Anda di halaman 1dari 15

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

DISUSUN OLEH

SAVIRA NANDA ASENI(221102010007)

AYU CITRA BULAN (221102010036)

UMAR FAROQ (221102010023)

FAKULTAS SYARIAH PRODI HUKUM KELUARGA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER

2022
Kata pengantar

Allhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpah rahmat
dan berkahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang
berjudul “PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT” dengan tepat waktu.

Terima kasih kami ucapkan kepada dosen Moh Ali Syaifudin Zuhri, S.E.I.,
M.M yang telah memberikan tugas makalah ini dan juga berterima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu kami dalam membuat makalah ini.

Kami manyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.Oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran dan juga masukan serta kritik.

semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.

Jember,25 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ...................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH .................................................................. 2

C. TUJUAN .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3

A. ARTI FILSAFAT .............................................................................. 3

B. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT ................................. 6


C. OBJEK FILSAFAT PANCASILA .................................................... 7
D. PANCASILA MELALUI PENDEKATAN DASAR
ANTOLOGIS,EPISTEMOLOGIS,AKSIKOLOGIS ......................... 8
E. NILAI SILA PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT .......................... 9

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 11

A. KESIMPULAN ................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu
ialah, Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Mempelajari
Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang
memiliki jati diri dan harus diwijudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk
menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermatabat dan berbudaya tinggi.

filsafat pancasila tidak hanya mengandung pemikiran yang sedalam-


dalamnya atau tidak hanya bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran yang
berwujud filsafat pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-
hari.

Dengan filsafat Pancasila, kita dapat mengetahui sifat kehidupan pedesaan


dan semua aspek yang memiliki hubungan erat dengan kehidupan sosial dan
kelangsungan hidup negara.

Dengan filsafat Pancasila kita dapat menemukan kebenaran yang penting


tentang sifat negara, gagasan negara, dan tujuan negara Indonesia.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa.Pengertian Filsafat ?

2. Bagaimana Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat?

3. Apa Saja Objek Dari Filsafat Pancasila?

4. Bagaimana Pancasila Melalui Pendekatan Dasar Antologis,


Epistemologis,Serta Aksikologis?

5. Apa Saja Nilai Sila Pancasila Sebagai Filsafat?

C.TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Filsafat.

2. Untuk Mengetahui Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.

3. Untuk Mengetahui Objek Dari Filsafat Pancasila.

4. Untuk Mengetahui Dan Memahami Pancasila Melalui

Pendekatan Dasar Antologis,Epistemologis,Serta Aksikologis.

5. Untuk Mengetahui Nilai-Nilai Pancasila Sebagai filsafat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Filsaafat
Secara etimologis,istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani,philein,yang
artinya cinta dan Sophos yang artinya hikmah/kebijaksanaan atau”wisdow”
(Nasution,19731).jadi secara harfiah filsafat bermakna cinta kebijaksanaan.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan muncul pula filsafat yang
berkaitan dengan bidang-bidang ilmu tertentu,antara lain filsafat
politik,sosial,hukum,bahasa ,ilmu pengetahuan,agama,dan bidang ilmu lainnya

Arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat dikelompokkan


menjadi 2 macam.

1. Filsafat sebagagai produk yang mencangkup pengertian.

a. Filsafat sebagai jenis pengetahuan,ilmu,konsep,pemikiran misalnya


rasionalisme,metarialisme,pragmatism,dan sebagainya

b. Filsafat sebagai jenis problem yang dihadapi oleh manusia sebagai


hasil dari aktivitas berfilsafat.

1. Filsafat sebagai suatu proses,yaitu dalam bentuk aktivitas berfilsafat


proses pemecahan sesuatu pemasalahan dengan menggunakan cara
dan metode tertentu dan sesuai dengan objek yang artinya dalam
pengertian ini filsafat bersifat dinamis.

Adapun cabang-cabang filsafat pokok adalah sebagai berikut.

1.Metafisika, membahas hal-hal yang bereksitensi dibalik fisis,meliputi bidang-


bidang antologi,kosmologi,dan antropologi.

2. Epistemology, berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.

1
Mahpudin Noor, “Buku pancasila” hal 31
3
3. Metodologi, berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu
pengetahuan.

4. Logika, berkaitan dengan persoalan filsafat berpikir,yaitu rumus-rumus dan


berpikir dengan benar.

5. Etika, berkaitan dengan moraliatas,tingkah laku manusia.

6. Estetika, berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.

Berdasarkan cabang-cabang filsafat tersebut,muncullah berbagai macam


aliran filsafat.

Menurut Para Ahli Pengertian filsafat menurut memiliki perbedaan dalam


mendefinisikan filsafat yang disebabkan oleh berbedaan konotasi filsafat dan
keyakinan hidup yang dianut mereka. Perbedaan pendapat muncul juga
dikarenakan perkembangan filsafat itu sendiri sehingga akhirnya menyebabkan
beberapa ilmu pengetahuan memisahkan diri dari ilmu filsafat.

Berikut beberapa pengertian filsafat menurut menurut para ahli yang


memiliki pengertian jauh lebih luas dibandingkan dengan pengertian menurut
bahasa.

 Cicero ( (106 – 43 SM ) Filsafat adalah seni kehidupan sebagai ibu dari


semua seni.

 Aristoteles (384 – 322 SM) Filsafat adalah memiliki kewajiban untuk


menyelidiki sebab dan asas segala benda.

 Plato (427 – 347 SM) Filsafat itu adalah tidaklah lain dari pengetahuan
tentang segala yang ada.

4
 Al Farabi (wafat 950 M) Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang
alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang
sebenarnya.

 Thomas Hobbes (1588 – 1679) Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang


menerangkan perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari hasilnya, dan
oleh karena itu senantiasa adalah suatu perubahan.

Selain tokoh-tokoh dunia, adapun pendapat dari tokoh bangsa


Indonesia mengenai filsafat, yaitu :
 Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari
sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut
hakekat.

 Driyakarya: filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya


tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan
yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan.

 Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran


untuk kebenaran, tentang segala sesuatu yang dipermasalahkan, dengan
berfikir radikal, sistematik dan universal.

 Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala


sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan
manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.

 Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan
manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni
secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal
untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan,
dan kearifan atau kebenaran yang sejati.

 Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran,


sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam
kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
5
B. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dimaknai sebagai hasil pemikiran
manusia Indonesia secara mendalam, sistematis, dan menyeluruh tentang

kenyataan. Maka, sebagai sistem filsafat, Pancasila berarti refleksi kritis dan
rasional sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.

Adapun pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat ini


dapat dilakukan dengan cara deduktif dan induktif

Cara deduktif berarti dengan mencari hakikat Pancasila serta


menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan
pandangan yang komprehensif. Cara induktif berarti dengan mengamati
gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti
serta makna yang hakiki dari gejala gejala itu.

Melalui cara-cara tersebut, filsafat Pancasila sebagai hasil perenungan


memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat dari
Pancasila.

Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh.


Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila
lainnya terpisahpisah maka itu bukan Pancasila.

Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-


konsep kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa
Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada umumnya. Wawasan filsafat
meliputi bidang atau aspek penyelidikan Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologis.

6
C. OBJEK FILSAFAT PANCASILA
1.Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai nilai luhur
tersebut adalah suatu wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu
sendiri, pandangan hidup berfungsi sebagai kerangka acuan baik untuk
menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar manusia dalam
masyarakat serta alam sekitar nya

2.pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia

Bagi bangsa dan negara Indonesia dasar filsafat dalam kehidupan


bersama itu adalah Pancasila, Pancasila sebagai core philosophy negara
Indonesia, sehingga konsekuensinya merupakan esensi
staatsfundamentalnorm bagi reformasi konstitualisme, nilai nilai dasar yang
terkandung dalam filsafat negara tersebut sebagai dasar filosofis-ideologis
untuk mewujudkan cita-cita negara baik dalam arti tujuan prinsip
konstitusionalisme sebagai suatu negara hukum formal, maupun empat cita-
cita kenegaraan yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945

3.Pancasila sebagai asas persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia

Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang dengan
sendirinya memiliki kebudayaan dan adat istiadat yang berbeda beda pula.
Namun demikian pada suatu bangsa perbedaan itu harus di sadari sebagai
sesuatu yang memang senantiasa yang ada pada setiap manusia sebagai
makhluk pribadi dan dalam masalah ini bersifat biasa, namun demikian
dengan adanya kesatuan asas kerohanian yang kita miliki maka perbedaan itu
harus di bina ke arah suatu kerjasama dalam memperoleh kebahagiaan
bersama

7
D. PANCASILA MELALUI PENDEKATAN DASAR
ANTOLOGIS,EPISTIMOLOGIS,AKSIKOLOGIS
a. PANCASILA MELALUI PENDEKATAN ANTOLOGIS

Setiap ilmu pengetahuan atau bidang apapun termasuk dalam ilmu


hukum harus memiliki dasar ontologis keilmuan yang jelas. Karena hal ini
akan sangat menentukan sistem teori hukum, dogma hukum serta produk
peraturan perundang undangan secara praksis. Karena kegagalan manusia
dalam mencari keadilan absolut, menurut friedmann (1990: 47)Secara
ontologis paham ini mendasarkan pada pemikiran bahwa manusia adalah
makhluk yang bersifat alamiah. Oleh karena itu hukum alamiah adalah
yang sangat relevan bagi kehidupan manusia sehingga bersifat universal da
abadi. Dalam pengertian seperti ini secara ontologis ilmu hukum
didasarkan pada prinsip dasar, bahwa hakikat manusia adalah sebagai
mahkluk yang bersifat alamiah, konsekuensinya dalam kehidupannya
senantiasa tidak dapat di pisahkan dengan hukum alamiah. Dasar ontologis
Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak
(monopluralis), oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar
(antropologis).

b. PANCASILA MELALUI PENDEKATAN EPISTEMILOGIS

Pancasila pada Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki


asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.

Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan


sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem
pengetahuan. hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-nilai
dasarnya yaitu filsafat Pancasila. Oleh karena itu dasar epistemologis
Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan konsep dasarnya tentang hakikat
manusia. Kalau manusia merupakan basis ontologis dari Pancasila, maka
dengan demikian mempunyai implikasi terhadap bangunan epistemologi,
yaitu bangunan epistemologi yang ditempatkan dalam bangunan filsafat
manusia.

8
c. PANCASILA MELALUI PENDEKATAN AKSIKOLOGIS

Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang


filsafat nilai Pancasila.

Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya


nilai,manfaat,dan logos yang artinya pikiran,ilmu atau teori.

Sebagaimana dijelaskan bahwa negara Indonesia berdasarkan


Pancasila, sehingga konsekuensinya bagi bangsa Indonesia dalam segala
aspek penyelenggaraan negara yang berkaitan dengan peraturan
perundang-undangan secara imperatif yuridis, politis maupun moral
berdasarkan nilai-nilai Pancasila

E. NILAI SILA PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT


Pancasila sebagai sistem filsafat Negara merupakan nilai-nilai filosofis
yang terkandung dalan sila-sila pancasila mendasari seluruh peraturan
hukum yang berlaku di Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan,dan keadilan harus mendasari seluruh peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa


Dalam sila ketuhanan yang maha esa meliputi dan menjiwai
keempat sila lainnya. Dalam sila pertama mengandung nilai bahwa
Negara yang didirikan merupakan pengejawantahan tujuan manusia
sebagai makhluk tuhan yang maha esa. Oleh karena itu segala hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara bahkan
hal-hal lainnya harus dijiwai dengan nilai-nilai sila pertama.

2. Sila Kemanusian Yang Adil Dan Beradap

Sila kemanusiaan merupakan dasar fundamental dalam kehidupan


kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakat. Kemanusian yang adil
dan beradab mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan
tingkah laku manusia yang didasari pada potensi budi nurani manusia
dalam hubungan dengan norma dan kebudayaan pada umumnya, yang
intinya perwujudan nilai kemanusian sebagai makhluk yang
berbudaya,bermoral,dan beragama.

9
3. Sila persatuan Indonesia

Mempunyai nilai mengutamakan persatuan atau kerukunan bagi


seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam sila
persatuan Indonesia adalah usaha kearah bersatu untuk membina
nasionalisme dalam negara Indonesia, cinta tanah air. Maksudnya
yakini tetap mengutamakan persatuan atau kerukunan bagi seluruh
rakyat Indonesia ditengah keragaman suku bangsa budaya dan agama.

4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmak kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan

Negara Indonesia adalah Negara demokrasi yang mengakui dan


menjungjung tinggi kedaulatan rakyat. Negara mengutamakan prinsip
permusyawaratan yang mampu mewujudkan kesejahteran sosial.
Dalam sila keempat terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak
harus dilaksanakan dalam hidup Negara contoh pengalamannya
sebagai warga Negara dan warga masyarakat setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan hak dan kewajiban yang sama, tidak boleh
memaksakan kehendak kepada orang lain dl.

5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dalam sila kelima tersebut terkandung nilai-nilai yang merupakan


tujuan Negara sebagai tujuan dalam hidup bersama dalam sila kelima
tersebut terkandung nilai keadilan yang harus terwujud dalam
kehidupan bersama (kehidupan sosial) seperti mengembangkan
perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotong-royongan mengembangkan sikap adil
terhadap sesama.

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pancasila yang dihubungkan dengan filsafat muncul dari hasil
perenungan para pendiri negara yang kemudian dituangkan dalam
suatu sistem yang menjalankan kehidupan masyarakat luas.
Terbangunnya sistem filsafat disini memiliki hakikat satu kesatuan
utuh dari beberapa elemen yang memiliki tujuan tertentu dengan
menjalankan fungsi yang saling ketergantungan. Keterkaitan antara
objek, prinsip, dan karakteristik Pancasila sebagai filsafat harus
selaras dengan hakikatnya. Sila-sila di dalam Pancasila dijadikan
sebagai tolakan dalam mengamalkan nilai-nilainya dalam
menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.Perealisasian yang
dilakukan harus diawali dengan pemahaman terlebih dahulu pastinya.
Tentang bagaimana karakteristik sistem filsafat yang dimaksud, objek
yang dituju, serta upaya pendekatan dasar yang dicerminkan sebagai
bentuk pengokohan bahwa Pancasila memang benar-benar suatu
sistem filsafat. Maka dari itu, proses berkelanjutan yang dijalankan
bisa ditempuh melalui beberapa upaya pendekatan terlebih dahulu.
Upaya pendekatan ini harfiahnya harus sesuai dengan hakikat sila-sila
yang tercantum di dalam Pancasila.

11
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan. 2020. “Filsafat Hukum Pancasila Dan semiotika Hukum Pancasila”.
Yogyakarta : Paradima

Noor,Mahpudin dan Suparman. 2016. “Pancasila”. Bandung : Pustaka Setia

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/5c7448e8e62a1a07a1c34
653047716a2.pdf

https://tirto.id/pengertian-pancasila-sebagai-sistem-filsafat-makna-penjelasannya-
grQe

12

Anda mungkin juga menyukai