Makalah
Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Nurfina Aznam, SU.Apt
Disusun oleh
Djuniar Rahmatunnisa Haristy
19708251017
PENDIDIKAN SAINS
PROGRAM STUDI PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Syukur alhamdulillah, atas berkat limpahan rahmat, nikmat, serta ilmu dari Allah SWT
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu yang berjudul
“Hypatia, Matematikawan Alexandria”. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada guru
terbaik sepanjang masa, Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikut
beliau yang semoga tetap istiqomah hingga akhir zaman.
Selama penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan saran dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan demi kelancaran
pembuatan makalah ini hingga selesai dibuat. Penulis berharap semoga Makalah ini dapat
memberi informasi serta manfaat pada pihak lain.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tak luput dari kekurangan dan kekeliruan
dikarenakan penulis masih sangat kurang pengalaman dan pengetahuan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 2
A. Tahun Kelahiran dan Silsilah Keluarga ......................................................... 2
B. Karier ........................................................................................................... 3
C. Latar Belakang Pembunuhan ......................................................................... 6
D. Pembunuhan ................................................................................................. 8
E. Dampak Kematian ........................................................................................ 9
F. Karya ............................................................................................................ 10
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 13
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4 Ilustrasi karya Louis Figuier dalam Vies des savants illustres, depuis l'antiquité
jusqu'au dix-neuvième siècle dari tahun 1866, yang menunjukkan bagaimana penulis buku
tersebut membayangkan peristiwa serangan terhadap Hipatia 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Hypatia adalah perempuan pertama dalam sejarah yang dibunuh karena penelitian
ilmiah,” tulis Fernando Baez dalam buku yang berjudul Penghancuran Buku dari Masa ke Masa.
Agak tersentak juga ketika membaca tentang Hypatia yang mati karena riset. Padahal riset atau
penelitian ilmiah menjadi jalan manusia untuk meraih ilmu pengetahuan dan menjadikan ilmu
tersebut sebagai salah satu pedoman – selain agama – untuk menjalani kehidupan.
Timbul pertanyaan dalam benak: apa yang menyebabkan dia dibunuh? Bukankah riset
merupakan hal yang dipandang positif? Terlebih lagi untuk kemajuan ilmu pengetahuan yang
nantinya bisa jadi solusi atas tiap permasalahan yang mendera manusia? Berikut ini kita ulas
tentang Hypatia
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana silsilah keluarga Hypatia?
2. Bagaimana karir Hypatia semasa hidup?
3. Apa yang melatarbelakangi pembunuhan terhadap Hypatia?
4. Bagaimana kejadian pembunuhan terhadap Hypatia?
5. Bagaimana dampak kematian Hypatia terhadap masyarakat?
6. Apa saja karya yang sudah dilahirkan oleh Hypatia?
C. Tujuan
1. Mengetahui silsilah keluarga Hypatia
2. Mengetahui karir Hypatia semasa hidup
3. Mengetahui kejadian yang melatarbelakangi pembunuhan terhadap Hypatia
4. Mengetahui kejadian pembunuhan terhadap Hypatia
5. Mengetahui dampak kematian Hypatia terhadap masyarakat
6. Mengetahui apa saja karya yang sudah dilahirkan oleh Hypatia
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
sudah hilang (tetapi masih tersimpan dalam lema mengenai Hipatia dalam Suda, sebuah
ensiklopedia Romawi Timur dari abad ke-10), Hypatia hidup pada masa kekuasaan
Kaisar Arkadius di wilayah timur Kekaisaran Romawi (berkuasa 395-408). Hoche berpendapat
bahwa cara Damaskios menggambarkan kecantikan Hypatia menyiratkan bahwa ia berumur
maksimal 30 tahun pada masa itu, dan tahun 370 itu 30 tahun sebelum pertengahan tahun
kekuasaan Arkadius. Di sisi lain, hipotesis bahwa ia lahir tahun 350 didasarkan pada
tulisan Ioannes Malalas (lahir sekitar tahun 491 – meninggal tahun 578), yang menyebut Hypatia
sebagai wanita tua pada masa kematiannya pada tahun 415. Robert Penella sendiri berpendapat
bahwa kedua hipotesis ini tidak memiliki dasar yang kuat, dan tahun kelahiran Hipatia sebaiknya
tetap dibiarkan kosong daripada harus menduga-duga.
B. Karier
Hypatia adalah seorang neoplatonis. Namun, seperti ayahnya, ia menolak ajaran Iamblikos
dan mendukung neoplatonisme "asli" yang dikemukakan oleh Plotinos. Mazhab Aleksandria saat
itu dikenal akan filsafatnya, dan Aleksandria dianggap sebagai pusat filsafat kedua di dunia
Yunani-Romawi setelah Athena. Hipatia mengajar siswa
dari berbagai kawasan Mediterania, meskipun tidak
diketahui apakah ia memiliki murid wanita. Menurut
Damaskios, ia menyampaikan ceramah mengenai
tulisan Plato dan Aristoteles. Ia juga mengatakan bahwa
Hipatia berjalan di Aleksandria sembari
mengenakan tribon (semacam jubah yang dikaitkan dengan
Gambar 2. Salah satu dari tujuh surat
Sinesios kepada Hypatia, 1553 para filsuf) dan ia memberikan ceramah kepada umum
secara impromptu. Walaupun ayahnya, Theon, telah disebut
sebagai anggota Mouseion dan keanggotaan di lembaga tersebut bisa diwariskan, tidak diketahui
secara pasti apakah Hipatia juga menjadi anggota lembaga ini.
Tidak ada sumber yang menunjukkan bahwa Hipatia pernah memegang status semacam
itu, dan cara Damaskios menjelaskan gaya pengajaran Hipatia tidak sesuai dengan anggapan
bahwa Hipatia mengajar layaknya dosen universitas pada zaman modern. Meskipun ia bisa
mengajar di tempat manapun, terdapat juga kemungkinan bahwa ia mewarisi ruang mengajar
dari ayahnya. Hipatia sendiri tampaknya merupakan adalah seorang guru yang mau menerima
3
semua orang, dan siapapun yang ingin mendengarkan ceramahnya diperbolehkan ikut. Plato dan
Plotinos juga memiliki pendekatan seperti itu, tetapi hal ini sudah jarang ditemui pada abad
keempat Masehi. Sebagai contoh, pakar retorika Libanios dan Himerios tampaknya
mewawancara calon murid terlebih dahulu sebelum boleh bergabung dengan sekolah mereka.
Menurut Watts, terdapat dua ragam utama neoplatonisme yang diajarkan di Aleksandria
pada akhir abad keempat. Yang pertama adalah neoplatonisme religius yang sangat pagan dan
diajarkan di Serapeum; aliran ini sangat dipengaruhi oleh ajaran Iamblikos. Ragam kedua adalah
aliran yang lebih moderat dan tidak terlalu berpolemik. Aliran yang didukung oleh Hipatia dan
ayahnya ini dilandaskan pada ajaran Plotinos. Walaupun Hipatia sendiri adalah seorang pagan, ia
toleran terhadap orang Kristen, bahkan semua muridnya yang tercatat dalam sejarah beragama
Kristen. Salah satu muridnya yang paling terkenal adalah Sinesios dari Kirene, yang kelak
menjadi Uskup Ptolemais (kini di Libya timur) pada tahun 410. Setelah menjadi uskup, ia masih
bertukar surat dengan Hipatia, dan surat-suratnya saat ini dipakai oleh sejarawan untuk
mengetahui kiprah Hipatia.
Terdapat tujuh surat dari Sinesios kepada Hipatia yang masih ada hingga kini, tetapi tidak
ada satu pun surat dari Hipatia kepada Sinesios yang telah ditemukan. Dalam sebuah surat yang
ditulis sekitar tahun 395, Sinesios menulis kepada temannya, Herkulianos, bahwa Hipatia adalah
"... seseorang yang sangat terkenal, reputasinya sungguh luar biasa. Kita telah melihat dan
mendengar sendiri dirinya dengan terhormat membicarkaan misteri-misteri filsafat." Surat-surat
Sinesios juga menunjukkan bahwa di sekolah Hipatia terdapat "lingkaran dalam" untuk murid-
murid tertentu, dan hal ini lumrah bagi guru-guru pada zaman kuno, termasuk Plato atau
Plotinos. Sejarawan Kristen Sokrates dari Konstantinopel (disebut juga Sokrates Skolastikos),
yang merupakan orang yang sezaman dengan Hipatia, mendeskripsikan sosok filsuf wanita
tersebut dalam karyanya, Sejarah Keuskupan: Terdapat seorang wanita di Aleksandria yang
bernama Hipatia, putri filsuf Theon, yang telah membuat pencapaian dalam bidang sastra dan
ilmu pengetahuan hingga melampaui semua filsuf pada zamannya. Sebagai penerus mazhab
Plato dan Plotinos, ia menjelaskan asas-asas filsafat kepada para pendengarnya, dan banyak dari
mereka yang datang dari jauh untuk belajar darinya.
Berkat penguasaan diri dan keluwesan yang telah ia peroleh dari pengembangan pikiran, ia
tidak jarang muncul di muka umum di hadapan para pejabat. Ia juga tidak malu saat mendatangi
perkumpulan lelaki. Karena semua lelaki semakin mengaguminya berkat martabat dan
4
kebajikannya yang luar biasa. Sejarawan Kristen lain yang sezaman dengan Hipatia
adalah Filostorgios, dan ia menulis bahwa Hipatia lebih unggul dari ayahnya dalam bidang
matematika. Sementara itu, ahli leksikografi Hesikios dari Aleksandria mencatat bahwa
Aleksandria juga merupakan seorang astronom yang sangat berbakat seperti ayahnya. Damaskios
menulis bahwa Hipatia "amat cantik dan rupawan", tetapi tidak ada hal lain yang diketahui
mengenai penampilan fisiknya, dan juga tidak ada gambar Hipatia dari zaman kuno yang telah
ditemukan. Damaskios mengatakan bahwa Hipatia tetap perawan seumur hidup, dan ketika salah
satu laki-laki yang datang ke ceramahnya mencoba merayunya, Hipatia menenangkan nafsu di
diri lelaki tersebut dengan memainkan alat musik lira. Ketika lelaki itu masih tetap mencoba
mendekatinya, Hipatia menolaknya dengan menunjukkan kain yang sudah dicemari
darah menstruasinya, dan ia pun berkata "Ini yang sesungguhnya kamu cintai, anak muda, tetapi
kamu tidak mencintai kecantikan itu sendiri." Damaskios juga menceritakan bahwa lelaki muda
itu sangat trauma sampai-sampai ia langsung berhenti menginginkannya.
Sejarawan matematika Michael A. B. Deakin berpendapat bahwa menstruasi yang dialami
Hipatia merupakan bukti bahwa ia berselibat, karena ia mengklaim bahwa pada zaman
kuno, siklus menstrual pertama biasanya muncul pada masa ketika wanita masuk usia menikah
dan lebih terlambat bila dibandingkan dengan para wanita di negara-negara maju saat
ini. Mengingat saat itu tidak ada metode pengendalian kelahiran yang terandalkan, Deakin
meyakini bahwa menstruasi merupakan hal yang jarang bagi wanita yang tidak
berselibat. Namun, klaim ini dibantah oleh ahli Mesir Kuno Charlotte Booth.
Ia menegaskan bahwa teks-teks Firaun menyebut soal amenorea, yaitu kondisi tak adanya
haid yang dianggap sebagai suatu keanehan, dan rumah-rumah di Mesir pada zaman Helenistik
memiliki ruangan di bawah tangga yang disebut "ruangan wanita" yang dipakai khusus bagi
wanita untuk bernaung saat mereka sedang menstruasi. Kedua hal ini tidak cocok dengan
hipotesis Deakin bahwa menstruasi itu "jarang terjadi". Selain itu, siklus menstrual pertama pada
zaman Mesir Kuno maupun pada zaman sekarang berlangsung pada kisaran waktu yang sama,
yang berubah hanyalah usia menikah untuk wanita. Maka dari itu, Booth menganggap
menstruasi yang dialami Hipatia bukan bukti bahwa ia berselibat, tetapi justru menunjukkan
"femininitas dan bahkan kesuburan".
5
C. Latar Belakang Pembunuhan
Pada masa kehidupan Hipatia, Aleksandria adalah
sebuah kota besar di Kekaisaran Romawi dengan jumlah
penduduk antara 300.000 hingga 500.000 jiwa. Sebagian besar
penduduknya adalah penutur bahasa Yunani atau orang Mesir
yang berbahasa Koptik, walaupun ada pula
komunitas Yahudi yang besar dan juga pendatang dari wilayah
Mediterania Timur lainnya. Agama-agama utama di kota
tersebut pada masa itu adalah Kekristenan dan paganisme.
Rakyat Aleksandria tidak terpecah belah karena banyak yang
Gambar 3. Kronik Dunia
Aleksandria tergabung dalam collegia atau perkumpulan-perkumpulan
pekerja (seperti perkumpulan pelaut, penjaga toko, dan lain-lain) dengan ikatan yang begitu kuat
dan melampaui batas agama. Walaupun begitu, agama Kristen tengah mengalami pertumbuhan
besar di kota Aleksandria.
Dari tahun 382 hingga 412, Teofilos menjabat sebagai Uskup Aleksandria. Teofilos sangat
menentang neoplatonisme Iamblikos, dan ia menghancurkan Serapeum pada tahun
391. Peristiwa yang melatarbelakangi penghancuran Serapeum sendiri adalah penemuan
peninggalan Mithraeum kuno di Aleksandria oleh sekelompok pekerja Kristen. Para pekerja ini
menyerahkan benda-benda pemujaan kepada Teofilos, dan ia memerintahkan agar benda-benda
tersebut diarak di jalan untuk diolok-olok. Hal ini membuat murka para penganut pagan di
Aleksandria, khususnya penganut neoplatonisme di Serapeum. Mereka mengangkat senjata dan
melancarkan serangan gerilya terhadap warga Kristen Aleksandria yang menewaskan banyak
orang. Umat Kristen menghancurkan Serapeum sebagai pembalasan. Walaupun begitu, Teofilos
menoleransi sekolah Hipatia dan tampaknya ia menganggap Hipatia sebagai sekutunya.
Teofilos mendukung murid Hipatia, Sinesios, dan Sinesios sendiri menggambarkan
Teofilos dengan penuh kekaguman dan kesukaan dalam surat-suratnya. Teofilos juga
mengizinkan Hipatia membina hubungan erat dengan para pejabat Romawi dan tokoh-tokoh
politik penting lainnya. Hipatia sendiri sangat populer di kalangan rakyat Aleksandria dan
memiliki pengaruh politik yang besar, salah satunya berkat toleransi dari Teofilos. Teofilos
meninggal secara mendadak pada tahun 412. Ia telah mendidik keponakannya, Kirilos, tetapi
Teofilos masih belum mengangkatnya sebagai penerus. Maka meletuslah perebutan kekuasaan
6
antara pendukung Kirilos dengan saingannya, Timotios. Kirilos berhasil menang dan mulai
menghukum mereka yang mendukung Timotios; ia menutup gereja-gereja kaum Noviantis yang
telah mendukung Timotios dan juga menyita harta benda mereka.
Pengikut Hipatia tampaknya tidak percaya dengan uskup baru ini, seperti yang
ditunjukkan oleh fakta bahwa dalam semua surat-suratnya, Sinesios hanya pernah menulis satu
surat untuk Kirilos, dan ia memperlakukannya sebagai orang yang tidak berpengalaman dan
tersesat. Dalam suratnya yang dialamatkan kepada Hipatia pada tahun 413, Sinesios meminta
kepadanya untuk menjadi perantara bagi dua individu yang terkena dampak perselisihan di
Aleksandria, dan ia mengatakan, "Anda selalu memiliki kekuasaan, dan Anda bisa membawa
kebaikan dengan menggunakan kekuasaan itu." Ia juga mengingatkan Hipatia tentang ajarannya
bahwa seorang filsuf neoplatonik harus memperkenalkan standar moral tertinggi dalam
kehidupan politik dan bertindak demi kepentingan rakyat.
Pada tahun 414, Kirilos menutup semua sinagoga di Aleksandria, menyita semua harta
benda orang Yahudi, dan mengusir mereka semua dari kota tersebut. Orestes (prefek Romawi di
Aleksandria, teman dekat Hipatia, dan juga baru masuk Kristen) dibuat murka oleh tindakan
Kirilos dan ia mengirim sebuah laporan mengenai kejadian ini kepada kaisar. Kirilos sendiri
sebenarnya telah melanggar ranah kekuasaan prefek sebagai orang yang ditunjuk oleh
kekaisaran, dan keberaniannya dalam menentang Orestes menunjukkan bahwa ia memiliki
kedudukan yang kuat pada saat itu. Konflik semakin memanas dan kerusuhan pun meletus.
Sekelompok imam Kristen yang berada di bawah wewenang Kirilos (disebut parabalani) hampir
membunuh Orestes. Sebagai hukumannya, Orestes memerintahkan agar Amonios (biarawan
yang memulai kerusuhan) disiksa sampai mati di muka umum. Kirilos mencoba menyatakan
Amonios sebagai martir, tetapi orang Kristen di Aleksandria tidak menyukainya, karena
Amonios dibunuh akibat hasutannya dan bukan karena imannya.
Tokoh-tokoh Kristen Aleksandria melakukan campur tangan dan memaksa Kirilos untuk
membatalkan keinginannya. Walaupun begitu, perselisihan Kirilos dengan Orestes masih
berlanjut. Orestes seringkali meminta nasihat Hipatia, karena ia disukai oleh kaum pagan dan
Kristen. Ia juga belum pernah terlibat dalam konflik, dan ia dikenal sebagai orang yang bijak.
Namun, Kirilos dan sekutunya mencoba merusak nama baik Hipatia. Sokrates Skolastikos
menyebut desas desus yang menuduh Hipatia sebagai dalang yang membuat Orestes tidak dapat
berdamai dengan Kirilos. Desas-desus lain yang menyebar di kalangan Kristen Aleksandria
7
dapat ditemui dalam tulisan Kronik karya Uskup Koptik dari abad ketujuh Ywhna dari
Nikiû, yang mengatakan bahwa Hipatia menjalankan praktik-praktik setan dan secara sengaja
menghambat upaya gereja untuk meluruskan Orestes: Dan pada hari-hari itu muncul seorang
filsuf wanita di Aleksandria, seorang pagan bernama Hipatia, dan ia berbakti pada sihir, astrolab,
dan alat musik, dan ia memperdaya banyak orang dengan tipu daya setannya. Dan gubernur kota
amat menghormatinya; karena [Hipatia] telah memperdayanya dengan sihir. Dan [Orestes] tidak
lagi ke gereja seperti yang biasa ia lakukan... Dan ia tidak hanya melakukan hal ini, tetapi ia juga
menarik banyak pengikut kepada [Hipatia], dan ia sendiri menerima para kafir di rumahnya.
8
Sokrates Skolastikos menggambarkan pembunuhan Hipatia sebagai sebuah peristiwa yang
terjadi atas dasar politik, dan ia sama sekali tidak menyebutkan peranan kepercayaan pagan yang
dianut oleh Hipatia. Malah ia mengatakan bahwa Hipatia "menjadi korban kecemburuan politik
yang kuat pada saat itu. Karena ia sering berbicara dengan Orestes, muncul kabar di kalangan
warga Kristen bahwa [Hipatia] adalah orang yang menghalangi perukunan Orestes dengan
uskup." Sokrates Skolastikos dengan tegas mengutuk tindakan gerombolan itu dan menyatakan,
"Tidak ada lagi yang lebih jauh dari semangat Kekristenan daripada pembiaran pembantaian,
perkelahian, dan tindakan semacam itu."
Matematikawan Kanada Ari Belenkiy mengklaim bahwa Hipatia mungkin terlibat dalam
kontroversi sehubungan dengan penanggalan hari Paskah pada tahun 417 dan ia dibunuh
pada titik musim semi matahari ketika ia sedang melakukan pengamatan astronomi. Namun,
pakar sejarah klasik seperti Alan Cameron dan Edward J. Watts menolak klaim ini dan
menekankan bahwa sama sekali tidak ada bukti yang menopang pernyataan Belenkiy.
9
masuk ke "ruang pertemuan sebuah dewan kota atau ruang pengadilan". Maklumat ini juga
sangat mempersulit proses perekrutan anggota baru dengan membatasi jumlah maksimal
anggota parabalani menjadi lima ratus. Kirilos sendiri konon berhasil lolos dari hukuman yang
lebih berat dengan menyuap salah satu pejabat Theodosius II. Walaupun begitu, Watts
berpendapat bahwa pembunuhan Hipatia semakin memuluskan upaya Kirilos untuk menguasai
Aleksandria. Hipatia merupakan sosok yang menyatukan para pendukung Orestes dalam
menghadapi Kirilos, dan tanpa adanya Hipatia, gerakan perlawanan dengan cepat sirna. Dua
tahun sesudahnya, Kirilos membatalkan hukum yang menyerahkan kendali parabalani kepada
Orestes, dan pada awal dasawarsa 420-an, Kirilos telah mendominasi Dewan Aleksandria.
F. Karya-Karya
Pada masa hidupnya, Hipatia kemungkinan lebih berperan sebagai guru dan komentator
alih-alih penemu. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Hipatia pernah menerbitkan
karyanya sendiri mengenai filsafat, dan tampaknya ia juga tidak pernah membuat penemuan
matematika yang mengguncang para ilmuwan. Para cendekiawan pada masa Hipatia memang
terbiasa menyimpan karya-karya klasik mengenai matematika dan merumuskan tafsir untuk
mengembangkan argumen mereka alih-alih menerbitkan karya sendiri.
Hipatia pernah menyunting naskah Buku III Almagest karya Ptolemaios. Sebelumnya para
ahli pernah menduga bahwa Hipatia hanya sekadar merevisi tafsir Theon untuk buku
ketiga Almagest, sesuai dengan judulnya "Tafsir oleh Theon dari Aleksandria mengenai Buku
10
III Almagest karya Ptolemaios, edisi yang direvisi oleh putriku Hipatia, sang filsuf". Namun,
berdasarkan hasil analisis terhadap judul tafsir-tafsir karya Theon lainnya dan judul-judul serupa
dari zaman tersebut, para ahli menyimpulkan bahwa Hipatia tidak membenarkan tafsir ayahnya,
tetapi naskah dari Almagest itu sendiri. Hipatia diduga telah bersumbangsih terhadap ilmu
pengetahuan dengan membuat metode yang lebih baik untuk algoritme pembagian
bersusun yang diperlukan untuk melakukan perhitungan astronomi. Ptolemaios sendiri
mengembangkan model geosentris, yaitu model yang menyatakan bahwa Matahari mengelilingi
Bumi. Dalam Almagest, Ptolemaios mencetuskan masalah pembagian untuk menghitung jumlah
derajat yang dilalui oleh Matahari dalam satu hari saat mengorbit Bumi. Dalam tafsir awalnya,
Theon mencoba memperbaiki perhitungan pembagian Ptolemaios. Dalam naskah yang disunting
oleh Hipatia, ia merincikan sebuah metode tabel. Metode tabel ini mungkin merupakan "tabel
astronomis" yang dikembangkan oleh Hipatia menurut sumber-sumber sejarah. Sementara itu,
sejarawan klasik Alan Cameron menambahkan bahwa terdapat
kemungkinan Hipatia tidak hanya menyunting Buku III, tetapi
kesembilan buku Almagest yang masih ada hingga kini.
11
merupakan karya Hipatia adalah seorang ahli dari abad ke-19 yang bernama Paul Tannery. Pada
tahun 1885, Sir Thomas Heath menerbitkan terjemahan pertama Aritmetika dalam bahasa
Inggris. Heath berpendapat bahwa naskah Aritmetika yang masih ada sebenarnya merupakan
edisi yang dipakai oleh Hipatia untuk mengajarkan murid-muridnya. Menurut Mary Ellen
Waithe, Hipatia memakai algoritme pembagian yang tidak biasa (dalam sistem
bilangan seksagesimal yang menjadi standar pada masa itu), sehingga memudahkan para ahli
untuk menentukan bagian naskah mana yang ditulis Hipatia.
Konsensus ini telah dipertentangkan oleh Wilbur Knorr, sejarawan matematika yang
berpendapat bahwa materi tambahan yang disisipkan "sangat rendahan sehingga tidak
membutuhkan wawasan matematika yang sesungguhnya". Menurutnya, yang menambahkan
materi ini kemungkinan "memiliki pemikiran yang biasa saja berlawanan dengan pengakuan dari
zaman kuno mengenai mutu Hipatia yang mumpuni sebagai filsuf dan matematikawan."
Cameron menolak argumen ini dan menyatakan bahwa "Theon juga memiliki reputasi yang
tinggi, tetapi karyanya yang masih ada dianggap 'sangat tidak orisinal'." Cameron juga bersikeras
bahwa "Karya Hipatia mengenai Diofantos adalah apa yang kita sebut edisi sekolah untuk saat
ini, yang dirancang untuk murid-murid bukan untuk matematikawan profesional."
Hipatia juga menulis sebuah tafsir untuk karya Apolonios dari Perga mengenai irisan
kerucut, tetapi tafsir ini sudah hilang ditelan zaman. Ia juga pernah menyusun sebuah "kanon
astronomis", yang diyakini merupakan edisi baru Tabel-tabel Berguna karya Ptolemaios atau
mungkin adalah tafsir untuk Almagest. Berdasarkan hasil pembacaan secara saksama bila
dibandingkan dengan penyisipan dalam karya Diofantos, Knorr mengusulkan bahwa Hipatia
mungkin juga pernah menyunting Pengukuran Lingkaran karya Archimedes, serta sebuah teks
anonim yang membahas figur-figur isometrik dan sebuah naskah yang kelak digunakan
oleh John dari Tynemouth dalam karyanya mengenai pengukuran bola oleh
Archimedes. Dibutuhkan kemampuan matematika yang sangat tinggi untuk membuat "kanon
astronomis" atau tafsir mengenai karya Apolonios. Oleh sebab itu, sebagian besar sejarawan saat
ini berkeyakinan bahwa Hipatia adalah salah satu matematikawan terbaik pada masanya.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hypatia hidup di masa 335-415 M, Kota Alexandria
2. Anak perempuan dari seorang pustakawan, Theon
3. Latar belakang pembunuhan Hypatia yaitu terjadi atas dasar politik untuk
memuluskan upaya Kirilos menguasai Alexandria
4. Pembunuhan terhadap Hypatia terjadi pada 415 M oleh segerombolan parabalani
yang diduga didalangi oleh Kirilos
5. Dampak kematian Hypatia yaitu memudahkan Kirilos menguasai Alexandria dan
beberapa abad filsuf dianggap sebagai sosok yang tidak dapat disentuh
6. Karya Hypatia antara lain menyunting karya Almagest, membuat tabel astronomi,
membuat buku teks isometric, menafsir irisan kerucut, aritmetika dan pengukuran
lingkaran
DAFTAR PUSTAKA
Baez, Fernando. 2017. Penghancuran Buku dari Masa ke Masa. Diterjemahkan oleh: Lita
Soerjadinata. Tangerang Selatan: Marjin Kiri.
13