Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum


Tentang
PERKEMBANGAN FILSAFAT TIMUR, FILSAFAT ISLAM Dan FILSAFAT
BARAT

Disusun Oleh :
1. Supriadi Cerdas Zalukhu NIM 182119044
2. Gloria E.M. Telaumbanua NIM 182119018

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI


T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur, Kami Panjatkan Kehadirat Tahan Yang Maha Esa. Atas Berkat
Dan Anugerah Yang Di Berikan Kepada Kami Dalam Pembuatan Kelompok Kami
Dengan Judul “ PERKEMBANGAN FILSAFAT; FILSAFAT TIMUR, FILSAFAT
BARAT, Dan FILSAFAT ISLAM” Hingga Menjadi Sebuah Makalah Dan Bisa Di
Presentasikan Dan Begitu Juga Kami Berterimakasih Kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah Pendidikan Hak Asasi Manusia Bapak Hendrikus Otniel Nasozaro Harefa,
S.H.,M.H. Yang Telah Memberikan Pengarahan Dan Petunjuk Dalam Membuat
Makalah Ini. Dan Begitu Juga Kami Berterimakasih Kepada Saudara-Saudari
Semuanya Yang Telah Membantu Kami Dalam Menyelesaikan Makalah Ini.
Walaupun Dalam Pembuatan Makalah Masih Ada Kekuarang Atau
Kelemahan, Oleh Sebab Itu, Mari Berikan Kritik Yang Bersifat Membangun Demi
Perbaikan Makalah Ini. Dan Semoga Makalah Ini Bermanfaat Dan Berguna Bagi Kita
Semuanya, Akhir Kata Kami Ucapkan Terimakasi.

Gunungsitoli, 29 September 2021


penyusun,

Kelompok II ( dua )

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar belakang masalah .............................................................. 1
B. Rumusan masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................ 2
BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................. 3
A. Munculnya filsafat ....................................................................... 3
B. Dafenisi filsafat barat ................................................................... 4
C. Defenisi filsafat timur .................................................................. 5
D. Sejarah Perkembangan Filsafat Barat, Filsafat Timur dan Filsafat Islam
..................................................................................................... 6
E. Beda Filsafat Barat dan Filsafat Timur ............................................. 15
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 19
A. Kesimpulan .................................................................................. 19
B. Saran ........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Pengetahuan ( knowledge atau ilmu ) adalah bagian yang esensial- aksiden
manusia, karena pengetahuan adalah buah dari “berpikir “. Berpikir ( atau
natiqiyyah) adalah sebagai differentia ( fashl ) yang memisahkan manusia dari
sesama genusnya, yaitu hewan. Dan sebenarnya kehebatan manusia dan
“barangkali” keunggulannya dari spesies-spesies lainnya karena pengetahuannya.
Kemajuan manusia dewasa ini tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya.
Lalu apa yang telah dan ingin diketahui oleh manusia ? Bagaimana manusia
berpengetahuan ? Apa yang ia lakukan dan dengan apa agar memiliki
pengetahuan ? Kemudian apakah yang ia ketahui itu benar ? Dan apa yang
mejadi tolak ukur kebenaran ? Pertanyaan-pertanyaan di atas sebenarnya
sederhana sekali karena pertanyaan pertanyaan ini sudah terjawab dengan
sendirinya ketika manusia sudah masuk ke alam realita. Namun ketika masalah-
masalah itu diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu maka tidak menjadi
sederhana lagi. Masalah - masalah itu akan berubah dari sesuatu yang mudah
menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu yang
rumit ( complicated ). Oleh karena masalah-masalah itu dibawa ke dalam
pembedahan ilmu, maka ia menjadi sesuatu yang diperselisihkan dan
diperdebatkan. Perselisihan tentangnya menyebabkan perbedaan dalam cara
memandang dunia (world view), sehingga pada gilirannya muncul perbedaan
ideologi. Dan itulah realita dari kehidupan manusia yang memiliki aneka ragam
sudut pandang dan ideologi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana awal mula munculnya Filsafat ?
2. Apa Definisi Filsafat Barat ?
3. Apa Definisi Filsafat Timur ?
4. Bagaimana Perkembangan Filsafat Barat dan Filsafat Timur dan filsafat islam
?
5. Bagaimana Perbedaan Filsafat Barat dan Filsafat Timur ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetehui Bagaimana Awal Mula Munculnya Filsafat
2. Untuk Mengetahui Apa Definisi itu Filsafat Barat !
3. Untuk Mengetahui Apa Definisi Filsafat Timur !
4. Untuk Mengetahui Apa Definisi filsafat islam !
5. Untuk Mengetahui Perkembangan Filsafat Barat, Filsafat Timur dan filsafat
islam !
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Perbedaan Filsafat Barat dan Timur !

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Munculnya Filsafat
Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu
pengetahuan serta semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang
diberikan oleh pemikiran keagamaan, peran mitologi yang sebelumnya mengikat
segala aspek pemikiran kemudian secara perlahan-lahan digantikan oleh logos
(rasio/ ilmu). Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang
dunia dengan cara yang lain yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu
berpikir secara ilmiah. Dalam mencari keterangan tentang alam semesta, mereka
melepaskan diri dari hal-hal mistis yang secara turun-temurun diwariskan oleh
tradisi.
Dan selanjutnya mereka mulai berpikir sendiri. Di balik aneka kejadian
yang diamati secara umum, mereka mulai mencari suatu keterangan yang
memungkinkan mereka mampu mengerti kejadian kejadian itu. Dalam artian
inilah, mulai ada kesadaran untuk mendekati problem dan kejadian alam semesta
secara logis dan rasional. Sebab hanya dengan cara semacam ini, terbukalah
kemungkinan bagi pertanyaan-pertanyaan lain dan penilaian serta kritik dalam
memahami alam semesta. Semangat inilah yang memunculkan filosof-filosof
pada jaman Yunani. Filsafat dan ilmu menjadi satu. Filsafat, terutama Filsafat
Barat, muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul
ketika orang-orang mulai berfikir-fikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia,
dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama
pada saat itu yang dianggap sebagai “tirai besi keilmuan” lagi untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya mengapa
filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang berberadaban lain kala itu
seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani,
tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara
intelektual orang lebih bebas.

3
B. Definisi Filsafat Barat
Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di
universitas-universitas di Eropa dan daerah - daerah jajahan mereka. Filsafat ini
berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Namun pada hakikatnya,
tradisi falsafi Yunani sebenarnya sempat mengalami pemutusan rantai ketika
salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories dan Porphyry telah
dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati
terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh
negara. Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius
menjadi sumber perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka
John Salisbury, seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan
menyalin kembali buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahan-
terjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam pada dinasti
Abbasyah. Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne
Descartes, Immanuel Kant, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich
Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre. Dalam tradisi filsafat Barat di Indonesia sendiri
yang notabene-nya adalah bekas jajahan bangsa Eropa-Belanda, dikenal adanya
pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. Tema-tema tersebut
adalah: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1. Tema Ontology Ontologi membahas tentang masalah “keberadaan” sesuatu
yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya
tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.
2. Tema Epistemology Kata ini berasal dari bahasa Yunani episteme
(pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat
yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk
salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang
filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya,
macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari
ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta

4
pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki
oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal
dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif,
metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode
dialektis.
3. Tema Aksiolgi Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang
mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi
berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori
tentang nilai.
C. Definisi Filsafat Timur
Filsafat timur merupakan sebutan bagi pemikiran-pemikiran filosofis yang
berasal dari dunia Timur atau Asia, seperti Filsafat Cina, Filsafat India, Filsafat
Jepang, Filsafat Islam, Filsafat Buddhisme, dan sebagainya. Masing-masing jenis
filsafat merupakan suatu sistem-sistem pemikiran yang luas dan plural. Misalnya
saja, filsafat India dapat terbagi menjadi filsafat Hindu dan filsafat Buddhisme,
sedangkan filsafat Cina dapat terbagi menjadi Konfusianisme dan Taoisme.
Belum lagi, banyak terjadi pertemuan dan percampuran antara sistem filsafat
yang satu dengan yang lain, misalnya Buddhisme berakar dari Hinduisme,
namun kemudian menjadi lebih berpengaruh di Cina ketimbang di India. Di sisi
lain, filsafat Islam malah lebih banyak bertemu dengan filsafat Barat.
Akan tetapi, secara umum dikenal empat jenis filsafat Timur yang terkenal
dengan sebutan "Empat Tradisi Besar" yaitu Hinduisme, Buddhisme, Taoisme,
dan Konfusianisme. Filsafat Timur memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan
filsafat Barat, yang mana ciri-ciri agama terdapat juga di dalam filsafat Timur,
sehingga banyak ahli berdebat mengenai dapat atau tidaknya pemikiran Timur
dikatakan sebagai filsafat. Di dalam studi post-kolonial bahkan ditemukan bahwa
filsafat Timur dianggap lebih rendah ketimbang sistem pemikiran Barat karena
tidak memenuhi kriteria filsafat menurut filsafat Barat, misalnya karena dianggap
memiliki unsur keagamaan atau mistik Akan tetapi, sekalipun di antara filsafat
Timur dan filsafat Barat terdapat perbedaan-perbedaan, namun tidak dapat dinilai

5
mana yang lebih baik, sebab masing-masing memiliki keunikannya sendiri.
Selain itu, keduanya diharapkan dapat saling melengkapi khazanah filsafat secara
luas.
D. Sejarah Perkembangan Filsafat Barat, Filsafat Timur dan Filsafat Islam
a. Perkembangan Filsafat Barat
Dalam beberapa buku filsafat, kita akan menemukan pembahasan
tentang periodeisasi atau pembabakan filsafat barat yang terbagi atas 4
bagian besar. Diantaranya.
1. Filsafat Yunani Klasik
Bermula pada abad ke 6 sebelum masehi hingga abad 5 sebelum
masehi. Atau sekitar 500-600 tahun sebelum lahirnya Yesus Kristus di
dunia ini. Filsafat Yunani awalnya dipengaruhi oleh mitologi Yunani dan
peradaban tetangganya, Mesir dan Babilonia atau Irak sekarang ini.
Dimana kedua bangsa tersebut merupakan tempat dimana Nabi-Nabi
berdakwah dan menyebarkan ajarannya. Sebelum trio filsuf Yunani yang
paling terkenal (Socrates, Plato dan Aristoteles), telah ada filsuf alam
Yunani yang terkenal. Dikatakan filsuf alam karena studi filsafat mereka
membahas tentang apa unsur utama (arkhe) yang menyusun alam
semesta. Thales mengatakan air, Anaximandros mengatakan sesuatu yang
nonfisik dan tak terbatas, sementara Anaximenes mengatakannya udara.
Kemudian setelah filsuf alam, lahirlah filsuf yang membahas tentang ilmu
pasti dan matematika seperti Phytagoras, Herakleitus dan Parmenides.
2. Filsafat Abad Pertengahan
Di mulai pada abad ke 4 sampai abad ke 15. Filsafat Barat pada
pasca kelahiran Yesus Kristus ini ditandai dengan berpadunya filsafat dan
agama. Sayangnya, ajaran filsafat yang bertentangan dan doktrin gereja
diberangus bahkan filsif yang mengeluarkan ajaran tersebut di hukum
mati. Hal itu bisa kita dapati dari peristiwa matinya Copernicus dan
Galileo yang mengeluarkan teori yang bertentang dengan doktrin gereja.
Itulah mengapa filsafat abad-abad ini juga dissebut sebagai abad

6
kegelapan filsafat. Filsafat barat mengalami stagnansi atau
keterhambatan. Di sisi lain, filsafat timur khususnya filsafat Islam
mengalami perkembangan pesat pasca lahir dan tersebarnya ajaran
Muhammad Saw. Di abad kegelapan filsafat ini, hanya yang berhasil
memadukan filsafat dan agamalah yang berhasil bertahan dan diakui
ajarannya. Dan filsuf tersebut salah satunya adalah Thomas Aquinas
dengan teorinya yang paling terkenal; lima argumentasi pembuktian
kebaradaan Tuhan.
3. Filsafat Abad Modern
Berawal dari abad 16 hingga abad ke 19. Filsafat Abad Modern
didahului oleh pergerakan filsuf yang menentang dominasi gereja pada
pertengahan abad ke 16. Lahirlah gerakan Renaissance di Prancis dan
Italia, Enlightment di Inggris dan Aufklarung di Jerman. Intinya, Eropa
berada pada zaman pencerahan. Filsafat kemudian memisahkan diri dari
kungkungan agama versi gereja. Di sinilah berawal istilah sekularisasi
atau pemisahan kewenangan antara keilmuan atau sains (materi) dan
agama (nonmateri). Sekularisme inilah yang membawa filsafat barat pada
perkembangan dan penyebaran yang sangat pesat. Hal ini terbukti dengan
banyaknya lahir filsuf-filsuf baru pada zaman ini diantaranya; Francis
Bacon, Thomas Hobbes, Rene de Cartes, Immanuel Kant, John Locke,
Baruch Spinoza, Soren Kierkegaard, Auguste Comte, Karl Marx,
Nietzsche dan masih banyak lagi.
4. Filsafat Kontemporer
Filsafat Kontemporer atau biasa juga disebut filsafat
postmodernisme (setelah modern) di mulai sejak abad ke 20 hingga
sekarang ini (abad 21). Filusuf pada zaman ini melahirkan paham-paham
baru, diantaranya Fenomenologi, Filsafat perempuan atau Feminisme,
filsafat hidup atau eksistensialisme dan paham-paham lainnya. Pada abad
ini pula, para filsuf kemudian mengkhususkan diri pada obyek kajian
filsafat tertentu. Di sisi lain, para filsuf tersebut mengumumkan atau

7
mengeneralisasi gerakan mereka ke dalam bentuk komunitas tertentu.
Perbedaan paling mencolok pada filsafat zaman kita ini adalah banyaknya
beredar jurnal filsafat (kumpulan beberapa tulisan oleh penulis berbeda).
Para filsuf zaman ini di antaranya; Edmun Husserls, Henri Bergson, Ernst
Cassirer, Bertrand Russell, Thomas Kuhn, Martin Heidegger, Jean Paul
Sartre, Jurgen Habermas dan lainnya.
b. Perkembangan Filsafat Timur
Filsafat Timur telah melahirkan banyak peradaban besar serta
memberikan kontribusi keilmuan bukan hanya untuk dunia Timur tetapi juga
dunia barat. Filsafat Timur merupakan produk pemikiran filosofis
masyarakat Asia terutama masyarakat China, India, Jepang, Islam dan
beberapaa daerah Asia lainnya. Masing-masing pemikiran Filsafat mereka
sangat plural dengan kondisi budaya dan sosial yang ada. Filsafat China
terbagi menjadi dua pemikiran Filsafat antara Filsafat Konfusianisme dan
Taoisme, Filsafat India terbagi menjadi dua golongan Filsafat Hindu dan
Buddhisme, Filsafat Islam secara garis besar terbagi menjadi filsafat teoretis
(al-hikmah al-nazhariyyah) dan filsafat praktis (al-hikmah al-‘amaliyyah).
Filsafat Timur mempunyai ciri khas yang berbeda dengan Filsafat
Barat, dimana dalam Filsafat Timur kental sekali pemikirannya berkaitan
dengan Agama. Meskipun banyak yang menyangkal terutama kaum
postkolonial keberadaan Keilmuan Timur bukan dianggap sebagai suatu
Filsafat, karena dianggap memiliki unsur keagamaan ataupun mistik.
Padangan-pandangan miring ini sebenarnya mudah dibantah oleh fakta
sejarah bagaimana pemikiran-pemikiran Timur telah menghasilkan
Peradaban besar dan penemuan-penemuan penting keilmuan yang telah
memberikan kontribusi besar bagi kehidupan manusia. Kerangka pemikiran
Filsafat Timur inilah yang telah memunculkan berbagai kemajuan dibidang
keilmuan, bahkan Dunia Barat sempat berguru dan menimbah keilmuan
Timur untukdijadikan sebagai pegangan dunia barat seperti contoh kitab al-
Quran fi al-Tibb atau di Barat dikenal The Canon sebagai salah satu

8
pemikiran besar Filosof Islam Ibnu Sina atau Avecinna sebagai buku
panduan kedokteran yang sampai sekarang masih digunakan. Bukan hanya
Ibnu Sina tetapi juga masih banyak tokoh-tokoh filosof Timur yang telah
mempengaruhi pemikiran Barat, sehingga pandangan tentang pemikiran
Timur bukan bagian dari Filsafat adalah salah besar.
1. Filsafat persia dan timur tengah
Filsafat India termasuk filsafat tertua setelah filsafat barat dan
filsafat cina. Alam pemikiran India lebih mendekati arti philosophia itu
sendiri, yakni ajaran hidup yang bertujuan untuk memaparkan bagaimana
orang dapat mencapai kebahagiaan yang kekal. Alam pikiran India boleh
dikatakan “Magic Religius” dan karena itulah filsafat ini berkembang
pada saat itu. Tidak mencakup dalam bidang ilmu saja, tetapi juga suatu
faktor penting dalam usaha pembebasan diri. Bagus takwin (2003: 38),
menguraikan bahwa; Awal mula Hindu tidak lepas dari agama Hindu,
atau lebih luas lagi Hinduisme. Hinduisme adalah sebuah nama yang
menaungi berbagai agama dan sebuah nama agama yang berbeda
bernaung di bawahnya. Pada dasarnya Hinduisme merupakan suatu
kepercayaan satu kepercayaan monetheistik. Percaya hanya pada satu
Tuhan. Hinduisme dikenal juga sebagai Sanathana Dharma, yang berarti
“kebajikan” Filsafat Cina adalah salah satu dari filsafat tertua di dunia
dan dipercaya menjadi salah satu filsafat dasar dari tiga filsafat dasar
yang mempengaruhi sejarah perkembangan filsafat dunia, disamping
filsafat India dan filsafat Barat. Filsafat Cina sebagaimana filsafat
lainnya dipengaruhi oleh kebudayaan yang berkembang dari masa ke
masa.
2. Filsafat Cina
Tradisi pemikiran filsafat di Cina bermula sekitar abad ke-6 SM
pada masa pemerintahan Dinasti Chou di Utara. Kon Fu Tze, Lao Tze,
Meng Tze dan Chuang Tze dianggap sebagai peletak dasar dan pengasas
filsafat Cina. Pemikiran mereka sangat berpengaruh dan membentuk ciri-

9
ciri khusus yang membedakannya dari filsafat India dan Yunani. Pada
masa hidup mereka, negeri Cina dilanda kekacauan yang nyaris tidak
pernah berhenti. Pemerintahan Dinasti Chou mengalami perpecahan dan
perang berkecamuk di antara raja-raja kecil yang menguasai wilayah
yang berbeda-beda. Sebagai akibatnya rakyat sengsara, dihantui
kelaparan dan ratusan ribu meninggal dunia disebabkan peperangan dan
pemberontakan yang bertubi-tubi melanda negeri. Tiadanya
pemerintahan pusat yang kuat dan degradasi moral di kalangan pejabat
pemerintahan mendorong sejumlah kaum terpelajar bangkit dan mulai
memikirkan bagaimana mendorong masyarakat berusaha menata
kembali kehidupan sosial dan moral mereka dengan baik.
3. Filsafat Islam
Filsafat Islam Dalam Ensiklopedi Islam terbitan Ichtiar Baru Van
Hoeve dijelaskan bahwa kebudayaan dan filsafat Yunani masuk ke daerah-
daerah itu melalui ekspansi Alexander Agung, penguasa Macedonia (336-
323 SM), setelah mengalahkan Darius pada abad ke-4 SM di kawasan
Arbela (sebelah timur Tigris). Alexander Agung datang dengan tidak
menghancurkan peradaban dan kebudayaan Persia, bahkan sebaliknya, ia
berusaha menyatukan kebudayaan Yunani dan Persia. Hal ini telah
memunculkan pusat-pusat kebudayaan Yunani di wilayah Timur, seperti
Alexandria di Mesir, Antiokia di Suriah, Jundisyapur di Mesopotamia, dan
Bactra di Persia. Pada masa Dinasti Umayyah, pengaruh kebudayaan
Yunani terhadap Islam belum begitu nampak karena ketika itu perhatian
penguasa Umayyah lebih banyak tertuju kepada kebudayaan Arab.
Pengaruh kebudayaan Yunani baru nampak pada masa Dinasti Abbasiyah
karena orang-orang Persia pada masa itu memiliki peranan penting dalam
struktur pemerintahan pusat. Para Khalifah Abbasiyah pada mulanya hanya
tertarik pada ilmu kedokteran Yunani berikut dengan sistem
pengobatannya. Tetapi kemudian mereka juga tertarik pada filsafat dan
ilmu pengetahuan lainnya. Perhatian pada filsafat meningkat pada zaman

10
Khalifah Al-Makmun (198-218 H/813-833 M). Filsafat Yunani paling
dominan masuk ke dunia Islam di tandai dengan adanya penerjemahan-
penerjemahan buku-buku filsafat. Upaya-upaya umat Islam ini dapat
memunculkan tokoh filosuf Islam terkenal ke dalam atau luar islam.
Sebagaimana nama: al-Kindi, Ibn Rusyd, Ibn Sina, ibnu bajjah dan masih
banyak lagi. Kelahiran ilmu filsafat Islam tidak terlepas dari adanya usaha
penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu
pengetahuan ke dalam bahasa Arab yang telah dilakukan sejak masa klasik
Islam. Dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban
disebutkan bahwa usaha penerjemahan ini tidak hanya dilakukan terhadap
naskah-naskah berbahasa Yunani saja, tetapi juga naskah-naskah dari
bebagai bahasa, seperti bahasa Siryani, Persia, dan India.
c. Perkembangan filsafat islam
Filsafat Islam juga sering disebut filsafat Arab dan filsafat Muslim
merupakan suatu kajian sistematis terhadap kehidupan, alam semesta,
etika, moralitas, pengetahuan, pemikiran, dan gagasan politik yang
dilakukan di dalam dunia Islam atau peradaban umat Muslim dan
berhubungan dengan ajaran-ajaran Islam.
1. Faktor Munculnya Filsafat Islam
Pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani
yang dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-8 Masehi atau abad ke-2
Hijriah di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir.
Dalam Ensiklopedi Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve
dijelaskan bahwa kebudayaan dan filsafat Yunani masuk ke daerah-
daerah itu melalui ekspansi Alexander Agung, penguasa Macedonia
(336-323 SM), setelah mengalahkan Darius pada abad ke-4 SM di
kawasan Arbela (sebelah timur Tigris).
Alexander Agung datang dengan tidak menghancurkan peradaban
dan kebudayaan Persia, bahkan sebaliknya, ia berusaha menyatukan
kebudayaan Yunani dan Persia. Hal ini telah memunculkan pusat-pusat

11
kebudayaan Yunani di wilayah Timur, seperti Alexandria di Mesir,
Antiokia di Suriah, Jundisyapur di Mesopotamia, dan Bactra di Persia.
Pada masa Dinasti Umayyah, pengaruh kebudayaan Yunani
terhadap Islam belum begitu nampak karena ketika itu perhatian
penguasa Umayyah lebih banyak tertuju kepada kebudayaan Arab.
Pengaruh kebudayaan Yunani baru nampak pada masa Dinasti
Abbasiyah karena orang-orang Persia pada masa itu memiliki peranan
penting dalam struktur pemerintahan pusat.
Para Khalifah Abbasiyah pada mulanya hanya tertarik pada ilmu
kedokteran Yunani berikut dengan sistem pengobatannya. Tetapi
kemudian mereka juga tertarik pada filsafat dan ilmu pengetahuan
lainnya. Perhatian pada filsafat meningkat pada zaman Khalifah Al-
Makmun (198-218 H/813-833 M).
Kelahiran ilmu filsafat Islam tidak terlepas dari adanya usaha
penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu
pengetahuan ke dalam bahasa Arab yang telah dilakukan sejak masa
klasik Islam. Dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan
Peradaban disebutkan bahwa usaha penerjemahan ini tidak hanya
dilakukan terhadap naskah-naskah berbahasa Yunani saja, tetapi juga
naskah-naskah dari bebagai bahasa, seperti bahasa Siryani, Persia, dan
India.
Perkembangan filsafat Islam, hidup dan memainkan peran
signifikan dalam kehidupan intelektual dunia Islam. Jamal al-Dīn al-
Afgani, seorang murid Mazhab Mulla Shadra saat di Persia,
menghidupkan kembali kajian filsafat Islam di Mesir. Di Mesir,
sebagian tokoh agama dan intelektual terkemuka seperti Abd. al-Halim
Mahmud, Syaikh al-Azhar al-marhum, menjadi pengikutnya.
Filsafat Islam di Persia, juga terus berkembang dan memainkan
peran yang sangat penting meskipun terdapat pertentangan dari
kelompok ulama Syi’ah. Tetapi patut dicatat bahwa Ayatullah

12
Khoemeni, juga mempelajari dan mengajarkan al-hikmah (filsafat
Islam) selama berpuluh puluh tahun di Qum, sebelum memasuki arena
politik, dan juga Murtadha Muthahhari, pemimpin pertama Dewan
Revolusi Islam, setelah revolusi Iran 1979, adalah seorang filosof
terkemuka. Demikian pula di Irak, Muhammad Baqir al-Shadr,
pemimpin politik dan agama yang terkenal, adalah juga pakar filsafat
Islam.
2. Periodisasi Perkembangan Filsafat Islam
Jalaluddin dan Usman Said dalam bukunya Filsafat Pendidkan
Islam Konsep dan Perkembangan mengemukakan perkembangan
periodisasi filsafat pendidikan Islam sebagai berikut:
a. Periode awal perkembangan Islam
Pemikiran mengenai filsafat pendidikan pada periode awal ini
merupakan perwujudan dari kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan al-
hadis, yang keseluruhannya membentuk kerangka umum ideologi
Islam. Dengan kata lain, bahwa pemikiran pendidikan Islam dilihat
dari segi al-Qur’an dan hadis, tidaklah muncul sebagai pemikiran
yang terputus, terlepas hubungannya dengan masyarakat seperti
yang digambarkan oleh Islam. Pemikiran itu berada dalam
kerangka paradigma umum bagi masyarakat seperti yang
dikehendaki oleh masyarakat. Dengan demikian pemikiran
mengenai pendidikan yang dilihat dalam al-Qur’an dan hadis
mendapatkan nilai ilmiahnya. Pada periode kehidupan Rasulullah
Saw tampaknya mulai terbentuk pemikiran pendidikan yang
bersumber dari al-Qur’an dan Hadits secara murni. Jadi hal-hal
yang berkaitan dengan pendidikan berbentuk pelaksanaan ajaran
al-Qur’an yang diteladani oleh masyarakat dari sikap dan prilaku
hidup Nabi Muhammad saw.

13
b. Periode klasik
Periode klasik mencakup rentang masa pasca
pemerintahan khulafa’ al-Rasyidun hingga awal masa imperialis
Barat. Rentang waktu tersebut meliputi awal kekuasaan Bani
Ummayah zaman keemasan Islam dan kemunduran kekuasaan
Islam secara politis hingga awal abad ke-19.
c. Periode modern, merujuk pada pembagian periodesasi sejarah
Islam, yaitu menurut Harun Nasution, bahwa periode modern
dimulai sejak tahun 1800 M. periode ini ditandai dengan
dikuasainya Bani Abbas dan Bani Ummaiyah secara politik dan
dilumpuhkan oleh imperialis Barat. Namun ada tiga kerajaan besar
Islam yang masih memegang hegemoni kekuasaan Islam, yaitu
Turki Usmani (Eropa Timur dan Asia-Afrika), kerajaan Safawi
(Persia), dan kerajaan Mughol (India). Beberapa pemikir
pendidikan yang tersebar di sejumlah kekuasaan Islam tersebut
sebagai tokoh yang ada kaitannya dengan perkembangan filsafat
pendidikan Islam pada periode modern, seperti :
Isma’il Raj’i al-Faruqi (1921-1986), membidangi secara
profesional bidang pengkajian Islam, pemikirannya tersebar di
berbagai dunia Islam, dan karya pentingnnya; Cristian Ethics, An
Historical Atlas of Religions of the World, Trialogue of
Abrahamic Faith, dan The Cultural Atlas of Islam, pandangannya
bahwa umat Islam sekarang berada dalam keadaan yang lemah,
dan dualisme sistem pendidikan yang melahirkan kejumudan dan
taqlid buta. Oleh sebab itu pendidikan harus dikembangkan ke arah
yang lebih modern dan berorientasi ketauhidan.
Puncak dari pemikiran filsafat pendidikan Islam periode
modern terangkum dalam komperensi pendidikan Islam sedunia di
Makkah tahun 1977 sebagai awal pencetusan konsep tentang
penanganan pendidikan Islam. Selanjutnya di Islamabad (1980)

14
menghasilkan pedoman tentang pembuatan pola kurikulum, di
Dhakka (1981) menghasilkan tentang perkembangan buku teks,
dan di Jakarta (1982) telah menghasilkan tentang metodologi
pengajaran
E. Beda Filsafat Barat dan Filsafat Timur
Filsafat Barat dan Filsafat Timur tampak amat berbeda sebab berkembang
di dalam budaya yang amat berbeda, dan sepanjang sejarah tidak terlalu banyak
pertemuan di antara keduanya, kecuali di dalam filsafat Islam.Meskipun
demikian, bukan berarti tidak ada persamaan di antara keduanya.
1. Ontologis Barat-Timur
Didasari oleh sudut pandang dunia sebagai objek untuk dipikirkan,
diekploitasi, dan dimanfaatkan untuk kepentingan ksejahtraan masusia.
Dengan menggunakan Ilmu Pengetahuan berbasis pancaindra maka
ontologinya menjadi "ada yang dapat dicerna oleh pancaindra manusia". Jadi
ada itu adalah ada yang dapat dipikirkan, dirasakan, dan diwujudkan di dunia
ini, dan di sini dimana tempat kita hidup dan menjalani kehidupan. Dunia
timur memahami hakikat ontologi itu, adalah "hana tan hana", ada itu dan
yang ada di dunia ini disebabkan oleh yang tidak ada, dengan demikian yang
hakiki ada adalah yang tidak ada itu. Kalau diandaikan memandang sesuatu
dunia Barat melihat ke bawah, dan dunia Timur ke atas. Andaikan ulat
dengan kupu-kupu. Kalau kupu-kupu mencari makan masih di dunia ini
dengan mengisap sar bunga yang ada di tanah, dengan tanah sebagai tempat
tumbuh pohon yang berbunga itu. Sedangkan ulat tidak memandang akar,
daun, bunga semua yang ada di dunia ini dimakan dengan perutnya sebagai
pengolah makanan untuk menjadi sari makanan itu, jadi bedanya seperti
antara tanah dan langit.
2. Secara Epistimologis
Bedanya bagaikan Paus dengan Arjuna. Panca Indra menjadi dasar
berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam mengolah alam
secara kultural (cultur=mengolah alam), sehingga dunia barat sebagai tempat

15
lahirnya IPTEK. Sedangkan dunia Timur melakukan olah bhudi
(Budayah=olah bhudi), hasilnya semua agama-agama besar terlahir di dunia
Timur. Sejarah kelahiran agama-agama besar itu jauh sebelum tahun 1
Masehi sudah lahir, bahkan hindu sudah lahir sekitar 2000-1500 tahun
sebelum masehi.
Perbedaan dalam sudut pandang filosopis itu memunculkan cara
pandang berbeda dalam memandang alam ini, dunia barat mengambil jarak
dengan alam, sehingga menjadi eksploitatif, dengan IPTEK, lebih bersifat
teknologis dalam membantu kelemahan pancaindranya, dan renungan
terdalam dalam berbagai persoalan hidup menjadikan munculnya aliran
filsafat barat yang juga berpengaruh ke dunia timur setelah terjadi kontak
peradaban dengan dunia timur.
Sedangkan dunia Timur memandang dirinya menyatu dengan alam
(bagian dari alam), sehingga menjadikan dunia timur seperti lebih bersifat
mitologis dalam menjelaskan hakikat hunungan manusia dengan alam.
manusia, dan penciptanya. Pandangan yang berbeda itu menjadikan ciri-ciri
keilmuan dan penemuan hakikat hidup berbeda-beda. Dharsana yang muncul
atau filsafat yang muncul lebih banyak terkait dengan persoalan keberadaan
kausa prima (brahman), atmat, dosa, surga, neraka, pengabdian, kerja dalam
hidup dan sebagainya. Muncul berbagai sistem dan metoda dalam
menghubungkan diri dengan-Nya, memaham-Nya dan sebagainya. yang
Hana tan Hana itu ada dimana-mana masuk dan merasuk di seluruh
ciptaannya.
3. Aksiologi
Nilai guna yang didapatkan adalah barat melakukan kajian mendalam
terhadap alam, sehingga muncul ilmu-ilmu natural (natural science), beserta
turunannya kemudian seperti komputer dan gelombang (TV, Radio dan
sebagainya). Dunia Timur menguraikannya dalam bentuk mitologi, efos, dan
cerita lainnya. Sehingga lebih banyak bersifat ideologis, magis, dan religis.

16
Jika dilihat dari apa yang dihasilkan dengan menggunakan dua
paradigma yang berbeda antara barat dan timur dapat dijelaskan, "kemajuan
dan teknologi" memang anak dari filsafat barat, sedangkan agama dan sistem
religi merupakan anak dari filsafat timur. Tentu pandangan antroposentris
ini, dapat dibalik dengan memandang agama sebagai ciptaan Tuhan,
sehingga dari agama itu muncul peradaban lain terkait dengan kehidupan
manusia, tetapi persoalannya adalah apakah agama lahir mendahului
kemampuan manusia berpikir, atau kemampun berpikir lebih menjadikan
manusia beragama untuk menyelamatkan kehidupan yang dibayangkan
dapat hancur jika tidak dikendalikan, karena nafsu manusia memiliki sifat
serakah dan menghancurkan sehingga perlu agama dan atau filsafat
(kebajikan) untuk mengendalikannya
4. Pengetahuan
Filsafat Barat sejak masa Yunani telah menekankan akal budi dan
pemikiran yang rasional sebagai pusat kodrat manusia. Filsafat Timur lebih
menekankan hati daripada akal budi, sebab hati dipahami sebagai instrumen
yang mempersatukan akal budi dan intuisi, serta intelegensi dan perasaan.
Tujuan utama berfilsafat adalah menjadi bijaksana dan menghayati
kehidupan, dan untuk itu pengetahuan harus disertai dengan moralitas.
5. Sikap Terhadap Alam
Filsafat Barat menjadikan manusia sebagai subyek dan alam sebagai
obyek sehingga menghasilkan eksploitasi berlebihan atas alam. Sementara
itu, filsafat Timur menjadikan harmoni antara manusia dengan alam sebagai
kunci. Manusia berasal alam namun sekaligus menyadari keunikannya di
tengah alam.
6. Cita-cita Hidup
Jikalau filsafat Barat menganggap mengisi hidup dengan bekerja dan
bersikap aktif sebagai kebaikan tertinggi, cita-cita filsafat Timur adalah
harmoni, ketenangan, dan kedamaian hati. Kehidupan hendaknya dijalani
dengan sederhana, tenang, dan menyelaraskan diri dengan lingkungan.

17
7. Status Manusia
Filsafat Barat amat menekankan status manusia sebagai individu
dengan segala kebebasan yang ia miliki, dan masyarakat tidak bisa
menghilangkan status seorang manusia dengan kebebasannya. Filsafat Timur
menekankan martabat manusia tetapi dengan penekanan yang berbeda,
sehingga manusia ada bukan untuk dirinya melainkan ada di dalam
solidaritas dengan sesamanya.

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat merupakan dasar-dasar dari keseluruhan yang terjadi pada diri
manusia serta makhluk hidup lain yang ada di muka bumi ini baik dari awal
penciptaan manusia dimuka bumi ini, ilmu-ilmu pengetahuan, dan ilmu-ilmu
lainnya. Lahirnya filsafat karena rasa ingin ketahuan manusia terhadap sesuatu
hingga lahirlah para-para filsuf baik dari belahan Bumi Barat maupun dari
belahan Bumi Timur. Dengan adanya filsafat ini manusia dapat berfikir dari alur
yang berpikir rasional dan meninggalkan alur pikir yang selalu mengaitkan
sesuatu dengan mitos atau mistis yang kejadiannya bisa saja secara kebetulan.
Filsafat merupakan teoritis ilmu yang dapat mematahkan teori lain dengan
adanya pembuktian yang menyatakan bahwa teori itu dapat diterima dengan akal
pikiran serta terbukti kebenarannya atau disebut empirisme.
Secara garis besar filsafat Timur banyak memasukkan unsur-unsur agama
yang menjadikan filsafat Timur memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan filsafat
Barat,sehingga banyak ahli berdebat mengenai dapat atau tidaknya pemikiran
Timur dikatakan sebagai fisafat, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan
diantara filsafat Barat dan Timur keduanya tidak dapat nilai mana yang lebih
baik karena memiliki keunikan tersendiri. Selain itu, keduanya diharapkan dapat
saling melengkapi khazanah filsafat secara luas.
B. Saran
Berdasarkan pemaparan materi di atas, maka saran dari penulis yaitu:
1. Sebaiknya lebih memperdalam pemahaman tentang filsafat agar bisa lebih baik lagi dalam
menyaring mana yang seharusnya diambil dan tidak diambil dari teori Filsafat Barat dan
Filsafat Timur.
2. Karena makalah ini masih banyak kekurangan maka dari itu sebaiknya pembaca lebih
memperbanyak referensi bacaan tentang Filsafat Barat dan Filsafat Timur, dan tidak hanya
terfokus dari materi ini saja.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H.M, 2000. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.


Jalaluddin dan Usman Said, 1999. Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan
Perkembangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Abidin Zainal, Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat, Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2000.
Achmadi Asmoro, Pengantar Filsafat Umum, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005.

20

Anda mungkin juga menyukai