Pengertian matriks adalah kumpulan bilangan (atau unsur) yang disusun menurut baris
dan kolom tertentu. Bilangan-bilangan yang disusun tersebut dinamakan eleme-elemen
atau komponen-komponen matriks. Nama sebuah matriks biasanya dinyatakan dengan
huruf kapital. Dalam sebuah matriks ada istilah ordo. Yang dimaksud dengan ordo atau
ukuran matriks adalah banyaknya baris x banyak kolom dalam sebuah matriks.
Contoh :
Matriks A di atas terdiri dari 3 baris dan 4 kolom. Sobat bisa mengatakan matriks A
berordo 3 x 4 atau di tulis A(3×4).
MACAM-MACAM MATRIKS
Berdasarkan Ordo
Contoh
Matriks Baris adalah Matriks Baris adalah matriks yang terdiri dari satu baris
Contoh : A = ( 2 1 3 -7 )
Matriks Kolom adalah Matriks Kolom adalah matriks yang terdiri dari satu kolom.
Contoh : A = 3 5 7
Matriks Tegak adalah suatu matriks yang banyaknya baris lebih dari banyaknya kolom.
Contah : B= 2 5
7 6
4 6
Matriks datar adalah Matriks yang banyaknya baris kurang dari banyaknya kolom.
Contoh :
Matriks nol adalah sebuah matriks yang semua elemennya adalah angka 0. Contoh nya
ialah seperti berikut ini :
Matriks nol
Matriks baris adalah sebuah matriks yang hanya memiliki satu baris saja. Contoh nya ialah
seperti berikut ini :
Matriks baris
Matriks kolom adalah sebuah matriks yang hanya memiliki satu kolom saja. Contoh nya
seperti ini di bawah ini :
Matriks kolom
Matriks persegi adalah sebuah matriks yang memiliki jumlah baris dan kolom yang sama.
Contoh nya ialah seperti di bawah ini :
Matriks persegi
Matriks identitas adalah sebuah matriks konstanta dengan elemen diagonal utamanya ialah
angka 1. Contoh nya ialah seperti di bawah ini :
Matriks identitas
Selain dari jenis – jenis matriks yang telah di jelasakan di atas tadi, ada juga yang disebut
dengan matriks transpose. Ingat ‘kan kalau matriks selalu dilambangkan dengan huruf
kapital ?
Misalnya saja lambang satu matriks ialah huruf A. Nah, transpose dari matriks A
dilambangkan dengan A’ ( dengan tanda petik satu di atasnya hurufnya ).
Transpose sendiri juga dilakukan dengan cara meletakkan baris pada matriks A menjadi
kolom pada matriks A’, begitu juga dengan sebaliknya.
Matriks Diagonal
Adalah matriks bujur sangkar yang semua elemen di luar diagonal utama adalah nol
Contoh :
Matriks Sembarang
matriks yang tidak punya aturan – aturan khusus seperti di atas (seluruh elemennya adalah
bebas).
Contoh – contoh :
Matriks Skalar
Matriks skalar adalah matriks yang elemen-elemen pada lajur diagonalnya bernilai sama.
Simak contoh di bawah ini
· Matriks Identitas
Adalah matriks skalar yang elemen-elemen diagonal utamanya bernilai 1
Matriks Simetri adalah suatu matriks bujur sangkar yang unsur pada baris ke-i kolom ke-j
sama dengan unsur pada baris ke-j kolom ke-i sehingga aij = aji .
TRASPOSE MATRIKS
Transpose matriks A adalah matriks baru yang diperoleh dengan mengubah baris
menjadi kolom matriks mula – mula, atau sebaliknya.
INVERS MATRIKS
Suatu matriks dapat dibalik jika dan hanya jika matriks tersebut adalah matriks persegi
(matriks yang berukuran n x n) dan matriks tersebut non-singular (determinan 0). Tidak
semua matriks memiliki invers. Invers matriks dapat didefinisikan sebagai berikut.
Definisi :
Jika A adalah suatu matriks kuadrat, dan jika kita dapat mencari matriks B sehingga AB =
BA = I, maka A dikatakan dapat dibalik (invertible) dan B dinamakan invers dari A
Contoh 1 :
Penyelesaian : Jika kita punya matriks 2×2, misal A = , maka invers matriks dapat
dihitung menggunakan rumus
A-1= B
Cek, apakah AB = BA = I
AB = = = I
BA = = = I
Bagaimana cara menghitung invers jika matriksnya memiliki ordo lebih dari 2? Misal
matriks 3×3, 4×4, dan seterusnya. Pada matriks yang berordo lebih dari dua ini kita akan
memanfatkan Eliminasi Gauss Jordan.
Contoh 2 :
Penyelesaian :
Matriks disebelah kiri adalah matriks A dan sebelah kanan adalah matriks identitas.
Kemudian lakukan Operasi Baris Elementer sedemikan sehingga matriks sebelah kiri
menjadi matriks identitas dan matriks identitas (pada sebelah kanan) yang akan menjadi
invers matriks tersebut.
baris kedua : B2 + (-2B1) [artinya baris kedua dijumlahkan dengan -2 kali baris
pertama]baris ketiga : B3 + (-B1) [artinya baris kedua dijumlahkan dengan -1 kali baris
pertama]
baris ketiga : B3 + 2B2 [artinya baris ketiga dijumlahkan dengan 2 kali baris kedua]
baris ketiga : B3 x (-1) [artinya baris ketiga dikali dengan -1]
baris kedua : B2 + 3B3 [artinya baris kedua dijumlahkan dengan 3 kali baris ketiga]baris
pertama : B1 + (-3B3) [artinya baris pertama dijumlahkan dengan -3 kali baris ketiga]
baris pertama : B1 + (-2B2) [artinya baris pertama dijumlahkan dengan -2 kali baris kedua]
Karena matriks kiri sudah terbentuk menjadi matriks identitas, maka invers dari matriks A
adalah
A-1 =
DETERMINAN MATRIKS
Determinan adalah suatu fungsi tertentu yang menghubungkan suatu bilangan real dengan
suatu matriks bujursangkar.
detA = ad – bc
Pada dasarnya ekspansi kolom hampir sama dengan ekspansi baris seperti di atas. Tetapi
ada satu hal yang membedakan keduanya yaitu faktor pengali. Pada ekspansi baris, kita
mengalikan minor dengan komponen baris pertama. Sedangkan dengan ekspansi pada
kolom pertama, kita mengalikan minor dengan kompone kolom pertama.
Misalkan ada sebuah matriks A3×3
Adjoin Matriks 3 x 3
untuk mencari adjoint sebuah matriks, kita cukup mengganti kolom menjadi baris dan
baris menjadi kolom
adj(A) =
Jika A adalah matriks segitiga nxn (segitiga atas, segitiga bawah atau segitiga diagonal)
maka det(A) adalah hasil kali diagonal matriks tersebut
= (2)(-3)(6)(9)(4) = -1296
Metode Cramer
jika Ax = b adalah sebuah sistem linear n yang tidak di ketahui dan det(A)≠ 0 maka
persamaan tersebut mempunyai penyelesaian yang unik
dimana A j adalah matrik yang didapat dengan mengganti kolom j dengan matrik b
Contoh soal:
x1 + 2x3 = 6
Jawab:
A=
dengan metode sarrus kita dapat dengan mudah mencari determinan dari matrik-matrik di
atas maka,
Pembuktian: Jika R di reduksi secara baris dari Ä. Sebagai langkah awal, kita akan
menunjukkan bahwa det(A) dan det(R) keduanya adalah nol atau tidak
nol: E1,E2,…,Er menjadi matrix element yang berhubungan dengan operasi baris yang
menghasilkan Rdari A. Maka,
R=Er…E2 E1 Adan,
det(R)=det(Er)…det(E2)det(E1)det(EA)Jika A dapat di-invers, maka sesuai dengan
teorema equivalent statements , maka R = I, jadi det(R) = 1 ≠ 0 dan det(A) ≠ 0. Sebaliknya,
jika det(A) ≠ 0, maka det(R) ≠ 0, jadi R tidak memiliki baris yang nol. Sesuai dengan
teorema R = I, maka A adalah dapat di-invers. Tapi jika matrix bujur sangkar dengan 2
baris/kolom yang proposional adalah tidak dapat diinvers.
Contoh Soal :
A=
dengan metode Sarrus, kita dapat menghitung determinan dari matrix A
det(A) = 64
1+3x2= λx1 4x1+2x2=λx2
dapat ditulis dalam bentuk
=λ
A = dan x =
atau λ^2 – 3λ – 10 = 0
dan dari hasil faktorisasi di dapat λ1 = -2 dan λ2 = 5
dengan memasukkan nilai λ pada persamaan (λ I – A) x = 0, maka eigenvector bisa didapat
bila λ = -2 maka diperoleh
dengan mengasumsikan x2 = t maka didapat x1 = t
Penjumlahan Matriks
Contoh:
A+C tidak terdefinisi (tidak dapat dicari hasilnya) karena matriks A dan matriks B
mempunyai ukuran yang berbeda
Pengurangan Matriks
Sama seperti pada penjumlahan matriks, pengurangan matriks hanya dapat dilakukan
pada matriks-matriks yang mempunyai ukuran yang sama. Jika ukurannya berbeda maka
matriks hasil tidak terdefinisikan.
Jika k adalah suatu bilangan skalar dan A=(aij) maka matriks kA(kaij) yaitu suatu matriks
kA yang diperoleh dengan mengalikan semua elemen matriks A dengan k. Mengalikan
matriks dengan skalar dapat dituliskan di depan atau dibelakang matriks.
Misalnya [C]=k[A]=[A]k dan (cij ) = (kaij )
Pada perkalian matriks dengan skalar berlaku hukum distributif dimana k(A+B)=kA+kB
Contoh:
Syarat perkalian adalah jumlah banyaknya kolom pertama matriks sama dengan jumlah
banyaknya baris matriks kedua
Jika matriks A berukuran mxp dan matriks pxn maka perkalian A*B adalah suatu matriks
C=(cij) berukuran mxn dimana
Contoh
A = 0 dan B = 0
A = 0 atau B = 0
A ¹0 dan B ¹0
PRATIWI TUMANGKENG
18021101105