Anda di halaman 1dari 14

1

SEJARAH FILSAFAT YUNANI KUNO


 Filsafat :
 Di Yunani pertama kali ditemukan awal kronologis ilmu filsafat.
 Filsafat asal kata : philo (sahabat/pecinta)-sophia (kebijaksanaan) = cinta pada
kebijaksanaan
 Di Yunani pertama kali ada debat, diskusi, tanya jawab mengenai berbagai hal soal
Tuhan, alam, adat kebiasaan, politik, dll yang sampai sekarang menjadi kajian politik.

 Periode waktu yang dipelajari ( dalam sejarah filsafat barat disebut sebagai periode ancient
(Inggris) / antique (perancis) :
− Era Prasokratisme ( Abad VII-VSM)
− Yunani Arkhaik (750SM)
− Yunani Klasik (500-350SM)
− Hellenisme (350-200SM)
− Era Romawi (200SM -200M)
− Hellenisme - Romawi (30 SM)

− Abad 6 SM : Yunani Arkhaik : Kaum Phusikoi


− Abad 5-4 SM (Platon-Aristoteles) : Yunani Klasik
 Tahun 399 SM : Kematian Sokrates
 Tahun 387 SM : Pendirian Akademia Platon
− Abad 4 SM ( sekitar 320 SM : Alexander Agung) : Hellenisme
 Medio Platonisme
 Stoikisme Antik
− Era Romawi
 Stoikisme Imperial
− Abad 3 M : Neoplatonisme ( Hellenisme akhir : Plotinos)
− Abad 6 (529M) : Kaisar Justinaus menutup Akademia Platon

 Empat faktor pendukung lahirnya filsafat Yunani


1. Perkembangan polis2 Yunani stabil, waktu luang buat belajar
2. Penemuan tulisan sebagai sarana untuk menyimpan dan menyebarkan pengetahuan
3. Lembaga-lembaga demokratis - kata dan argumentasi publik menjadi penting
4. Abad VI-V SM perkembangan ilmu2 pengetahuan terutama kedokteran, astronomi,
matematika.

 HOMEROS HESIOD (700SM)


2

Orang Yunani kuno menjelaskan segala sesuatu sebagai sesuatu yang disebabkan oleh para
dewa. Penyair besar Yunani kuno seperti Homer dan Hesiod memunculkan mitologi Yunani melalui
cerita mereka. Dalam puisinya 'Theogony', Hesiod menggambarkan bagaimana para dewa
menciptakan dunia. Untuk informasi lebih lanjut, https://classicalwisdom.com/mythology/gods/in-
the-beginning-part-1/

 Para Filsuf prasokratik mencari substansi pertama yang menjadi asal segala sesuatu yang
mereka namakan sebagai PHUSIS (=kelahiran, perkembangan, pertumbuhan dan kepenuhan
sesuatu). Phusis merujuk pada nature alam semesta sekaligus nature kodrat intim/esensi.
Mereka kemudia dinamakan PHUSIKOI (=para pemikir alam (phusis = Fisika). Sumbangan
kaum Phusikoi
 Penemuan ilmu alam dan filsafat
 Mewariskan jargon2 : kosmos ( keteraturan dan keindahan), alam sebagai phusis, ARKHE
(beginning - prinsip awal dan pengomando), logos (berkata/berbicara)
 Mewariskan pentingnya logos. Berbicara memakai logika dan argumentasi (manusia =
zoon echon logon)

Namun kemudian Thales dari Miletus, yang dianggap sebagai filsuf pertama, menemukan cara
rasional dalam memahami dunia. Perbedaan antara Homer-Hesiod dan Thales adalah bahwa
Homer-Hesiod lebih didominasi oleh mitos, sedangkan Thales lebih didominasi oleh akal.
Thales dari Miletus dan para filsuf kemudian mencoba menemukan prinsip absolut pertama di
dunia (arche). Oleh karena itu, para filosof ini disebut juga dengan Phusikoi, yaitu mereka yang
berusaha mencari substansi atau phusis (sumber). Fiksi ini harus dipahami sebagai a) permulaan
sesuatu (thebeing of Something) dan b) asas yang memerintahkan tumbuhnya sesuatu menuju
kesempurnaannya.

 Pre Socratic philosophers


 Thales Water 624-546 SM
 Anaximander The boundless 610-540SM
 Anaximenes Air 585-525SM
 Pythagoras Number 580-500 SM
 Heraclitus Change (Fire) 520-460 SM
 Parmenides Being 480SM
 Empedocles Earth, Air, Fire, Water 490-430 SM
 Anaxagoras Seed or germs 500-428 SM
 Democritus Atoms and the void 460 SM

Para filsuf pra-Socrates memulai gerakan intelektual Yunani. Mereka mencoba menemukan sifat
sebenarnya dan penyebab dunia di sekitar mereka melalui cara baru mereka dalam
mempertanyakan dan menyelidiki dunia.

 THE IONIANS / MILESIAN ( percaya mengunakan rasional daripada mitologi untuk memahami
semesta)
 Setuju ada satu penyebab dunia ini tetapi typenya berbeda
1. Thales (founder of philosophy) - Ultimate substance adalah air
2. Anaximander (originator philosophical concept of God) - Infinity / APEIRON =
boundless / divine
3. Anaximenes - Udara
3

Thales dari Miletus (water)


 Prinsip dasar alam adalah air. Bagi Thales, segala sesuatu berasal dan kembali ke air.
Mengapa air? Aristoteles menjelaskan: “Thales mendapatkan gagasan ini karena dunia ini
mengambang di atas air, segala jenis makanan bersifat lembab, dan bahwa panas itu sendiri
dihasilkan dari kelembapan tersebut dan dari yang panas proses generasi dan kehidupan
muncul. Ia mendapatkan gagasannya dari fakta ini dan fakta bahwa benih segala sesuatu
mempunyai sifat lembab dan air adalah asal mula sifat benda lembab.” (Aristoteles, Metafisika
Alfa 3 983 b 23-27)
 Thales juga menemukan cara mengukur ketingian piramida dengan cara mengukur
bayangannya dengan membandingkan ratio antara potongan kayu dan bayangannya.
 Thales juga menyatakan bahwa “segala sesuatu penuh dengan dewa/tuhan.” (Aristoteles, On
the Soul, I, 5, 411 a 7) Bagi Thales, jiwa ada tersebar di seluruh alam, jiwa adalah prinsip
kehidupan dan pergerakan. Jiwa ini, sebagai sesuatu yang kuat, dipandang sebagai sesuatu
yang ilahi dan mempengaruhi segala sesuatu di alam. Pernyataan ini didasarkan pada
pengamatannya ketika ia mengatakan, “… menganggap jiwa sebagai kekuatan penggerak
sejak ia mengatakan bahwa magnet mempunyai jiwa di dalamnya karena ia menggerakkan
besi.” (Aristoteles, Tentang Jiwa, I, 2, 405 a 19).
Sebagai kesimpulan, bagi Thales, air adalah prinsip segala sesuatu dan bahwa tuhan adalah
intellek yang menumbuhkan segala sesuatu dari air.

Anaximander (infinity)
 Seorang murid Thales, bagi Anaximander, alih-alih air, apeiron (yang tak terbatas/yang tidak
terbatas) adalah prinsip pertama dari segala sesuatu. Simplicius menulis: “…bahwa prinsip
dan unsur pembentuk segala sesuatu yang ada adalah apeiron atau infinity.” Simplicius,
Dalam Aristoteles. Fis., 24, 13
 Anaximander juga percaya bahwa segala sesuatu didunia ini pasti ada lawannya, panas-
dingin, basah-kering, keras-lembut, tak terbatas-terbatas --> yang tak terbatas disebut
apeiron
 Anaximander yang pertama kalo mengambar peta dunia yang digambarkan dalam bentuk
silinder dengan tinggi 1/3 dari diameternya

Anaximenes (UDARA)
 Menurut Anaximenes murid dari anaximander, udara adalah prinsip pertama dari segala
sesuatu. Prinsip pertama ini tidak terbatas, berada dalam gerakan terus-menerus. Anaximines
tidak setuju dengan Anaximander mengenai sifat prinsip pertama yang tidak dapat ditentukan.
Anaximines berpendapat perlunya penjelasan yang lebih jelas dan konkrit tentang asal usul
segala sesuatu.
 Simplicius menulis: “Udara mengalami perubahan besar melalui penghalusan dan kondensasi.
Melalui penghalusan, ia berubah menjadi api dan angin. Sebaliknya, jika mengental, ia
membentuk awan, dan melalui kondensasi lebih lanjut, ia menjadi air, lalu tanah, lalu batu.
Semua hal lain berasal dari zat-zat ini.” (Simplicius, Dalam Arist. Phys., 24, 26).
 Memampat dan memuai --> udara memuai menjadi api, sebaliknya angin adalah udara yang
memampat dan awan2 terbentuk dari udara yang termampatkan, krn pemampatan yang lebih
besar lagi udara menjadi air, jika dimampatkan lebih besar lagi akan jadi tanah, bila
dimampatkan maximal akan jadi batu2an.
 Ia percaya bahwa udara adalah Tuhan, bahwa ia diturunkan luar biasa besar, tak terbatas dan
selalu bergerak. Para Tuhan itu muncul dari udara
 Anaximenes mendengar tentang teori air dari Thales, tetapi dia mau tahu air datang dari ama.
Dia percaya bahwa air datang dari udara yang dimampatkan, saat dia oberservasi hujan yang
4

turun dari langit, api dan tanah juga terbuat dari udara. Oleh sebab itu dia percaya api, tanah
dan air bisa menjadi sumber kehidupan, tetapi udara adalah sumber dari segalanya.

Pythagoras
 Pythagoras arche adalah angka. Dia percaya bahwa angka dan matematika adalah realitas,
angka dan matematika mewakili semua ciptaan.
 Pythagoras mempunyai sekte agamanya sendiri dan memuja angka. Pythagoras mengajarkan
sesuatu tentang transmigrasi dan keabadian jiwa (jiwa dapat berpindah dari manusia ke
hewan dan sebaliknya). Ajaran sekte ini tentang matematika dan geometri nantinya akan
sangat mempengaruhi penelitian tentang alam.
 Mereka juga mencoba menemukan prinsip pertama dalam matematika bilangan. Melalui
pengamatannya, kaum Pythagoras menemukan bahwa Alam Semesta mempunyai pola
matematis yang jelas. Harmoni musik dapat dipahami sebagai sekumpulan hubungan
numerik. Fenomena alam dapat diukur secara numerik. Bagi mereka, angka merupakan esensi
dan substansi dari segala sesuatu yang nyata.
 Ajaran pythagoras adalah bahwa jiwa itu immortal, jiwa itu bisa masuk ke dalam makhluk2
hidup (lainnya), semua yang pernah ada akan kembali lagi, tidak ada yang baru sama sekali,
dan bahwa semua mahkluk hidup harus dipandang berasal dari jenis spesies yang sama.
 Pythagoras juga percaya bahwa segala sesuatu berasal dari spesies yang sama, baik manusia,
hewan, maupun tumbuhan. Oleh karena itu, tidak dibenarkan baginya untuk membunuh
hewan karena jiwa mereka sama berharganya dengan jiwa manusia. Itulah sebabnya anggota
sekte Pythagoras adalah vegetarian.

Xenophanes
 Xenophanes mengajarkan bahwa tuhan itu satu dan tak bertubuh. Hanya ada satu tuhan, ia
adalah yang paling besar di antara semua tuhan dan semua manusia, dan ia tidak mirip
dengan yang mortal (manusia) entah dalam pikiran maupun dalam rupanya.
 Xenophanes mulai ada pemilahan antara : pemikiran yang benar (episteme) dan pemikiran
umum (opini/doxa)
 Di mata Xenophanes, Tuhan itu satu dan menyeluruh. Di mata umum, Tuhan bisa
digambarkan secara antropomorfis, orang ethiopia menyatakan tuhan mereka hitam dan
pesek, sementar thraks menyatakan tuhan mereka bermata biru dan merah, jika sapi dan
kuda bisa mengambar mereka akan mengambar tuhan mereka seperti mereka.

Herakleitos
 Herakleitos mengatakan bahwa segalanya berubah dan tidak ada yang tetap tinggal kecuali
perubahan itu sendiri. Ia membandingkan segala sesuatu itu (benda-benda) dengan aliran
sungai, ia menambahkan bahwa kita tidak bisa masuk dua kali ke sungai yang sama.
 Tidak ada yang permanen keculai perubahan itu sendiri
 Sebagai seorang filsuf, Heraclitus adalah orang yang sulit dimengerti. Bagi Heraclitus,
segalanya berubah setiap saat. Tidak ada yang tetap sama. Ia juga melihat kenyataan sebagai
kontradiksi yang terus-menerus. Dia berkata, “Dari perselisihan, muncullah keharmonisan
yang paling indah.”
 Damai bukan saat ada yang menang, damai bagi Herakleitos ada di dalam pertentangan itu
sendiri.
 Tuhan adalah siang hari dan malam hari, musim dingin dan panas, perang dan damai,
kekayaan dan kelaparan, segala hal yang bertentangan dan berubah.
5

HEGEL
 Hegel berpendapat bahwa untuk menjelaskan sesuatu adalah dari lawannya, misal
menjelaskan merah dari yang bukan merah. Thesis --> antithesis --> menjadi synthesis atau
new thesis
Parmenides
 Parmenides dapat dikatakan kebalikan dari Herakleitos karena baginya tidak ada yang
berubah. Berubah saat kita mengalami pengalaman indra kita. Namun secara rasional,
perubahan tidak dapat terjadi. “Parmenides merasakan dengan indranya bahwa segala
sesuatunya berubah. Tapi, dia tidak bisa menyamakan ini dengan alasan yang
memberitahunya.” Dari sini dapat disimpulkan bahwa Parmenides lebih mengandalkan rasio
dibandingkan inderanya, karena indera dapat menipu dirinya. Parmenides bisa disebut
rasionalis.
 Parmenides juga melihat keberadaan wujud sebagai suatu rangkaian yang terpisah dari satu
wujud ke wujud lainnya. Tidak ada kesinambungan atau proses dalam urutan itu. Proses bagi
Parmenides hanyalah ilusi indra. Salah satu cara untuk menjelaskan hal ini adalah dengan
menunjukkan anak ayam. Anak ayam tidak muncul dari ketiadaan. Mereka berasal dari telur.
Telur berasal dari ayam. Dan seterusnya. Tidak ada yang bisa muncul dari ketiadaan, dan
tidak ada yang akan menjadi tidak ada.
 Parmenides berpendapat bahwa perubahan itu tidak mungkin dan eksistensi itu timeless,
seragam dan tidak berubah.
 ada itu ada, tapi tidak ada perubahan. Ada akan selalu ada. Tidak ada yang berasal dari
ketiadaan. Tidak ada yang eksis ada yang akan tiada. Dengan kita memikirkan tentang
sesuatu yang kita anggap tidak ada artinya itu ada (dipikiran kita). Berpikir dan ada adalah
satu hal yang sama.
 Dunia yang masuk akal tidak ada
 One Being is singular existence
 Parmenides tidak percaya dengan sesuatu yang dilihat mata, dia percaya bahwa indera kita
memberikan gambaran yang salah tentang dunia, gambaran yang tidak sama dengan tujuan
kita. Dia mempercayai apa yang dipikirkan dan bukan apa yang dilihat. Kepercayaan iman
terhadap tujuan / alasan manusia disebut dengan rasionalisme. Rasionalis adalah orang orang
yang percaya bahwa tujuan / alasan manusia adalah sumber utama dari pengetahuan di
dunia ini.
 Kita cuman bisa berkata dan berpikir tentang sesuatu yang ada atau eksis. Dan yang eksis itu
tidak dibuat dan abadi, yang mana keseluruhan utuh dan tidak berubah dan complete.
 Jostein Gaarder memberikan uraian pemikiran parmenides yaitu : (1) Alam semesta kita ini
dulu sudah ada, skrg ada, dan esok lusa juga akan tetap ada. (2) yang ad apastilah ada, tidak
mungkin tidak ada. Panca indera memang mengatakan seolah2 yg ada berasal dari ketiadaan,
namun jika dipikir2 terus, yg disebut ketiadaan itu sebetulnya merujuk pada sesuatu yang ada
juga. --> dijuluki rasionalis.
 Kesalahan Parmenides adalah menyamakan being sebagai something. Being sbg prinsip ideal
dianggap sebagai sesuatu, karena sesuatu maka logis jika dikatakan ia tidak bisa menerima
ketiadan atau non being. Posisi yang mengatakan non being tidak ada, secara tragis
mendukung penipu. Penipu adalah mereka yang selalu bercerita tentang yang tidak ada atau
non being sebagai ada. Posisi penipu ini bisa kita gambarkan dalam diri para sophis yang
beranggapan bahwa kebenaran/being tidak ada dan yang ada hanyalah tampakan kebenaran
(non being). yang penting buat para sophis bagaimana pendengar diyakinkan dan digerakkan.
 Platon berpendapat kita bisa mengatakan tidak ada karena kita mengaitkan dengan sesuatu
yang ada. Yang tidak ada itu eksis sejauh ia adalah bentuk lain dari ada. Maka platon
6

berbicara mengenai ada yang lain. Apa yang disebut parmenides tidak ada /non being diganti
platon menjadi yang lain/ other.
Zeno
 Sebagai murid Parmenides, Zeno membela gurunya. Ia membela pandangan bahwa
penampakan keragaman, perubahan, dan gerak adalah ilusi. Pemikirannya terkenal dengan
sebutan Paradoks Zeno (paradoks adalah pernyataan yang tampaknya tidak masuk akal yang
jika diselidiki, dapat dibuktikan kebenarannya). Melalui paradoksnya, Zeno ingin menunjukkan
bahwa pergerakan atau perubahan tidak mungkin dilakukan secara rasional.
 Salah satu paradoks Zeno adalah paradoks panah. Katakanlah sebuah anak panah
ditembakkan. Anak panah tersebut harus sampai ke titik A. Namun untuk sampai ke titik A,
anak panah tersebut harus menempuh setengah panjang tujuannya, yaitu A’. Dan agar
sebuah anak panah mencapai setengah dari panjang tersebut, anak panah tersebut harus
menempuh setengah dari setengah panjangnya, A'', dan seterusnya. Melalui paradoks ini,
Zeno ingin menunjukkan bahwa anak panah tidak bergerak sama sekali, karena barisannya
tidak terbatas.
 Argumentasi zeno juga dikisahkan sbg argumentasi akhiles yang dalam kisah Yunani berkaki
ringan tetapi tidak pernah bisa mengejar kura-kura yang berlari di depannya, karena untuk
bisa mengejar kura-kura akhiles harus mencapai terlebih dahulu titik dimana kura-kura ada di
depannya, dan setelah mencapai itu, ia harus mencapai lagi titik di depannya lagi dimana
sudah dicapai kura-kura sebelumnya, dan seterusnya, sehingga akhiles tidak akanpernah bisa
menyalip si kura-kura.
 Zeno berpendapat kenyataan itu sederhana dan tidak berubah
 Zeno tertarik dengan waktu, gerak, ruang dan perubahan yang dia katakan hanya ada
dipikiran kita

Anaxagoras
 Bagi Anaxagoras, prinsip dasar yang mengatur Alam Semesta adalah akal atau intelek. Akal ini
mengatur segalanya, namun tidak mencipta. Ini adalah asal mula gerakan, yang setelahnya
segala sesuatu mulai membedakan dirinya satu sama lain.
 Anaxagoras juga berpendapat bahwa semua makhluk terdiri dari homoemeries (campuran
dari elemen-elemen yang sangat kecil yang bersifat inert, tidak dapat diubah, abadi, dan
secara kualitatif berbeda satu sama lain.
 Pandangan ini dapat dirumuskan sebagai berikut, “Sebagian dari segala sesuatu dalam segala
sesuatu.” Jadi apa yang membuat beras, beras dan kayu menjadi kayu? Menurut teorinya,
meskipun beras mengandung segalanya, ia mengandung proporsi warna putih dan kekerasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kayu. Kayu memiliki proporsi kecokelatan, ketebalan,
dan kekerasan yang lebih tinggi sehingga menjadikannya kayu.
 Berdasarkan makanan yang sama, roti misalnya, muncul hal-hal yang berbeda : daging,
tulang, salurah darah, syaraf, rambut, kuku, dan sayap juga tanduk. Dengan begitu yang
sama mucul berkat pekerjaan yang sama.
 Karena bagian2 yang ada di dalam makanan adalah mirip dengan hal hal yang dihasilkannya,
maka ia menamainya homeomeres, dan ia menjadikannya prinsip2 untuk adanya segala
sesuatu. Homeomeres adalah materi, sementara intellek sebagai penyebab segala keteraturan
adalah cause efficiens. Segala sesuatu ada bersama-sama, tetapi intellek lalu menata atau
mengaturnya.

Empedokles
7

 Menurut Empedocles, Alam Semesta terbuat dari empat substansi dasar: udara, air, api, dan
bumi. Zat-zat ini bercampur dengan Cinta. Perselisihan (kebencian) memisahkan semua
elemen ini satu sama lain.
 Ada kekuatan di alam yaitu cinta dan benci. Kekuatan cinta menyebabkan setiap elemen
tertarik satu sama lain dan menjadi satu dalam bentuk tertentu atau menjadi manusia, dan
kekuatan kebencian menyebakan tercerai berainya / kehancuran sesuatu.
 Dalam kebencian semua terurai dan menjadi saling bertentangan, tetapi dalam cinta semua
saling bersatu dan setiap hal dipenuhi hasrat akan yang lainnya. Dari merekalah segala
sesuatunya yang telah ada, yang ada dan yang akan ada muncul; pohon-pohon, manusia,
burung, dan ikan ikan di air, dan juga para tuhan yang berumur panjang dan sangat
dihormati.

Leukippos
 Berpendapat jiwa adalah sejenis api atau sesuatu yang panas, bahwa api dan jiwa memiliki
atom berbentuk bulat, mirip dengan debu-debu atmosfer yang tampak dalam sorotan sinar
matahari yang masuk lewat jendela.
 Jiwa dibentuk dari atom yang berbentuk bulat, karena konfigurasi bulat itu, lebih dari segala
bentuk isinya, memungkinkan ia masuk dalam segala hal, dan dengan mampu mengerakkan
dirinya sendiri, ia juga bisa menggerakkan atom lainnya, oleh sebab itu dikatakannya bahwa
jiwa adalah sebuah realitas yang bisa memberikan gerakan pada mahluk hidup lainnya. Untuk
Leukippos, jiwa terbuat dari api.
 Segala sesuatu lahir dari atom-atom, akibat sebuah kekuatan irrasional.

Demokritos
 Demokritos berpendapat bahwa tidak ada yang eksis selain atom-atom dan ruang kosong,
semua lainnya hanya sebuah opini.
 Proses generasi adalah komposisi atom-atom, sedangkan proses pembusukan adalah
terurainya atom-atom tersebut.
 Kodrat segala hal hal yang kekal adalah substansi kecil-kecil, yang jumlahnya tak terbatas,
dan kepada substansi-substansi ini demokritos memberi sebuah tempat berbeda (dari
substansi tsb) yang besarnya tak terbatas. Kepada tempat itu ia memberinya nama
kekosongan, ketiadaan, ketakterbatasan. Dan pada setiap substansi ia memberinya nama;
hal, Hal yang padat, ada.
 Alam semesta terdiri dari atom atom kecil yang bergolak dan saling bertabrakan membentuk
unit-unit yang lebih besar.
 Penjelasan mekanistik melibatkan atom atom yang tidak dapat dhancurkan
 Tidak ada tujuan (telos), pengerak utama atau penyebab akhir.

Sofisme
 Kaum sofis bukanlah orang Athena. Mereka adalah pendatang yang mengajarkan ajaran baru
dan menentang kepercayaan tradisional.
 dari bahasa Yunani “sophist” yang berarti bijaksana
 Sofis : sekelompok filsuf dan guru Yunani professional abad ke 5 SM yang kmd dicirikan oleh
Plato sebagai manipulator retorika dan dialektika yang dangkal. Seorang penipu dalam
argumen, seorang pemikir yang cerdik atau keliru.
 Sophistry : metode penalaran yang halus, rumit, masuk akal secara dangkal, namun secara
umum salah.
 Sesuatu yang canggih belum tentu merupakan hal yang baik.
8

Individual Sophists
 Protagoras : manusia adalah ukurannya (man is the measure)
 Gorgias : Jika alasan tidak dapat membuktikan “ketiadaan itu eksis / ada” maka itu tidak bisa
membuktikan apapun. Jadi, tidak ada gunanya mencari kebenaran yang obyektif.
 Thrasymachus / callicles : Might makes right / kekuatan adalah kebenaran. Mengajarkan
agama kepada orang orang untuk mengkontrol mereka
 Herodotus : Sejarah dan budaya relativisme
 Protagoras : Manusia adalah ukuran dari semua hal
 Filsafat untuk disewa
 Paska kuno modernisme?
 Berargumen bahwa kebenaran adalah relatif
 mengajarkan retorika, seni persuasi, apapun kebenarannya.
 Sofisme merujuk pada aliran filsafat dan retorika pada yunani klasik serta hellenistik, yang
mengajarkan relativisme moral dan cara berargumentasi yang tampaknya masuk akal namun
keliru.
 Seorang sofis adalah pengajar yang dikenal pintar tapi mengelabui.

Thrasymachus
 Keadilan adalah kepentingan yang kuat (Republik)
 Politik adalah tentang keadilan.
 Dalam buku pertama Republik, terdapat 3 definisi keadilan:

 Cephalus : Keadilan adalah kejujuran dalam perkataan dan perbuatan atau sekedar membayar
hutang dan kewajiban seseorang.
 Socrates membantah pandangan ini. Ia berpikir jika keadilan adalah soal memberikan
persembahan, betapa menyedihkannya orang-orang miskin karena mereka tidak mampu
memberikan persembahan yang baik, shg mereka tidak mungkin mencapai keadilan.

 Polemarchus : Keadilan adalah bersikap baik terhadap teman, bersikap jahat terhadap musuh
dan memberi semua orang haknya.
 Socrates membantah pandangan ini. Jika Anda berbuat buruk kepada seseorang yang berbuat
buruk, maka keadilan berarti membuat semua orang yang buruk menjadi lebih buruk.

 Tharsymachus: Keadilan adalah kepentingan dari pihak yang kuat. Keuntungan dari yang lebih
kuat adalah Anda dapat mendefinisikan apa yang adil.
 Socrates membantah pandangan ini bahwa kesempurnaan seorang pemimpin adalah ketika
mendahulukan orang yang ia pimpin, manakala memimpin artinya mencari kebaikan bagi
orang lain, melayani kepentingan orang yang dipimpinnya. Pemimpin adalah gembala yang
baik.
 Tharsymachus mematahkan pandangan Sokrates bahwa tujuan orang mengembalakan ternak
tidak pernah untuk melayani sapi dan dombanya, tetapi tujuannya adalah demi melayani
kepentingannya sendiri, mengeksploitasi ternaknya untuk kepentingan sendiri.
 Lalu Sokrates merumuskan ulang posisi thrasymaskhos ini bahwa keuntungan dari yang lebih
kuat adalah apa yang anda tegaskan itu yang benar.
 keadilan adalah kepentingan dari pihak yang kuat
 Kekuasaan menjadikan sesuatu benar
9

 kekuasaan harus menjadi tujuan semua orang, bukan gagasan konvensional mengenai
moralitas dalam politik.
 Pemimpin, orang yang lebih kuat, menjalankan pemerintahan mengikuti kepentingannya
sendiri.
 Orang yang lebih kuat tidak memerlukan hukum karena semuanya pasti menuruti apa yang
dia mau, hukum hanyalah kosmetik yang agak berlebihan untuk menutupi seringi
keserakahannya. Jika penguasa menentukan apa yang adil, sebenarnya itu hanyalah kedok
keserakahan mereka. Mereka yang berkuasa mengambil keuntungan dari hal ini. Pandangan
keadilan inilah yang terjadi di dunia nyata
 Thrasymacus mencerminkan realisme inti tentang bagaimana pihak yang terkuat
mengeksploitasi yang lemah dan keadilan hanyalah kedok eksploitasi ini.

Pseudo-Naturalisme - adl naturalisme yang ada dibelakang keyakinan sofis, mengingat kekuatan
alamiah yang dimaksudkan tidak merujuk secara khusus pada satu orang yang secara alamiah
paling kuat, melainkan juga merujuk pada sekelompok orang yang secara alamiah lemah namun
bersatu sehingga menjadi “lebih kuat” daripada satu orang kuat. Co: kumpulan semut bisa lebih
kuat dari seekor singa. Ini hanya tampaknya saja (pseudo) bersandar pada fakta alamiah.
Omongan tentang alam (nature) yang tidak sepenuhnya bersangkutan dengan kodrat (nature),
atau pseudo naturalisme, menjadi landasan pendapat kaum sofis bahwa hukum hanyalah
kesepakatan.

- Republik mendefinisikan keadilan sebagai melakukan tanggung jawab seseorang.

Glaucon
 Dalam buku kedua Republik:
 Glaukoma dan Adiamantus (saudara laki laki Plato) melanjutkan argumen Tharsymacus dan
memperkuatnya untuk melawan argumen bantahan Sokrates.
 Glaukon bertitik tolak dari premis menarik berikut ini:
 Banyak orang yang berpandangan bahwa berbuat ketidakadilan adalah hal yang baik
karena menguntungkan diri sendiri, sedangkan menjadi korban ketidakadilan adalah suatu
hal yang buruk.
 Dan orang berpendapat, dikenai ketidakadilan atau menjadi korban ketidakadilan terasa
lebih menjengkelkan dibandingkan perasaan melakukan ketidakadilan terhadap orang lain.
 Dari sini, ketika semua orang merasa menderita akibat ketidakadilan, mereka sepakat satu
sama lain untuk melarang ketidakadilan. Mereka menyadari posisinya sebagai pihak yang
lemah yang gampang menjadi korban ketidakadilan.
 Persepakatan itulah yang kmd disebut sebagai hukum, dan apa yang diatur dalam hukum
disebut sebagai “adil”

 Glaucon membela Thrasymakhos dengan argumen bahwa hukum dan keadilan adalah
persepakatan antara orang lemah, orang yang tidak cukup kuat untuk melakukan
ketidakadilan. Tampak Glaukon berseberangan dengan Thrasymakhos (yang mengatakan
bahwa adil adalah keuntungan orang yang lebih kuat). namun sebenarnya dia masih satu alur
dengan thrasymaskhos, sebab seturut argumentasinya, seorang yang benar-benar kuat, tidak
pernah membutuhkan kesepakatan seperti itu. Lelaki sejati seperti di rimba belantara, adalah
yang menentukan hukumnya sendiri, keadilannya sendiri.
 Glaukon melengkapi dan memoles hukum ala sofisme bahwa hukum hanya konvensi, keadilan
hukum ditaati tidak ecara kodratiah melainkan karena dianggap mewakili kepentingan (satu
orang kuat, atau sekelompok orang lemah yang menjadi kekuatan tersendiri). Sejauh
kepentingan berubah-ubah, maka hukum dan keadilan juga bersifat relatif.
10

 Glaukon - kasus melawan keadilan : Seorang yang adil tidak selalu berbeda dengan ornag
orang yang tidak adil. Keduanya baik yang adil dan yang tidak menerima keadilan, akan
berbuat sama di situasi dan kesempatan yang sama. Co: jubah atau cicin yang bisa membuat
orang tidak tampak, baik di tangan orag baik atau jahat, pasti digunakan untuk
kepentingannya sendiri.
 Bagi kaum sofis, adil dan tidak adil adalah sama, karena apa yang mereka lakukan adalah
demi kepentingan diri sendiri.
 Glaucon menegaskan pandangan ini melalui kisah Gyges dari Lydia.
 Melalui cerita ini, tabir tembus pandang menjadikan kebaikan tidak berbeda dengan
keburukan. "Dan dalam semua hal lainnya, berperilaku sesuai dengan tindakan tuhan."

Kritias
 berpendapat bahwa supaya orang bersedia mengikuti aturan hukum, perlu dibuat ancaman
hukuman. Namun untuk menjamin seseorang benar2 mentaati hukum, pun ketika sendirian
dan tidak ada saksi, perlu diciptakan semacam “saksi ideal yang melihat segala sesuatu,
mendengar semua, dan menimbulkan rasa takut akan hukuman, dalam diri manusia.
Singkatnya, ditemukanlah apa yang disebut dewa atau keilahian.
 kaum sofis menyatakan bahwa nilai moral hanyalah konvensi belaka. Itu kenapa setiap
komunitas dan bangsa memiliki norma moral dan hukum yang berbeda. Tidak ada keadilan
atau kesalehan kodrati yang bersifat universal. Nilai-nilai keadilan atau kesalehan disepakati
sebagai nilai oleh ada manusia atau komunitas politis yang mengusungnya.
 Pengajaran etis kamum Sofis memang memusatkan perhatiaan pada manusia.
 Semuanya hanyalah kesepakatan antar kelompok individu tertentu, sehingga tidak ada hukum
alam yang universal. Semuanya relatif. Kaum Sofis mengabaikan hukum alam universal.
 Tabula rasa.

Protagoras
 Manusia sebagai ukuran segala sesuatu
 Untuk segala sesuatu, selalu ada dua sisi, yang saling berhadapan/bertentangan.
 Dalam setiap perdebatan, setiap orang bisa menempatkan diri pada posisi apa pun.
 Bagi kaum sofis, yang benar adalah yang menang. Jadi, ini bukan soal fakta tapi bagaimana
seseorang meyakinkan melalui argumennya. Tidak ada kebenaran tetapi apa yang tampaknya
benar sudah cukup.
 Contoh : pro dan kons menaikkan BBM serta pajak

Bagi Protagoras, persepsi tiap orang sama benarnya. Ini yang disebut relativisme.
 Tafsiran / Interpretasi obyektif: Ada argumen mendasar di balik kedua argumen tersebut.
Contoh: A udara tampak dingin ; B udara tampak panas --> underlying reality : udara
dalam dirinya sendiri yang tidak panas dan tidak dingin.
 Tafsiran / Interpretasi infalibilitas: Setiap persepsi adalah benar karena setiap tindakan
persepsi mengubah objeknya. Contoh : A udara tampak dingin --> saat itu udara memang
dingin ; B udara tampak panas --> saat itu udara memang tampak panas.
 Penafsiran relatif/ tafsiran relativis: untuk setiap hal, selalu dimungkinkan mengatakan dua
pernyataan yang berkebalikan. Yang terpenting bagaimana dengan kekuatan logos
(pikiran, kata, pernyataan) orang bisa menyakinkan kepada pendengarnya bahwa
persepsinyalah yang paling benar.

 Relativisme bisa berbahaya jika fakta dan data diabaikan sehingga dengan entengnya
direkayas seenak sendiri.
11

 Sofisme Protagoras menyentuh relativisme dengan berpendapat : manusia adalah ukuran


segala sesuatu, untuk apa yang ada bahwa itu ada, dan untuk apa yang tidak ada bahwa itu
tidak ada.
 Doktrin relativisme yang diusung protagoras lawan dari ajaran kebenaran yang diberikan
dewa Aletheia (kebenaran) kepada Parmenides. Sang dewi mengajarkan kebenaran ada dan
memeringatkan supaya tidak percaya begitu saja pada opini2 atas dasar persepsi inderawi
(yang seolah olah mengatakan sesuatu itu ada dan menjadi tiada atau sesuatu itu muncul dari
ketiadaan menjadi ada). Bagi dewi Aletheia kebenaran hanya ada bila kita mengikuti
perspektif keilahian. Platon menegaskan perspektif parmenides dengan menyatakan bahwa
yang ilahi (dewa) adalah ukuran bagi segala sesuatu.

Menurut Parmenides, kebenaran adalah sesuatu yang ilahi yang tidak dapat diakses oleh makhluk
fana (manusia). Untuk ini, Protagoras berpendapat bahwa seseorang hanya dapat membuat opini.
Inilah sebabnya mengapa bagi Protagoras, yang terpenting adalah bagaimana seseorang
memberikan pendapatnya karena manusia tidak dapat berbicara tentang kebenaran.

Agnostik: Saya tidak tahu. Apakah Tuhan itu ada atau tidak, saya tidak tahu.
Gnosis: Ajaran agama yang berlandaskan filsafat.

Gorgias
 Kaum sofis adalah guru yang mengajari orang bagaimana menjadi sukses dalam
masyarakatnya.
 Efektivitas kata-kata tidak ditentukan oleh kebenaran di dalamnya tetapi seberapa
persuasifnya kata-kata itu.
 Sofisme selalu dikaitkan dengan retorika yang memberi nilai tinggi pada efektivitas bahasa.
 Kepercayaan sofisme pada efektivitas bahasa bahkan bisa mengadakan apa yang dalam
pemahaman banyak orang tidak ada.
 “Pengaruh ucapan terhadap kondisi jiwa sebanding dengan kekuatan obat terhadap sifat
tubuh.” Kata-kata bisa menyembuhkan tapi juga membunuh.Kata-kata (logos) seperti obat
yang adalah sekaligus racun.
 Bagi Gorgias, tidak ada hubungan antara kata-kata dan realitas, karena realitas itu sendiri
tidak ada, atau lebih tepatnya ada tidaknya realitas ditentukan oleh kata-kata.
 Pemikiran Gorgias:
 Tidak ada yang ada
 Jika memang ada, maka tidak dapat dipahami
 Jika dapat dipahami maka tidak dapat dikomunikasikan
 Gorgias melawan doktrin Parmenides (dan muridnya Zenon) yang menyatakan bhw hanya
yang ada, ada, yang tidak ada, tidak ada. Pikiran bagi Parmenides hanya bisa mulai berpikir
jika ada sesuatu yang dipikirkan. Kalau yang dipikirkan tidak ada, maka pikiran tidak bisa
bekerja. Bisakah kita berpikir tentang sesuatu yang tidak ada? Tidak mungkin karena kalau
kita memikirkan ketiadaan nothingness artinya disitu kita malah mengadakannya (nothingness
dipikirkan sebagai something). Doktrin Parmenides : pikiran dan ada adalah satu dan sama.
 Gorgias mengusung retorika yang meradikalkan tesis2 Parmenides :
 Bila pikiran memang sama dengan ada itu sendiri maka (2) pikiranlah yang mengadakan
segala sesuatunya. Lantas apa itu realitas di luar diri kita? Adakah realitas diluar diri kita? Ada-
kah ayam dan telur? (3)Jawabannya jelas : realitas di luar diri kita tidak ada, karena yang ada
hanyalah pikiran kita yang mengadakan semua itu.

 Gorgias menentang Parmenides yang menganggap pemikiran dan keberadaan adalah sama.
12

 Bagi Gorgias, kenyataan tidak ada. Yang ada hanyalah persepsi manusia. Lewat persepsi ia
mengadakan realitas. Tidak ada hakim yang bisa mengatakan persepsi satu lebih benar dari
persepsi yang lain karena tolak ukurnya yakno realitas tidak ada.
 Pikiran membentuk kenyataan. Tidak ada apa-apa, tidak ada kenyataan. Yang ada hanyalah
ketiadaan. Ia anti ontologi (keberadaan wujud).
 Bagi Gorgias, kita hanya bisa mengomunikasikan kata-kata, bukan wujud sesuatu. Wujud
tidak berhubungan dengan pikiran.

Platon memerangi Sofisme. Ia mengutuk cara berpikir dan metode logika mereka. Di satu sisi
kaum Sofis adalah pendidik tulen yang memunculkan fenomena budaya intelektual di Athena,
Namun di sisi lain, kaum Sofis jatuh terjerumus ke dalam bahaya sophistiqueire (omong pinter
untuk menipu) seperti yang disadari Sokrates dan Platon pada jamannya. Sejak Platon, kata
sofisme praktis menjadi musuh filsafat, dijuluki kembaran hitam filsafat.
Bagi Platon, filsafat mencegah manusia dari kontradiksi, membantu manusia menemukan
kebenaran melalui dialog dengan orang lain.
Retorika bagi Platon ibarat kosmetik atau sanjungan, bukan filsafat.
Retorika adalah seni mengatur pikiran manusia.
Bagi Aristoteles, ia setuju retorika jika berupa segitiga yang setiap sisinya gabungan dari logos
(kata-kata), pathos (nafsu), etos (karakter moral). Harus ada etos yang melengkapi logos dan
pathos.

Socrates:
 Guru yang Tidak Pernah Menulis
 Saya tidak bisa mengajar siapapun apapun, saya cuman bisa membuat mereka berpikir.
 Dengan Sokrates kita memasuki sebuah wilayah baru yaitu dimana titik perhatian filsafat akan
dipusatkan kepada “tujuan keberadaan manusia dan soal apa itu hidup yang baik”.
 pengaruh kaum Sofis mendorong lebih cepat terjadinya “desintegrasi” (karena ajaran relativis
tanpa dibarengi “ajaran alternatifnya”, dengan cepat membuat pondasi2 masyarakat benar
benar runtuh). Di tengah tengah desintegrasi dan kemerosotan seperti itulah muncul
Sokrates.
 Sokrates adalah figur bagi manusia yang mencari jati dirinya sendiri, mempertanyakan dirinya
sendiri di dunia ini, mempertanyakan pengetahuannya sendiri, pikirannya sendiri, dan
akhirnya menemukan bahwa pengetahuan manusia ternyata tidak lebih daripada sekedar
ketidaktahuan (ignorantia) bila dibandingkan dengan kebenaran yang senatiasa sedang ia
cari. Ia akan menunjukkan bahwa apa yang diketahui seseorang sebenarnya tidak ia ketahui,
dan dengan itu ia mengasah mereka untuk selalu mencari “lebih tahu” lagi.
 Sokrates : “Satu hal yang saya tahu adalah saya tidak tahu apa-apa.”

 Seorang peramal di Delphi mengatakan bahwa Socrates adalah orang paling bijaksana di
Yunani. Dia begitu tertarik dengan ramalan ini sehingga dia pergi ke Athena untuk menguji
kebijaksanaannya. Lewat berbagai diskusi, Sokrates bisa menyimpulkan bahwa sejatinya ia
memang lebih bijaksana daripada banyak orang lainnya, bukan karena ia merasa paling tahu
tapi sebaliknya ia merasa diri lebih bijak karena paling tidak ia sendirilah yang tahu bahwa
dirinya tidak tahu. (sedangkan banyak orang lain merasa tahu padahal mereka sebenarnya
tidak tahu apa apa).
 Metode bidan → Socrates tidak pernah memberikan jawaban. Dia melibatkan orang-orang
dalam percakapan untuk membuat mereka berpikir. Dia memimpin orang untuk menemukan
jawabannya sendiri.
 Socrates tidak pernah menghasilkan apa pun tetapi ia mendorong manusia untuk
menghasilkan sesuatu.
13

 Akhirnya, dia dijatuhi hukuman mati.


 Socrates dikenal melalui tulisan muridnya, Platon.
 Fokus filsafat Socrates adalah tujuan manusia dan hakikat manusia.
 Socrates mengubah cara berpikir Eropa.

 Metode pengajaran Socrates adalah melalui dialog dengan orang lain. Dalam dialog-dialognya,
Socrates tidak pernah memberikan jawaban pasti. Bagi Socrates, filsafat adalah cara hidup.

 Socrates memberikan inspirasi kepada orang-orang pada masanya. Kaum Megaric, Sinis,
Platonis, Epicurean, dan Stoa mendasarkan ajaran mereka pada Socrates. Masing-masing
aliran ini mengikuti aspek unik dari pengajaran Socrates.
 Kaum Megarics mengikuti cara berdebat Socrates, dengan pelopornya Euklides,
mengembangkan Sokrates yang jago dialog sanggahan (elegkhos).
 Kaum Kirenaik yang dipimpin Aristippos menekankan aspek humanisme agnostik sokrates.
 Anthisthenes yang memimpin aliran kaum Sinis, akan mengikuti cara hidup Sokrates yang
meremehkan segala apa yang bersifat material dan adat kebiasaan masyarakat yang
terlalu konvensional dan baik-baik. kaum Sinis mengikuti cara hidup Socrates yang
sederhana.

Sebagai warga negara Yunani, Socrates menaati aturan polis (negara-kota). Dia pernah menjadi
tentara dan anggota Senat. Dia memanjatkan doanya dan berpartisipasi secara aktif. Namun bagi
negaranya, ia dipandang sebagai ancaman. Ia dituding membawa pengaruh buruk bagi generasi
muda. Eksekusi kematiannya kemungkinan besar bersifat politis.
Beberapa alasan mengapa Socrates dijatuhi hukuman mati:
1. Dia dituduh sebagai seorang ateis mengajarkan atheisme. Socrates dianggap melakukan
kejahatan paling berat, yaitu tidak menghormati para dewa-dewi. Para ahli saat ini percaya bahwa
pada saat itu, undang-undang ini tidak berlaku.
2.Dia memperkenalkan dewa-dewa baru. Tuduhan ini didasarkan pada kebiasaan Socrates yang
mengatakan bahwa dirinya terinspirasi oleh para dewa. Ini tidak mungkin menjadi alasan
mengapa tindakan ini tidak dilarang dan banyak orang Yunani pergi ke paranormal untuk mencari
jawaban.
3.Alkibiades, Xarmides, dan Kritias, tiga orang yang dekat dengan Sokrates, dianggap sebagai
musuh-musuh demokrasi karena terlibat di pemerintahan Tiran 30 atau berkolaborasi dengan
Sparta.

Ajaran Socrates:
1.Bagi Socrates, urusan terpenting manusia adalah merawat jiwanya, membuat jiwanya sebik
mungkin. Socrates memandang jiwa sebagai prinsip intelektual dan moralitas seseorang. Jiwa
merupakan prinsip dasar segala sesuatu yang dilakukan manusia. Jiwalah yang menentukan baik
atau buruknya seseorang, bahagia atau tidak bahagia dalam arti kesuksesan hidup. Jiwa adalah
agen yang bertanggung jawab untuk mengetahui dan bertindak secara benar atau salah.
Sebelum Socrates, kaum phusikos melihat jiwa sebagai nafas kehidupan. Itu penting untuk aspek
fisik manusia tapi itu bukan prinsip kesadaran.

2.Bagaimanakebaikan jiwa ini bisa diraih? Menurut Sokrates, jiwa bisa meraihnya bila ia benar
benar MENGETAHUI APA ITU KEBAIKAN.. Bagi Socrates, tindakan yang benar berasal dari
pengetahuan yang benar. Jadi, “kebajikan adalah pengetahuan.” (Virtue is knowledge) vs. Evil is
ignorance
Apa itu pengetahuan? Pengetahuan adalah sebuah realisasi konkret, sebuah pembalikan arah,
sebuah raihan “eksistensial” berkat “sikap pertobatan jiwa” yang diubah secara total oleh
penglihatan akan kebaikan. Pengetahuan diperoleh berkat proses purifikasi jiwa.
14

Pengetahuan adalah realisasi yang penuh dan segera, suatu pembukaan atau pengalihan mata
terhadap jiwa menuju visi yang langsung dan karenanya meyakinkan tentang Kebaikan. Itu
adalah pemurnian jiwa. Ini bukan pengetahuan obyektif tetapi kemampuan internal untuk berpikir
dan membedakan apa yang harus dilakukan.
Mengenal diri sendiri adalah cara untuk keluar dari ketidaktahuan diri. Menjalani kehidupan
filosofis berarti mengkaji diri sendiri dan orang lain.
Pengetahuan adalah kesadaran penuh akan kebaikan.

 Sebaliknya, kejahatan datang dari ketidaktahuan (ignorance). Kejahatan tidak disengaja


karena disebabkan oleh ketidaktahuan seseorang. Ada yang mengira dia melakukan sesuatu
yang baik padahal sebenarnya yang dia lakukan itu buruk.
 Maksim utama Sokrates adalah Gnothi seauton : kenalilah dirimu sendiri. Yaitu praktek untuk
keluar dari ketidaktahuan diri. Kita mengenali diri saat mengenali akar paling dalam dari
keinginan atau hasrat kita akan kebaikan. Artinya juga mengenali kelemahan dan kekurangan.
Menemukan bahwa kita tida tahu. Misi hidupnya adalah hidup dengan berfilsafat, dengan
memeriksa diri sendiri dan orang lain. Baginya, hidup yang tidak diperiksa adalah hidup yang
tidak layak dijalani manusia.

3 Doktrin selanjutnya “all virtue is one” dan “metode diskusi Sokrates”. keutamaan itu satu,
keutamaan adalah pengetahuan. Maka pengetahuan itu betul-betul sebuah pengetahuan ketika
manusia memahaminya sebagai KESELURUHAN (secara utuh). saat ia memahami visi kebaikan
(dan kejahatan) secara utuh (memiliki dalam dirinya sendiri), maka ia memiliki pedoman bagi apa
pun situasi yang ia hadapai: kapan ia harus bertindak ugahari, berani, bijaksana, dan adil kepada
sesamanya.

Anda mungkin juga menyukai