Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TOKOH FILSAFAT ZAMAN PERADABAN ISLAM


“AL-BIRUNI”

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Disusun Oleh:

Gebya Oktammeria Harnugrawan, S.Pd.


21328251028

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah pada masa peradaban islam memegang peranan penting dalam perkembangan
ilmu filsafat. Pada masa ini, banyak bermunculan tokoh-tokoh filsafat (Filsuf) dari kalangan
ilmuwan yang memusatkan fokus mereka pada theologi atau aktivitas keagamaan.
Semboyan yang berlaku pada masa ini adalah Ancilla Theologia, abdi agama (Tim Dosen
UGM, 1996:74). Sebut saja Al-Khawarizmi, Omar Khayam, Al-Razi, dan Abu Raihan Al-
Biruni atau yang lebih dikenal dengan nama Al-Biruni. Zaman ini dimulai pada sekitar abad
2 – 14 masehi dan ditengarahi sebagai zaman keemasan (Golden Age) ketika Eropa berada
dalam zaman kegelapan (Dark Age). Kemajuan ilmu pengetahuan berkembang pesat pada
zaman ini. Berbagai disiplin ilmu seperti: Kedokteran, Astronomi, Matematika, dan
beberapa disiplin ilmu sains marak dibicarakan sebagai sebuah karya hebat, dasar dari
segala ilmu yang berkembang sekarang. Salah satu yang patut dibahas adalah sosok Al-
Biruni, seorang ilmuwan klasik dari Uzbezkitan yang diberi julukan “The Extraordinary
Genius of Universal Scholar” dari Jurnal The Unesco Courier edisi 1974.
Al-Biruni dikenal sebagai astronom, fisikawan, matematikawan, filsuf, etnologi,
penyair, novelis, dan ahli farmasi. Sebagai sosok ilmuwan di zaman klasik, Al-Biruni
memberikan dampak yang luar biasa bagi perkembangan sains. Jurnal The Unesco Courier
edisi 1974 menyebutkan bahwa kontribusi Al-Biruni setara atau melampaui capaian Ibnu
Sina, ilmuwan lain yang tersohor di zaman ini. Al-Biruni hadir dengan pemikiran analasis
logis yang tak biasa dan tertuang dalam banyak karya ilmiahnya. Dengan beberapa catatan
tersebut, penulis akan mencoba untuk menguraikan hal-hal apa saja yang telah Al-Biruni
lakukan dan kontribusinya dalam perkembangan ilmu filsafat serta teknologi. Al-Biruni
hadir dalam bingkai cerita yang unik melalui karya-karyanya yang belandaskan pada konsep
theologi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diungkapkan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana latar belakang kehidupan Al-Biruni sebagai seorang filsuf dan ilmuwan di
zaman klasik peradaban islam?
2. Apa kontribusi Al-Biruni dalam perkembangan filsafat pada zaman klasik peradaban
islam?

C. TUJUAN PENULISAN
Makalah ini disusun untuk menambah wawasan pengetahuan pembaca utamanya dalam
memahami:
1. Latar belakang kehidupan Al-Biruni sebagai seorang filsuf dan ilmuwan di zaman klasik
peradaban islam
2. Kontribusi Al-Biruni dalam perkembangan filsafat pada zaman klasik peradaban islam
BAB II
ISI

A. Biografi dan Pemikiran Al-Biruni


Abu Raihan Al-Biruni, dikenal dengan nama Al-Biruni lahir di Kath, sebuah kota di
wilayah aliran sungai Oxus, Khwarizm, Uzbekistan pada tanggal 4 September 973 M. Al-
Biruni dikenal sebagai astronom, fisikawan, matematikawan, filsuf, etnologi, penyair,
novelis, dan ahli farmasi. Selain menguasai banyak pengetahuan, Al-Biruni juga dikenal
sebagai ahli bahasa karena memahami banyak bahasa, seperti Arab, Turki, Persia,
Sansekerta, Yahudi, dan Suriah. Sungguh beruntung, masa remaja Al-Biruni diisi dengan
proses pembelajaran hidup yang tak biasa. Keberuntungan membawa dia bertemu dengan
seorang guru dari Yunani yang juga seorang Matematikawan dan Astronemer, Abu Nasir
Mansur. Dalam jurnal yang diterbitkan oleh The Unesco Courier edisi 1974, Al-Biruni
berguru pada Abu Nasir Mansur dalam hal Euclidean Geometry dan Ptolemaic Astronomy.
Setelahnya, pada usia sekitar 25 tahun Al-Biruni mulai mempelajari theologi, hukum islam,
tata bahasa, matematika, astronomi dan juga disiplin sains lainnya.
Al-Biruni tumbuh dan berkembang dalam situasi politik yang tidak menentu. Catatan
sejarah mengungkap bahwa Al-Biruni pernah menduduki jabatan terhormat sebagai
penasehat sekaligus pejabat istana pada dinasti Khwarizmi. Karena situasi politik yang
kembali bergejolak di Dinasti tersebut, Al-Biruni beserta para ilmuwan sempat diboyong
sebagai tahanan oleh Mas’ud Al-Ghazna ke Afganistan dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan di istananya (Ardi et.all, 2016:3). Al-Biruni ditempa oleh berbagai kondisi
yang dia hadapi sebagai seorang ilmuwan dimana banyak pemikirannya dinanti-nanti
banyak orang. Al-Biruni juga berkesempatan untuk mengunjungi berbagai negara, salah
satunya india untuk melakukan pengkajian dan menghasilkan karya.
Al-Biruni tutup usia pada usia 75 tahun pada tanggal 13 Desember 1048 M di wilayah
Ghazna. Atas sumbangsih besarnya terhadap astronomi, nama Al-Biruni dijadikan salah
satu nama kawah yang ada di bulan. Tidak hanya dalam bidang astronomi, Al-Biruni berjasa
dalam perkembangan ilmu pengetahuan lainnya, seperti Fisika, antropologi, psikologi,
astrologi, sejarah, geodesi, farmasi, bahkan filsafat. Sebagai seorang filsuf, Al-Biruni
menempatkan dirinya dalam seorang ilmuwan yang selalu mencari kebenaran konsep akan
sebuah peristiwa yang terjadi di masa lalu. Jika filsuf lain mencoba untuk mendalami bahan
kajian filsafat tentang moral, estetik, dan arti kehidupan, Al-Biruni hadir untuk memberikan
kontribusinya dalam mengartikan apa dan bagaimana alam semesta ini terjadi dan segala
sesuatu yang ada di dalamnya. Filsafat versi Al-Biruni lebih spesifik menceritakan tentang
teknologi dan misteri alam semesta, hal-hal yang tidak bisa dijangkau oleh pemikiran
normal.
Ahaman (2003 dalam Sparavigna, 2013:54) mengutarakan bahwa Al-Biruni
menganggap dunia, yaitu alam semesta telah ada pada waktunya dan kemudian tidak abadi.
Lalu, Al-Biruni juga menyampaikan bahwa tidak mungkin menentukan penciptaan dunia
dalam perhitungan manusia. Pikiran-pikiran ini adalah satu satu sumbangan dia sebagai
seorang ilmuwan yang juga seorang filsuf, mencoba mengartikan apa yang terjadi di alam
semesta secara lebih mendalam.
Berbicara mengenai sosok Al-Biruni, banyak peneliti yang meyakini bahwa kehidupan
masa kecil Al-Biruni yang kurang baik membawanya pada level yang tinggi di kala remaja,
utamanya dalam mempelajari studi sejarah dan budaya bangsa-bangsa di luar peradaban
islam. Beberapa ulasan dari kajian humaniora Al-Biruni mengisyaratkan bahwa dia ingin
menemukan rumusan untuk tatanan sosial yang mapan dan cinta damai. Seperti salah satu
pemikirannya dalam salah satu kitabnya yang tertulis: Akan tetapi, pikiran kita harus bersih
dulu dari semua yang membutakan manusia pada kebenaran, seperti bersikap partisan,
mementingkan rivalitas, tergila-gila pada satu tujuan (fanatisme ideologis), berhasrat untuk
menghegemoni dan lainnya (Chronology of Ancient Nations, terjemahan Edward Sachau,
1879:3).
Pemikiran Al-Biruni lainnya yang tak kalah penting adalah hasil penelitian dia tentang
konsep pemujaan masyarakat hindu di India. Al-Biruni menyuarakan toleransi yang kuat
antara masyarakat islam-hindu. Dia menganggap masyarakat india bukan penyembah
berhala yang kafir, namun itulah bentuk lain dari monoteisme. Dia tak lelah meminimalisir
informasi soal perbedaan (antara islam dan hindu) agar memudahkan perjumpaan pembaca
muslim dengan mereka yang liyan (India) (Soumaya Mestiri dalam The Unesco Courier,
1974). Gagasan lain mengenai masyarakat hindu di India yang Al-Biruni suarakan adalah:
India sangat terkait dengan Yunani, juga keterkaitan dengan sebagian sufi dan sejumlah
pengikut Kristen, terutama pada konsep perpindahan jiwa, panteisme, dan teori kesatuan
Tuhan dengan ciptaan-Nya (Alberuni’s India, terjemahan Edward Sachau, 1910:7-8).
Gagasan-gagasan itulah yang berhasil Al-Biruni sumbangkan dalam memandang konsep
ketuhanan orang India di ranah filsafat dan ritus yang pada akhirnya berhasil membawa
sudut pandang lain bagi dunia dalam memahami India.
Dengan berbagai gagasan semacam itu, sebagian muslim di masa sekarang akan
berpendapat bahwa Al-Biruni adalah seorang penganut paham pluralis dan liberalis. Namun,
pendapat itu sangatlah keliru. Hampir tidak ada catatan tentang kritik, hujatan pada masa itu
tentang Al-Biruni dari teolog islam lainnya. Al-Biruni adalah seorang muslim sunni yang
yakin bahwa dunia ini diciptakan oleh Tuhan dari keadaan semula yang tidak ada menjadi
ada dan sangat tegas menolak filsafat yang bersifat peripatetik (teori Aristoteles). Seyyed
Hossen Nasr dalam An Intorduction to Islamic Cosmological Doctrines menuliskan bahwa
Al-Biruni meyakini dunia jadi manifestasi kekuasaan Tuhan dan tak terbantahkan oleh
argumen manusia mana pun. Tuhan bagi Al-Biruni adalah sang pencipta yang menguasai
segala hal dan mengetahui seluruh misteri (Nasr, 1978:166-173).

B. Karya-Karya Al-Biruni
Sepanjang hidupnya, Al-Biruni yang memiliki julukan Ustadz Fil Ulum (Guru segala
ilmu) telah menghasilkan banyak karya-karya hebat dalam berbagai bidang. Berikut ini akan
diuraikan secara singkat tentang karya-karya Al-Biruni yang sangat berguna bagi
perkembangan ilmu dan teknologi pada masa itu, bahkan hingga sekarang.
1. Al Athar al-Baqqiya ‘an al-Qorun al-Khaliyya (Kronologi Bangsa-Bangsa Kuno)
Sebuah buku yang diterjemahkan dalam bahasa inggris dengan judul The Chronology
of Ancient Nations oleh Edward Sachau. Buku ini berisi cerita dan catatan Al-Biruni
tentang masa awal peradaban manusia. Buku ini memaparkan rincian sejarah politik,
pengetahuan, kiprah para penguasa, budaya, dan sistem hukum pada era Nebukadnezar,
Aleksander Agung, dan setelahnya, disertai pula ilustrasi peristiwa-peristiwa tersebut.
Buku ini berisi pula tentang penemuan kalender berdasarkan rotasi bulan maupun
matahari pada bangsa Yunani, Yahudi, Persia, Mesir, dan Arab.
2. Tahdid Nihayat Al-Amakin Li-Li-Tashih Masafat Al-Masakin (Ketetapan Koordinat
Lokasi untuk Mengoreksi Jarak Antar Kota).
Buku ini berisi penjelasan dari Al-Burni tentang koordinat akurat garis bujur dan lintang
600 kota penting di masanya, lengkap dengan ukuran jarak antar lokasi dan arahnya
menuju kiblat. Buku ini juga memuat peta dunia buatan Al-Biruni yang melukis daratan
bumi yang dikelilingi perairan luas yang kimi disebut sebagai samudra pasifik, atlantik,
dan hindia. Semua paparan Al-Biruni disertai dengan bukti geografis dan biologis terkait
adanya sejumlah laut luas di barat dan timur yang saling terhubung.
3. Kitab Al-Jamahir Fi Ma’rifat Al-Jawahir (Kitab Lengkap Memahami Batu Permata)
Kitab atau buku ini menjelaskan kajian mineralogi yaitu berisi tentang metode
pengukuran berat, volume, gaya berat, dan warna untuk menentukan keaslian berbagai
macam jenis batu dan logam mulia.
4. Kitab Al-Saydanah Fi Al-Tibb (Kitab Farmasi dan Materia Medica)
Berkat buku ini, Al-Biruni dipuji sebagai “Bapak Farmasi Islam” karena fokus buku ini
adalah kajian tentang sebab penyakit dan penyembuhannya melalui obat dari tanaman
dan hewan. Isi buku ini kaya akan deskripsi ribuan jenis tanaman asal Arab, daratan
Asia, Romawi, dan Yunani. Hal luar biasa lainnya yang terdapat dalam buku ini adalah,
Al-Biruni telah menerapkan ide binominal nomenklatur seperti apa yang ditemukan oleh
Carolous Linnaeus.
5. Kitab Fi Tahqiq Ma Li Al-Hind Min Maqola Maqbula Fi Al-‘Aql Aw Mardhula
(Alberuni’s India)
Kitab ini adalah hasil karya Al-Biruni ketika berkunjung ke India dan menetap selama
13-an tahun. Sudah sempat dijelaskan di atas bahwa kitab ini berisi penjelasan mengenai
kehidupan masyarakat India utamanya dalam konsep ketuhanan/keagamaan. Buku ini
adalah bentuk atau cara Al-Biruni dalam mendorong dialog peradaban demi kehidupan
bersama di tengah perbedaan dengan fondasi saling memahami. Berkat buku inilah, Al-
Biruni terkenal sebagai “Bapak Antropologi” dan “Sang Pemula” dalam studi
perbandingan agama.
6. Kitab Al-Qanun Al-Mas’udi (The Mas’udic Canon)
Kitab paling monumental bagi seorang Al-Biruni. Kitab ini adalah buku persembahan
bagi Sultan Mas’ud Al-Ghazna pada saat Al-Biruni dibawa ke Ghazna sebagai tahanan.
Mas’udic Canon adalah ensiklopedia lengkap berisi tentang kajian astronomi,
kosmologi, kronologi, geografi, dan matematika. Dalam buku ini, Al-Biruni
menjelaskan tentang keberhasilannya untuk menghitung keliling bumi dengan metode
yang dia gunakan. Al-Biruni mencari bukit di tepi laut, lalu dengan menggunakan
astrolab, dia mengukur sudut ketinggian bukit dari 2 titik permukaan air laut yang
berbeda. Selanjutnya, dia menuju puncak bukit dan mengukur sudut ketinggian garis
pandang di bawah horizon yang tampak dari puncak bukit tersebut menggunakan
astrolab. Al-Biruni menyadari bahwa titik puncak bukit dan ufuk bisa dibayangkan
terhubung dengan titik tengah bumi, sehingga akan membentuk segitiga siku raksasa.
Akibatnya, berlakulah hukum sinus. Al-Biruni menghitung hasil pengukuran itu lewat
persamaan trigonometri dan aljabar untuk menemukan rumus penentuan jari-jari dan
keliling bumi.
7. Kitab Al-As’ilah wa Al-Ajwibah
Kitab terakhir karya Al-Biruni yang berisi korespondensi Al-Biruni dengan Ibnu Sina.
Kitab ini secara spesifik membahas tentang kritik Al-Biruni terhadap premis-premis
dasar filsafat peripatetik atau aliran filsafat yang dikembangkan aristoteles dan juga
diadopsi oleh Ibnu Sina. Salah satu isi dari buku ini adalah, Al-Biruni menolak premis
keabadian alam semesta yang artinya tidak mengada karena diciptakan Tuhan, sebab
melanggar prinsip kebaruan alam. Gagasan ini didukung hasil risetnya yang
menyimpulkan bahwa pembentukan bumi melalui serangkaian siklus geologi dan
paleontologi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan pada Bab pendahuluan, dapat
disimpulkan bahwa Al-Biruni memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan
ilmu filsafat yang berkaitan dengan kemajuan teknologi di masa klasik peradaban islam. Al-
Biruni hadir dengan membawa persepsi yang baru tentang definisi konsep ketuhanan,
kejadian alam semesta, konsep pluralitas dan toleransi, dan proses-proses yang terjadi di
alam semesta ini. Kepandaiannya dalam banyak bidang membuatnya dikenal dengan
julukan Ustadz Fil Ulum (Guru segala ilmu). Banyak karya Al-Biruni yang diakui dunia
sebagai hasil penelitian yang luar biasa dalam berbagai bidang, diantaranya:
1. Al Athar al-Baqqiya ‘an al-Qorun al-Khaliyya (Kronologi Bangsa-Bangsa Kuno)
2. Tahdid Nihayat Al-Amakin Li-Li-Tashih Masafat Al-Masakin
3. Kitab Al-Jamahir Fi Ma’rifat Al-Jawahir
4. Kitab Al-Saydanah Fi Al-Tibb
5. Kitab Fi Tahqiq Ma Li Al-Hind Min Maqola Maqbula Fi Al-‘Aql Aw Mardhula
6. Kitab Al-Qanun Al-Mas’udi
7. Kitab Al-As’ilah wa Al-Ajwibah
Terakhir, Al-Biruni memberikan pengaruh yang sangat besar tidak hanya pada orang-
orang Asia saja, melainkan juga umat manusia di belahan dunia manapun karena kehidupan
dan kontribusinya yang sangat penting dalam sejarah umat manusia.

B. Saran
Melalui tulisan dalam makalah ini, apa yang diharapkan dari cerita mengenai Al-Biruni
adalah dapat menginspirasi banyak orang akan apa yang telah dilakukan Al-Biruni semasa
hidupnya di zaman klasik peradaban islam. Tidak terbatas hanya pada Al-Biruni saja,
melainkan pada tokoh-tokoh lain yang juga memiliki kontribusi besar terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA

Ardi, M. N., Abdullah, F. B., Al-Tamimi, S. (2016). Al-Biruni: A Muslim Critical


Thinker. International Journal of Nusantara Islam, Vol.04 No.01.
http://dx.doi.org/10.15575/ijni.v4i1.490
Gafurov, B. (1974). Al-Biruni, A Universal Genius in Central Asia a Thousand Years
Ago. The Unesco Courier
Nasr, S. H. (1978). An Introduction to Islamic Cosmological Doctrines. Thames and
Hudson
Sachau, C. E. (1879). Translated from Arabic Text of The Athar-Ul-Bakiya of Al-
Biruni (Al-Biruni, Abu Raihan). The Chronology of Ancient Nations. W. H.
Allen & CO.
Sachau, Edward C. (1910). Alberuni’s India, vol. 1. Kegan Paul, Trench, Trubner
& Co. L.
Sparavigna, A. C. (2013). The Science of Al-Biruni. International Journal of Science,
Volume 2 – December 2013 (12).
https://www.researchgate.net/publication/259478255_The_Science_of_al-
Biruni
Tim Dosen Filsafat Ilmu. (2010). Filsafat Ilmu. Liberty Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai