0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan5 halaman
Tiga filsuf Yunani kuno Thales, Pythagoras, dan Anaximander memiliki pandangan berbeda tentang asal mula alam semesta. Thales berpendapat bahwa segala sesuatu terbuat dari air, Pythagoras berpendapat bahwa angka adalah penguasa bentuk dan ide, sedangkan Anaximander berpendapat bahwa asal mula alam semesta adalah zat tak terbatas dan tak terhingga.
Tiga filsuf Yunani kuno Thales, Pythagoras, dan Anaximander memiliki pandangan berbeda tentang asal mula alam semesta. Thales berpendapat bahwa segala sesuatu terbuat dari air, Pythagoras berpendapat bahwa angka adalah penguasa bentuk dan ide, sedangkan Anaximander berpendapat bahwa asal mula alam semesta adalah zat tak terbatas dan tak terhingga.
Tiga filsuf Yunani kuno Thales, Pythagoras, dan Anaximander memiliki pandangan berbeda tentang asal mula alam semesta. Thales berpendapat bahwa segala sesuatu terbuat dari air, Pythagoras berpendapat bahwa angka adalah penguasa bentuk dan ide, sedangkan Anaximander berpendapat bahwa asal mula alam semesta adalah zat tak terbatas dan tak terhingga.
“SEGALA SESUATU BERASAL DARI AIR (EVERY THING IS MADE OF WATER)” Thales lahir dan hidup di Miletus sebuah perkampungan Yunani di pantai Turki. Thales di pandang sebagai satu dari antara para pemikir utama Yunani. Thales terlibat dalam politik dan sangat sukses sebagai pengusaha/pedagang. Thales melakukan perjalanan di seluruh daerah Timur Mediterania dan mengunjungi Mesir untuk mempelajari geometri yang menjadi basis penalaran deduktifnya (deductive reasoning) sambal begadang. Thalse adalah seorang guru, ahli filsafat pertama dari Milesian Scool Of Philosophers. Anaximander merupakan muridnya, mengembangkan teori-teori ilmiahnya dan menjadi mentor Anaximenes. Konteks : Cabang filsafat metefisik, pendekatan Monisme. Sebelumnya : 2500 – 900 SM pengaruh dominasi peradaban Minoan di Crete dan kemudian peradaban di Yunani dan mempercayakan agama untuk menjelaskan fenomena fisik. 1100 SM bangsa Babilonia menciptakan mitos Enuma Elis, yang menggambarkan keadaan terpenting dari dunia sebagai perkumpulan yang berair. 700 SM Theogony oleh penyair Yunani Hesiod dihubungkan dengan bagaimana para dewa menciptakan alam semesta. Sesudahnya : Awal abad ke 5 M, Empedocles mengajukan empat elemen dasar dari cosmos yaitu bumi, air, udara, dan api. 400 M, Leucippus dan Democritus menyimpulkan bahwa kosmos terbuat semata – mata dari atom – atom dan ruangan kosong. Selama periode Archaic (Pertengahan abad ke 8 – 6 SM) rakyat semenanjung Yunani secara berangsur – angsur masuk ke kelompok city-state (negara kota) dan mengembangkan system alfabetik dalam tulisan, sebagaimana pada permulaan filsafat Barat. Sebelumnya, peradaban telah mempercayakan atas agama untuk menerangkan fenomena dunia sekitarnya. Pemikir pertama dan utama dari pemikir – pemikir baru ini adalah Thales, ia memahami geometri dan astronomi dan terkenal dengan reputasinya telah meramal gerhana matahari total dalam tahun 586 SM. Thales dapat melakukan ramalan atas dasar catatan – catatan astronomis yang tersimpan di Babilonia sejak tahun 747 SM. O”Grady (2002) menguraikan bahwa dari kemungkinan tulisan – tulisan Thales tidak ada yang bertahan dan sedikit acuan kuno yang masih ada. Satu bukti di mana Heraclitus mengatakan bahwa Thales adalah orang pertama yang belajar astronomi. Paragraf dalam oxyrhynchus papyri di mana Aristarchus menunjukkan tentang pemahaman fenomena eclipse dari Thales. Aristoteles menyediakan bukti awal yang masih ada tentang filsafat Thales dan merupakan sumber utama bagi filsafatnya. Thales percaya bahwa peristiwa – peristiwa di alam semesta bukan akibat dari campur tangan supranatural, tetapi secara alamiah akibat penalaran dan observasi. Substansi Fundamental Thales mengajukan pertanyaan “what is the basic material of the cosmos?” Ide bahwa segala sesuatu di alam semesta pada akhrinya dapat disimpulkan untuk substansi tunggal merupakan teori monism. Thales dan pengikutnya adalah para pemikir yang pertama mengajukan teori-teorinya dalam filsafat Barat. Alasan Thales bahwa materi fundamental dari alam semesta terjadi sebagai sesuatu yang terbentuk dari sesuatu yang lain. Thales menyimpulkan bahwa semua hal, tanpa menghiraukan sifat yang jelasnya, harus menjadi air dalam beberapa tingkatan transformasi dan juga bahwa secara keseluruhan bumi mengambang di atas dasar air. Dari air itu bumi telah muncul. Kemunculannya terjadi karena adanya gempah dalam air ini. Thales di pandang sebagai figur utama dalam sejarah filsafat karena ia pemikir pertama yang mencari jawaban-jawaban naturalistik dan rasional terhadap soal-soal fundamental lebih dari pada menganggap objek-objek dan peristiwa-peristiwa terhadap tingkah para dewa yang berubah-ubah. Thales dan para pemikir kemudian dari Milesian School meletakkan landasan bagi pikiran-pikiran ilmiah dan filsafat melintas ke dunia Barat. Sezaman dengan Thales hiduplah dua filsuf yakni Anaximandros dan Anaximenes. Anaximandros berpandangan bahwa asal alam semesta adalah zat yang tak terbatas dan tak terhingga yang disebut apeiron. Anaximanes berpendapat lain yakni bahwa alam berasal dari udara. Ketiga filsuf ini merupakan mazhab Miletos yang berasal dari kata Miletus.
2. PYTHAGORAS 570 – 495 SM
“NUMBER IS THE RULER OF FORMS AND IDEAS” Konteks : Cabang metafisika, pendekatan Pythagoreanism Sebelumnya : Abad ke 6 SM Masehi Thales mengajukan suatu penjelasan non-religius tentang cosmos. Sesudahnya : 536 – 475 SM Heraclitus menolak Pythagorianisme dan menyebutkan bahwa cosmos ditentukan oleh perubahan. 438 SM Plato memperkenalkan konsep bentuk-bentuk sempurna (perfect forms), yang diwujudkan ke dalam pikiran bukan indra. 300 SM Euclid, seorang ahli matematika Yunani membangun prinsip-prinsip geometri. 1619 seorang ahli matematika Jerman Johannes Kepler menguraikan gambaran tentang hubungan antara geometri dan fenomena-fenomena fisik. Hanya sedikit yang diketahui tentang kehidupan Pythagoras. Para pemikir modern percaya bahwa Pythagoras mungkin lahir di pulau Samos, lepas pantai yang pada masa modern yaitu Turki. Pada masa mudanya, Pythagoras melakukan petualangan, yang kemungkinan ia belajar pada Milesian School, dan mengunjungi Mesir , disebuah pusat belajar. Kira-kira umur 40 tahun, ia membangun sebuah komunitas yang jumlahnya sekitar 300 orang di Croton, Italia Selatan. Anggota-anggotanya memepelajari kombinasi studi mistik dan akademik, dan meskipun dalam sifat kebersamaan, Pythagoras jelas adalah pemimpin komunitas tersebut. Pada umur 60 tahun, ia kawin dengan seorang gadis muda, Theano dari Crotona. Munculnya permusuhan terhadap pemujaan pengikut Pythagoras (Pythagorian Cult) memaksanya meninggalkan Croton, dan ia melarikan diri ke Metapontum, juga berada di daerah Italia Selatan, saat mana kemudian ia meninggal. Komunitasnya menghilang pada abad ke 4 SM. Pythagoras menghabiskan masa kecilnya tidak jauh dari Miletus. Pythagoras bahkan belajar pada akademi kelompok tersebut. Seperti Thales pendiri Milesian School. Pythagoras dikatakan telah mempelajari dasar geometri selama kunjungannya ke Mesir. Dengan latar belakang ini, bukan suatu kejutan bahwa ia mendekati pemikiran filsafatnya dengan cara ilmiah dan matematika. Akademi Pythagorean Pythagoras adalah seorang religious dan percaya tahyul dan mempercayakan reinkarnasi dan peralihan jiwa serta menetapkan suatu cara pemujaan agama. Dirinya sendiri diberlakukannya sebagai seorang “messiah” yang baik di Croton, Italia Selatan. Pythagorians sebagai murid-muridnya memandang ide-idenya sebagai “mystical revelation” terhadap meluasnya beberapa temuan, yang menandainya sebagai Wahyu (Revalations). Baginya tujuan hidup adalah kebebasan dari siklus reinkarnasi yang dapat diperoleh apa yang melekat pada seperangkat aturan perilaku, dan oleh perenungan, atau apa yang kita sebut pemikiran ilmiah yang obejektif. Pythagoras percaya proyek ini lebih bernilai daripada observasi belaka. Pythagoras menemukan penekanan prinsip dibelakang semua sudut kanan dari segitiga dan menemukannya sebagai kebenaran universal. Penemuan ini adalah diuar biasa. Pythagorian memandang penemuan ini sebagai waktu Tuhan. Pythagoras menyimpulkan bahwa keseluruhan cosmos di atur oleh hukum-hukum matematika. Ia mengatakan bahwa angka (rasio angka dan aksioma-aksioma matematika) dapat digunakan untuk menerangkan struktur sesungguhnya dari cosmos. Ia tidak secara total menolak idea Milesian bahwa alam semesta terbuat dar satu substansi fundamental, tetapi ia bergerak dari substansi ke bentuk. Pythagoras dan murid-muridnya membawa lebih jauh dan memberikan angka-angka terhadap makna gaib. Mereka menunjukkan bahwa nomor satu sebagai angka tunggal, sesuatu yang unik, yang berasal dari hal-hal lain yang dapat diturunkan. Penjelasan Pythagorian dari terciptanya alam semesta mengikuti pola matematika. Atas ketidakterbatasan , Tuhan menentukan suatu yang terbatas, karena itu semua yang eksis memiliki suatu ukuran actual. Dengan car aini Tuhan menciptakan suatu kesatuan yang dapat diukur yang berasa dari segala sesuatu. Harmoni Numerik (Numerical Harmonies), penemuan paling penting Pythagoras adalah hubungan antara angka-angka, rasio dan proporsi. Hal ini diperkuat Kembali oleh penyelidikannya pada music, dan lebih khusus pada hubungan antara nada-nada yang menyenangkan karena disuarakan secara bersama. Pythagoras menemukan bahwa interval- interval ini harmonis karena hubungan antara satu sama lain rasio matematikanya tepat dan sederhana. Seri-seri ini dikenal sebagai seri harmonis. Ia menyebutkan bahwa keistimewaan dari matematika ia telah temukan dalam geometri abstrak dan juga yang hidup dalam dunia nyata. Bintang-bintang dan unsurnya. Pythagoras telah membuktikan bahwa tidak hanya struktur alam semesta dapat diterangkan dalam terminology matematikan – Number is a ruler of roms – tetapi juga akustik adalah suatu ilmu eksakta dan proporsi harmoni yang diatur angka. Pythagoras juga mengembangka prinsip-prinsip penalaran deduktif yang merupakan proses Langkah-langkah mulai dengan aksioma-aksioma yang dibuktikan sendiri (seperti 2+2=4) ke arah pengembangan kesimpulan-kesimpulan atau fakta baru. Salah satu dari kontribusi Pythagorian yang sangat penting terhadap pengembangan filsafat adalah gagasan pemikiran yang abstrak adalah lebih besar terhadap bukti dari indra. Para pengikut Pythagoras mencoba mengkombinasi rasional dengan religious dengan menguji daya tahan filsafat dan agama dalam beberapa cara. Pythagoras telah memiliki prestasi mendekati legendaris dengannya. Apa yang penting tentang Pythagoras adalah pengaruhnya yang sangat luas atas pemikiran filsafat. 3. PLATO 427 – 347 SM “EARTHLY KNOWLEDGE IS BUT SHADOW” Kontes : Cabang epistemology, pendekatan relativisme Sebelumnya : Abad ke-6 SM, filsuf-filsuf Milesian mengajukan teori-teori untuk menjelaskan sifat dari substansi cosmos. 500 Tahun SM Heraclitus menyatakan bahwa segala sesuatu tetap dalam keadaan mengalir atau berubah. 450 SM Protagoras menyatakan bahwa kebenaran adalah relative. Sesudahnya : 350 SM, Aristoteles mengajarkan bahwa manusia dapat menemukan kebenaran melalui observasi dunia sekitar kita. 250 SM, Plotinus mendirikan Neo-Platonist School, suatu agama yang mengambil ide-ide Plato. Tahun 86 Masehi, St. Agustinus dari Hippo menggabungkan teori-teori Plato ke dalam ajaran Kristen. Pada tahun 399 SM, Socrates pembimbing Plato dijatuhi hukuman mati Socrates tidak meninggalkan tulisan, dan Plato menyelamatkan apa yang ia pelajari dari gurunya untuk kepentingan anak cucu. Pada awalnya, perhatian Plato sangat banyak berasal dari pembimbingnya untuk menyelidiki pengertian nilai-nilai moral yang abstrak seperti keadilan, kebajikan/keadilan, dan menyangkan pendapat Protagoras bahwa benar dan salah merupakan istilah-istilah relative. Pada Republic, Plato meletakkan visinya tentang negara-kota yang idealnya dan menggali aspek-aspek kebajikan. Tetapi dalam proses, ia juga menjega subjek-subjek diluar filsafat moral. Plato menyimpulkan bahwa yang tidak berubah dalam alam semesta dengan yang tidak berubah dalam moral dan masyarakat. Republic adalah karya Plato yang sangat terkenal dan merupakan karya filsafat yang sangat berpengaruh di dunia dalam teori politik baik secara intelektual maupun historis. Pencarian yang ideal (Seeking The Ideal). Dalam Republic, Plato menggambarkan persoalan- persoalan yang diajukan Sokrates tentang konsep-konsep kebajikan dan moral dalam kerangka membangun pengertian-pengertian yang jelas dan bermakna. Plato memutuskan bahwa sebelum menunjuk pada konsep moral dalam pikiran atau penalaran, terlebih dahulu menggali apa yang dimaksud dengan konsep itu dan apa yang membuat hal itu berharga. Plato menyatakan secara tidak langsung bahwa ia memikirkan beberapa jenis dari bentuk ideal di dunia tempat kita tinggal apakah itu konsep-konsep filsafat moral. Plato menunjukkan bahwa ini tidak sekedar berbagi hidup, tetapi kita semua memiliki gagasan dalam pikiran kita suatu ide tentang tempat tidur yang ideal atau anjing, yang kita gunakan dalam mengakui contoh tertentu. Plato menunjukkan bahwa pengetahuan yang sejati dicapai melalui penalaran, lebih dari pada akal sehat kita. Dunia Idea (World Of Ideas). Penalaran membawa Plato ke hanya satu konklusi bahwa harus ada dunia idea, atau bentuk-bentuk yang secara total terpisah dari dunia materi. Plato bahkan melanjutkan dengan menyatakan bahwa kenyataan ide-ide ini merupakan realitas, dan dunia di sekitar kita adalah sekedar model atasnya. Plato mempresentasi apa yang dikenal sebagai “Allegory of the Cave”(kiasan tentang gua). Plato percaya bahwa segala sesuatu yang dirasakan indra dalam dunia materi adalah sama dengan gambar-gambar pada dinding gua, sekedar bayang-bayang realitas. Dalam dunia idenya Plato terdapat ide tentang keadilan yang adalah benar-benar adil, dan semua itu ikwal dari keadilan dalam dunia material sekitar kita adalah model-model, atau varian yang lebih kecil darinya. Kesamaan merupakan kebenaran dari konsep kebaikan yang dalam perenungan Plato sebagai “ultimate idea” dan menjadi tujuan dari semua penemuan filsafatnya. Pengetahuan Bawaan (Innate Knowledge). Plato beragumentasi bahwa konsepsi bentuk- bentuk ideal harus asli seperti kita tidak menyadarinya. Plato percaya bahwa manusia terbagi atas dua bagian yaitu tubuh dan jiwa. Plato menyimpulkan bahwa jika kita yang adalah kekal dan abadi, memiliki kediaman dalam dunia ide-ide sebelum lahir, dan tetap mendambakan untuk kembali kealam itu setelah meninggal. Bagi Plato tugas filsuf adalah untuk menggunakan penalaran terhadap penemuan bentuk-bentuk ideal dari ide-ide. Plato sering menemukan kesulitan-kesulitan dalam meyakinkan filsuf-filsuf pengikutnya dari sifat sejati terhadap panggilan mereka. Warisan yang Tiada Bandingnya (Unsurpassed Legacy). Plato sendiri merupakan penjelmaan dari idenya, atau sesungguhnya, fisuf. Ide Plato akhirnya menemukan jalannya dalam pemikiran-pemikiran filsafat Islam dan Kristen pada abad pertengahan, yang meliputi St. Augustine dari Hippo, yang menggabungkan ide-ide Plato dengan ajaran gerejanya. Plato juga meletakkan dasar-dasar rasionalisme abad ke 17. Pengaruh Plato masih dapat dirasakan hari ini. Ia lahir dalam keluarga terhormat di Athena sekitar tahun 427 SM dan Bernama Aristocles, dan memperoleh nama tengah “Plato” yang berarti “broad”. Ia mendirikan suatu sekolah yang dikenal dengan nama Academy dimana kata akademi berasal, menghabiskan sisa hidupnya sampai kematiannya pada tahun 347 SM.