Anda di halaman 1dari 13

Masa Pemikiran Filsafat Pra Yunani Kuno

Filsafat Yunani Kuno Pada masa ini, manusia masih menggunakan batu sebagai
alat bantu. Karenanya zaman ini juga dikenal dengan zaman batu. Hal ini dikuatkan
oleh penemuan-penemuan yang diperkirakan sebagai peninggalan zaman Sebelum
Masehi, antara lain adalah: 

a)      Alat-alat dari batu

b)      Tulang belulang hewan

c)      Sisa beberapa tanaman

d)     Tempat penguburan

e)      Tulang belulang manusia purba

Pada abad 16 hingga 5 SM manusia telah menemukan alat-alat yang terbuat


dari besi, tembaga dan perak yang digunakan sebagai berbagai macam peralatan.
Zaman ini disebut-sebut sebagai masa persiapan lahirnya filsafat (abad 6 SM).
Disebutkan oleh K.Bartens, setidaknya ada tiga faktor yang mendahului lahirnya
filsafat:

1. Berkembangnya mite-mite atau mitologi yang cukup luas di kalangan bahasa


yunani. Mitologi-mitologi ini dianggap salah satu sebab yang membidani lahirnya
filsafat karena mitologi merupakan percobaan untuk memahami. Mite-mite telah
memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang bergejolak dalam hati manusia,
darimana dunia kita? Darimana kejadian alam? Mite yang mencari keterangan tentang
asal-usul dalam semesta disebut mite kosmogonis, sedangkan mite yang menerangkan
tentang asal-usul dan sifat kejadian disebut dengan mite kosmologis. 
2. Kesusasteraan Yunani, seperti karya puisi Homeros yang berjudul Ilias dan
Odyssea mempunyai kedudukan yang istimewa dalam karya sastra Yunani. Bahkan
dalam jangka waktu yang cukup lama, karya tersebut dijadikan sebagai semacam
buku pedoman bagi bangsa Yunani. 
3. Pengaruh Timur Kuno seperti Mesir dan Babylonia yang sudah mengenal
ilmu hitung dan ilmu ukur. Tentu saja, hal ini berdampak positif bagi bangsa Yunani,
terutama perannya mendukung perkembangan astronomiYunani. Di sinilah letak
kecerdasan bangsa Yunani, yang mampu mengolah kembali ilmu pengetahuan dari
timur dengan begitu ilmiah.

Filsafat Yunani Kuno Filsafat Pra Yunani Kuno adalah filsafat yang dilahirkan
karena kemenangan akal atas dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang
memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Baik dunia maupun manusia
para pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang bijak yang mencari-cari jawabannya
sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya tersebut. 

Sedangkan arti filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia
artinya bijaksana/pemikir yang menyelidiki tentang kebenaran-kebenaran yang
sebenarnya untuk menyangkal dongeng-dongeng atau mite-mite yang diterima dari
agama. 

Pemikiran filosof inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu baik
dunia maupun manusia yang menyebabkan akal manusia tidak puas dengan
keterangan dongeng atau mite-mite tersebut dengan dimulai oleh akal manusia untuk
mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu. 

Mite-mite tentang pelangi atau bianglala adalah tempat para bidadari turun dari
surga, mite ini disanggah oleh Xenophanes bahwa “pelangi adalah awan” dan
pendapat Anaxagoras bahwa pelangi adalah pemantulan matahari pada awan
(pendapat ini adalah pendapat pemikir yang menggunakan akal). Pendekatan yang
rasional demikian menghasilkan suatu pendapat yang dikontrol, dapat diteliti oleh
akal dan dapat diperdebatkan kebenarannya. Para pemikir filsafat yang pertama
berasal dari Dimiletos kira-kira pada abad ke 6 SM, dimana pada abad tersebut
pemikiran mereka disimpulkan dari potongan-potongan yang diberitakan oleh
manusia dikemudian hari atau zaman.

Dapat dikatakan bahwa mereka adalah filosof alam artinya para ahli fikir yang
menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menjadi sasaran para ahli
filsafat tersebut (obyek pemikirannya adalah alam semesta). 

Tujuan filosofi mereka adalah memikirkan soal alam semesta, dari mana
terjadinya alam itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang
demikian itu merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab
pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa
yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang
dilain pihak, orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari
cerita nenek moyang. 

Pemikiran Filsafat Yunani Kuno

a)   Filsafat Pra Socrates

Filsafat Yunani Kuno Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan
filsafat, karena pada zaman ini orang memiliki kebebasan untuk berpendapat atau
mengungkapkan ide-idenya. Pada masa itu, Yunani dipandang sebagai gudang ilmu
dan filsafat, karena bangsa Yunani sudah tidak lagi mempercayai mitos-mitos.
Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalamanyang didasarkan pada sikap
receptive attitude (sikap menerima begitu saja) melainkan menumbuhkan sikap yang
senang menyelidiki atau kritis. Sikap kritis inilah yang menjadikan bangsa Yunani
berada pada barisan terdepan dalam ilmu pengetahuan.
Filsafat zaman Yunani kuno mencakup zaman Pra Socrates dan zaman
keemasan filsafat. Tokoh-tokoh filosof pada masa itu adalah Thales, Anaximandros,
Anaximenes, Pythagoras, dan Heraklitos. Mereka dikenal dengan filosof alam.
Sedangkan masa keemasan filsafat dimeriahkan oleh tokoh-tokoh seperti, Socrates,
Plato dan Aristoteles. Pada masa inilah filsafat Yunani menikmati masa
keemasannya.

Filsafat pra-socrates ditandai oleh usaha mencari asal (asas) segala sesuatu
(“arche”). Tidakkah di balik keanekaragaman realitas di alam semesta itu hanya ada
satu azas? Thales mengusulkan: air, Anaximandros: yang tak terbatas, Empedokles:
api-udara-tanah-air. Herakleitos mengajar bahwa segala sesuatu mengalir (“panta rei”
selalu berubah), sedang Parmenides mengatakan bahwa kenyataan justru sama sekali
tak berubah. Namun tetap menjadi pertanyaan: bagaimana yang satu itu muncul
dalam bentuk yang banyak, dan bagaimana yang banyak itu sebenarnya hanya satu?
Pythagoras (580-500 sM) dikenal oleh sekolah yang didirikannya untuk merenungkan
hal itu. Democritus (460-370 sM) dikenal oleh konsepnya tentang atom sebagai basis
untuk menerangkannya juga. Zeno (lahir 490 sM) berhasil mengembangkan metode
reductio ad absurdum untuk meraih kesimpulan yang benar. 

Secara umum dapat dikatakan, para filosof pra-Socrates berusaha


membebaskan diri dari belenggu mitos dan agama asalnya. Mereka mampu melebur
nilai-nilai agama dan moral tradisional tanpa menggantikannya dengan sesuatu yang
substansial.

1. Aliran Miletos/Madzhab Milesian

Filsafat Yunani Kuno – Aliran ini disebut Aliran Miletos karena tokoh-
tokohnya merupakan warga asli Miletos, di Asia Kecil, yang merupakan sebuah kota
niaga yang maju. Berikut beberapa tokoh yang termasuk kedalam Aliran Miletos atau
dikenal pula dengan istilah Madzhab Milesian: 
1)      Thales

Filsafat Yunani Kuno – Thales hidup sekitar 624-546 SM. Ia adalah seorang
ahli ilmu termasuk ahli ilmu Astronomi. Ia berpendapat bahwa hakikat alamini adalah
air. Segala-galanya berasal dari air. Bumi sendiri merupakan bahan yang sekaligus
keluar dari air dan kemudian terapung-apung diatasnya. 

Pandangan yang demikian itu membawa kepada penyesuaian-penyesuain lain


yang lebih mendasar yaitu bahwa sesungguhnya segalanya ini pada hakikatnya adalah
satu. Bagi Thales, air adalah sebab utama dari segala yang ada dan menjadi akhir dari
segala-galanya.

Ajaran Thales yang lain adalah bahwa tiap benda memiliki jiwa. Itulah
sebabnya tiap benda dapat berubah, dapat bergerak atau dapat hilang kodratnya
masing-masing. Ajaran Thales tentang jiwa bukan hanya meliputi benda-benda hidup
tetapi meliputi benda-benda mati pula. 

2)      Anaximander

Filsafat Yunani Kuno – Anaximander adalah murid Thales yang setia. Ia hidup
sekitar 610-546 SM. Ia berpendapat bahwa hakikat dari segala seuatu yang satu itu
bukan air, tapi yang satu itu adalah yang tidak terbatas dan tidak terhingga, tak
berubah dan meliputi segala-galanya yang disebut “Aperion”. Aperion bukanlah
materi seperti yang dikemukakan oleh Thales. Anaximander juga berpendapat bahwa
dunia ini hanyalah salah satu bagian dari banyak dunia lainnya. 

3)      Anaximenes
Anaximenes hidup sekitar 560-520 SM. Ia berpendapat bahwa hakikat segala
sesuatu yang satu itu adalah udara. Jiwa adalah udara; api adalah udara yang encer;
jika dipadatkan pertama-tama udara akan menjadi air, dan jika dipadatkan lagi akan
menjadi tanah, dan akhirnya menjadi batu. Ia berpendapat bahwa bumi berbentuk
seperti meja bundar.

2. Aliran Pythagoras

Filsafat Yunani Kuno – Pythagoras lahir di Samos sekitar 580-500 SM. Ia


berpendapat bahwa semesta ini tak lain adalah bilangan. Unsur bilangan merupakan
prinsip unsur dari segala-galanya. Dengan kata lain, bilangan genap dan ganjil sama
dengan terbatas dan tak terbatas.

1)      Xenophanes

Xenophanes merupakan pengikut Aliran Pythagoras yang lahir di Kolophon,


Asia Kecil, sekitar tahun 545 SM. Dalam filsafatnya ia menegaskan bahwa Tuhan
bersifat kekal, tidak mempunyai permulaan dan Tuhan itu Esa bagi seluruhnya. Ke-
Esaan Tuhan bagi semua merupakan sesuatu hal yang logis. Hal itu karena kenyataan
menunjukkan apabila semua orang memberikan konsep ketuhanan sesuai dengan
masing-masing orang, maka hasilnya akan bertentangan dan kabur. Bahkan “kuda
menggambarkan Tuhan menurut konsep kuda, sapi demikian juga” kata Xenophanes.
Jelas kiranya ide tentang Tuhan menurut Xenophanes adalah Esa dan bersifat
universal.

2)      Heraklitus (Herakleitos)

Heraklitus hidup antara tahun 560-470 SM di Italia Selatan sekawan dengan


Pythagoras dan Xenophanes. Ia berpendapat bahwa asal segalanya adalah api dan api
adalah lambang dari perubahan. Api yang selalu bergerak dan berubah menunjukkan
bahwa tidak ada yang tetap dan tidak ada yang tenang.

3. Aliran Elea

1)      Parmenides

Filsafat Yunani Kuno – Lahir sekitar tahun 540-475 di Italia Selatan. Ajarannya
adalah kenyataan bukanlah gerak dan perubahan melainkan keseluruhan yang
bersatu. Dalam pandangan Pamenides ada dua jenis pengetahuan yang disuguhkan
yaitu pengetahuan inderawi dan pengetahuan rasional. Apabila dua jenis pengetahuan
ini bertentangan satu sama lain maka ia memilih rasio. Dari pemikirannya itu
membuka cabang ilmu baru dalam dunia filsafat yaitu penemuannya tentang
metafisika sebagai cabang filsafat yang membahas tentang yang ada. 

2)      Zeno

Lahir di Elea sekitar 490 SM. Ajarannya yang penting adalah pemikirannya
tentang dialektika. Dialektika adalah satu cabang filsafat yang mempelajari
argumentasi.

3)      Melissos

Lahir di Samos tanpa diketahui secara tepat tanggal kelahirannya. Ia


berpendapat bahwa “yang ada” itu tidak berhingga, menurut waktu maupun ruang.
4. Aliran Pluralis

1)      Empedokles

Lahir di Akragas Sisislia awal abad ke-5 SM. ia menulis buah pikirannya dalam
bentuk puisi. Ia mengajarkan bahwa realitas tersusun dari empat anasir yaitu api,
udara, tanah, dan air. 

2)      Anaxagoras

Lahir di Ionia di Italia Selatan. Ia berpendapat bahwa realitas seluruhnya bukan


satu tetapi banyak. Yang banyak itu tidak dijadikan, tidak berubah, dan tidak berada
dalam satu ruang yang kosong. Anaxagoras menyebut yang banyak itu dengan
spermata (benih). 

5. Aliran Atomis

Pelopor atomisme ada dua yaitu Leukippos dan Demokritos. Ajaran aliran
filsafat ini ikut berusaha memecahkan masalah yang pernah diajukan oleh aliran Elea.
Aliran ini mengajukan konsep mereka dengan menyatakan bahwa realitas seluruhnya
bukan satu melainkan terdiri dari banyak unsur. Dalam hal ini berbeda dengan aliran
pluralisme maka aliran atomisme berpendapat bahwa yang banyak itu adalah “atom”
(a = tidak, tomos = terbagi). 

6. Aliran Sofis

Sofisme berasal dari kata Yunani “sophos” yang berarti cerdik atau pandai.
Tokoh-tokoh kaum sofis adalah Protagoras, Grogias, Hippias, Prodikos, dan Kritias. 
Kesimpulannya, filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena
kemenangan akal asas atas dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang
memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu.

b)        Zaman Keemasan Filsafat: Socrates, Plato, Aristoteles

Filsafat Yunani Kuno – Puncak Filsafat Yunani dicapai pada Socrates, Plato
dan Aristoteles. Filsafat dalam periode ini ditandai oleh ajarannya yg “membumi”
dibandingkan ajaran-ajaran filosof sebelumnya. Seperti dikatakan Cicero (sastrawan
Roma) bahwa Socrates telah memindahkan filsafat dari langit keatas bumi.
Maksudnya, filosof pra-Socrates mengkonsentrasikan diri pada persoalan alam
semesta sedangkan Socrates mengarahkan obyek penelitiannya pada manusia diatas
bumi. Hal ini juga diikuti oleh para sofis. Seperti telah disebutkan didepan, sofis
(sophistes) mengalami kemerosotan makna. Shopistes digunakan untuk menyebut
guru-guru yg berkeliling dari kota ke kota dan memainkan peran penting dalam
masyarakat. Dalam dialog Protagoras, Plato mengatakan bahwa para sofis merupakan
pemilik warung yg menjual barang ruhani.

c)        Tokoh-tokoh Zaman Keemasan Filsafat

1. Socrates (470-400 S.M)

Filsafat Yunani Kuno – Socrates guru Plato, mengajar bahwa akal budi harus
menjadi norma terpenting untuk tindakan kita. Sokrates sendiri tidak menulis apa-
apa. Pikiran-pikirannya hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui tulisan-
tulisan dari cukup banyak pemikir Yunani lain, terutama melalui karya plato.
Sebagaimana para sofis, Socrates memulai filsafatnya dengan bertitik tolak dari
pengalaman keseharian dan kehidupan kongkret. Perbedaannya terletak pada
penolakan Socrates terhadap relatifisme (pandangan yg berpendapat bahwa
kebenaran tergantung pada manusia) yg pada umumnya dianut para sofis. Menurut
Socrates tidak benar bahwa yg baik itu baik bagi warga Athena dan lain bagi warga
negara Sparta. Yang baik mempunyai nilai yg sama bagi semua manusia dan harus
dijunjung tinggi oleh semua orang. Pendirinya yg terkenal adalah pandangannya yg
menyatakan bahwa keutamaan (arete) adalah pengetahuan, pandangan ini kadang-
kadang disebut intelektualisme etis. Dengan demikian Socrates menciptakan suatu
etika yg berlaku bagi semua manusia. Sedangkan ilmu pengetahuan Socrates
menemukan metode induksi dan memperkenalkan definisi-definisi umum. Akibat
pandangannya ini Socrates dihukum mati. 

2. Plato (428-348 S.M)

Filsafat Yunani Kuno – Hampir semua karya Plato ditulis dalam bentuk dialog
dan Socrates diberi peran yg dominan dalam dialog tersebut. Sekurang-kurangnya ada
dua alasan mengapa Plato memilih yg begitu. Pertama, sifat karyanya Socratic
(Socrates berperan sentral) dan diketahui bahwa Socrates tidak mengajar tetapi
mengadakan tanya jawab dg teman-temannya di Athena. Dengan demikian, karya
Plato dapat dipandang sebagai monumen bagi sang guru yg dikaguminya. Kedua,
berkaitan dengan anggapan Plato mengenai filsafat. Menurutnya, filsafat pada intinya
tidak lain daripada dialog dan filsafat seolah-olah drama hidup yg tidak pernah selesai
tetapi harus dimulai kembali. Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu tentang ide, jiwa
dan proses mengenal. Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu inderawi yg
selalu berubah dan dunia ide yg tidak pernah berubah. Ide merupakan sesuatu yg
obyektif, tidak diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya pikiran tergantung pada
ide-ide tersebut. Ide-ide berhubungan dengan dunia melalui tiga cara; Ide hadir
didalam benda, ide-ide berpartisipasi dalam konkret dan ide merupakan model atau
contoh (paradigma) bagi benda konkret. Pembagian dunia ini pada gilirannya juga
memberikan dua pengenalan. pertama pengenalan tentang ide; inilah pengenalan yg
sebenarnya. Pengenalan yg dapat dicapai oleh rasio ini disebut episteme
(pengetahuan) dan bersifat teguh, jelas, dan tidak berubah. Dengan demikian Plato
menolak relatifisme kaum sofis. Kedua, pengenalan tentang benda-benda disebut
doxa (pendapat) dan bersifat tidak tetap dan tidak pasti; pengenalan ini dapat dicapai
dg panca indera. Dengan dua dunianya ini juga Plato bisa mendamaikan persoalan
besar filsafat pra-socratic yaitu pandangan panta rhei-nya Herakleitos dan pandangan
yg ada-ada-nya Parmenides. Keduanya benar, dunia inderawi memang selalu berubah
sedangkan dunia ide tidak pernah berubah dan abadi. Memang jiwa Plato berpendapat
bahwa jiwa itu baka, lantaran terdapat kesamaan antara jiwa dan ide. Lebih lanjut
dikatakan bahwa jiwa sudah ada sebelum hidup di bumi. Sebelum bersatu dg badan,
jiwa sudah mengalami pra-eksistensi dimana ia memandang ide-ide. Berdasarkan
pandangannya ini, Plato lebih lanjut berteori bahwa pengenalan pada dasarnya tidak
lain adalah pengingatan (anamnenis) terhadap ide-ide yg telah dilihat pada waktu pra-
eksistansi. Ajaran Plato tentang jiwa manusia ini bisa disebut penjara. Plato juga
mengatakan, sebagaimana manusia, jagad raya juga memiliki jiwa dan jiwa dunia
diciptakan sebelum jiwa-jiwa manusia. Plato juga membuat uraian tentang negara.
Tetapi jasa terbesarnya adalah usahanya membuka sekolah yg bertujuan ilmiah.
Sekolahnya diberi nama”Akademia”yg paling didedikasikan kepada pahlawan yg
bernama Akademos. Mata pelajaran yg paling diperhatikan adalah ilmu pasti.
Menurut cerita tradisi, di pintu masuk akademia terdapat tulisan:”yg belum
mempelajari matematika janganlah masuk disini”.

3. Aristoteles ((384-322 S.M)

Filsafat Yunani Kuno – Ia adalah Pendidik Iskandar Agung yg juga adalah


murid Plato. tetapi dalam banyak hal ia tidak setuju dengan Plato. Ide-ide menurut
Aristoteles tidak terletak dalam suatu “surga” diatas dunia ini, melainkan di dalam
benda-benda sendiri. Setiap benda terdiri dari dua unsur yang tak terpisahkan, yaitu
materi (“hyle”) dan bentuk (“morfe”). Bentuk-bentuk dapat dibandingkan dengan ide-
ide dari Plato. Tetapi pada Aristoteles ide-ide ini tidak dapat dipikirkan lagi lepas dari
materi. Materi tanpa bentuk tidak ada. Bentuk-bentuk “bertindak” di dalam materi.
Bentuk-bentuk memberi kenyataan kepada materi dan sekaligus merupakan tujuan
dari materi. Teori ini dikenal dengan sebutan Hylemorfisme.

Filsafat Aristoteles sangat sistematis. Sumbangannya kepada perkembangan


ilmu pengetahuan besar sekali. Tulisan-tulisan Aristoteles meliputi bidang logika,
etika, politik, metafisika, psikologi dan ilmu alam. Pokok-pokok pikirannya antara
lain bahwa ia berpendapat seseorang tidak dapat mengetahui suatu obyek jika ia tidak
dapat mengatakan pengetahuan itu pada orang lain. Spektrum pengetahuan yg
diminati oleh Aristoteles luas sekali, barangkali seluas lapangan pengetahuan itu
sendiri. Menurutnya pengetahuan manusia dapat disistematiskan sebagai berikut;[4] 

 Pengetahuan
—————————————————————–
Teoritis, Praktis, Produktif,
—————————————————————–
Teologi/metafisik, Matematika, Fisika, Etika, Politik, Seni

——————————————————————
Ilmu Hitung, Ilmu ukur, Retorika

Aristoteles berpendapat bahwa logika tidak termasuk ilmu pengetahuan


tersendiri, tetapi mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan berfikir secara
ilmiah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, logika diuraikan secara sistematis.
Tidak dapat dibantah bahwa logika Aristoteles memainkan peranan penting dalam
sejarah intelektual manusia; tidaklah berlebihan bila Immanuel Kant mengatakan
bahwa sejak Aristoteles, logika tidak maju selangkahpun. Mengenai pengetahuan,
Aristoteles mengatakan bahwa pengetahuan dapat dihasilkan melalui jalan induksi
dan jalan deduksi, induksi mengandalkan panca indera yang “lemah”, sedangkan
deduksi lepas dari pengetahuan inderawi. Karena itu dalam logikanya Aristoteles
sangat banyak memberi tempat pada deduksi yg dipandangnya sebagai jalan
sempurna menuju pengetahuan baru. Salah satu cara Aristoteles mempraktekkan
deduksi adalah Syllogismos (silogisme).

Anda mungkin juga menyukai