tetapi bibit dan buah kayu-kayuan yang
ditumbangkannya itu dihanyutkan dan diantarkannya ke pantai tanah lain. Bibit dan buah
itu tumbuh disana dan menjadi tanaman hidup.
Demikianlah laut menyebarkan bibit seluruh dunia, yang menjadi dasar
penghidupan. Semuanya itu terpiir oleh Thales. Air yang tidak bereputusan itu dilihatnya
dalam pelayaran, berpengaruh besar atas pikiran dan pandangannya tentang alam.
“Semuanya itu air!” katanya. Dalam perkataan itu simpul, dengan disengaja atau rida,
suatu pandangan yang dalam, yaitu bahwa “semuanya itu satu”.
Bagi Thales, air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada dan yang jadi itu.
Di awal air di ujung air. Air sebab yang penghabisan! Asal air pulang ke air. Air yang
satu itu adalah bingkai dan pula isi. Atau dengan perkataan filosofi, air adalah substrat
(bingkai) dan substansi (isi) keduaduanya.

8. Dasar pemberian nama planet-planet


1) Merkurius
Merkurius merupakan dewa Romawi yang bertugas sebagai pembawa pesan,
dewa perdagangan, penuntun jiwa ke dunia bawah, penjelajah, dan keberuntungan. Ia
adalah anak dari Jupiter dan Maia Maiestas. Ciri-ciri Merkurius mirip dengan Dewa
Hermes di mitologi Yunani.
Planet ini dinamai demikian sebab Dewa Merkury berbadan kecil, dan sebagai
pembawa pesan ia mampu melesat dengan cepat. Sama seperti planet Merkurius yang
berukuran paling kecil serta melaju atau berevolusi dengan cepat yaitu 88 hari (dalam
1 tahun).
2) Venus
Venus diambil dari nama dewi Romawi yang memancarkan kecantikan,
keindahan, cinta, wanita, dan kesuburan (ladang dan kebun). Dewi kecantikan
Romawi ini sama dengan dewi kecantikan Yunani yang bernama Afrodit.
Kecantikan Dewi Venus inilah yang bisa kita lihat juga di Planet Venus.
Walaupun dilihat dengan mata telanjang, namun planet ini sangat menawan dan
terlihat paling terang, biasa kita sebut dengan bintang kejora.
3) Bumi
Bumi atau Earth merupakan nama lain dari Dewi Gaia, yang menjaga alam
semesta dan memberi kemakmuran dan kehidupan. Dewi ini merupakan dewi Yunani
yang disebut sebagai ibu para dewa. Ia menikah dengan Uranus dan memiliki anak
bernama Kronos (bangsa Titan) ayah dari Zeus, Poseidon dan Hades.
Nama ini diberikan pada planet ini karena Bumi menjadi sumber kehidupan
dan kemakmuran manusia. Selain itu planet yang bisa ditinggali manusia adalah di
Bumi yang terdapat air, tanah, udara dan syarat-syarat tempat hidup lainnya.
4) Mars
Mars adalah dewa perang Romawi. Dia adalah dewa terpenting dan terkuat
kedua di Romawi setelah Jupiter. Ia juga merupakan simbol laki-laki, sedangkan
Venus (kekasihnya) merupakan simbol perempuan. Dewa ini disandingkan dengan
Dewa Ares dari Yunani.
Perang identik dengan darah yang berwarna merah. Maka planet Mars
dinamakan demikian kerana planet itu berwarna kemerahan.
5) Jupiter
Pada mitologi Romawi, Jupiter atau Jove adalah raja dewa-dewi. Ia
merupakan dewa yang menguasai bagian langit dan dewa Petir atau gemuruh.
Ayahnya adalah Saturn dan saudaranya Neputunus dan Pluto. Mirip dengan dewa
Yunani Zeus begitu juga silsilah keluarganya.
Sebagai raja para dewa, ia bertubuh kekar dan besar. Planet ini dinamakan
demikian karena memiliki ukuran yang paling besar serta muatannya didominasi oleh
gas.
6) Saturnus
Saturnus merupakan dewa agrikultur Romawi dan diidentikkan dengan
Kronos, pemimpin para di Tiran di mitologi Yunani. Berdasarkan kisahnya, ia
bersama Gaia menggulingkan tahta Uranus dan diberi senjata sabit oleh Gaia.
Planet Saturnus dinamakan demikian karena memiliki ukuran terbesar kedua
di Tata Surya seperti Dewa Saturnus yang merupakan dewa kuno Romawi, ayah dari
Jupiter serta sabitnya yang berbentuk seperti cincin planet.
7) Uranus
Uranus merupakan bahasa Yunani dari langit. Ia merupakan suami dari Gaia
yang merupakan nenek moyang dari sebagian besar dewa-dewi Yunani dan menjadi
raja dunia pertama. Dalam mitologi Romawi, Uranus disebut dengan Coelus.
Penamaan planet Uranus berasal dari Dewa Langit karena planet ini memiliki warna
biru langit dan terdiri dari gas dan es.
8) Neptunus
Neptune merupakan dewa air dan laut menurut mitologi Romawi, saudara
kandung Jupiter dan Pluto. Ia mirip dengan Dewa Poseidon yang juga merupakan
dewa laut, dan kuda atau pacuan kuda. Ia memiliki kereta perang yang ditarik oleh
hippocampus, yaitu makhluk air setengah kuda setengah ikan.
Penamaan Planet Neptunus diambil dari Dewa Neptune karena planet ini
berwarna biru laut akibat muatannya yang berisi kandungan es dan gas metan di
atmosfernya, serta gas hidrogen dan helium.
9. Percobaan Galileo Menentang Aristoteles
Aristoteles menyatakan bahwa semua hukum yang mengatur alam semesta bisa
dipelajari hanya dengan pemikiran saja, pembuktian dengan pengamatan tidak lah
diperlukan. Pada konsepsinya Galileo, orang tidak pernah memikirkan apakah benda-
benda dengan berat berbeda-beda memang memiliki kecepatan yang berbeda ketika
mereka jatuh. Pengukuran Galileo menunjukkan setiap benda mengalami akselerasi
(pertambahan kecepatan) yang sama berapa pun berat bendanya, dengan kemiringan
berapa derajat pun untuk bola-bola dengan berat berbeda menunjukkan lama waktu yang
sama untuk ketinggian yang sama.
Galileo mengambil langkah-langkah lebih lanjut dengan hati-hati, dia mengukur
jarak jatuhnya benda pada saat yang ditentukan dan mendapat bukti bahwa jarak yang
dilalui oleh benda yang jatuh adalah berbanding seimbang dengan jumlah detik kuadrat
jatuhnya benda. Penemuan ini (yang berarti penyeragaman percepatan) memiliki arti
penting tersendiri. Bahkan lebih penting lagi Galileo berkemampuan menghimpun hasil
penemuannya dengan formula matematik. Penggunaan yang luas formula matematik dan
metode matematik merupakan sifat penting dari ilmu pengetahuan modern.

Perbedaan besar antara gagasan Aristoteles dengan gagasan Galileo adalah bahwa
Aristoteles meyakini keadaan diam adalah wajar. Benda apa pun akan diam jika tidak
didorong oleh suatu impuls atau gaya. Dia menganggap Bumi itu diam.

10. Penemuan Hukum Archimedes


Kisah tentang Archimedes yang banyak diceritakan oleh orang adalah kisah saat
Archimedes menemukan cara dan rumus untuk menghitung volume benda yang tidak
mempunyai bentuk baku. Suatu hari, Raja Hiero II berencana membuat mahkota baru.
Raja meminta seorang tukang emas untuk membuatnya. Setelah beberapa lama, mahkota
tersebut selesai dan diberikan pada sang Raja. Mahkota tersebut berbentuk rangkaian
daun salam melingkar yang berwarna kuning mengilap. Akan tetapi sang Raja ragu,
apakah benar mahkota tersebut semuanya emas atau ada campuran dengan logam lain.
Untuk menjawab masalah itu raja memanggil Archimedes, sahabatnya. Raja menantang
Archimedes untuk menghitung berapa kandungan emas yang terdapat pada mahkota baru
tersebut. Archimedes harus menyelesaikan permasalahan tersebut tanpa merusak
mahkota sang raja, sehingga ia tidak diperbolehkan melelehkan mahkota menjadi bentuk
tertentu agar dapat dihitung massa jenisnya.
Archimedes menemukan prinsip massa jenis, Archimedes berpikir keras untuk
menemukan jawaban pertanyaan sang raja, tapi ia tak kunjung berhasil. Suatu hari, ketika
sedang mandi, dia melihat bahwa air dalam bak mandinya tertumpah keluar sebanding
dengan besar tubuhnya. Archimedes menyadari bahwa efek ini dapat digunakan untuk
menghitung volume dan isi dari mahkota tersebut. Dengan membagi massa mahkota
dengan volume air yang dipindahkan, kerapatan dan massa jenis dari mahkota bisa
diperoleh. Massa Jenis mahkota akan lebih rendah daripada massa jenis emas murni
apabila pembuat mahkota tersebut berlaku curang dan menambahkan perak ataupun
logam dengan berat jenis yang lebih rendah. Karena terlalu gembira dengan
penemuannya ini, Archimedes melompat keluar dari bak mandinya, “Eureka!” artinya
adalah “ Saya telah menemukannya! ”. Konon, saking senangnya Archimedes berlarian
ke luar tanpa sempat berpakaian sambil berteriak, “Eureka! Eureka!” Dengan itu ia
membuktikan bahwa mahkota raja dicampuri dengan perak.

11. Implementasi Yunani Kuno di Indonesia


Yunani Kuno adalah peradaban di dalam sejarah Yunani dari zaman Yunani
Arkais (abad ke-8 sampai abad ke-6 SM) sampai berakhirnya Abad Kuno. Peradaban ini
mencapai puncak kegemilanganya pada zaman Yunani Klasik (abad ke-5 sampai abad
ke-4 SM). Istilah "Yunani Kuno" dipakai untuk menyifatkan peradaban di wilayah
penutur bahasa Yunani pada Abad Kuno. Wilayah yang dimaksud tidak hanya terbatas
pada semenanjung Yunani, tetapi juga mencakup pula daerah-daerah lain yang didiami
bangsa Yunani.
Indonesia dan Yunani ternyata memiliki beberapa kemiripan. Kedua negara pun
memiliki hubungan bilateral yang baik. Tidak hanya saat ini, namun hubungan tersebut
telah dimulai sejak lama. Salah satu contohnya dapat dilihat di industri cokelat Indonesia.
Siapa yang sangka jika pabrik cokelat pertama di Indonesia dirintis oleh orang Yunani.
George Tsounas dalam otobiografinya “65 Years Ago and 5 Hours Ahead” menyebutkan
bahwa dirinya merintis pabrik cokelat pertama di Indonesia pada awal tahun 1943.
Ada 4 kemiripan Yunani dan Indonesia :
1. Memiliki peninggalan budaya dan alam yang luar biasa
Bangsa Yunani dikatakan sebagai salah satu peradaban manusia yang tertua dan
sering dijuluki sebagai “cradle of Western civilization” maupun “birthplace of
democracy”. Disebutkan bahwa periode setelah berakhirnya peradaban Mycenaean
sekitar 1200 SM hingga wafatnya Alexander the Great pada 323 SM merupakan
periode pencapaian politik, filsafat, artistik, dan ilmiah yang memberikan warisan
dengan pengaruh yang tidak ada bandingannya bagi peradaban Barat.

Athena, Sparta, dan Thebes adalah beberapa contoh kerajaan negara-kota yang
masyhur pada zamannya dan hingga saat ini terus dipelajari warisan peninggalannya.
Begitu pun dengan Indonesia yang memiliki berbagai kerajaan besar pada masanya
seperti Kutai, Majapahit, Sriwijaya, dan Samudera Pasai, yang juga memiliki
berbagai warisan peninggalan yang tidak hanya bermanfaat buat masyarakat
nusantara, namun juga kawasan sekitarnya.

2. Memiliki tarian tradisional yang banyak


Dengan rentang waktu peradaban yang panjang tersebut, tidak mengherankan bila
Yunani dan Indonesia memiliki kebudayaan yang kaya pula. Salah satu warisan
budaya tak benda yang sering dilihat adalah berupa kesenian. Kesenian sendiri sering
kali dibagi lagi menjadi beberapa jenis, seperti tari, musik, teater, dan rupa.
Yunani dan Indonesia ternyata memiliki warisan seni tari yang banyak, saat ini
diperkirakan terdapat kurang lebih 4.000 tarian tradisional di semua daerah Yunani.
Beberapa tarian tradisional Yunani yang terkenal adalah Sirtaki, Hasapiko, dan
Kalamatianos.

3. Memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa


Yunani merupakan negara terkaya dalam hal keanekaragaman hayati (biodiversity) di
Eropa, khususnya dalam hal varietas tanaman herbal dan obat endemik, dan bahkan
merupakan kedua terkaya di dunia setelah Madagaskar. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Konstantinos Spanos et al, juga menyebutkan bahwa keanekaragaman
hayati hutan Yunani merupakan salah satu yang terkaya di Eropa, sebagian karena
pengaruh iklim yang beragam.

Dalam hal keanekaragaman hayati, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara
dengan keanekaragaman hayati terkaya di dunia dan merupakan satu dari 17 negara
mega biodiversity. Disebutkan bahwa Indonesia mempunyai 17 persen total
keanekaragaman hayati di dunia, di mana hutan Indonesia merupakan tempat hidup
13 persen mamalia dunia, 14 persen spesies reptil dan amfibi, 17 persen spesies
burung, dan lebih dari 10.000 spesies pohon.

4. Memiliki ribuan pulau


Seperti Indonesia, Yunani memiliki ribuan pulau. Tercatat bahwa Yunani memiliki
6.000 pulau dengan 227 pulau yang dihuni. Pulau-pulau tersebut tersebar di Laut
Aegea dan Laut Ionia. Dari 16.000 km garis pantai negara itu, 7.500 km berasal dari
pulau-pulau tersebut.

Pulau-pulau tersebut juga merupakan destinasi pariwisata favorit tidak hanya bagi
masyarakat Yunani tapi juga bagi wisatawan mancanegara. Pulau yang terbesar
adalah Pulau Kreta dengan luas total sebesar 8.336 km2. Pulau Kreta terkenal dengan
sejarah peradabannya yang disebut-sebut sebagai cikal-bakal peradaban Yunani.
Secara geografis, Pulau Kreta juga memiliki letak yang strategis.

Anda mungkin juga menyukai